M.K Pengetahan Bahan Baku Industri Hasil Perairan KARAKTERISASI CUMI-CUMI (Loligo sp.) Virjean Pricillia (C34090081) Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Tanggal : 22 Maret 2011 ABSTRAK Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup penting yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan sangat baik bagi kesehatan. Daging cumi-cumi mengandung hampir semua jenis asam amino essensial yang sangat dibutuhkan manusia. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan teknik preparasi cumi-cumi. Parameter yang diukur dalam praktikum ini adalah morfometrik cumi-cumi, rendemen, dan analisis proximat. Berdasarkan hasil pengukuran cumi-cumi memiliki berat total sebesar (80,00 9,12), panjang total sebesar (26,28 3,16), panjang badan sebesar (12,10 1,20), dan lebar total sebesar (5,75 0,41). Besarnya persentase rendemen cumi-cumi yaitu, daging sebesar 63%, organ dalam sebesar 10%, kepala sebesar 25%, dan cangkang sebesar 2%. Komposisi kimia dari cumi-cumi yaitu, air sebesar 78,42%, protein sebesar 14,57 %, karbohidrat sebesar 4,16 %, abu sebesar 1,40%, dan lemak sebesar 1,45 %. Kata Kunci : Cumi-cumi (Loligo sp.), rendemen, morfometrik, analisis proksimat PENDAHULUAN Cumi-cumi (Loligo sp.) tersendiri masyarakat. dan disukai oleh
Cumi-cumi
memiliki
merupakan salah satu hasil perikanan yang cukup penting yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi dan sangat baik bagi kesehatan. Cumi-cumi memiliki daging putih yang merupakan salah satu kelebihan
edible portion yang lebih tinggi disbanding hasil perikanan lainnya (Okuzumi mempunyai dan Fujii 2000). protein
kandungan
biota yang memiliki kaki di kepala. Cumi-cumi di pasaran internasional diperdagangkan dalam bentuk cumicumi beku, cumi-cumi asin kering, dan cumi-cumi yang dikalengkan. Sedangkan di Indonesia cumi-cumi masih diperdagangkan dalam bentuk cumi-cumi segar dan cumi-cumi asin kering. Harga cumi-cumi mencapai Rp. 56.500 per kilogram. Pada pengawetan dan diversifikasi produk belum dilakukan (Gunarso dan
penyakit
atherosclerosis
(Kreuzer
1986) selain itu, cumi-cumi juga memiliki mineral beberapa antara lain kandungan fosfor dan
kalsium yang sangat berguna untuk pertunbuhan tulang bagi anak-anak (Zaltsev 1969) dan kandungan asam amino essensial terutama lisin yang sangat vital bagi pertumbuhan anak (Kreuzer 1986). Menurut Hegner dan Engemann (1968), cumi-cumi dapat
Purwangka 1998). Produksi cumicumi dapat mencapai 0,03 juta ton per tahunnya (Dahuri 2002). Daging cumi-cumi mengandung hampir semua jenis asam amino essensial yang sangat dibutuhkan manusia. Kandungan asam-asam
diklasifikasikan sebagai berikut ; Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Molluska : Cephalopoda : Decapoda : Loliginidae : Loligo : Loligo sp. morfologi cumi-
lemak tidak jenuh (poly unsaturated fatty acid) dengan jumlah relatif cukup besar dalam tubuh cummicumi sangat dibutuhkan oleh tubuh kita terutama dalam mengatasi
Penampakan
lainnya. tubuhnya
Pada terdapat
bagian
bawah
lubang-lubang
berbentuk corong yang dinamakan funnel, berguna untuk mengeluarkan air dari ruang mantel, dan juga
Gambar 1. Cumi-cumi (Loligo sp.)
Cumi-cumi
memiliki
bentuk
ke
insangya
(Gunarso
dan
tubuh kerucut yang dikelilingi oleh otot-otot mantel dengan sirip yang berbentuk segitiga pada bagian bagian merupakan
Purwangka 1998). Cumi-cumi memiliki sifat yang khas yaitu adanya kelenjar tinta yang tersimpan dalam kantung tinta.
