Anda di halaman 1dari 41

PENDIDIKAN, PEMBINAAN GENERASI MUDA DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

B A B XIV PENDIDIKAN, PEMBINAAN GENERASI MUDA, DAN KEBUDAYAAN NASIONAL A. PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN GENERASI MUDA 1. Pendahuluan Rangkaian kebijaksanaan pokok dalam pembangunan di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda dalam Repelita II mencakup sejumlah kegiatan lanjutan, perluasan dan peningkatan berbagai usaha selama Repelita I. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemecahan keseluruhan masalah yang mendesak secara lebih mendasar. Masalah-masalah di bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda antara lain menyangkut perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, keserasian (relevansi) pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, tepat guna dan hasil guna pengelolaan sistim pendidikan, peningkatan dan perluasan pendidikan luar sekolah, pembinaan generasi muda pada umumnya, pembinaan olah raga, serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda. Berbagai masalah tersebut berkaitan satu sama lain sehingga keseluruhan kebijaksanaan dalam mengatasinya secara lebih mendasar dengan sendirinya merupakan suatu kebulatan pula. Langkah-langkah kebijaksanaan yang digariskan dalam Repelita II telah mengarahkan penyusunan program-program utama untuk mencapai sasaran-sasaran pokok di bidang pembangunan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui pelaksanaan rencana tahunan. Garis-garis kebijaksanaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

623

a.

Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar

Usaha perluasan dan pemerataan kesempatan belajar sebagai pencerminan dari azas keadilan sosial ditujukan terutama pada Sekolah Dasar, yaitu dengan membangun gedung-gedung SD baru yang dapat menjamin perluasan daya tampung SD untuk 85% dari seluruh anak umur 7 12 tahun yang pada akhir Repelita II diperkirakan berjumlah 23,0 juta. Sehubungan dengan ini, perhatian khusus diberikan pula pada penyediaan guru guru SD yang bermutu dalam jumlah yang memadai sesuai dengan perluasan kesempatan belajar pada SD. Demikian pula kesempatan belajar pada sekolah lanjutan pertama bagi lulusan SD akan diperbesar dengan sekaligus memperhitungkan kenaikan proporsi lulusan SD yang ingin melanjutkan pelajaran ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkat sekolah lanjutan atas, khususnya daya tampung Sekolah Pendidikan Guru (SPG) akan ditingkatkan sesuai dengan kebijaksanaan perluasan pendidikan dasar yang memerlukan guru tambahan. Dalam pada itu kapasitas Sekolah Teknik Menengah (STM) dan sekolah-sekolah kejuruan lainnya akan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan terhadap tenaga trampil dan bermutu. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, perluasan kesempatan studi akan lebih diarahkan kepada bidang-bidang studi tertentu yang selama ini relatif belum mencukupi. Dalam pada itu, kebijaksanaan pemerataan kesempatan belajar ditunjang pula oleh kebijaksanaan pengadaan berbagai jenis beasiswa di semua jenis dan tingkat pendidikan, terutama untuk para pelajar dan mahasiswa yang berbakat atau mampu berprestasi namun keadaan sosial ekonominya relatif lemah. b. Peningkatan mutu pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan untuk semua jenis dan tingkat pendidikan dilakukan antara lain melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

624

(1) pengembangan kurikulum termasuk cara penyajian pelajaran dan sistim studi pada umumnya; (2) pengadaan buku-buku pelajaran pokok beserta buku pedoman guru (Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa) pada SD dan sekolah-sekolah lanjutan, buku-buku pelajaran kejuruan dan teknik untuk sekolahsekolah yang memerlukannya dan buku-buku perpustakaan dalam berbagai bidang studi pada pendidikan tinggi; (3) pengadaan alat-alat peraga dan alat-alat pendidikan lainnya pada SD, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Luar Biasa, laboratorium IPA pada sekolah-sekolah lanjutan umum (SMP dan SMA), fasilitas dan perlengkapan latihan dan praktek pada sekolah-sekolah kejuruan dan teknik, serta laboratorium-laboratorium untuk berbagai bidang ilmu pada pendidikan tinggi;

(4) penataran guru dan dosen secara terarah sesuai dengan keperluan dan prioritas peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan tingkat pendidikan; (5) pengadaan buku-buku bacaan yang sehat .dan bermutu melalui perpustakaan sekolah untuk SD dan sekolah-sekolah lanjutan dalam rangka merangsang minat baca para anak didik dan siswa serta kalangan remaja dan pemuda pada umumnya.
c. Peningkatan relevansi pendidikan Perluasan dan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana diutarakan di atas diusahakan untuk lebih langsung dikaitkan dengan pengembangan kesempatan kerja, termasuk meningkatkan prakarsa membuka lapangan kerja sendiri oleh para lulus-an sekolah, sesuai dengan arah pengembangan generasi muda yang sanggup berdiri sendiri. Sekolah-sekolah kejuruan dan teknik akan lebih dikembangkan polanya sehingga menghasilkan tenaga-tenaga kerja yang diperlukan oleh pembangunan. Untuk itu, dunia usaha dan sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja diikut sertakan sepenuhnya di dalam latihan-latihan ketrampilan kejuruan dan teknik.

625
511120

Keserasian sistim pendidikan dengan kebutuhan pembangunan diusahakan pula dengan menambahkan mata pelajaran kerajinan tangan (prakarya) serta fasilitas pendidikan ketrampilan lainnya pada pendidikan umum. Untuk mengusahakan agar mahasiswa memperoleh latihan yang sesuai dengan kenyataan dan kemajuan pembangunan diselenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sebagai bagian yang integral dari kurikulum Perguruan Tinggi. d. Peningkatan pengelolaan sistim pendidikan

Usaha dalam lapangan ini diperlukan agar dana dan tenaga yang tersedia dapat digunakan secara tepat dan berhasil guna dalam usaha perluasan kesempatan belajar, peningkatan mutu dan peningkatan relevansi pendidikan. Kebijaksanaan dan tata cara kerja yang dikembangkan antara lain meliputi pengembangan kemampuan tenaga pimpinan dalam jumlah yang memadai dan mutu yang baik, kelancaran komunikasi dalam struktur pengorganisasian yang tepat dan terarah, sinkronisasi berbagai kegiatan pendidikan dan latihan sesuai dengan pembagian tugas dan tanggung-jawab fungsionil pembinaan pendidikan dan latihan, serta pengawasan pelaksanaan, baik dalam arti keuangan dan penggunaan biaya maupun teknis operasionil dari pelaksanaan proyek dan program. e. Pendidikan di luar sekolah

Pendidikan di luar sekolah ditingkatkan antara lain melalui usaha pemulihan kemampuan aksarawan yang ada dan menghasilkan aksarawan-aksarawan baru dengan disertai penyediaan bahan bacaan pengetahuan praktis. Kegiatan ini diserasikan pula dengan usaha-usaha penerangan dan penyuluhan dalam berbagai bidang pembangunan masyarakat. Di samping itu dilakukan pula usaha-usaha pembinaan keluarga sejahtera. Selanjutnya diselenggarakan berbagai kegiatan latihan dan kursus pendidikan masyarakat yang bertujuan memberikan berbagai ketrampilan dasar terutama bagi para remaja yang tidak sepe-

626

nuhnya berkesempatan mengikuti atau melanjutkan pendidikan sekolah. f. Pembinaan generasi muda

