ATOM HIDROGEN
z me
r mp y
x
Gambar 1.1 Posisi relatif antara proton dan elektron
Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana yang terdiri dari satu proton sebagai nukleus dan satu elektron yang mengitarinya. Pada bab ini akan diuraikan solusi dari persamaan Schrodinger untuk sistem fisis real atom hidrogen dan mengkaji berbagai konsekwensinya. Merujuk kebahasan perkenalan kita dengan persamaan Schrodinger persoalan tiga dimensi memerlukan tiga bilangan kuantum untuk mencirikan semua pemecahannya. Oleh karena itu, semua fungsi gelombang atom hidrogen akan diperikan dengan tiga buah bilangan kuantum. Bilangan kuantum pertama, n, berkaitan dengan pemecahan bagi fungsi radial, R( r ). Bilangan n ini sama dengan pemecahan untuk menamai tingkat tingkat energi dalam model Bohr. Pemecahan bagi fungsi polar, ( ), memberikan bilangan kuantum l, dan bagi fungsi, ( ), memberikan bilangan kuantum ketiga ml. 1.1 Persamaan Schrodinger Atom Hidrogen Massa proton m p jauh lebih besar daripada massa elektron m e , m p =1836 m e . Di dalam pembahasan bab ini dilakukan penyederhanaan berupa asumsi proton diam di pusat koordinat dan elektron bergerak mengelilinginya di bawah pengaruh medan atau gaya coloumb.
Pendekatan yang lebih baik dilakukan dengan memandang kedua partikel proton dan elektron berotasi di sekitar pusat massa bersama yang berada (sedikit) di dekat pusat proton. Tetapi sekali lagi untuk penyederhanaan, efek ini diabaikan disini. Karena proton dianggap diam, maka kontribusi energi sistem hanya diberikan oleh elektron yaitu energi kinetik
Ek =
r p2 2me
(1.1)
(1.2)
Sehingga
r2 2 E H= p - e 1 2me 4 0 r
(1.3)
h2 2 e2 4 0 2me
r 1 r (r ) = E (r ) r
(1.4)
mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, analisis menjadi lebih sederhana bila oprator 2 diungkapkan
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
Kita pindahkan ke ruas kiri fungsi ( E ) pada persamaan (1.5) h2 1 2 1 1 2 e2 1 = E sin + 2 r + 2 2me r r r sin sin 2 40 r persamaan (1.5) menjadi
h 2 1 2 1 1 2 e 2 1 E = 0 + sin + r 2me r 2 r r sin sin 2 2 4 0 r
(1.5) Prosesnya : Dengan mengingat 1 2 1 1 2 2 = 2 + 2 2 sin r + 2 r sin 2 r r r r sin maka persamaan (1.4) menjadi:
h 1 2 1 1 1 1 e 1 = E sin + r + r 2 sin 2 2 4 0 r 2me r 2 r r r 2 sin
2 2 2
e2 E + =0 4 0
faktor
1 r2
didapatkan
1 1 2 e 2 1 h 2 1 2 = E r + sin + 2 2 2me r r r sin sin 2 4 0 r
selanjutnya, untuk mendapatkan solusi bagi persamaan 1.5, r dilakukan pemisahan variabel (r ) = ( r , , ) sebagai berikut
( r, , ) = R( r )( ) ( )
(1.6) subtitusikan ungkapan (1.6) ke dalam persamaan (1.5) 2 kemudian dikalikan 2me r dan dibagi ungkapan 1.6 2 h didapatkan
1 d 2 dR 1 1 e2 1 d d d 2 2 me r 2 E + =0 + sin + + r 4 0 r h2 d sin 2 d 2 R dr dr sin d
dari persamaan 1.7 tampak bahwa suku pertama dan keempat hanya bergantung jari-jari r, suku kedua dan ketiga hanya bergantung sudut dan . Penjumlahan suku-suku yang hanya bergantung pada jari-jari dan dua sudut ini akan selalu sama dengan nol untuk sembarang nilai r, dan jika masing-masing suku sama dengan konstanta. Konstanta (c) berharga l( l + 1) . Suku yang hanya bergantung jari-jari menjadi
1 d 2 dR 2me r 2 r + h2 R dr dr e2 E + = l(l + 1) r
(1.7) Prosesnya :
(1.8a)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
atau
diperoleh sin 2
(1.11b)
dan
dengan demikian, persamaan (1.5) dapat dipisah menjadi tiga persamaan deferensial biasa, selanjutnya kita tentukan solusi masing-masing persamaan tersebut.
1.1.2 Persamaan Azimuth
(1.9b) tampak bahwa persamaan (1.9b) juga terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian yang hanya bergantung pada sudut azimut dan bagian yang bergantung pada . Selanjutnya tetapkan masing-masing bagian sama dengan konstanta - m dan m . Dengan alasan yang akan menjadi jelas kemudian pilih
2 2
dan (2 + / 6) e 2 / 6 karena posisi = / 6 sama dengan posisi = 2 + / 6 . Jelas pemilihan konstanta positif ini tidak menceritakan kondisi fisis yang sesungguhnya. Untuk konstanta negatif solusinya
m ( )e im
Kita mulai dari persamaan paling sederhana (1.10a) yakni persamaan azimuth yang menggambarkan rotasi disekitar sumbu z. Sudut rotasi disekitar sumbu-z ini adalah 0 sampai 2 , dan periodesitasnya. Itulah sebabnya konstanta (4.11a) dipilih negatif (= m 2 ) agar memberi solusi berupa fungsi sinusoidal dan periodik. Bila dipilih positif akan memberi solusi fungsi exponensial sehingga untuk satu posisi yang sama akan diberi nilai yang berbeda ( / 6) e / 6 ,
1 d 2 = m 2 d 2
atau
(1.10a)
(4.12)
d 2 + m 2 = 0 d 2
keunikan disetiap
(1.10b)
( + 2 ) = ( )
yaitu
atau
e im
( + 2 )
= e im
( )
= e im
( 2 )
=1
m= 0, 1, 2..