punggungnya. belakanng
Pada
tubuhnya
Kantung tinta ini membuka kea rah anus. Kelenjar tinta ini mensekresi cairan berwarna coklat tua taupun hitam. Warna gelap pada tinta
tempat mantel melekat, sedangkan bagian perut tidak melekat sehingga terbentuk rongga mantel. Pada ujung mantel bagian perut terbuka yang disebut collar, dihubungkan dengan ujung leher oleh semacam tulang rawan sehingga memungkinkan
tersebut disebabkan oleh kandungan melanin yang tinggi. Ketika cumicumi dalam keadaan bahaya, maka dalam keadaan kritis mereka akan menyemburkan cairan tinta sambil berlari menghindar. Cairan tinta ini dapat membius yaitu indera indera
efektifnya penutupan rongga mantel (Suwignyo 1998). Mantel pada cumi-cumi terdiri dari kulit yang tebal, yang berfungsi untuk melindungi fungsi organ
chemoreceptor,
cumi tidak disenangi oleh predator terutama ikan. Cumi-cumi dapat mengubah transparan apabila dirinya menjadi berenang dari kelabu dari pucat tua,
dengan fotofor. Fotofor ini yang berada dalam tubuh, atau dibawah lapisan kulitnya, bahkan ada yang memilikinya pada bola mata maupun sekitar mata mereka (Gunarso dan Purwangka 1998). Praktikum ini bertujuan untuk
tempat
mengetahui teknik preparasi cumicumi (Loligo sp.) dan mengetahui rendemen, serta komposisi kimia (analisis proximat) cumi-cumi.
bioluminescence)
METODOLOGI Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan Cumi-cumi utuhnya ditimbang berat
dengan
menggunakan
timbangan analitik. Kemudian diukur panjang total, panjang badan, dan lebar badan dengan menggunakan penggaris. Panjang total cumi-cumi diukur dari ujung tentakel hingga ujung badan, pajang badan diukur dari pangkal badan bagian terpanjang hingga ujung akhir badan, dan lebar
desikator, erlenmeyer dan alat bedah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah cumi-cumi (Loligo sp.), es, serta bahan-bahan kimia untuk
badan diukur dari antara proyeksi sayap cumi-cumi. Berikut ini adalah diagram alir prosedur kerja dari Cumi-cumi
HASIL DAN PEMBAHASAN Morfometrik cumi-cumi (Loligo sp.) Salah satu pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini
(Loligo sp.) :
yang digunakan adalah berat total, panjang total, panjang badan, dan
cumi pada tabel 1. Tabel 1. Ukuran dan berat rata-rata cumi-cumi (Loligo sp.)
Parameter Berat total (g) Panjang total (cm) Panjang badan (cm) Lebar total (cm) Nilai 80,00 9,12 26,28 3,16 12,10 1,20 5,75 0,41
deketahui
hasil
pengukuran
dan
standar deviasinya, yaitu berat total sebesar (80,00 9,12) g, panjang total
sebesar (26,28 3,16), panjang badan
Menurut penelitian Marzuki dan Subani (1989) bahwa cumi-cumi (Loligo sp.) dapat mencapai panjang total 30 cm dan berat total 0,5 kg. Analisis umumnya pertumbuhan didekati cumi-cumi dua rendemen cumi-cumi di atas dapat parameter, yaitu berdasarkan panjang diketahui (L) dan bobot (W). Kisaran panjang rendemen bagian tubuh cumi-cumi badan cumi-cumi (Loligo sp.) adalah yaitu, daging sebesar 63%, organ 9,5 hingga 16,5 cm. Pada cumi-cumi dalam sebesar 10%, kepala sebesar biasanya digunakan panjang mantel 25%, dan cangkang sebesar 2%. (Marzuki et.al. 1989). Bagian rendemen terbesar terdapat Rendemen cumi-cumi (Loligo sp.) pada Rendemen tubuh merupakan yang bagian terkecil terdapat pada cangkang. cumi-cumi dapat Rendemen dapat dihitung dengan termanfaatkan. Rendemen pada rumus : cumi-cumi terbagi menjadi kepala, daging, organ dalam, dan cangkang. Berikut merupakan diagram
= Rendemen (%) x 100% Gambar 3. Diagram pie rendemen cumicumi (Loligo sp.)
Berdasarkan dengan
diagram
pie
besarnya
persentase
daging,
sedangkan
bagian
persentase rendemen pada cumicumi dari 8 kelompok.. Pada teknologi yang sedang
berkembang cumi-cumi
sekarang, dimanfaatkan
cangkang sebagai
sumber khitin. Menurut Knorr (1982) kandungan khitin dalam cangkang cumi-cumi Walaupun mencapai rendemen 41 %.
menggunakan metode by difference. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap bahan cumi-cumi dapat diketahui komposisi kimia
cangkang
sedikit sekali tetapi tetap dapat termanfaatkan. Menurut Okuzumi dan Fujii
cumi-cumi adalah sebagai berikut. Tabel 2 Tabel komposisi kimia cumicumi (Loligo sp.)