Pembinaan generasi muda pada umumnya bertalian erat baik dengan usaha-usaha pendidikan sekolah (pendidikan formil) maupun dengan kegiatan pendidikan luar sekolah (nonformil). Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan generasi muda dilakukan dalam lingkungan sekolah dan kampus begitu pula di kalangan masyarakat luas (dalam kepramukaan ataupun organisasi kepemudaan lainnya). Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi, terarah, integral dan komprehensif. Hal ini berarti bahwa antara satu organisasi/lembaga dengan organisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling mengisi dan saling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam pelaksanaan program-program pembangunan serta partisipasinya dalam proses pembangunan pada umumnya. g. Pembinaan olahraga

Usaha di bidang pembinaan olah raga bertujuan meningkatkan kondisi fisik di samping meningkatkan mutu prestasi keolah-ragaan. Untuk mencapai tujuan tersebut diusahakan peningkatan program-program kesegaran jasmani dan latihan/ perlombaan olah-raga yang diikuti oleh sebanyak mungkin peserta di samping peningkatan prestasi berbagai cabang olah raga secara kontinu dan berjenjang. Dalam rangka kebijaksanaan tersebut disediakan alat-alat olah raga di sekolah-sekolah, serta penyelenggaraan pertandingan-pertandingan olah raga di kalangan siswa, generasi muda dan masyarakat luas. Suatu bentuk senam pagi khas Indonesia dikembangkan pula untuk disebarluaskan kepada seluruh masyarakat.

627

h.

Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bidang pendidikan dan pembinaan generasi muda antara lain diwujudkan melalui pelaksanaan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP') yang telah ditinjau kembali sehingga lebih sesuai dengan kenyataan kemampuan orang tua serta lebih wajar, adil dan efektif. Di samping itu diusahakan menggairahkan pengikutsertaan masyarakat luas termasuk dunia usaha melalui Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Usaha-usaha penyempurnaan SPP dan BP3 tersebut akan terus dilanjutkan sehingga kerjasama antara keluarga, masyarakat dan Pemerintah dapat dibina. 2. Perkembangan Umum Pembangunan Pendidikan Dalam tahun pertama Repelita II (1974/75) telah dilaksanakan berbagai kegiatan pembangunan di bidang pendidikan yang dalam garis besarnya antara lain telah menghasilkan perkembangan sebagai berikut : a. Jumlah Murid dan Mahasiswa

(1) Dibandingkan dengan tahun terakhir Repelita I (tahun anggaran 1973/74 atau tahun pelajaran 1974) terdapat kenaikan murid SD dalam tahun pertama Repelita I I (tahun anggaran 1974/75 atau tahun pelajaran 1975). Pertambahan kenaikan murid SD dalam tahun 1974 terhadap tahun sebelumnya adalah 0,5 juta atau 3,8%, yaitu dari 13,1 juta menjadi 13,6 juta. Dalam pada itu, pertambahan dalam tahun 1975 adalah 0,8 juta atau 5,9%, yaitu dari 13,6 juta menjadi 14,4 juta (Tabel XIV 1). Pertambahan kenaikan dalam tahun 1975 tersebut untuk sebagian adalah pengaruh dari Program Bantuan Pembangunan SD (Inpres No. 10/1973) yang pelaksanaannya telah selesai pada pertengahan tahun 1974. (2) Jumlah murid sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) telah bertambah dengan 96 ribu atau 6,0% dalam
TABEL XIV 1.

628

629

JUMLAH MURID DAN MAHASISWA, 1972 1975 (dalam ribuan) MURID/MAHASISWA 1. Sekolah Dasar 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama a. SMP b. Pend. Teknik & Kejuruan 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas a. SMA b. Pend. Teknik & Kejuruan c. SPG & SMOA 4. Perguruan Tinggi/Institut Negeri * * ) a. Fak. Eksakta b. Fak. Non Eksakta c. Keguruan & Pendidikan 1972 13.000 1.444 1.136 308 624 304 286 94 1973 13.100 1.518 1.189 329 688 304 300 84 118 45 39 34 1974 13.600 1.615 1.254 361 688 306 311 81 123 54 49 20 1975 14.400 *) 1.709 1.325 384 722, 317' 325 80

*)

Pengaruh terhadap peningkatan daya tampung dari pembangunan 6.000 gedung SD tahap kedua (Inpres No. 6/1974) belum dicatat/ diperhitungkan. * * ) Angka2 Perguruan Tinggi Swasta belum tercatat untuk tahun 1974.

629

GRAFIK XIV I JUMLAH MURID SEKOLAH 1972 1975 (dalam ribuan)

630

tahun 1975, yaitu dari 1,6 juta dalam tahun 1974 menjadi 1,7 juta dalam tahun 1975. Kenaikan tersebut melampaui kenaikan dalam tahun 1974 yaitu dari 1,5 juta dalam tahun 1973 menjadi 1,6 juta dalam tahun 1974 atau kenaikan 5,6%. Dalam pada itu, jumlah murid SLTP pada tahun 1975 berjumlah 1,7 juta yang terdiri dari 1.325.000 murid SMP dan 384.000 murid Sekolah Teknik/kejuruan. Dibandingkan dengan tahun 1974 maka kenaikan murid SMP adalah 5,7% sedangkan kenaikan murid Sekolah Teknik/Kejuruan adalah 6,4%. Adapun perbandingan murid SMP (sekolah lanjutan pertama umum) terhadap murid Sekolah Teknik dan Kejuruan tidak mengalami perubahan dalam tahun 1975 dibandingkan dengan tahun 1974, yaitu tetap 78,0% SMP dan 22,0% Sekolah Teknik/Kejuruan. (3) Jumlah murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) pada tahun 1975 menjadi 722 ribu yang berarti kenaikan 3,4% terhadap tahun 1974. Kenaikan dalam tahun 1975 ini adalah lebih tinggi daripada kenaikan dalam tahun 1974. Pertambahan dalam tahun 1974 sebagai kenaikan terhadap tahun 1973 adalah 1,5% yaitu dari 688 ribu dalam tahun 1973 menjadi 698 ribu dalam tahun 1974. Keseluruhan 722 ribu murid SLTA pada tahun 1975 di atas terdiri dari 317 ribu murid SMA, 325 ribu murid Sekolah Teknik Menengah (STM) dan kejuruan lainnya dan 80 ribu murid SPG dan SMOA. Dibandingkan dengan tahun 1974 maka dalam tahun 1975 terjadi kenaikan 3,6% dalam jumlah murid SMA, dan kenaikan 4,5% untuk jumlah murid STM dan sekolah kejuruan lainnya. Sedangkan jumlah murid SPG dan SMOA menurun dengan 1,2%. Khusus untuk yang terakhir ini, yaitu SPG dan SMOA sesungguhnya sudah nampak "kemajuan" dalam mengurangi penurunan dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya, yaitu dibandingkan dengan turunnya jumlah murid dalam tahun 1974 terhadap tahun 1973 sebanyak 3,6%. Dalam pada itu, baik untuk SMA maupun untuk STM dan kejuruan lainnya tetap nampak pertambahan kenaikan

