Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FORTUSIS, LEMBAGA ADVOKASI PENDIDIKAN (LAP), LEMBAGA ADVOKASI KERAKYATAN (LAK), LEMBAGA ADVOKASI GURU (LAG), FAGI, KERLIP, FKGH, KALYANAMANDIRA, P2IP, BAHTERA, SANGGAR, TABOO, GEMAPENA
Press Release
Disdik
Ditenggarai
Legalkan
Jual
Beli
LKS
dan
Sejenisnya
di
Kota
Bandung
Munculnya
PP
48
Tahun
2008
tentang
Pembiayaan
Pendidikan,
memberikan
harapan
baru
bagi
masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan
pendidikan
gratis.
Khusus
di
Kota
Bandung,
peraturan
ini
telah
diturunkan
dengan
dikeluarkannya
Perda
No.
15
Tahun
2008
tentang
Penyelenggaraan
Pendidikan.
Namun
pada
kenyataannya
berbagai
pungutan
masih
dialami
oleh
orang
tua.
Berdasarkan
pengamatan
KPKB,
berbagai
pungutan
kepada
orang
tua
siswa
ini
terjadi
di
berbagai
tahap
proses
pendidikan
disekolah,
mulai
dari
tahap
pendaftaran
sampai
dengan
tahap
kenaikan
kelas
atau
kelulusan.
Berbagai
peraturan
yang
melarang
adanya
jual
beli
LKS
ini
sudah
banyak
yang
terbit,
selain
kedua
aturan
di
atas.
Aturan
terakhir
adalah
surat
edaran
Kepala
Dinas
Pendidikan
Kota
Bandung
No.
421/479/Sekrt/2012
bertanggal
30
Januari
2012
tentang
Larangan
LKS.
Ironisnya,
Disdik
pada
saat
yang
hampir
bersamaan
juga
mengeluarkan
surat
izin
kepada
salah
satu
penerbit
untuk
mempromosikan
buku
pelajaran
di
sekolah-sekolah.
Hal
ini
tertuang
dalam
surat
yang
bernomor
421.5/53-PSMAK/2011,
tertanggal
31
Januari
2012
tentang
Izin
Rekomendasi
kepada
PT
Penerbit
Erlangga,
untuk
menawarkan
produk
simulasi
UN
SMA/SMK.
Surat
tersebut
merupakan
balasan
dari
permintaan
Erlangga
melalui
surat
No.
05/ERL/ASM
SMP-A
BDG/I/12
tertanggal
31
Januari
2012.
Masalah
jual
beli
LKS
ini
sangat
meresahkan
sebagian
orang
tua
siswa,
terutama
bagi
orang
tua
dengan
kondisi
ekonomi
yang
lemah.
Sebagai
ilustrasi,
berdasarkan
survei
yang
dilakukan
oleh
KPKB,
harga
LKS
di
tingkat
sekolah
dasar
berkisar
antara
Rp
60.000,00
-
Rp
110.000,00
per
paket
per
semester.
Bila
diambil
nilai
tengahnya,
maka
biaya
untuk
pembelian
LKS
ini
mencapai
Rp.
85.000,00.
Untuk
keluarga
tidak
mampu,
besaran
pengeluaran
untuk
LKS
tersebut
kurang
lebih
setengah
dari
total
pengeluaran
untuk
pendidikan.
Perhitungan
KPKB
berdasarkan
data
Susenas
2009
menunjukkan,
keluarga
miskin
(diindikasikan
sebagai
penerima
BLT),
mengeluarkan
dana
pendidikan
rata-rata
sebesar
Rp.
160.000,00
per
semesternya.
Hal
yang
kurang
lebih
sama
terjadi
untuk
tingkatan
SMP
dan
SMA.
Untuk
anak
terdapat
dampak
tambahan,
yaitu
berupa
diskriminasi.
KPKB
menemukan
beberapa
kasus
dimana
anak
mendapatkan
diskriminasi
bila
tidak
membeli
LKS,
baik
dari
sesama
teman
maupun
oknum
guru.
Salah
satu
bukti
keresahan
masyarakat
tersebut
adalah
laporan
dari
orang
tua
yang
diterima
oleh
KPKB,
sampai
tanggal
20
Februari
2012
melalui
Radio
PR
FM
telah
mencapai
ribuan
laporan.
KPKB
percaya
bahwa
kegiatan
jual
beli
LKS
ini
merupakan
fenomena
gunung
es,
dimana
jumlah
kasus
sebenarnya
dapat
melebihi
jumlah
laporan
yang
masuk.
KPKB
menyimpulkan
setidaknya
tiga
butir
penting
yang
patut
diduga
menjadi
alasan
dibalik
pembiaran
kegiatan
jual
beli
LKS
ini:
Ketidaktegasan
disdik
dalam
menjalankan
aturan.
Tidak
terlihat
adanya
sanksi
bagi
pelanggar
oleh
pihak
Disdik.
Alasan
dimana
tidak
ada
bukti
untuk
memberikan
sanksi
dirasa
Sekretariat: Jl. Kliningan III 9B Bandung 40264 Telp. (022) 732 3003/617 66040
tidak tepat, karena laporan masyarakat sudah sangat banyak dan kasat mata. Ketidaktegasan Disdik dalam menjalankan aturan juga terlihat dari bukti dikeluarkannya surat izin kepada salah satu penerbit untuk mempromosikan buku pelajaran di sekolah. Motif ekonomi. Perhitungan KPKB menunjukkan potensi transaksi dari penjualan LKS saja di seluruh tingkat sekolah negeri diperkirakan mencapai 50 milyar per tahunnya. Sebagai pembanding, nilai ini setara dengan 52 % alokasi anggaran program wajib belajar pendidikan 9 tahun dari APBD Kota Bandung 2011, yang tercatat 95,6 Milyar. Besarnya transaksi ini patut diduga menjadi motif adanya kerjasama antara pihak penerbit dengan pihak-pihak yang memberikan ijin ataupun yang menyediakan lokasi untuk penjualan LKS. Adanya kemalasan pengajar. Motif muncul terkait dengan kenyataan dimana pemberian LKS dapat mempermudah pekerjaan dari guru. Namun hal ini selain tidak mendidik juga dapat menyebabkan pemberian informasi yang salah kepada anak didik. KPKB menemukan beberapa contoh kasus dimana LKS memberikan informasi yang salah.
Melihat berbagai hal tersebut, KPKB menyatakan berbagai hal berikut: 1. Menuntut Dinas Pendidikan Kota Bandung untuk segera menghentikan penjualan LKS di sekolah, sekaligus memberi sanksi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penjualan LKS tersebut, paling lambat satu bulan ke depan sejak dikeluarkannya pernyataan ini. 2. KPKB akan melaporkan Kadisdik Kota Bandung ke Inspektorat Daerah Kota Bandung terhadap penerbitan surat izin rekomendasi kepada penerbit, karena bertentangan dengan Perda Pendidikan Kota Bandung No. 15/2008 Pasal 138. 3. Mencabut izin rekomendasi penjualan buku simulasi ujian nasional untuk sekolah-sekolah di Kota Bandung. 4. Mengajak masyarakat terutama pengguna jasa pendidikan Kota Bandung untuk berperan serta dalam pengawasan pelanggaran penjualan LKS di sekolah-sekolah dengan menyerahkan berbagai bukti ke posko KPKB atau ke PR FM. Bandung, 21 Februari 2012 Koordinator, Fridolin Berek 0812 2066 2010
Sekretariat: Jl. Kliningan III 9B Bandung 40264 Telp. (022) 732 3003/617 66040