Anda di halaman 1dari 12

Multiple Sclerosis by Rahmat Ilham Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf

pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf. Pada multiple sclerosis, peradangan menyebabkan myelin akhirnya menghilang. Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai tambahan, syarafsyaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan. Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis. Biasanya, seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20 dan 50 tahun, namun multiple sclerosis telah didiagnosis pada anak-anak dan pada kaum tua. Multiple sclerosis adalah dua kali lebih mungkin terjadi pada Caucasians (orang kulit putih) daripada dalam kelompok lain mana saja. Wanita-wanita adalah dua kali lebih mungkin daripada pria-pria dipengaruhi oleh multiple sclerosis diawal kehidupannya. Penyebab Multiple Sclerosis Penyebab dari multiple sclerosis masih belum diketahui. Pada 20 tahun terakhir, peneliti-peneliti telah memusat (fokus) pada kelainan-kelainan dari sistim imun dan genetik-genetik untuk penjelasan-penjelasan. Sistim imun adalah pertahanan tubuh dan adalah sangat terorganisasi dan teratur. Jika terpicu oleh suatu penyerang (agresor) atau obyek asing, sistim imun menyusun suatu tindakan pertahanan yang mengidentifikasi dan menyerang penyerbu dan kemudian menarik diri. Proses ini tergantung pada komunikasi yang cepat diantara sel-sel imun dan produksi dari sel-sel yang dapat menghancurkan pengganggu. Pada multiple sclerosis, penelitipeneliti mencurigai bahwa suatu agent asing seperti suatu virus merubah sistim imun sehingga sistim imun merasa myelin sebagai suatu pengganggu dan menyerangnya. Serangan oleh sistim imun pada jaringan-jaringan yang seharusnya melindungi disebut autoimmunity, dan multiple sclerosis dipercayai adalah suatu penyakit dari autoimmunity. Dimana beberapa dari myelin mungkin diperbaiki setelah penerangan, beberapa dari myelin menghilang dan syaraf-syaraf dilepaskan dari penutup ini (menjadi demyelinated). Luka parut juga terjadi, dan material disimpan kedalam luka-luka parut dan membentuk plak-plak (plaques). Multiple Sclerosis Diturunkan/Diwariskan ? Meskipun perannya masih belum jelas, genetik-genetik mungkin memainkan suatu peran pada multiple sclerosis. Orang-orang gipsi Eropa, Eskimo-Eskimo dan Bantu Afrika pada dasarnya tidak mengembangkan multiple sclerosis, dimana orang-orang pribumi Indian dari Amerika Utara dan Selatan, orang-orang Jepang dan kelompok-kelompok Asia lain mempunyai suatu kejadian yang rendah. Populasi umum mempunyai kurang dari satu persen kesempatan untuk