631

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu dibandingkan dengan 0,7% kenaikan dalam tahun 1974 terhadap 1973 untuk SMA, dan 3,7% kenaikan dalam tahun 1974 terhadap 1973 untuk STM dan kejuruan lainnya. Akhirnya, perbandingan jumlah murid antara SMA, STM dan kejuruan lainnya, serta SPG dan SMOA tidak mengalami perobahan dalam tahun 1975 terhadap perbandingan dalam tahun 1974, yaitu tetap 44% SMA, 45% STM dan Kejuruan, serta 11% SPG dan SMOA. (4) Jumlah mahasiswa universitas/institut Negeri dalam tahun 1974 adalah 123 ribu yang berarti kenaikan 4,2% terhadap tahun 1973. Kenaikan tersebut adalah 20,0% untuk fakultas-fakultas eksakta (dari 45 ribu dalam tahun 1973 menjadi 54 ribu dalam tahun 1974), 25,6% untuk fakultas noneksakta (39 ribu dalam tahun 1973 menjadi 49 ribu dalam tahun 1974), dan penurunan 41,2% untuk fakultas keguruan dan pendidikan (dari 34 ribu dalam tahun 1973 menjadi 20 ribu dalam tahun 1974). b. Penataran Personil

Kegiatan penataran sebagai usaha peningkatan kemampuan personil (tenaga edukatif dan tenaga administratif) dalam tahun 1974/75 meliputi 109.261 tenaga, yang terdiri dari 94 persen guru SD (102.653 orang), 1,9 persen (2.072 orang) guru pendidikan lanjutan, 1 persen (1.084 orang) dosen pendidikan tinggi, 2,5 persen (2.758 orang) tenaga teknis pendidikan olah raga, pendidikan masyarakat dan kepemudaan, serta 0,6 persen (664 orang) tenaga administratif. Selebihnya yakni 30 orang lainnya terdiri dari tenaga teknis pengembangan pendidikan (Tabel XIV 2). Dalam pada itu dibandingkan dengan tahun 1974 hasil kegiatan penataran sebagai keseluruhan meningkat sepuluh kali lebih (1.063%) yaitu dari 10.276 dalam tahun 1974 menjadi 109.261 dalam tahun 1975. Kenaikan tersebut adalah ter-

632

TABEL XIV 2 PENATARAN PERSONIL, 1972 1974/75

(orang)
1972/73 I. TENAGA TEKNIS EDUKATIP 1. Pendidikan Dasar 2. Pendidikan Lanjutan a. Pend. Menengah Umum b. Pend. Menengah Teknik & Kejuruan c. Pend. Guru & Tenaga Teknis 3. Pendidikan Tinggi a. Ilmu2 Pertanian Science & Ilmu Kedoktoran 3.969 1.164 1.198 501 602 95 978 409 341 228 338 1973/74 9.679 1974/75 108.587 102.653 2.072 882 806 384 1.084 564 333 187 2.758

5.284 535 589 4.160 945 448 317 180 2.117

b.

Ilmu2 Sosial & Budaya

c. Ilmu Pendidikan Keguruan 4. Pend. Olah Raga, Pend. Masyarakat dan Pend. Kepemudaan a. Pend. Olah Raga b. Pend. Masyarakat c. Pend. Kepemudaan 5. Pengembangan sistim Pendidikan II. TENAGA ADMINISTRATIP 6. Tenaga Administratip JUMLAH

26 147 165 292 932 932 4.921

76 1.031 1.010 1.333 597 597 10.276

1.034 566 1.158 30 664 664 109.261

633

GRAFIK XIV 2 PENATARAN PERSON IL 1972 1974/75

634

utama karena dilakukannya kegiatan penataran guru SD secara besar-besaran dalam tahun 1975, baik penataran guruguru SD yang ada maupun penataran guru-guru SD baru dalam rangka Program Bantuan Pembangunan SD (lihat juga Tabel XIV 2). Hasil-hasil penataran tersebut menampakkan kenaikan yang cukup berarti terutama dalam lapangan pendidikan menengah umum (SMP dan SMA) yaitu kenaikan dari 535 guru dalam tahun 1974 menjadi 882 guru dalam tahun 1975, pendidikan menengah kejuruan dan teknik dari 589 tenaga dalam tahun 1974 menjadi 806 tenaga dalam tahun 1975, dan tenaga dosen bidang-bidang pertanian, pengetahuan alam, teknik dan kedokteran yaitu dari 448 (tahun 1974) menjadi 564 tenaga (tahun 1975), tenaga pendidikan olah raga dari 76 orang (tahun 1974) menjadi 1.034 (tahun 1975) dan tenaga administratif dari 597 (tahun 1974) menjadi 664 (tahun 1975). c. Pengadaan Buku Pelajaran Pokok dan Buku Perpustakaan Dalam tahun 1974/75 telah dilakukan pengadaan 6,5 juta buku pelajaran yang terdiri dari 4,6 juta buku pelajaran SD, 1,6 juta pendidikan menengah, 225 ribu untuk pendidikan luar sekolah dan olah raga, dan 90 ribu untuk pendidikan tinggi (Tabel XIV 3) . Selanjutnya, kegiatan pengadaan buku bacaan melalui perpustakaan (Tabel XIV 4) meliputi 14,3 juta buah, yaitu 13,5 juta untuk perpustakaan SD, 517 ribu untuk sekolah-sekolah lanjutan (SMP dan SMA 499 ribu; SPG 18 ribu buku), 227 ribu untuk pendidikan masyarakat dan generasi muda, 82 ribu untuk perpustakaan bahasa dan sastra. Di samping itu, masih dalam rangka melengkapi perpustakaan telah dilakukan pengadaan 836 ribu eksemplar majalah, terutama untuk perpustakaan SD (663 ribu eksemplar), perpustakaan SMP dan SMA (124 ribu), perpustakaan bahasa dan sastra (48 ribu) dan pendidikan guru (seribu eksemplar).

635

TABEL XIV 3 BUKU PELAJARAN POKOK, 1972/73 1974/75 (dalam ribuan) Kegiatan 1. Pendidikan Dasar a. Matematik b. IPA/Bahasa Indonesia c. Pedoman Guru 2. Pendidikan Menengah a. IPA b. IPS c. Bahasa d. Matematika e. Pedoman Guru f. PKK g. Buku-buku Sekolah Guru 3. Pendidikan Tinggi (Pembelian) 4. Olah Raga dan Pendidikan Luar Sekolah JUMLAH 1972/73 10.93 0 10.40 0 530 1.950 1.220 520 10 200 46 337 13.26 3 34 11 302 24.587 1973/74 23.050 3.600 18.900 550 1.224 1.190 1974/75 4.554 1.800 2.692 62 1.624 900 190 285 25 64 40 120 90 225 6.493

Catatan: *) Termasuk 33.000 exemplar Buku Pelajaran yang pengadaannya melalui Perpustakaan Perguruan Tinggi.

636

TABEL XIV 4 PENGADAAN BUKU-BUKU PERPUSTAKAAN DAN MAJALAH TAHUN 1974/75 (exemplar) Buku Perpustakaan 1. Pendidikan Dasar 2. Pendidikan Lanjutan a. SMP & SMA b. SPG 3. Pendidikan Tinggi *) 4. Pengembangan Bahasa dan Sastra serta Perbukuan dan Majalah Pengetahuan 5. Pengembangan Perpustakaan dan Perbukuan serta Majalah Pengetahuan 6. Pengembangan Generasi Muda dan pengembangan Pendidikan Masyarakat 227.100 14.237.500 * ) Buku Perpustakaan bersifat Buku-buku Pelajaran dan dimasukkan dalam Tabel XIV 3. 836.263 410.000 18.000 1.000
1)

Majalah 663.263

Keterangan

13.500.000

Untuk mensuplai Perpustakaan Sekolah di Negara Dikirim langsung ke sekolah-sekolah SMP/SMA Negeri Untuk pengisian perpustakaan Negara

82.400

48.000 124.000

2)

3)

d.