(1.11a)
(1.14)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
( m ( ) = m ( ) n ( )d = mn
0
(1.15)
1=
m ( ) n ( )d =
dx = A 2 c 2 2 a
diperoleh menggunakan metode Frobenius dan diberikan oleh deret berhingga yang dikenal sebagai polinom Legendre terasosiasi. Inilah alasan penagmbilan tetapan l(l + 1) ketika menguraikan persamaan (1.7) menjadi persamaan (1.8a) dan (1.9a). bila konstantanya bukan l(l + 1) maka solusinya adalah deret takberhingga. Solusi persamaan (1.11b) diberikan oleh polinom legendre Pl m (cos ) (1.16) ( ) lm ( ) = N lm Plm (cos ) dengan N lm merupakan konstanta normalisasi
c dx = A c
2
2 2
2a
2 im 2
(e ) d = A (e ) 2
im 2
lli
mm
(m ) ( ) =
1 im e 2
N lm = 2(l + 1) (l m )!
2
sehingga
(l + m )!
(1.17c)
(1.11b)
lm ( ) =
2(l + 1) (l m )! m Pl (cos ) 2 (l + m )!
(1.18)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
Plm (cos ) =
1 1 cos 2 2 l l!
m /2
l+ m l+ m
d cos
(cos
1)
(1.19)
dari hubungan (1.19) ini tampak bahwa untuk harga l tertentu maka m maksimum terjadi jika m= l dan Pl
m
8m E = e2 h
1/ 2
r dan
1/ 2
(1.22)
Pl m Pl l (cos ) =
e2
(1.23)
1 1 2 R l( l + 1) R + R = 0 2 r 4
(1.24)
2 l!
2 l!
(1.20b)
jika dikaitkan dengan ungkapan (4.14), maka untuk l tertentu m dapat berharga m= 0, 1, 2, l (1.21)
2 maka 2 8m e E r r = h2
2;
Sekarang kita tentukan solusi persamaan (1.8b). pengalian 1 2 pada persamaan (1.8b) memberikan
(r)
1 d 2 dR 2me r + r 2 dr dr h 2
l(l + 1)h R = 0 1 / 2 1 8m e E 2 2m e h2
tampak pada persamaan radial ini terdapat nilai atau energi eigen E. Pada pembahasan paper ini penulis batasi pada keadaan terikat yaitu keadaan dengan energi negatif E = E . Dengan memisalkan
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
8m E d 1 e2 1 1 / 2 h 8m e E 8m E 2 e2 d h2 h 2m 2m e2 2e E + 2e h h 8m e E 4 0 h2
dR 2 + 1 / 2 8m e E d h2
1
karena pada pembahasan disini dibatasi pada keadaan terikat yaitu keadaan dari energi negatif E = E pembagian
1 d 2 d
maka hasil
2m e l(l + 1)h R = 0 2 1 / 2 1 h 8m e E 2 2m e h2
1
2 dR 1 2m e he 2 l(l + 1) R = 0 + + 2 1/ 2 1/ 2 d 4 2 h m e (8 E ) 4 0
kita sederhanakan
1 d 2 d 2 dR 1 2m e he 2 l(l + 1) R = 0 + + 2 4 1/ 2 1/ 2 d 2 h m e (8 E ) 4 0
menjadi
1 d 2 d
1/ 2 m 2 dR 2m e l(l + 1) e2 R = 0 + 2 E+ e h 1/ 2 h (8 E ) 2 0 d 2
1 8m e E l(l + 1)h 1 h2 8m e E 2m e 2m R = 0 2e 1 / 2 1 h2 E + h2 h 8m e E 8m e E 2 4 0 2m e h2 h2
8m e E h2
2 e
1/ 2
l(l + 1) R = 0 2
e2 me 2h 8 E
sebagai
didapat
persamaan
8m e E e2 2 h l(l + 1) R = 0 4 0 2
1 / 2
1 2
2 R l( l + 1) 1 R + R = 0 4 2
(1.24) Untuk menentukan solusi persamaan (1.24) kita selidiki terlebih dahulu perilaku persamaan tersebut pada dua daerah extrim yaitu daerah jauh sekali dan daerah pusat koordinat. Sebelumnya tuliskan terlebih dahulu persamaan (1.25) dalam bentuk
2 2 h 2m e l(l + 1) e R = 0 1/ 2 8m E E + h 2 2 8m e E e 4 0 h2
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
1 d2R 2 R l( l + 1) + 2 R + R = 0 4 2 2 d
(1.25)
prosesnya
2 R 1 R 2R +2 = 2 2 2 2 2 R R = + 2 kita subtitusikan ke persamaan (1.24) sehingga persamaannya menjadi 2 1
1 d2R 2 R l( l + 1) + 2 R + R = 0 . 4 2 2 d
(1.29)
Prosesnya kita menyelesaikan persamaan 2 R terlebih dahulu menyelesaikan R dengan memisalkan U( ) maka R( ) = R U 1 U 1 U = = 2 kemudian disubtitusikan ke persamaan 2 R menjadi
Pada persamaan (1.25) untuk daearah jauh sekali secara efektif persamaan tersebut menjadi
d2R 1 R=0 d 2 4
,
(1.26)
2 1 U 1 U U = U 2
= U 2 U U + 2
R e / 2
Sedangkan pada daerah titik asal, R ditulis sebagai
R( ) = R( )
(1.27)
2U 2
(1.28)
2 U 2U = 2
kalikan persamaan diatas dengan dan sederhanakan persamaannya sehingga didapat persamaan (1.29) yaitu
1 d2U l( l + 1) U + U = 0 + 4 d 2 2
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
l(l + 1)
U=
l(l + 1)
[C .