pernah mendapatkan multiple sclerosis. Kesempatan meningkat pada keluarga-keluarga dimana seorang saudara derajat satu mempunyai penyakit ini. Jadi, seorang kakak/adik laki, kakak/adik perempuan, orangtua, atau anak dari seseorang dengan multiple sclerosis berkesempatan satu sampai tiga persen mengembangkan multiple sclerosis. Dengan cara yang sama, kembar dua yang identis mempunyai suatu kesempatan hampir 30% memperoleh multiple sclerosis sedangkan kembar dua yang tidak identis mempunyai hanya suatu kesempatan dari 4% jika kembaran yang satu mempunyai penyakit ini. Statistik ini menyarankan bahwa faktor-faktor genetik memainkan suatu peran utama pada multiple sclerosis. Bagaimanapun, data lain menyarankan bahwa faktor-faktor lingkungan juga memainkan suatu peran yang penting. Tipe-Tipe Dari Multiple Sclerosis Ada manifestasi-manifestasi klinik yang berbeda dari multiple sclerosis. Sewaktu suatu serangan, seorang pasien mengalami suatu keburukan yang mendadak dalam kemampuan-kemampuan fisik yang normal yang mungkin mencakup dari ringan sampai berat/parah. Serangan ini, adakalanya dirujuk sebagai suatu pembusukan dari multiple sclerosis, secara khas berlangsung lebih dari 24 jam dan umumnya lebih dari beberapa minggu (jarang lebih dari empat minggu). Kira-kira 65-80% dari pasien-pasien mulai dengan Relapsing-Remitting (RR) MS, tipe yang paling umum. Pada tipe ini, pasien-pasien mengalami suatu rentetan serangan-serangan diikuti oleh kehilangan gejala-gejala (remisi) scara penuh atau sebagian sampai serangan lainnya terjadi (kambuh). Itu mungkin adalah berminggu-minggu sampai berdekade-dekade diantara kekambuhan-kekambuhan. Pada Primary-Progressive (PP) MS, ada suatu kemunduran berangsur-angsur yang terus menerus pada kemampuan-kemampuan fisik seorang pasien dari permulaan daripada kekambuhan-kekambuhan. Kira-kira 10%-20% dari pasien-pasien mulai dengan PP-MS. Pasien-passien yang mulai dengan RR-MS dapat kemudian memasuki suatu fase dimana kekambuhan-kekambuhan adalah jarang namun lebih banyak ketidakmampuan berakumulasi, dan dikatakan mempunyai tipe Secondary-Progressive (SP) dari multiple sclerosis. Kira-kira 50% dari pasien-pasien RR-MS akan mengembangkan SP-MS dalam 10 tahun. ProgressiveRelapsing (PR) MS adalah suatu tipe dari multiple sclerosis yang dikarakteristikan oleh suatu kemunduran yang terus menerus pada kemampuan-kemampuan yang ditemani oleh seranganserangan sporadis (sekali-sekali). Ada kasus-kasus dari multiple sclerosis yang adalah ringan dan dapat dikenali hanya secara retrospektif setelah bertahun-tahun dan juga kasus-kasus yang jarang dari gejala-gejala multiple sclerosis yang majunya sangat cepat (adakalanya fatal) diketahui sebagai multiple sclerosis malignant atau fulminant (Marburg variant). Gejala-Gejala Multiple Sclerosis Gejala-gejala dari multiple sclerosis mungkin tunggal atau berlipat-lipat dan mungkin mencakup dari ringan sampai berat dalam intensitas dan pendek sampai panjang dalam durasi (lamanya). Remisi yang sepenuhnya atau sebagian dari gejala-gejala terjadi awal pada kira-kira 70% dari pasien-pasien multiple sclerosis.

y y y

Ganguan-gangguan penglihatan mungkin adalah gejala-gejala pertama dari multiple sclerosis, namun mereka biasanya surut. Seorang pasien mungkin mencatat penglihatan yang kabur, distorsi merah-hijau (color desaturation), atau monocular blindness (kebutaan pada satu mata) yang mendadak. Kelemahan otot dengan atau tanpa kesulitan-kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan mungkin terjadi awal. Kejang-kejang otot, kelelahan, mati rasa, dan nyeri kesemutan adalah gejala-gejala yang umum. Mungkin ada suatu kehilangan sensasi, kesukaran berbicara, gemetaran-gemetaran, atau pening.

Lima puluh persen dari pasien-pasien mengalami perubahan-perubahan mental seperti:


y y y y y

konsentrasi yang berkurang, kekurangan-kekurangan perhatian, beberapa derajat dari kehilangan ingatan (memori), ketidakmampuan melakukan tugas-tugas secara berurutan, atau gangguan dalam keputusan/pertimbangan.

Gejala-gejala lain mungkin termasuk:


y y y y

depresi, depresi maniak, paranoia, atau suatu dorongan yang tidak terkontrol untuk tertawa dan menangis.

Ketika penyakit memburuk, pasien-pasien mungkin mengalami kelainan fungsi seksual atau kontrol isi perut dan kantong kemih yang berkurang. Panas tampaknya memperhebat gejalagejala multiple sclerosis untuk kira-kira 60% dari pasien-pasien. Kehamilan tampaknya mengurangi jumlah serangan-serangan. Mendiagnosis Multiple Sclerosis Disebabkan oleh batasan yang lebar dan seluk beluk dari gejala-gejala, multiple sclerosis mungkin tidak terdiagnosis untuk berbulan-bulan sampai bertahun-tahun setelah timbulnya gejala-gejala. Dokter-dokter, terutama ahli-ahli syaraf, mengambil sejarah-sejarah yang mendetil dan melaksanakan pemeriksaan-pemeriksaan fisik dan syaraf secara penuh.
y

MRI (magnetic resonance imaging) scans dengan intravenous gadolinium membantu untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan pada beberapa kejadian-kejadian menanggali luka-luka didalam otak (plaques). Suatu tes electro-physiological, yang menimbulkan potensial-potensial, menguji impulsimpuls yang berjalan melalui syaraf-syaraf untuk menentukan apakah impuls-impuls bergerak secara normal atau terlalu perlahan.