Pengadaan Prasarana Pendidikan

Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas, telah dilakukan pula pembangunan di bidang pendidikan berupa prasarana (fasilitas) pendidikan terutama rehabilitasi, pembangunan baru dan penyediaan tanah untuk sekolah-sekolah, perkantoran dan rumah dinas. Dalam tahun 1974/75 kegiatan tersebut sangat melonjak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Tabel XIV 5), terutama untuk penyediaan tanah khususnya untuk perguruan tinggi dan rehabilitasi sekolah-sekolah lanjutan serta pembangunan baru Sekolah Dasar. 3. Pelaksanaan kegiatan pembangunan a. Pendidikan Dasar

Pembinaan pendidikan dasar dilakukan terutama melalui perluasan kesempatan belajar dan peningkatan mutu Sekolah Dasar (SD). Di samping itu dilakukan pula pembinaan Taman Kanak-kanak (TKK) dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Perluasan dan sekaligus pemerataan kesempatan belajar telah dilakukan melalui Program Bantuan Pembangunan SD (Inpres No. 10/1973 dan Inpres No. 6/1974), yaitu pembangunan 6.000 unit gedung sekolah yang terdiri dari 3 ruang kelas setiap tahapnya. Dengan demikian telah selesai dibangun 6.000 gedung SD yang terdiri dari 6 ruang kelas dan 1 ruang guru serta perabotannya. Hal ini berarti telah tersedianya tambahan kesempatan belajar untuk 720.000 anak setiap tahapnya (tahun 1973 dan 1974) terutama untuk anak-anak yang memasuki SD kelas I. Guna memenuhi keperluan tenaga guru baik pada SD yang baru maupun pada SD yang sudah ada telah diangkat 72.875 guru (54.875 guru dalam tahun 1973/74 dan 18.000 guru dalam tahun 1974/75). Di samping itu dalam rangka peningkatan mutu pendidikan SD telah dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

638

TABELXIV-5 IKHTISAR HASIL, KWANTITATIP BIDANG MATERIL BANGUNAN DAN TANAH ( dalam m2 )

No. Kegiatan Rehabilitasi

Bahan 1972/73 36.725

1973/74

1974/75

1.

2.

- Sekolah Lanjutan - Perguruan Tinggi - Pendidikan Non Formil Kebudayaan -- Kantor Bangunan Baru - Sekolah Lanjutan - Perguruan Tinggi - Pendidikan Non Formil - Kebudayaan -- Kantor - Rumah Dinas

15.980 16.178 4.567 160.112 130.676 17.117 3.590 7.004 1.155 570 500.164 230.466 155.800 37.990 8.948 17.000

46.965 4.610 2.140 160.781 102.063 23.261 6.612 14.200 13.545 1.100 121.310 45.500 70.100 2.540 2.520 550

53.715

267.820

195.030 7.515 110 63.165 140.2541) 108.368 3.191 1.021 10.234 6.054 10.936

3.

Persediaan Tanah Sekolah Lanjutan Perguruan Tinggi Pendidikan Non Formil Kebudayaan Kantor dan Rumah Dinas

2.777.395 43.960 2.672.685 500 60.250 -

697.001
1

335.805

3.185.469

) Tidak termasuk 6.000 SD Inpres yang luasnya a 483 m2/unit.

TABEL XIV 6 PEMBINAAN PENDIDIKAN DASAR (S.D.), 1974/75

Kegiatan 1
1. Pembangunan Gedung SD Baru 2. Pengadaan Buku Pelajaran 3. Pengadaan Buku Perpustakaan 4. Penataran Guru 5. Pengangkatan Guru 6. Pengadaan kendaraan bermotor bagi peningkatan Supervisi Catatan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Inpres S.D. 1973/74 1974/75 2 3


6.000 1) 2.790.000 3) 6.600.000 4) 6.0001) 4.554.000 6.900.000 4 ) 6 36.000 ) 18.000 2.154

Anggaran Pembangunan 4
69.994

Jumlah 5
6.0002) 7.344.000 13.500.000 6) 105.994 *) 72.875 4.044 8)*)

54.875 7) 772

1.118

Masing-masing 3 ruang kelas. Masing-masing 6 ruang kelas. Meliputi Matematika dan Bahasa Indonesia. 100 Judul setiap SD (Negeri dan Swasta). 200 Judul setiap SD (Negeri dan Swasta). Termasuk 2.994 Pembina PDPLD Kabupaten (382 orang), dan Wilayah (2.612 orang). Pengangkatan sejumlah 54.875 guru ini adalah realisasi dari alokasi pengangkatan bagi 57.740 guru. Terdiri dari kendaraan roda empat (159 buah), roda dua 3.743 buah) dan inboard/outboard motor (142 buah).

640

(1) pemantapan pembakuan kurikulum SD; (2) penyempurnaan naskah mata pelajaran pokok (Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial) untuk kelas I sampai dengan kelas III, melalui pengujian dan perbaikan; (3) Pencetakan dan penyuluhan 7.344.000 buku pelajaran pokok (Matematika dan Bahasa Indonesia) pada SD yang dibangun melalui Inpres No. 10/1973 dan Inpres No. 6/1974; (4) penataran 105.994 orang guru (36.000 guru SD Inpres dan 69.994 guru SD lainnya, termasuk 2.994 Pembina PDPLB Kabupaten dan Wilayah). Kecuali itu telah dicetak dan dibagikan sejumlah 13,5 juta buku bacaan untuk perpustakaan 67.138 SD (52.000 SD Negeri dan 14.138 SD Swasta) sehingga setiap SD telah mendapat 200 judul buku perpustakaan dengan 100 judul setiap tahapnya. Selanjutnya, peningkatan mutu SD telah ditunjang pula dengan peningkatan kegiatan penilikan (supervisi) yaitu dengan disediakannya 4.044 buah kendaraan bermotor bagi para Pembina PDPLB Propinsi, Kabupaten dan Wilayah. Sementara itu hasil kegiatan pembinaan Taman KanakKanak (TKK) dan Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sebagai berikut : (a) TKK: penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku pedoman guru (30.000 buah) dan pengadaan alat peraga (511 set) ; (b) SLB; penyusunan kurikulum serta buku-buku pedoman guru, pengadaan peralatan pendidikan dan alat-alat ketrampilan serta perpustakaan pada 12 SLB, dan rehabilitasi/perluasan dari 7 SLB. b. Pendidikan Lanjutan Pertama Dalam rangka penyempurnaan pendidikan lanjutan pertama, khususnya Sekolah Menengah Pertama/SMP (yang da-