0
+ C1. s + 1 + C 2 .r s + 2 + ...
]
]
lim
(1.30)
Solusi yang memenuhi persamaan suku dominan ini dan kondisi fisis keberhinggaan adalah
U l+1
(S + l)(S l) (S + l) = 0 (S + l)(S l 1) = 0 S = l S = l + 1
karena itu solusi untuk daerah asal (koordinat) menggunakan hasil (1.31) dan hubungan (1.28) diberikan oleh
R l
(1.31)
(.132a)
prosesnya
Mempertimbangkan solusi-solusi untuk daerah extrim di depan, solusi umumnya diusulkan berbentuk perkalian antara solusi titik asal, posisi jauh sekali dan fungsi umum terhadap jarak
R ( ) = l e / 2 L( )
dipilih
S= l U~
S = l +1 U~
(1.32)
l +1
dari sini kita dapat menggunakan berbagai cara untuk menyelesaikannya, menggunakan polinomial Laguerre atau dengan deret polinomial.murni. dengan menggunakan polinomial Laguerre dengan menggunakan persamaan untuk L, yaitu persamaan (1.29) didapatkan
l(l + 1)
dengan
=0
2L L + 2(l + 1) } + { (l + 1)}L = 0 2
(1.33)
prosesnya
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
U L( ) 1 1 = (l + 1) l e / 2 L( ) + l +1. e / 2 L( ) + l +1. e / 2 2 d 2
(l )
.e / 2
U L( ) 1 1 = (l + 1) l e / 2 L( ) + l +1. e / 2 L( ) + l +1. e / 2 2 d 2
bagian J (l + 1) l e / 2 L( ) bagian E
l +1 . e / 2 L( )
1 2
l(l + 1)
+.
= (suatu konstanta)
maka
L( p)[ (l +1)]
L ( p ) 2(l + 1) (l ) .e / 2 (l +1) .e / 2 L ( p ) [2(l + 1) ]
bagian F
L( ) 1 l +1 . e / 2 2
Sehingga
2 L( p ) [ ] 2
L 2L + 2(l + 1) } + { (l + 1)}L = 0 2
1 U L( ) = (l + 1) l 1e / 2 L( ) + (l + 1) l . e / 2 L( ) + (l + 1) l .e / 2 2 d 2 1 1 1 2U L( ) = (l + 1) l . e / 2 L( ) + l +1e / 2 L( ) + l +1 .e / 2 2 4 2 d 2 1 2U L( ) L( ) 2 L( ) se = (l + 1) l .e / 2 + l +1 e / 2 + l +1e / 2 2 2 2 d 2
untuk bagian E
untuk bagian F
L = s a s . s
s =0
(1.34)
disederhanakan menjadi
1 L ( p )l (l + 1) (l 1).e / 2 (l + 1) (l ).e / 2 + (l +1). e / 2 4 1 L ( p ) (l ) / 2 (l +1) 1 / 2 (l ) / 2 (l + 1) .e .e + (l + 1) e (l +1) . e / 2 2 2
a s +1 =
s + l +1 a (s + 1)(s + 2l + 2) s
(1.35)
adalah bilangan
disederhanakan menjadi
L ( p ) 2(l + 1) (l ) .e / 2 (l +1) .e / 2 2 L ( p ) (l +1) / 2 .e 2
=n
(1.36)
s = n l 1
sehingga L( ) merupakan polinomial
(1.37)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
L = 5 a s . s
s=0
n -l-1
(1.38)
(R
+ 2 nl , Rn i li ) = R nl Rn i li r dr = nn i ll i 0
(1.45)
menggunakan pemilihan
=n
L 2L 2 + 2(l + 1) } + {n (l + 1)}L = 0
(1.39) persamaan (1.39) ini tidak lain adalah persamaan differensial laguerre terasosiasi, yang mempunyai bentuk umum
Lp 2L p 2 + {p + 1 } q + {q p}Lq = 0
2 (n l 1)! N nl = na 2n(n + l )! o
3
(1.46)
dengan a = 4 0h 2 o
(m e )
2 e
(1.40)
p
solusinya disebut polinom Laguerre teasosiasi Lq dapat diperoleh dari rumus rodrigues
p Lq ( ) =
(1.47) dari hubungan p,q, n dan l serta penyebut pada ungkapan (1.42) didapat bahwa q-p harus lebih besar atau sama dengan nol, atau p q atau (2 l +1) n+ l , tepatnya (1.48a)
q! d (e q p ) e q (q p )! d
q
(1.41)
kemudian koefisien p dan q dihubungkan denganbilangan kuantum orbital l dan bilangan bulat n yang nantinya disebut bilangan kuantum utama menurut p = 2 l +1 q = n +l karena itu solusi persamaan (1.39) diberikan oleh
p L Lq = L2 l+l1 ( ) n+ dengan demikian solusi radial diberikan oleh
l n-1
(1.42) jadi untuk n tertentu maka
(1.48b)
l = 0,1,2,3,...,n-1
(1.43) Contoh : Menentukan R 10 ,R 20 , R 21 Rumus umum :
1/ 2 3 2 (n l 1)! r r / nao 2 l +1 r e Rnl (r ) = Ln+l 2 2 na o nao 2n(n + l )! nao l
(1.48c
R Rnl = N nl l e / 2 L2 l +l1 ( ) n+
dengan N nl adalah konstanta normalisasi
(1.44)
maka
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
1 R10 (r ) = a o
3 3 1 2 2
1/ 2
1 r 1.e r / ao L1 2 a o
1 R20 (r ) = a0
3/ 2
1 r 1.e r / 2 ao L2 a 2 2 o
dari persamaan
p Lq ( ) =
q! d q q p (e ) e (q p )! d q
1 R10 (r ) = 2 a o
p q
3/ 2
1 r 1.e r / ao L1 2 a o
dari persamaan
q! d q q p (e ) L ( ) = e (q p )! d q
maka
2r 1! = L1 e 1a0 1 1a0 (1 1)! 2r L1 = 1.e e 1 a0 2r L1 = 1 1 a0
2r 1a0 2r 1a0 2r
2 r 2r 0 e 1a0 1a 2r 0 d 1a 0 d1
1
sehingga
r 2 na o
r / nao 2 l +1 r e Ln +l 2 na o
1 3 / 2 1 r 1.e r / 2 ao 2 R20 (r ) = ao a0 2 2
Menentukan R 21 Rumus umum
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
2 Rnl (r ) = nao
3 (n l 1)! 2n(n + l )!