Akhirnya, pengujian cairan cerebro-spinal yang mengelilingi otak dan spinal cord mungkin mengidentifikasi kimia-kimia (antibodi-antibodi) atau sel-sel abnormal yang menyarankan kehadiran dari multiple sclerosis.

Secara bersama-sama, tiga tes-tes ini membantu dokter dalam mengkonfirmasi diagnosis dari multiple sclerosis. Untuk suatu diagnosis yang pasti dari multiple sclerosis , penyebaran dalam waktu (paling sedikit dua kejadian-kejadian simptomatik atau perubahan-perubahan yang terpisah pada MRI) dan dalam ruangan anatomi (contohnya, didalam sistim syaraf pusat) harus ditunjukan.

A. Konsep Penyakit 1. Definisi a. Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputikerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf) (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247) b. MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuhsendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadappenyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerangjaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin. (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247) c. Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunansaraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.d. MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan olehadanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis.(KMB, Brunner, hal 2182) 2. Etiologia. Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus)b. Kelainan pada unsur pokok lipid mielinc. Racun yang beredar dalam CSSd. Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing) 3. Manifestasi Klinisa. Kelelahanb. Kehilangan keseimbanganc. Lemah d. Kebas, kesemutane. Kesukaran koordinasif.

Gangguan penglihatan diplobia, buta parsial / totalg. Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomenh. Depresii. Afaksia 4. pemeriksaan penunjanga. MRI : Menentukan adanya karakteristik plak dari MSb. CT SKAN : Menggambarkan adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilanventrikel otak c. Potensil eveket pusat : Mengetahui kelaionan awal dalam perkembangan penyakit padapendengaran, penglihatan, somatosensor d. Fungsi lumbat : Mengetahui kadar Cg.c dan Cg.M melalui CSSe. EEG : Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus 5. Penatalaksanaana. Terapi imunosepresan pada permulaan eksaserbasi mungkin dapat membatasi seranganotoimunb. Obat-obatan antivirus dapat memperlambat progresifitas penyakitc. Penyuntikan sub kutis bahan umum beta-interferon mungkin dapat menurunakn jumlahkeparahan eksaserbasi pada sebagian pasien sklerosis multiple.d. Pendidikan untuk mengontrol kandungan kemih, fungsi seks dan menghindarikomplikasi yang berkaitan dengan penurunan mobilitas, dapat meningkatkankepuasan hidup dan kesehatan keseluruhan.e. Pendidikan mengenai perlunya menghindari kelelahan berat dan suhu tinggi dapatmengurangi gejala.

A. Konsep Penyakit 1. Definisi y Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi
kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf) (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)

y MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.
(rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)

y Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.

y MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis. (KMB, Brunner, hal 2182) 2. Etiologi y Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus) y Kelainan pada unsur pokok lipid mielin y Racun yang beredar dalam CSS y Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing) 3. Manifestasi Klinis 1. Kelelahan 2. Kehilangan keseimbangan 3. Lemah 4. Kebas, kesemutan 5. Kesukaran koordinasi 6. Gangguan penglihatan diplobia, buta parsial / total 7. Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen 8. Depresi 9. Afaksia 4. Pemeriksaan Penunjang y MRI : y CT Skan : y Potensial eveket pusat : y Fungsi lumbat : y EEG : Menentukan adanya karakteristik plak dari MS Menggambarkan adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilan ventrikel otak Mengetahui kelaionan awal dalam perkembangan penyakit pada pendengaran, penglihatan, somatosensor Mengetahui kadar Cg.c dan Cg.M melalui CSS Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus

5. Penatalaksanaan - Terapi imunosepresan pada permulaan eksaserbasi mungkin dapat membatasi serangan otoimun - Obat-obatan antivirus dapat memperlambat progresifitas penyakit - Penyuntikan sub kutis bahan umum beta-interferon mungkin dapat menurunakn jumlah keparahan eksaserbasi pada sebagian pasien sklerosis multiple. - Pendidikan untuk mengontrol kandungan kemih, fungsi seks dan menghindari komplikasi yang berkaitan dengan penurunan mobilitas, dapat meningkatkan kepuasan hidup dan kesehatan keseluruhan. - Pendidikan mengenai perlunya menghindari kelelahan berat dan suhu tinggi dapat mengurangi gejala. - Sekarang dicobakan terapi-terapi obat inovatif yang ditujukan untuk meningkatkan toleransi diri antigenik denganmemberikan protein mielin untuk dimakan. Terapi ini berdasarkan pada hipotesis bahwa seseorang dapat mentoleransikan (tidak menyerang secara imunologik) suatu benar yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna. 6. Diagnosa Banding y Perkinson y GBS y Mestenia Gravis