641

lam tahun 1974 berjumlah 1.417 SMP Negeri) maka dalam tahun 1974/75 telah dilakukan serangkaian kegiatan pembinaan dengan hasil-hasil sebagai berikut: (1) Pada 1.000 SMP telah dibangun ruang laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) beserta perabotannya sedangkan peralatannya (science equipment) secara berangsur sampai di sekolah-sekolah yang bersangkutan dalam tahun 1975/76. (2) Sekaligus dengan pengadaan laboratorium IPA pada 1.000 SMP tersebut gedungnya pun telah diperbaiki (rehabilitasi). (3) Selanjutnya telah diberikan pula: (a) alat-alat ketrampilan pada 1.000 SMP; (b) alat-alat olah raga dan kesenian pada 1.417 SMP; (c) buku-buku perpustakaan rata-rata 70 judul dengan 3 eksemplar pada 1.417 SMP, di samping tambahan khusus bagi 761 SMP dan SMA (di 6 Propinsi). (4) Sementara itu telah dicetak dan dibagikan 1.020.000 eksemplar buku-buku pelajaran pokok (18 judul) terutama dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Bahasa. (5) Telah dilakukan pula penataran terhadap 260 tenaga guru dan 57 tenaga pembina dalam rangka mempersiapkan penggunaan laboratorium IPA. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan dilanjutkan, ditingkatkan dan diperluas sehingga pengembangan SMP yang disempurnakan akan meliputi semua SMP, baik pada SMP yang telah ada (1.417 dalam tahun 1974 dan bertambah menjadi 1.427 pada tahun 1975) maupun pertambahan kemudian dalam rangka pengintegrasian sekolah-sekolah kejuruan/tehnik menjadi SMP yang disempurnakan. (6) Dalam pada itu telah berhasil pula disusun penyempurnaan kurikulum SMP (kurikulum SMP 1975) yang akan mulai berlaku dalam tahun 1976.

642

c.

Pendidikan Lanjutan Atas (1) Pembinaan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Sejumlah 200 SMA telah diperlengkapi dengan ruangruang laboratorium IPA sedangkan perabotan dan peralatan laboratoriumnya (science equipment) secara berangsur-angsur akan sampai di sekolah-sekolah dalam tahun 1975/76. Dalam pada itu 346 ruang kelas pada 200 SMA tersebut telah mengalami rehabilitasi. Untuk 417 SMA telah dibagikan pula alat-alat kesenian dan olah raga serta buku-buku perpustakaan (sebanyak ratarata 50 judul). Selanjutnya telah dicetak dan didistribusikan 460.000 buku pelajaran terdiri dari 17 judul terutama meliputi mata pelajaran IPA, IPS dan Bahasa. Sementara itu telah dilakukan penataran terhadap 115 instruktur penataran guru IPA (untuk SMP dan SMA). Di samping itu telah pula dilakukan penataran untuk 450 guru IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Sehubungan dengan rangkaian kegiatan pembinaan SMA, maka dalam tahun 1974/75 telah disempurnakan kurikulum SMA yang akan berlaku mulai tahun pelajaran 1976. Selanjutnya, penyelenggaraan 66 Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) terus dilakukan dalam rangka penyebaran terbatas dari hasil-hasil percobaan (eksperimentasi) pembaharuan sistim pendidikan yang dilakukan melalui 9 Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada 9 IKIP terkemuka. (2) Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Hasil-hasil usaha peningkatan mutu dan penyesuaian sekolah teknologi dan kejuruan dengan kebutuhan pembangunan yang telah dilaksanakan dalam tahun 1974/75 antara lain adalah sebagai berikut :

643
511120

Penyelesaian 8 STM Pembangunan sebagai Sekolah Perintis, 5 Pusat Latihan Pendidikan Teknik (TTC) yaitu di Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang dan Medan. Di samping itu rehabilitasi bertahap dari 64 buah STM dan 5 buah ST yang tersebar di 25 Propinsi. Telah dilakukan pula rehabilitasi Sekolah-sekolah Kejuruan (13 buah gedung SMEA, 2 buah SKKA, 1 buah SPIK dan beberapa SKKP, SMEP dan SPSA). Di samping itu telah pula diadakan penataran-penataran terhadap: Guru dan Pembina SKKA : 228 orang Guru dan Pembina SMEA : 218 orang Guru dan Instruktur Teknik : 360 orang Akhirnya dilanjutkan pula penyusunan dan pengadaan buku-buku pelajaran/alat-alat pendidikan untuk penyempurnaan kurikulum yang kemudian dicobakan pada SKKA, SMEA, STM, SPSA dan SPIK. (3) Peningkatan Pendidikan Guru Dalam rangka pembinaan pendidikan guru, khususnya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) telah dilakukan pengembangan terhadap 16 buah SPG. Dalam tahun 1974/75 telah dilaksanakan rehabilitasi dan perluasan ruang belajar, pengadaan buku pedoman guru (64.000 eksemplar) , buku-buku pelajaran (120.000 eksemplar), buku-buku perpustakaan (18.000 buah), serta penataran 384 tenaga guru dan pembina SPG. Kurikulum SPG telah disempurnakan pula (kurikulum SPG 1975) sehingga sudah dapat diterapkan dalam tahun pelajaran 1976. d. Pendidikan Tinggi Kegiatan pembinaan pendidikan tinggi yang meliputi 39 Universitas/Institut telah menghasilkan antara lain: (1) Pembangunan gedung baru/ruang kuliah pada 29 universitas/institut;

644

(2) Pengadaan ruang perpustakaan; (3) Rehabilitasi ruang laboratorium; (4) Pengadaan perlengkapan dan alat-alat laboratorium, perpustakaan dan perkantoran; (5) Pembangunan perumahan dosen; (6) Penterjemahan dan penulisan buku pelajaran (sebanyak 126 buah); (7) Penataran tenaga akademis sebanyak 439 orang di dalam negeri dan 645 orang di luar negeri; (8) Penelitian dalam berbagai ilmu (235 proyek); (9) Pengadaan buku perpustakaan (32.877 buah); (10) Penyelenggaraan 12 Balai Bahasa dan 26 laboratorium bahasa dalam rangka meningkatkan kemampuan penguasaan Bahasa Inggeris oleh para dosen dan mahasiswa. Selanjutnya, dalam rangka perluasan kampus dan pembangunan kampus baru pada sejumlah universitas/institut telah dilakukan juga penyediaan tanah. Sementara itu dalam program peningkatan pendidikan tinggi termasuk pula kelanjutan proyek "Tropical Biology" dan "Tropical Medicine". Akhirnya, kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah dicobakan pada 15 universitas/institut dengan mengikut sertakan 564 mahasiswa. e. Pembinaan Bakat dan Prestasi Dalam tahun 1974/75 telah diadakan langkah-langkah persiapan untuk pemberian beasiswa kepada siswa-siswa SD kelas V dan VI, SLTP kelas II dan III, SLTA kelas II ,dan III dan mahasiswa tingkat II, III dan tingkat V yang berbakat dan berprestasi tinggi. Untuk itu seleksi diadakan dengan memperhitungkan bakat istimewa dan kesanggupan prestasi yang dimiliki serta status ekonomi dengan mengutamakan mereka yang karena alasan ekonomi dikhawatirkan tidak dapat menyelesaikan atau melanjutkan pendidikannya. Melalui prosedur tersebut, beasiswa diberikan kepada 2.936 siswa dan mahasiswa dengan perincian: 1.269 siswa SD, 782 siswa SLTP, 581 siswa SLTA dan 304 orang

