Anda di halaman 1dari 3

A. Identitas 1. Judul : BH 2. Pengarang : Emha Ainun Najib 3. Penerbit : Penerbit Buku Kompas B. Tema : Lelaki Ke-1.

000 di Ranjangku : Penderitaan seorang PSK Kepada Kelahiranku yang Tercinta : Kekecewaan pada masa lalu Padang Kurusetra : Pengorbanan Pesta : Perbedaan dunia Satu Truk Pasir : Gengsi membawa petaka Sembilan Putra-putri Anugrah Tuhanku : Kasih sayang dan pengorbanan Yang Terhormat Nama Saya : Pencarian jati diri Terjerembab di Bumi : Perselingkuhan Ambang : Pengabdian pada Yang Maha Kuasa Tangis : Emosi tanpa alasan Mimpi Istriku : Ketidak realistisan dan Cinta yang tulus Lingkaran Dinding : Berserah diri pada Tuhan Kepala Kampung : Kesombongan dan Kesuasaan Ijazah : Keperihatinan Seorang Gelandangan : Pencarian jati diri Stempel : Kereligiusan Podium : Pertemanan BH : Sikap masyarakat pada waria Jimat : Ramalan nasib Di Belakangku : Kasih sayang keluarga Jabatan : Cinta yang sangat besar Luber : Konflik batin Domino : Bermain domino

Satu Truk Pasir


C. Sinopsis : Gondo Laksono, seorang supir yang memiliki moto hidup Hidup ini haruslah penuh gengsi . Gengsi tidak ditentukan tinggi rendah profesi seseorang. Siang itu, sehabis makan siang Gondo dan kernetnya, Suhar membeli pasir satu truk penuh unutk membatai rumahnya. Suhar yang mengetahui keadaan keuangan Pak Gondor apalagi saat order sedang sepi seperti saat ini mengira Pak Gondor mendapat anugrah dari Tuhan atas kebaikan hatinya. Tapi pemikiran tersebut tidak berlaku pada Nyonya Gondor. Selama ini kebaikan hatinya mempunyai maksud sampingan. Nyonya Gondor yang tau betul maksud suaminya membeli pasir hanya untuk meningkatkan gengsinya pada tetangga disaat keadaan ekonomi mereka yang sedang buruk.Ia berdebat dengan suaminya dengan mengeluarkan segala unek

uneknya pada sikap sang suami. Ia pun tidak kuat lagi menahan emosinya yang diakhiri tangisan Ny. Gondor dan anak-anaknya. D. Apresiasi Isi 1. Unsur Interinsik a. Tema : Gengsi membawa petaka b. Alur : 1) Jalan Cerita : Maju Mundur (campuran) 2) Hubungan : Longgar 3) Plot : Deskripsi : Menjelaskan keadaan rumah Pak Gondo Konflik : Saat Pak Gondo bersama kernetnya, Suhar membeli pasir sebanyak satu truk penuh dengan truknya. Klimaks : Istri Pak Gondo mempertanyakan keputusan suaminya unutk membeli pasir satu truk penuh disaat keadaan keuangan mereka yang buruk. Maka terjadilah perdebatan antara Istri Pak Gondo dengan Pak Gondo. Anti Klimaks : Istri Pak Gondo tidak mampu menahan kekecawaannnya pada sikap suaminya yang mementingkan gengsinya. Ny. Gondo menerangkan sikap suaminya membuat keluarga mereka terpojok kemiskinan, seperti saat ia menjual mesin jahit dan prabotan rumah untuk membeli TV agar tidak kalah dari tetangganya. Penyelesaiaan : Nyonya Gondo tidak lagi sanggup menghadapi suminya, kemudian berlari ke kamar memeluk anakanak dan menangis. c. Setting : 1) Tempat : - Warung Langganan Pak Gondo - Dalam truk Pak Gondo - Rumah Pak Gondo 2) Waktu : Siang hari 3) Suasana : Menegangkan, dan mengharukan d. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tau e. Penokohan : Pak Gondo : Mementingkan gengsi, dan keras kepala Istri Pak Gondo : Sabar Suhar : Penurut, sabar, dan pengertian Ibu Warung : Pengertian Pak Kodrat : Culas f. Amanat :

- Jangan terlalu mementingkan harga diri, dan diri sendiri - Jangan Keras kepala, dan dengarkan pendapat orang lain - Gengsi bukan tolak ukur keberhasilan seseorang. Gengsi bukan segalagalanya 2. Unsur Eksterinsik a. Latar belakang pengarang : Emha Ainun Nadjib lahi di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, termasuk manusia multidimensi. Adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung napas Islami diIndonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah diusir dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan demo melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi. Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha.Emha termasuk salah satu pendiri Teater Dinasti di Yogyakarta. Dia sering diundang unutk berceramah diberbagai tempat, dan mengelar pengajian pengajian, yang sangat terkenal yaitu Pengajian Padang Bulan. Selain itu ia juga menyelenggarakan acara Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan diTaman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas genre. Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat. b. Latar Belakang Sosial :

Kebanyakan cerpen diambil dari kehidupan sosial sehari-hari masyarakat dari berbagai golongan. Setting waktunya adalah masa sekarang ini. Dimana nilai-nilai moral semakin terperosok oleh perkembangan zaman dan budaya-budaya asing. Keadaan saat menipisnya nilai moral ini yang dijadikan latar.

Anda mungkin juga menyukai