Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian Ibadah
Secara bahasa (etimologi), kata-kata ( Abdiyah, Ubudiyah, Ubudah) dalam bahasa Arab, adalah Kepatuhan. Iaitu menyerah dan pasrah kepada pihak lain hingga dapat dipergunakan dengan mudah dan menurut kehendak pihak tersebut.[1] Dalam Mukhtarus Shihhah, ibadah diartiakan dengan tunduk dan patuh. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definsi itu antara lain adalah: 1. 2. 3. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.[2] Hal ini senada dengan definisi yang dikemukakan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Menurut beliau, Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir).[3] Dari definisi diatas terlihat bahwa ibadah mencakup semua amal yang kita lakukan, baik itu amal hati maupun amal perbuatan yang dibatasi oleh dengan perintah dan larangan Allah.

[ [ [

B. Hakikat Ibadah
Abul Ala al-Maududi memberikan penjelasan yang sangat gamblang di dalam buku Dasar-Dasar Islam mengenai apa sebenarnya ibadah itu. Beliau menuliskan: Ibadah yang sebenarnya ialah bahwa anda mengikuti aturan dan hukum Tuhan dalam hidup anda, dalam setiap langkah dan setiap keadaan, dan melepaskan diri anda dari ikatan setiap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah. Setiap gerakan yang anda lakukan haruslah selaras dengan garis-garis yang telah ditentukan Allah bagi anda. Setiap tindakan anda harus sesuai dengan cara yang telah ditentukan Allah. Dengan demikian, maka hidup anda yang anda tempuhi dengan cara demikian inilah yang disebut 'ibadat. Dalam hidup yang demikian, maka tidur anda, bangun anda, makan dan minum anda, bahkan berjalan dan berbicara anda, semuanya adalah 'ibadat.[4] Pekerjaan-pekerjaan anda yang umumnya anda sebut sebagai pekerjaan yang bersifat duniawi, sesungguhnya semuanya adalah pekerjaan-pekerjaan keagamaan dan 'ibadah, asalkan dalam mengerjakannya anda menjaga diri pada batas-batas yang telah ditentukan Allah, dan dalam setiap langkah selalu memperhatikan apa yang diperbolehkan Allah dan apa yang dilarangNya, apa yang halal dan apa yang haram, apa yang diwajibkan dan apa yang dilarang, perbuatan dan tindakan apa yang membuat Allah suka kepada anda dan perbuatan serta tindakan mana yang membuatNya tidak senang terhadap anda.[5] Demikianlah, segala sesuatu yang kita lakukan sebenarnya merupakan ibadah jika kita melaksanakannya karena dilandasi harapan mendapatkan ridho Allah swt. Sehingga manusia selama hidupnya bernilai ibadah seperti dalam tujuan diciptakannya!

[ [

3. TUJUAN IBADAH
SWT secara vertikal dan dgn sesama manusia secara horizontal Meskipun ibadah yg disyariatkan ajaran Islam memiliki tata cara dan pelaksanaan berbeda-beda tapi sasaran dan tujuannya sama yaitu agar kita menjadi hamba Allah SWT yg memiliki akhlakul karimah yg mampu menjadi khalifah-Nya dan mampu memberikan kebaikan bagi kehidupan umat manusia secara menyeluruh. Shalat yg pelaksanaannya termanifestasikan dalam ucapan dan perbuatan yg diawali dgn takbiratul ihram dan diakhiri dgn salam dgn syarat dan rukun tertentu punya tujuan terjaganya pelaksana shalat itu dari segala perbuatan yg keji mungkar dan merusak. Simak firman Allah dalam QS 29 45. Shalat yg khusyuk adl shalat yg di samping pelaksanaannya benar dan tepat sejalan dgn aturan syarak juga setelah shalat segala aktivitas pelakunya senantiasa berlandaskan dan berorientasi pada nilai-nilai Ilahi. Ini krn ia sadar seluruh perilakunya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT . Orang yg shalatnya khusyuk tidak mungkin secara sadar dan sengaja akan melakukan korupsi dan merampok uang negara . Tidak mungkin pekerjaannya memfitnah mengadu-domba menghasut serta memusuhi dan membenci sesama kaum Muslimin krn ia sadar bahwa mereka adl sebagai saudara yg sesungguhnya . Jika ada Muslim baik sebagai pejabat karyawan dan profesional yg mengerjakan shalat tetapi tetap secara sadar dan sengaja melakukan berbagai perbuatan tercela maka sasaran dan tujuan ibadahnya belum tercapai. Ibadahnya baru sebatas melaksanakan ketentuan dan kewajiban agama dan belum menyentuh pada fungsi dan peran yg sesungguhnya dalam kehidupan. Shaum yg diwajibkan pada bulan Ramadhan di samping utk menahan diri dari makan dan minum mulai dari terbit fajar sampai dgn terbenamnya matahari juga harus mampu memberikan kekuatan pengendalian diri dari hal-hal yg merusak. Orang yg shaumnya benar perilaku dan ucapannya akan senantiasa terkendali dgn baik dan seimbang. Demikian pula dgn ibadah-ibadah mahdhah lainnya seperti umrah dan haji. Karena itu upaya mengaitkan ibadah mahdhah dgn perilaku sesudahnya harus terus-menerus dilakukan agar terjadi harmonisasi hubungan dgn Allah.

Anda mungkin juga menyukai