645

mahasiswa pada 40 perguruan tinggi Negeri. Besarnya beasiswa ditetapkan dengan mempergunakan sistim rayon dan dengan memperhatikan pula tingkat pendidikan. f. Pendidikan Luar Sekolah, Pembinaan Generasi Muda dan Pembinaan Olah Raga Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan Luar Sekolah, yang bertujuan memperluas kesempatan latihan ketrampilan bagi mereka yang tidak mempunyai kesempatan meneruskan sekolah dilaksanakan melalui proyek-proyek Pengembangan Pendidikan Masyarakat yang tersebar di 23 propinsi dengan perhatian khusus kepada perbatasan Kalimantan Barat serta Tapol di Pulau Buru. Dalam tahun 1974/75 telah dapat dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Pengadaan/perluasan ruang latihan PLPM; (2)Pengadaan (kendaraan) alat mobilitas kegiatan pembina pendidikan masyarakat; (3) Pengadaan peralatan kantor (antara lain, mesin tik, dan mesin stensil); (4)Pengadaan alat-alat perlengkapan pendidikan audio visual dan, kesejahteraan keluarga; (5) Penataran 876 orang petugas; (6)Penyelenggaraan loka karya pengembangan kebijaksanaan dan evaluasi pelaksanaan di 5 daerah; (7) Pengadaan buku pelajaran/buku bacaan 222.900 expl. yaitu buku-buku perpustakaan masyarakat dan buku-buku bacaan untuk pelajaran kursus PBH; (8) Pengadaan buku pedoman penyuluhan 21.000 expl. Di samping itu diselenggarakan pula 141 buah PBH Fungsionil. Melalui Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Non Formil dalam tahun 1974/75 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan penyusunan survey instrumen, identifikasi dan experimentasi

646

pendidikan non formil agar dapat disinkronisasikan dan dikoordinasikah berbagai kegiatan non formil di tingkat daerah sehingga pengembangan dan pembinaan ketrampilan dalam rangka usaha penanggulangan masalah pengangguran di daerah-daerah dapat dicapai. Pembinaan Generasi Muda Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara pembinaan generasi muda sebagai tunas-tunas bangsa ditujukan agar mereka dapat menjadi pengganti generasi yang lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi dan membina kemerdekaan bangsa. Selanjutnya digariskan pula bahwa wadah-wadah pembinaan pemuda dilakukan melalui lingkungan keluarga, sekolah, organisasi-organisasi kepemudaan, pramuka dan lain-lainnya. Sehubungan dengan itu dalam tahun 1974/75 usaha pembinaan generasi muda telah dilakukan antara lain melalui serangkaian lokakarya dan seminar, untuk memantapkan pola pembinaan dan pengembangan yang lebih terkoordinir, terintegrasi dan serasi. Hal ini diusahakan mengingat bahwa pembinaan generasi muda sebagai keseluruhan adalah merupakan usaha kerjasama dan saling mengisi dari berbagai departemen dan lembaga non departemen serta organisasi masyarakat termasuk organisasi-organisasi pemuda dan remaja sendiri. Keseluruhan usaha tersebut ditujukan terhadap pemuda dan remaja dari berbagai kelompok usia, dari pelbagai lingkungan sosial (baik pedesaan maupun perkotaan), yang masih sekolah ataupun yang kurang berkesempatan memanfaatkan pendidikan sekolah serta meliputi segi-segi kehidupan produktif, rekreatif, kesegaran jasmani dan pengembangan rohani. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk pembinaan dan pengembangan generasi muda dalam tahun 1974/75, antara lain berbentuk bantuan kepada Pramuka yang diberikan tanpa mengurangi keleluasaan kepramukaan sebagai organisasi sukarela yang tersedia bagi kaum remaja. Bantuan tersebut adalah

647

untuk penyelenggaraan pusat-pusat latihan tenaga pembinaan Pramuka dan untuk menggairahkan kegiatan gugus-gugus Pramuka. Sebagai permulaan telah berhasil dibangun empat buah gedung Lembaga Cadika, yaitu di Subang, Blora, Sleman dan Jember, serta penyelenggaraan kursus pembina pelatih Taruna Bumi di tujuh lokasi (di Jakarta, Subang, Sleman, Ujung Pandang, Menado, Medan dan Padang), kursus-kursus pembina Pramuka, lokakarya pendidikan di luar sekolah, latihan management dan transmigrasi Pramuka di Jakarta. Dalam pada itu melanjutkan usaha pemberian kesempatan pada pemuda dan remaja untuk memperoleh berbagai ketrampilan produktif. Untuk ini dalam tahun 1974/75 telah diselenggarakan latihan-latihan ketrampilan di daerah pedesaan terutama untuk pemuda kelompok usia 15 24 tahun yang berhasrat menciptakan lapangan kerja sendiri dalam usaha perbengkelan, las, pertukangan kayu, peternakan ayam dan lain sebagainya. Tidak kurang dari 1.000 peserta telah memanfaatkan kesempatan latihan ketrampilan tersebut. Kegiatan khusus lainnya di daerah pedesaan adalah pembangunan tiga buah gedung Pusat Latihan Kegiatan Kepemudaan sebagai proyek percontohan, yaitu di Purwokerto, Lumajang dan Ujung Pandang, serta penyelenggaraan kursus-kursus pembina pelatih Taruna Bumi di tujuh lokasi. Selanjutnya diusahakan juga agar pemuda dapat lebih mudah menggunakan kesempatan-kesempatan latihan kerja yang tersedia dan agar kemudian berhasil mendapat pekerjaan yang mantap. Dalam rangka usaha ini telah dibangun empat pusat latihan kerja yang baru masing-masing di Medan, Samarinda, Ujung Pandang dan Jakarta. Sementara itu telah diambil langkah-langkah persiapan pembangunan 17 buah Pusat Latihan Kerja yang tersebar di berbagai kota kabupaten. Perluasan dan peningkatan serta penambahan perlengkapan pada delapan buah pusat latihan kerja yang ada telah memungkinkan latihan untuk lebih dari 13.000 tenaga muda dalam berbagai kejuruan di bidang industri, pertanian dan management. Dengan demikian

648

maka generasi muda diberi kesempatan untuk memilih lapangan kerja sesuai dengan kemampuan dan aspirasinya serta sekaligus sesuai dengan kebutuhan proses pembangunan. Pemuda remaja diberi kesempatan pula memilih sendiri kegiatan olah raga, rekreasi dan seni budaya sebagai pemanfaatan sebagian dari waktu mereka. Dalam tahun 1974/75 telah dikembangkan kegiatan remaja dalam Karang Taruna di 115 kabupaten dan kotamadya yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu dengan melengkapinya dengan peralatan pertukangan, olah raga dan kesenian, serta telah ditatar lebih dari 250 petugas kesejahteraan remaja. Alat-alat olah raga dan kesenian telah pula diberikan pada 1.417 S M P dan 417 S M A , di samping alatalat ketrampilan pada 1.000 SMP. Dalam rangka meningkatkan fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan agama yang berperan dalam pembangunan, kepada 42 pondok pesantren telah diberikan sarana pendidikan ketrampilan berupa alatalat pertanian, peternakan dan pertukangan yang didahului oleh pesantren dan latihan dari 350 tenaga pelopor pembaharuan pondok pesantren yang bersangkutan. Adapun peranan pemuda remaja dalam pembangunan pertama-tama dilakukan melalui bentuk-bentuk dan cara-cara kegiatan yang dapat diterima oleh generasi muda sendiri. Selanjutnya disediakan kesempatan seluas-luasnya untuk mempersiapkan diri bagi pengambilan peranan kepemimpinan dalam tahap pembangunan masa mendatang. Di samping itu diadakan wadah-wadah atau forum-forum di mana para generasi muda dapat mengadakan dialog yang produktif di antara mereka sendiri serta di antara pemerintah dengan generasi muda. Dalam rangka ini maka dalam tahun 1974 telah terbentuk Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di tingkat Pusat dan di daerah-daerah. Akhirnya, masalah kenakalan remaja mendapatkan perhatian dengan diselesaikannya Panti Pendidikan Anak Tuna So-