r 2 na o
r / nao 2 l +1 r e Ln+l 2 na o
d2R 1 R=0 d 2 4
(1.26)
/ 2
1/ 2
r 2 2a o
r / 2 ao 2.1+1 r e L2+1 2 2a o
3 (0)! 4 x6
r a o r a o
r / 2 ao 3 r e L3 a o
1
R ( ) = G ( )e / 2
Sedangkan pada daerah titik asal, R ditulis sebagai d 2 R 2 dR l(l + 1)
d 2 +
3 1 4 x6
1/ 2
r / 2 ao 3 r e L3 a o r / 2 ao 3 r e L3 a o
R=0
(2.2) (2.3)
1 3 / 2 1 1 r R21 (r ) = a0 2 6 ao
dari persamaan
p Lq ( ) =
(q p )!
q!
d (e q p ) d q
q
+ 2s
2
l(l + 1)
=0
s s + 2s = l + l s2 + s = l2 + l
0
maka
r L3 3 a0 r L3 3 a0 r L3 3 a0 3! a0 = (3 3)! e
= 1.e a0 e a0 =1
o
r r e a0 3 a r 0 d a0 d3
s 2 l2 = s + l
sehingga R (r ) = 1 (a )3 / 2 r e r / 2a 21 0
2 6 a0
atau s = l 1 penyelesaiannya adalah s = l karena persamaan ke dua bernilai (-). Kemudian kita tuliskan persamaan G sebagai sebuah penjumlahan. Kita misalkan : (2.4) G ( ) = l a k = a k + l
s=l
cara II. Tanpa menggunakan Laguerre terasosiasi dengan bantuan rumus rodrigues dan fungsi gamma.
1 d2R 2 R l( l + 1) + R + R = 0 4 2 d 2 2
(2.5)
(1.25)
Sehingga : a { (k + l )(k + l 1)
k 0
(k + l ) k + l 1 + 2(k + l ) k + l 2 + ( 1) k + l 1 (l + 1) k + l 2
k + l2
}= 0
Pada persamaan (1.25) untuk daearah jauh sekali secara efektif persamaan tersebut menjadi
= a k [(k + l ) ( 1)] k + l 1
0
k +l1
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
= a k [(k + l ) ( 1)] k + l 1
0
dan a = 4 0h 2 o
koefisien pangkat saling meniadakan, sehingga kita bisa menurunkan hubungan persamaan rekursi untuk konstanta ak .
a k +1 (k + l ) ( 1) = (k + l + 1)(k + l) + 2(k + l + 1) l(l + 1) ak
(m e )
2 e
didapatkan = 2 r .
a0
a k +1 k + l +1 k + l +1 = = ak k (k + 2l + 1)2(k + l + 1) k (k + 2l + 2 ) + (k + 2l + 2 )
Prosesnya
me e 4 1 8m e 2 2 32 2 0 h 2 n = 2 h
1/ 2
(k + 1)(k + 2l + 2 )
k + l +1
1 k
x
ini merupakan ciri rasio dari deret e , pada persamaan ini x = . Sehingga kita dapat menuliskan (2.6) G ( ) l e ingat hubungan antara deret pangkat dengan rekursi memberikan
a k +1 = k + l +1 a a (k + 1)(k + 2l + 2) k kl k
ao =
4 0h 2
(m e )
2 e
menjadi
1 me e 2 2 me e 2 = = 2; 4 0 h ao 2 0 h 2 ao
ak k
menjadi
=
2 r a0
hal ini memiliki rasio yang sama dengan deret e , dimana x = . Oleh sebab itu persamaan diatas dapat ditulis (2.7) e = a k
k =0
dari persamaan ini kita dapat menemukan solusi persamaan Rnl ( ) dengan mengalikan persamaan (2.1), (2.6) dan (2.7). sehingga didapatkan
0
dengan menggunakan hubungan rekursi k + l +1 a k +1 = a (k + 1)(k + 2l + 2) k ak +1 dan seterusnya akan menjadi nol jika k = n l + 1
sehingga R (r ) = 0 a k e 2 ; dengan = 2 r k 10
k =0
r a0
Rnl ( ) = l ak k e / 2
(2.8)
a0
contoh menghitung Rnl (r ) untuk n = 1 dan l = 0 penyelesaian fungsi gelombang radial memberikan
Rnl (r ) = l
n l 1 0
R10 (r ) = Ce
ak k e / 2
1/ 2
me e 1 2 2 32 2 0 h 2 n
4
r 2 Rnl Rnl dr = 1
2
(2.9) (2.10)
3/2
C
E = En =
dengan
8m E = e2 h
; subtitusikan harga
r 2e 2 r / a0 dr = 1
2 a0 1 = 2 a 0
3/ 2
sehingga harga C = 1 2
(2.11)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
prosesnya
C
2
R20 (r ) = (a0 + a1 )e / 2
a k +1 =
a1 =
r 2 e 2 r / a0 dr = 1
(k + 1)(k + 2l + 2)
0 + 0 +1 2 a0
k + l +1
ak
(0 + 1)(0 + 2(0) + 2)
1 a1 = a0 2
sehingga R (r ) = C 1 r e r / 2 a 20
2a0
a0 a0 2 2
3
(2r / a ) e
2 0 0
2 r / a0
d (2r / a 0 ) = 1
r 2 R nl Rnl dr = 1
2 2
2 a C 0 2
(2r / a ) e
2 0 0
2 r / a0
d (2r / a 0 ) = 1
C (a0 / 2 )
2
3 0
(2r / a ) e
0
2 2 r / a0
d (2r / a0 ) = 1
(2.12)
(n ) = x n 1e x dx (n ) = (n 1)!