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th) dan dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria. b. Keluhan Utama Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun. d. Riwayat Penyakit Sekarang Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif e. Pemeriksaan Fisik y Keadaan Umum Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot yT T V - Tekanan darah : menurun - Nadi : cepat - RR : normal - Suhu : normal - BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan. f. Body System 1. Sistem Respirasi I : Bentuk dada d/s simetris P : Pergerakan dada simetris d/s P : Sinor A : Tidak ada suara nafas tambahan 2. Sistem Kardiovaskuler I : Ictus cordis tidak nampak P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5 P : Pekak lemah

A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur 3. Sistem Intergumen Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas 4. Sistem Gastrointestinal Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis yang ditimbulkan. 5. Sistem Eliminasi Urine BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri .

6. Sistem eliminasi alvi BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses 7. Sistem Murkulus skeletal Kesadaran : -Apatisi 3-4-6 -Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu) 8. Sistem Neurologis Terjadi perubahan ketajaman berkomunikasi (disastria) g. Diagnosa Keperawatan. 1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas 2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan 3. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis 4. PPP (kehilangan memori, demetia, euforia penglihatan (diplobia), kesulitan dalam

5. Ketidak efektifan koping 6. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d keterbatasan fisik, psikologis, sosial. 7. Resiko disfungsi sex b/d reaksi psikologis terhadap kondisi h. Rencana Asuhan Keperawatan 1. Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas Tujuan : kerusakan mobilisasi fiik dapat terhambat. Kriteria hasil : 1.Mampu mengidentifikasikan faktor-faktor resiko dan kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi terhadap aktivitas 2.Mampu mengindentifikasikan beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang. 3.Mampu berpartisipasi dalam program rehabilitasi. 4.Mapu mendemonstrasikan teknik / tingkah laku yang dapat mempertahankan / meneruskan aktivitas Intervensi 1. Tentukan dan kaji tingkat aktivitas sekarang dan derajat gangguan fungsi dengan skala 0-4. R/ berikan informasi untuk mengembangkan rencana perawtan bagi program rahabilitasi 2. Identifikasi faktor faktor yang mempengarhuri kemampuan untuk aktif, misalnya pemasukan makanan yang tidak adekuat, insomnia, penggunaan obat-obat tertentu. R/ berikan kesempatan untuk memecahkan masalaha untuk mempertahankan / meningkatkan mobilitas. 3. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki pasien. R/ meningkatkan kemandirian dan rasa mobilitas diri dan dapat menurunkan perasaan tidak berdaya

4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman dan berikan alat bantu berjalan. R/ latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan keefektifan pasien untuk berjalan dan alat bantu gerak dapat menurunkan kelemahan, meningkatkan kemandirian. 5. Buat rencana perawatan dengan periode istirahat konsisten diantara aktivitas R/ menurunakn kelelahan, kelemahan otot yang berlebihan 6. Lakukan kolaborasi dengan ahli terapi fisik / terapi kerja R/ bermanfaat dalam mengembangkan program latihan individual dan mengindentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme otot, meningkatkan fungsi motorik, emncegah / menurunkan atrofi fan kontraktur pada sistem muskular. 2. Resiko cedera berhubungan dengan kerusaakan sensori dan penglihatan. Tujuan : - Suatu kecelakaan / cidera dapat terhindarkan -Mengidentifikasi perbedaan tipe masalah penglihatan yang brekenaan dengan MS Kriteria Hasil : 1.Tipe gangguan penglihatan dapat diidentifikasikan 2.Jarang terjadi kecelakaan / cidera akibat gangguan penglihatan Intervensi 1. Identifikasi tipe gangguan epnglihatan yang dialami klien (diplopia, nigstagmus, neuritis optikus / penglihatan kabur) R/ mengidentifikasi tipa gangguan visual yang terjadi dan batasan keparahan. 2. Jelaskan pilihan alternatif untuk mengatasio gangguan

Anda mungkin juga menyukai