649

sial di Jakarta. Sedangkan usaha rehabilitasi sosial terhadap para remaja korban narkotika antara lain ditingkatkan dengan diselesaikannya tempat rehabilitasi sosial di Jakarta untuk melanjutkan keseluruhan proses penyembuhan setelah menjalani perawatan medis. Usaha-usaha pembinaan generasi muda sebagaimana diuraikan di atas, termasuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam tahun 1974/75, tidaklah terlepas dari perkaitannya dengan berbagai usaha di bidang-bidang lain yang ada hubungannya dengan pemenuhan keperluan-keperluan pokok dari generasi muda, yaitu di bidang pembangunan kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan di sekolah dan di luar sekolah, kesejahteraan sosial, perluasan kesempatan kerja serta kehidupan keagamaan. Dasar pemikiran utama ialah bahwa dalam tahun 1974/75 sebagai tahun pertama pelaksanaan Repelita II secara lebih mendasar dilanjutkan, ditingkatkan dan diperluas kegiatan pengembangan generasi muda dengan memberikan kesempatankesempatan pendidikan dan latihan yang mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan, melibatkan diri dalam proyek-proyek pembangunan, pemanfaatan sebagian dari waktu mereka secara produktif dan rekreatif, serta kesempatan menghayati dan mengamalkan kehidupan beragama. Pembinaan Olah Raga Dalam bidang olah raga, telah dilakukan perluasan gedunggedung dan fasilitas untuk Sekolah Tinggi Olah Raga (STO) dan Sekolah Menengah Olah Raga Atas (SMOA). STO-STO yang telah dibangun/diperluas/direhabilitir adalah di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan dan Ujung Pandang. Sedangkan SMOA-SMOA yang dibangun/diperluas/direhabilitir adalah di Jakarta, Bandung, Karawang, Semarang, Purwokerto, Magelang, Solo, Singaraja dan Denpasar. Dalam rangka peningkatan mutu para Dekan/Dosen dan pengajar telah dilakukan penataran-penataran di Pusat terhadap 22 orang Dekan/pembantu Dekan STO dan 40 orang;

650

Pembina/Pimpinan SMOA. Sedangkan pada tingkat daerah telah diadakan penataran terhadap 200 orang guru-guru SMOA dan Dekan setempat. Untuk menggalakkan dan memasalkan kegiatan olah raga telah pula diselenggarakan pertandinganpertandingan/perlombaan olah raga pelajar Sekolah Lanjutan dan Umum, pengadaan paket buku olah raga 1000 expl., serta pembinaan prestasi olah raga dengan memberikan bantuan kepada KONI. Bantuan tersebut telah dimanfaatkan untuk penataran 702 pelatih olah raga tingkat nasional dan penyelenggaraan pemusatan latihan persiapan Asian Games ke VII yang meliputi 6 cabang olah raga. g. Pengembangan Sistim Pendidikan

Program ini diadakan dalam rangka pembaharuan sistim pendidikan dengan maksud untuk mendapatkan cara-cara yang memiliki daya ampuh dan daya guna yang memadai di dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan. Kegiatan pembaharuan yang sedang dirintis mencakup bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan sistem pendidikan, baik pendidikan di sekolah maupun pendidikan di luar sekolah. Jenis kegiatan yang dimaksud, antara lain meliputi pembaharuan sistim informasi dan metode perencanaan penyusunan sistim dan statistik pendidikan (termasuk pembiayaan pendi- dikan), penyempurnaan kurikulum SD, SL dan Pendidikan Guru (termasuk percobaan kurikulum SD dan SL melalui Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), sistim dan metode penyajian (termasuk percobaan dan pengembangan program Radio dan Televisi Pendidikan sebagai salah satu media pendidikan), pengembangan pola pengelolaan dan ketenagaan, pengembangan test, pengembangan kebijaksanaan perguruan tinggi, serta berbagai kegiatan penelitian lainnya dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan olah raga. 651

B. KEBUDAYAAN NASIONAL 1. Pendahuluan Kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sepanjang sejarah bangsa, merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dalam Repelita II diusahakan meningkatkan pembinaan dan pemeliharaan kebudayaan nasional sekaligus untuk pemupukan kepribadian bangsa, kebanggaan dan kesatuan nasional. Tujuan pokok pembinaan kebudayaan nasional dalam Repelita II antara lain adalah menciptakan iklim dan lingkungan yang benar-benar memungkinkan pengembangan kebudayaan nasional dengan terpegang pada norma Pancasila dan merealisasikan wawasan Nusantara yang lebih mantap. Pelaksanaan pembinaan kebudayaan juga diarahkan untuk menghindari timbulnya nilai-nilai sosial budaya yang bersifat feodal maupun pengaruh kebudayaan asing yang bersifat negatif. Dalam pembinaan ini diperhatikan pula variasi pada kebudayaan Indonesia yang dimanfaatkan untuk mengembangkan serta memperkaya kebudayaan nasional. Tradisi-tradisi serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai-nilai perjoangan dan nilainilai budaya bangsa yang tersebar di seluruh Indonesia, dijadikan warisan nasional bagi generasi muda. Dilain pihak kemampuan masyarakat untuk menyerap nilai-nilai asing yang positif yang diperlukan bagi berhasilnya pembangunan, dimungkinkan untuk diserap selama tidak bertentangan dengan kepribadian dan kepentingan bangsa. Dengan demikian maka tujuan pokok pengembangan kebudayaan nasional adalah memperkuat identitas dalam alam pembangunan dan perubahan serta mempertinggi kesatuan nasional, kesadaran dan harga diri bangsa. Khususnya pengembangan kebudayaan nasional perlu diperkaya oleh generasi muda dengan hasil-hasil karya ciptaan baru. Karena 652

itulah maka usaha-usaha pembinaan yang telah dilakukan dalam

Repelita I lebih ditingkatkan lagi terutama melalui pengadaan fasilitas-fasilitas untuk peningkatan kegiatan dan pengembangan apresiasi kesenian. Pengembangan seni diusahakan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kegiatan dalam pusat-pusat pengembangan kesenian. Satu bagian integral dari kebudayaan nasional adalah Bahasa Nasional yang diusahakan penyempurnaan, penggunaan dan pengucapannya melalui usaha peningkatan pembakuan tata istilah, tata bahasa dan lain-lain, dan karya-karya sastra yang bermutu maupun yang berasal dari bahasa daerah, yang semuanya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ataupun dikembangkan dalam bahasa Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah disatu pihak memupuk budaya nasional melalui bahasa dan pada lain pihak merungkinkan bahasa kita memperkaya diri. 2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan a. Program penyelamatan dan Pemeliharaan Warisan Budaya Nasional

Kegiatan utama dalam rangka penyelamatan dan pemeliharaan budaya adalah antara lain rehabilitasi 11 museum, masing-masing 4 museum di Jawa (yaitu di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya) dan 7 museum di luar Jawa (yaitu di Banda Aceh, Medan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Pontianak, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Maluku). Dalam rangka program ini telah diadakan pemugaran sebagian istana Yogyakarta (Pakualaman), Surakarta (Mangkunegaran) serta kraton Deli, khususnya terhadap bagianbagian yang dapat dikunjungi oleh umum. Selain itu telah dilakukan pemugaran pura Saraswati, Blanjong, Tegal perang, dan Kahan di Bali. Termasuk pula dalam program ini pemugaran puri lukisan Ubud dan pembangunan Sasana Budaya di Bangli Bali yang meliputi Ruang Wantilan, Ruang Pameran, teater terbuka, dan studio.