0
r r / a 2 0 r 1 2a0 e 0 dr = 1 r r 2 r / a0 2 2 e C r 1 + dr = 1 2 a 0 4a 0 0 r3 r 4 r / a0 e C2 r2 + dr = 1 0 a 0 4a0 2 C
r3 r4 2 + C a0 r 2 a 0 4a 0 2 0 r / a0 r e d =1 a0
dari persamaan (2.12) terlihat bahwa harga n terpenuhi jika n = 3 maka (3) = (3 1)!= 2 sehingga persamaan (2.12) menjadi
C =
1 2
2 a 0
3/2
1 = 2 a 0
3/2
r3 r 4 r / a0 r 2 e d =1 C a0 r 2 + a0 a0 4a0 2 0 2 (r / a ) r r 3 (r / a )0 r r 4 (r / a )0 r 2 C a0 r e d e d + d = 1 e 0 a0 0 4a0 a0 0 a0 a0 4 3 2 2 r 2 r r r a r 2 2 r C a0 a0 e (r / a )d a0 e (r / a )0 d + 0 e (r / a )0 d = 1 a a 4 a a a 0 a 0 0 0 0 0 0 0 0
( )
sehingga didapat
1 R10 (r ) = 2 a 0
3/ 2
e r / a0
Untuk R 20
Rnl (r ) = l
R20 (r ) = 0
n l 1
0 2 01
k =0 1
a
k
e / 2
e / 2
a
k
R20 (r ) = 0 ak k e / 2
k =0
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
C a0 a0
r4
1 r / a0 r e d =1 4 a0 a0
4
C a0
C a 0 2 a0 = 1 C 2 a0 = 1 C =
C =
2
2 2
[ ]
2 3
r r / a0 r e d = 1 a a 0 0
(2.10)
1 3 2 a0
1 2a 0
3
dari persamaan (2.10) terlihat bahwa harga n terpenuhi jika n = 5 maka (5) = (5 1)! = 4 x3 x 2 x1 = 4 x6 persamaan (2.10) menjadi
C = a0 4 x 6 = 1 C =
2 2 3
1 C = 2a 3 0 C=
1/ 2
C =
3/ 2
1 1 2 a0
1x 2 1 2 x2 a 0 1x 2 1 2 x2 a 0
3/ 2
C = C=
3/ 2
3/ 2
2 1 C = 3/ 2 2 a0 1 C = 2 2a 0
R21 (r ) = C (r / a0 )e r / 2 a0 R21 (r ) =
1 1 2 6 a0
3/ 2
1 1 2 6 a0
3/ 2
(r / a0 )e r / 2 a
1 R20 (r ) = 2 2a 0
Rnl (r ) = l
n l 1 0 211 k =0
3/ 2
r r / 2 a0 1 2a e 0
Cara III menyelesiakan persamaan radial atom hidrogen 2 dengan subtitusi ke deret dimana V (r ) Ze (bu parmi solution)
r
1 2 R 2m e2 l(l + 1) R=0 + 2 E + R r 2 r r r h r r2
(3.1)
a
k
e / 2
R21 (r ) = 1 a0 0 e / 2 R21 (r ) = C (r / a0 )e r / 2 a0
r 2 Rnl Rnl dr = 1
2
(2.9)
r r2 a 0
r / a0 e dr = 1
2 1 U 1 U U = r U r r r r r 2 r r
= U 2 U U +r 2 r r r
2U r 2
kita manipulasi bentuk diatas agar sesuai dengan integral fungsi gamma
=r
(3.2)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
l(l + 1) U r2
dengan
dengan memisalkan
2m = 2 E h
2
l( l + 1) l(l + 1) 0 s U= C .r + C1 .r s + 1 + C 2 .r s + 2 + ... 2 r r2
]
]
Re
+
0 = l(l + 1) + S(S 1)C0 .r s 2 + [ l(l + 1) + (S + 1)S]l 1.r s1 + ...