653

Dalam rangka inventarisasi, dokumentasi dan lanjutan rehabilitasi peninggalan purbakala di bidang prasejarah, klasik dan sejarah Islam di Indonesia, telah dilakukan rehabilitasi Taman Bukit Pasir (Bogor), Taman Purbakala (Kuningan), restorasi Candi Borobudur di Jawa Tengah dan Candi Cangkuang di Jawa Barat, rehabilitasi 3 kolam Segaran Majapahit di Trowulan, pura Goa Gajah di Bali, dan pemugaran bangunan tempat penyimpanan benda-benda kuno kraton Kanoman Cirebon. Untuk pemugaran candi Borobudur telah dipersiapkan peralatan pengolahan batu-batu. Kecuali itu telah diadakan pula penataran 74 tenaga arkeologi. Dalam rangka penyusunan rencana induk penyelamatan dan pemeliharaan warisan sejarah budaya telah dilakukan penelitian data/potensi kepurbakalaan untuk daerah-daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Timur. Dalam rangka pengumpulan benda-benda purbakala dan kebudayaan telah dilakukan usaha-usaha membendung arus mengalirnya benda-benda kuno Indonesia ke luar negeri dan dilakukan pula usaha untuk memperoleh kembali beberapa benda budaya nasional dan memperoleh ataupun membeli kembali benda-benda purbakala tersebut. Dalam usaha pengumpulan benda-benda purbakala dan benda budaya daerah, telah dikumpulkan benda-benda purba kala dari Kalimantan Timur (bekas Kerajaan Kutai), pengumpulan benda seni budaya berupa patung, lukisan dan topeng dari Bali, Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara, bendabenda keramik, perunggu, emas dan lain sebagainya dari Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya serta pakaian adat dari Kalimantan Tengah. Untuk memperluas pengetahuan tentang peninggalan purbakala, sejarah dan kebudayaan di Indonesia telah dilakukan juga dokumentasi berupa foto dan slides dari daerah Jawa

654

Barat, Jawa Bali dan Aceh. Kegiatan dokumentasi juga meliputi pembuatan dokumentasi serta pembuatan monografi sejarah budaya dari propinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, Riau, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Jambi dan Jakarta. Selain daripada itu telah diadakan daftar tentang koleksi museum dalam bidang Area Perunggu, Kitab Babad dan Antropologi Indonesia, serta Ensiklopedi Wayang Purwa. Dalam hubungan ini telah pula dimulai penyusunan dan penerbitan cerita rakyat daerah, mengadakan map album seni budaya daerah dan pembuatan film Ketoprak. Melalui TV dan radio telah diusahakan pula siaran-siaran seni budaya. b. Pendidikan dan Pengembangan Seni Budaya

Dalam tahun 1974/75 kegiatan ini meliputi usaha-usaha pengembangan/pembinaan pendidikan kesenian, yaitu rehabilitasi Pusat-pusat Kebudayaan di 9 tempat, yaitu di Jawa Tengah/Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan Bali. Di samping itu telah direhabilitir pula lembaga pendidikan kesenian/Konservatori Tingkat Pertama yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara dan lembaga pendidikan tingkat akademi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali dan Sumatera Barat. Di dalam program, tersebut telah dilakukan pula penataran 49 tenaga guru kesenian, 90 pembina kesenian, dan penerbitan buku-buku pelajaran pelbagai macam kesenian serta peralatan kesenian. Kecuali itu telah diadakan pula lomba seni dan pameran seni untuk para pelajar. c. Pengembangan Bahasa dan Sastra

Salah satu usaha pengembangan bahasa dan sastra dalam tahun 1974/75 dilakukan melalui penyusunan kamus tata isti-

655

lah sastra bahasa Indonesia dan daerah dalam rangka kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam bidang penyatuan ejaan bahasa Indonesia dan Melayu. Seminar Pengembangan Politik Bahasa Nasional telah diselenggarakan di Jakarta dan telah mengumpulkan usul-usul dalam bidang bahasa nasional, bahasa daerah dan pemanfaatan bahasa-bahasa asing tertentu di Indonesia. Di dalam politik Bahasa Nasional telah ditentukan perencanaan, pengarahan dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar pengolahan keseluruhan, pedoman umum pembentukan istilah, dan pedoman umum penelitian Bahasa dan Sastra termasuk pula dalam rangka kegiatan ini. Selain daripada itu telah dimulai penyusunan buku Pedoman Bahasa Indonesia dan Daerah, Sastra Indonesia dan Daerah, majalah sastra dan lain.-lain. Penterjemahan karya kesusastraan Daerah ke dalam bahasa Indonesia antara lain telah menghasilkan penterjemahan Hikayat Putri Gombak Emas (Aceh), Panji Wulung (Sunda), Panji Pakangraras (Bali), Panji Jayalengkara dan Anggraeni (Jawa). Dalam hal penyelamatan dan penterjemahan naskah kuno telah dapat dilakukan penyelamatan buku/naskah berharga sebanyak 26 buah dari daerah (bahasa) Bali, Jawa dan Sunda. Kegiatan lain dalam pembinaan bahasa meliputi penataran 65 orang peserta untuk bidang leksikografi di samping kegiatan pembinaan bahasa melalui TV dan Radio. d. Perkembangan pengetahuan Perbukuan dan majalah

Dalam rangka pengembangan perpustakaan tahun 74/75 telah dilaksanakan antara lain pendidikan pustakawan sebanyak 26 orang, pembelian buku-buku untuk Perpustakaan Nasional, pembinaan perpustakaan keliling, dan pembinaan perpustakaan sekolah. Usaha penerbitan buku/majalah pengetahuan umum dimulai dengan suatu inventarisasi penerbitan dan penulisan/penerbitan Buku Induk Sejarah Indonesia sebanyak 6 jilid yang dice-

656

TABEL XIV 7 KEGIATAN PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL

Rehabilitasi dan Pemugaran 1. Pemugaran Kepurbakalaan dan Peninggalan Sejarah Nasional a. Taman Purbakala b. C a n d i c. Kraton/Puri d. Mesjid/Pura e. Lain-lain/rumah adat 2. Rehabilitasi/Perluasan Museum 3. Pusat Kebudayaan/Kesenian 4. Sekolah-sekolah Kesenian

1972/73

1973/74

1974/75

2 1 1 2 6 7

2 1 1 2 6 7

15 4 2 5 3 1 11 9 8

tak rata-rata 2.500 exp/per jilid dan pengadaan majalah remaja untuk murid-murid sekolah sejumlah 480.000 exp. Dalam rangka pengembangan Perbukuan Indonesia diusahakan menciptakan iklim yang baik antara lain melalui anjuran kepada pengarang buku, penerbit, percetakan dan, pedagang buku agar mutu perbukuan Indonesia ditingkatkan melalui pembentukan organisasi sejenis dalam bidangnya masing-masing. Kepada masyarakat dan pembaca disarankan supaya para orang tua, RT/RW, guru, pramuka, organisasi wanita, organisasi pemuda agar mendorong kebiasaan membaca dengan pembentukan perpustakaan sederhana.

657

Anda mungkin juga menyukai