pada dua daerah extrim yaitu daerah jauh sekali dan daerah pusat koordinat. Dapat dituliskan secara matematis dengan limit (r 0) dan limit (r ~) Jika r 0
e =0 r
2
E+
l(l + 1) =~ r2
sehingga tampak suku yang paling berpengaruh adalah
d 2 U l(l + 1) U=0 r 2 r2
jika r ~ maka
e2 =0 r
dan
l(l + 1) =0 r2
(3.4)
~
2 U 2m 2U + 2 E U = 0 2 + 2U = 0 r 2 h r
-2 > 0 dengan memisalkan = 2m E h2
2
dipilih
S= l U~ r
l
S = l +1 U~ r
l +1
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
r~:
Bagian C
U ~ e-r U = r l +1
e r
F( r )
U = r l+1e r F(r)
(3.6)
F l +1 r 2 F l r F - r l +1e r +r e (l + 1)r e r r r 2
Untuk bagian
F r
l r l +1 r l F (l + 1)r e F(r) r e + r + 1e r r
A B C
Bagian B
2 F l+1 r r e r 2
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
2 F l+1 r 2 U r e = 2 r 2 r
2U 1 l(l + 1) U k U+ U =0 2 Z 4 Z Z2
misal :
Z U= e 2 F(r) 2U
l +1
l +1 l +1 Z Z Z 1 Z Z U Zl F = (l + 1) e 2 F(Z) + e 2 F(Z) + e 2 l +1 2 2 Z ( 2 ) 2 Z
2r = Z 2 r = Z
me 2 Z = k; = 2 2 h r
U U Z U . = 2 = r Z r Z
2 U U Z = 2 . r 2 Z Z r
2 + (c x ) a = 0 .. (A) 2 Z x
Agar penyelesaian PD berupa polygonal yang terbatas syaratnya: Bandingkan pers. (A) dan (B)
A=-n
= 2 . U 2 Z 2
2
2 = 4 2 . U 2
c = 2l + 2 a = l +1 k
l + 1 k = nr n=k =n+l
2me 2 me 2 2 = 2. 2 = 2k 2 h Z h r
2U 4 2 4 2 l(l + 1) U 4 2 . 2 2 U + k.U = 0 : 42 Z Z Z2
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
nlm = R nl P l
n=3
m
n r = 2, 1, 0
A 1 = Z 2
l +1
Z Z Z F l 1 l 1 l (l + 1)lZ e 2 F( Z) Z e 2 F( Z) + (l + 1) Z e 2 2 Z
Z U = e 2 F( Z) 2
l +1 l +1 Z Z F( Z) l +1( l +1) Z F ( Z ) Z 1 U 1 + Z e 2 F = + e 2 2 2 Z Z 2 2
l
l +1
l +1
2 U A B C = + + Z 2 Z Z Z
A
Z U =e Z 2 2
2 Z 2 l +1
F 1 1 1 1 1 2 1 (l + 1) Z . + (l + 1) Z . + F( Z) (l + 1)lZ (l + 1) Z 2 2 2 Z
k 2U 1 l(l + 1) U U+ U =0 2 4 Z Z Z2
=
e
1 2F 1 (l + 1) Z 1 + + 2 4 Z 2
l +1
Z 2
Z 2
2 F 1 F 2(l + 1) Z 1 1 + F( Z) + F( Z) (l + 1)lZ 2 (l + 1) Z 1 + 2 2 Z Z
2F F + (2l + 2 Z) (l + 1 k) = 0 2 Z Z
x d 2 F + (c x) (l + 1 k)F = 0 2 Z dx
a = n
Masuk ke pers. :
2U 1 k l(l + 1) U+ U U=0 2 Z 4 Z Z2
0= 1 2 F 1 F 1 1 k l(l + 1) + 2(l + 1)Z 1 1 + (l + 1)lZ 2 (l + 1)Z 1 + + F Z 2 F Z 4 4 Z Z2
c = 2l + 2
a = l +1
x FZ
l + 1 k = n
2 F F {2(l 1) - Z} + {- (l + 1) + k}F = 0 + Z 2 Z
2F F Z 2 + (2l + 2 Z) (l + 1 k ) F = 0 Z Z
2 + (c x) a = 0 2 x x
(a )n.X n n =0 (c) n.n!
~
a = l +1 k c = 2l + 2 Z = 2 r
1F1 =
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
1F1( Z) =
(l + 1 k )n Zn n! n =0 ( 2l + 2) n
~
1F1[(l + 1 k ) : 2l + 2 : 2r ]
=
R (r ) R( 2r ) =
U (2r ) r 1 l+1 r = C. .r , e F ( 2r ) r
= 1 + (l + 1 k) 2r + (l + 1 k)(l + 1 k + 1) (2r)
2l + 2 1! (2l + 2)(2l + 3) 2!
= C.r l , e r F (2r )
n=k k=4
sehingga
untuk
menentukan
harga
kita
dapat
l
0 1 2 3
nr 3 2 1 0
mensubtitusikannya ke dalam deret. Oleh karena itu bu parmi solution ini saya sebut cara subtitusi ke deret. Dari bu parmi solution diatas kita dapat menentukan persamaan untuk Rnl yaitu :
l +1 k = n r k = nr + l + 1
di mana: K = bilangan kuantum utama K=n n r = kuantum radial
khusus untuk bu parmi solution (solusi dengan subtitusi) karena menggunakan system satuan yang berbeda harus ada konversi untuk harga r. harga r pada bu parmi akan sama dengan harga r yang lain (dengan gamma solution dan polinom Laguerre) jika dibagi dengan sebuah konstanta a0 . Jika r untuk solusi fungsi gamma dan polinom Lguerre kita beri symbol `r maka harga r dan n r mempunyai harga
r=
`r `r dan n r = a0 na0
l = kuantum orgital
n=1K n=2L n=3M
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
1 R20 = a 0
3/ 2
1 2 2
.e
2 `r a0
1 1 a 0 `r `r R20 = a 2 2 .e 2 a 0 0 sekarang kita akan menghitung R21 R21 = N 21r 1e 2r F (2 (1 + 1);2(1) + 2;2 2 r )
3/ 2
3 / 2 1r
dimana n r =
R10 (r ) = 2(a0 )
3 / 2
`r `r dan r = a0 na0
.e `r / ao
`r 2r e F (0;3;2 2 r ) a0 1 (a0 )3 / 2 `r e 2r F (0;3;2 2 r ) R21 = a0 2 6 dengan cara yang sama sekarang kita akan mencoba mengitung F (0;3;2 2 r ) R21 = N 21.
= 1 + (1 + 1 2) 2 2 r = 0(vanish )
2.1 + 2 1!
Rnl = N nl r e
l nr
= 1
R20 = N 20 .e 2r F (1;2;2 2 r )
1 1 2r R20 = a 2 2 .e F (1;2;2 2 r ) 0 sekarang kita akan mencoba mengitung F (1;2;2 2 r )
= 1+ (l +1 k) 2 2 r + (l +1 k)(l +1 k +1) (2r)
2l + 2 1! (2l + 2)(2l + 3) 2!
2
= 1+ 1 2r + (vanish =1 r ; n r = `r )
2
n
na0
3/ 2
maka r = `r 2 2 a0
R21 (r ) = 1 2 6
(a0 )3 / 2 `r e `r / 2a
a0
1.1.5
Dari uraian didepan diperoleh solusi eigen lengkap bagi persamaan (1.5), yaitu
1+
ke 3 = 0)
(r ) nlm ( r, , ) = Rnl (r ) lm ( ) m ( )
dengan n = 1,2,3,...
(1.49)
= 1+ 1 2r + (vanish) =1 r ;
r=
`r na0
maka r = `r 2
2 a0
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
n=4 (1.50)
l
0 1
m 0 -1 0 1
-2 -1 0 1 2
( ni li mi , nlm ) =
n l m * nlm dv = nn ll mm
i i i
i i
(1.51) hal ini sesuia dengan penafsiran awal bahwa merupakan rapat probabilitas untuk mendapatkan partikel dalam keadaan n, l , m pada posisi (r , , ) . Mengingat bentuk (1.28) , fungsi rapat probabilitas dapat diuraikan menjadi bagian radial dan bagian angular. Karena penulis hanya ditugasi untuk menyelesaikan persamaan Schrodinger saja, maka fungsi rapat probabilitas dapat anda pelajari sendiri.
*
-3 -2 -1 0 1 2 3
Contoh Permasalahan 1. Untuk bilangan kuantum n = 4, tuliskan fungsi eigen dengan semua nilai l dan m yang mungkin
nlm (r, , ) 400 (r, , ) 411 (r, , ) 410 (r, , ) 411 (r, , ) 42 2 (r, , ) 421 (r, , ) 420 (r, , ) 421 (r, , ) 422 (r, , ) 433 (r, , ) 43 2 (r, , ) 431 (r, , ) 430 (r, , ) 431 (r, , ) 432 (r, , ) 433 (r, , )
Penyelesaian Dari uraian didepan didapatkan bahwa n tertentu terdapat n harga l . Untuk n = 4 maka
Distribusi probabilitas radial. Dari hubungan ortonormalitas persamaan (1.45), tampak bahwa probabilitas per satuan panjang r diberikan oleh:
l =0,1,2,3
sedangkan untuk l tertentu adalah (2 l +1) harga m. Lengkapnya diberikan dalam fungsi gelombang nlm seperti tabel berikut:
P (r ) = Rnl r 2
2
(1.52)
bentuk fungsi probabilitas ini selain bergantung pada jarak juga bergantung pada bilangan n dan l . Untuk spesifikasi keadaan seringkali digunakan notasi spektroskopik sebagai berikut:
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
notasi spektroskopik
0 s
1 p
2 d
3 f
... ...
Untuk mendapatkan gambaran prilaku umum Pnl (r ) kita gunakan: i. rumus rekursi (1.35) dan polinom (1.38) memperlihatkan bahwa polinom merupakan polinom L( ) , berorde s = n- l -1 sehingga L( ) mempunyai s titik nol. ii. Untuk nilai
n 1 2 2 3 3 3
l
0 0 1 0 1 2
Rnl
2a o
3 / 2
e r / ao
3 / 2 3 / 2 3 / 2 3 / 2
1/ 2 1/ 2 1/ 9 1/ 9 1/ 9
2 ao 6 ao 3 ao 6 ao
( 2 r / a o ) e r / 2 ao ( r / a o ) e 2 r / a o ( 6 4 r / a o + 4 r 2 / 9 a 2 ) e r / 3 ao ( 2r / 3a o )( 4 2r / 3a o )e r / 3ao ( 2 r / 3a o ) 2 e r / 3ao
r Rnn 1 (r ) na 0
e r / nao
30 a o
3 / 2
2n
gambar 1.2
dPnn 1 2 2 2 r 2 r = 2n dr na 0 na 0 na 0 na 0
dipenuhi oleh r = n ao
2
e 2 r / nao
(1.53)
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
maka probabilitas per satuan panjang untuk mendapatkan elektron pada jarak r dari inti
P (r ) =
4r 2 a0
3
e r / nao
a0 ,
a0
4 0 P (r )dr = 3 e 2 r / a0 r 2 dr a0 0
4 a = 3 0 e 2 r / a0 r 2 a0 2
= 1-5 / e = 0,323
2
a0
a 0 + 0 e 2 r / a0 2rdr 2 0
distribusi probabilitas anguler. Dari persamaan (1.49),(1.15) dan (1.18) diperoleh bagian sudut
lm ( ) m ( ) Ylm ( , ) =
2l + 1 (l m )! P m (cos l 2 (l + m )!
1 im e 2
(1.54)
Gambar 1.2 Rapat Probabilitas sebagai fungsi jarak
Ylm =
2.
Hitung kemungkinan mendapatkan elektron berada pada jarak kurang dari jari-jari bohr untuk atom hidrogen pada keadaan dasar. Penyelesaian: Fungsi radial keadaan dasar atom hidrogen
Ylm =
2l + 1 (l m )! m Pl (cos )e im 4 (l + m )!
2l + 1 (l m )! m 1 im Pl (cos ) e 2 (l + m )! 2
(1.54*)
R10 (r ) (2a 0 )
3/ 2
e r / nao
sekarang kita akan coba menghitung Y00 , Y10 , Y11 , Y20 untuk Y00
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
Ylm =
Y00 = Y00 =
20 + 1 (0 0 )! 0 P0 (cos )e i 0 4 (0 + 0 )! 1 4
2l + 1 (l m )! m Pl (cos )e im 4 (l + m )!
d P11 ( x) = (1 x 2 )1/ 2 x dx 1 2 1/ 2 P1 ( x) = (1 x )
untuk Y10
Y10 = Y10 = Y10 =
0/2
cos 2 1 cos 1
1
Y11 = Y11 =
akan lebih mudah ketika kita menggunakan simbol x untuk menggantikan cos . Pada akhir penyelesaianya nanti kita baru mensubtitusikannya lagi. Contoh : m
d Pl m ( x) = (1 x 2 ) m / 2 dx Pl ( x)
Pl ( x )
misalnya kita akan menghitung P11 (x ), P20 ( x ), P21 (x ), P22 (x ) rumus umum
d Pl m ( x) = (1 x 2 ) m / 2 dx
m
m selalu berharga negative, maka pada bagian ini sama dengan Y11 , tetapi pada bagian azimutnya m dapat berharga negatif. Sehingga Y11 memiliki
Y11 = 3 (sin )ei 8
Pl ( x)
kita subtitusikan
d P11 ( x) = (1 x 2 ) 1 / 2 P1 ( x) dx
1
1 (3 x 2 1), 2
1 d 1 (1 x 2 )1 / 2 (3x 2 1) = 3x 1 x 2 2 dx 2
P22 ( x) =
dst.
1 d d (1 x 2 ) (3x 2 1) = 3(1 x 2 ) 2 dx dx
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
Mengingat bentuk eksplisit m , maka rapat probabilitas polar hanya bergantung pada sudut
P ( , ) = Y * lm ( , )Ylm ( , ) * lm ( ) lm ( ) = P ( )
(1.56)
Y ( , )Y ( , )sin dd =
Y00 ( , ) = 1 4
3 cos 4
m m
i
(1.55)
Y10 ( , ) =
Y10 ( , ) =
5 (3 cos 2 1) 16
15 sin cose i 8
Gambar 1.3 Representasi permukaan
Y10 ( , ) =
Ylm ( , )
Y10 ( , ) =
3 cose i 8
Y10 ( , ) =
15 sin e 2i 32
Rapat probabilitas di setiap titik di dalam ruang diperoleh dari perkalian antara distribusi angular P ( ) dan distribusi
radial P (r ) . Solusi eigen lainnya adalah nilai eigen yang diperoleh dari persamaan (1.24) dan (1.35), yaitu energi atom hidrogen.
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
E En = 3.
1 (1.57) 32 0 h n Hitung: a. Energi kinetic rata-rata b. Energi potensial rata-rata, electron dalam keadaan dasar dari atom hidrogen.
2 2 2
me
maka
+ Ep = E
+ Ep
= E
=E Sehingga
Ep = E E
= me e 4 32 2 0 h 2
2
100
hanya bergantung
Ek
= -13,6 eV 13,6 eV
100 (r, , ) =
1
3/ 2
a0
e r / a0
= -27,2 eV 4. tulislah solusi eigen lengkap untuk notasi spektroskop 1s, 2s dan 3p penyelesaian : untuk 1s solusi eigennya 2 100 = 3 / 2 e r / a 0 Y00 a0
1 4 a0 untuk 2s solusi eigennya 1 r 2 e r / 2 a0 Y00 200 = 3/ 2 a0 2 2 a0
h2 1 r / a 1 d 2 d r / a 2 a0 3 e 0 r 2 dr r dr e 0 4r dr 2me
100 =
3/ 2
e r / a0
2h 2 r / a0 d 2 2 d r / a0 2 ( r dr ) e 2 e 3 me a 0 dr r dr
=
=
2h 2 r / a0 2 4h 2 e r dr + 3 4 me a 0 me a 0
h2 4h 2 + 3 2 me a 0 me a 0
e r / a0 rdr
200 =
h2 3 me a0
Ek + E p = E
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
r r / 2 a0 1 e Y11 3/ 2 a0 2 6 a0 r r / 2 a0 3 1 e sin .e i 3/ 2 a0 8 2 6 a0
1 1 = R 2 2 n nf i 1
Dimana
(1.60)
m e2 R 4h 3 c 4 0
= 1.097 10 7 m 1
(1.61)
R adalah konstanta Rydberg.Transisi dari ground state (nf=1) terletak pada ultraviolet yang diketahui sebagai deret lyman. Eksitasi tingkat pertama (nf =2) dalam daerah cahaya tampak termasuk dalam deret balmer. Transisi ke nf =3 ( deret paschen) pada daerah infra merah dst.pada suhu ruang kebanyakan atom hidrogen terletak pada keadaan dasar, akan erjadi emisi cahaya, pertama anda harus memompa dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi.
1.1.6
Pada prinsipnya, jika anda mengambil atom hidogen dalam keadaan tetap nlm, itu bisa berada disana selamanya. Jika anda mengabaikan ( dengan tumbukan atom lain , katakanlah dengan sinar cahaya) kemudian atom pada tingkat dasar betransisi ke keadaan dasar yang lain dengan menyerap energi untuk bergerak ke level di atasnya. Atau dengan memberikan energi (radiasi elektromagnetik) dan bergerak ke level yang lebih rendah. Dalam kenyataannya gangguan lain akan selalu datang ; tansisi (atau disebut quantum jump) terjadi tetap dan hasilya adalah berisi sebuah (photon). Dimana energinya berbeda untuk energi sepanjang awal dan akhir:
1 1 E = Ei E r = 13.6ev 2 2 n i n f
(1.58)
Sekarang, menurut rumus planck, energi photon proporsional pada frekuensi ini : E = hv (1.59) Dengan panjang gelombang :
= c/v
, jadi
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
TUGAS
05
copyright by Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com
DAFTAR ISI
WARNING!!!
(1) (1) (6) (7) (9) (15) (23) (30) (42) (43) (55)
POST MODERN READING SYNDROME.
Pengantar 1.1 Persamaan Scrhodinger atom hydrogen... 1.2 Pesamaan Azimuth... 1.3 Persamaan Polar... 1.4 Persamaan Radial. Cara I (PolinomLaguerre dan Rumus rodrigues ) Cara II (deret, rekursi dan fungsi gamma) Cara III (subtitusi deret) (bu parmi method) 1.5 Solusi eigen dan distribusi probabilitas...... Contoh Permasalahan... 1.6 Spektrum Atom hidrogen...
Jeffry_handhika@plasa.com
Jeffry_handhika@plasa.com