Senyawa Air Protein Karbohidrat Abu Lemak Kadar (%) 78,42 14,57 4,16 1.40 1,45
(2000) bagian tubuh yang dapat dimakan (edible portion) pada cumicumi tergantung pada spesiesnya. Rata-rata edible portion pada cumcumi sekitar 30-50% dari bagian tubuh tanpa kepala, insang, sirip, tulang, organ dalam dan lainnya. Cumi-cumi meiliki relative sedikit bagian yang tidak dapat dimakan (inedible dalam. Komposisi (Loligo sp.) Analisis proximat merupakan kimia cumi-cumi portion) seperti organ
komposisi kimia cumi-cumi terdiri dari air sebesar 78,42%. Kemudian protein yang terkandung sebesar 14,57 %, karbohidrat sebesar 4,16 %, abu sebesar 1,40%, dan lemak sebesar 1,45 %. Menurut Turner dan Hebard
suatu analisis yang dilakukan untuk memprediksi komposisi kimia suatu bahan, termasuk didalamnnya
(2005) cumi-cumi memiliki kadar air yang cukup tinggi sekitar 77-80% dan protein sekitar 17-20%. Hal
tersebut tidak terlampau jauh dari hasil pengamatan. Kadar air cumicumi yang tinggi mempengaruhi laju kemundurannya yang sangat cepat sehingga cumi bersifat high
Pengamatan kemunduran mutu cumi-cumi diamati selama 5 hari dengan organoleptik. menggunakan Uji uji
organoleptik
mengandalkan indra manusia sebagai alat utama (Irianto et al 2009). Laju kemunduran mutu dipengaruhi oleh aktivitas enzim, kimia,dan
beberapa kandungan mineral seperti fosfor dan kalsium yang berguna bagi pertumbuhan Irawan tulang sebesar anak. (2006)
Menurut
mikroiologi (Nurjanah et al 2004). Adapaun parameter yang diamati adalah tekstur, penampakan, dan bau. Cumi-cumi diberi 2 perlakuan yaitu, perlakuan pada suhu kamar utuh dan tanpa jeroan, dan perlakuan pada suhu chilling utuh dan tanpa organ dalam. Hal tersebut dilakukan untuk dijadikan pembanding laju
kadar abu pada cumi-cumi sebesar 0,64%, tidak terlampau jauh dari hasil pengamatan. dalam lemak omega-3 Lemak yang
menekan kolesterol dalam darah. Menurut Okuzumi dan Fuji (2000) kadar lemak cumi-cumi sebesar
kemundurannya. Penampakan Berdasarkan hasil pengamatan uji organoleptik pada bahan cumi-cumi dapat diketahui laju kemunduran
1,0%, hal tersebut tidak terlalu jauh dari hasil pengamatan. Kemunduran mutu pada cumicumi (Loligo sp.)
mutu dengan perlakuan pada suhu chilling lebih tahan lama daripada pada suhu kamar. Pada suhu normal (kamar) pertumbuhan
Berikut merupakan grafik laju kemunduran mutu cumi-cumi dengan perlakuan pada suhu chilling dan pada suhu kamar.
lembab (suhu kamar) (Adawyah 2002). Kemudian keadaan utuh cumi-cumi juga lebih dalam cepat dengan
Gambar 4. Laju kemunduran mutu penampakan cumi-cumi (Loligo sp.) pada suhu chilling
membusuk
dibandingkan
cumi-cumi tanpa jeroan. Menurut Adawyah pembusukan tergantung (2002) cumi-cumi pada jumlah kecepatan sangat awal
pencernaan
dalam/jeroan) utuh
mengakibatkan
cumi-cumi
dengan organ dalam lebih cepat laju kemunduran mutunya dibandingkan cumi-cumi tanpa jeroan (Irianto et.al 2009).
Bau Cumi-cumi meiliki bau yang spesifik jika dalam keadaan segar, jadi melalui bau juga dapat diketahui tingkat kesegaran dari cumi-cumi.
Jika cumi-cumi sudah mengalami pembusukan maka baunya pasti akan berubah menjadi busuk. Berikut merupakan grafik laju kemunduran mutu berdasarkan baunya pada
keadaan
utuh
juga
lebih
cepat
turunnya daripada cumi-cumi tanpa organ dalam. Bau yang timbul tersebut diakibatkan terakumulasinya basa-basa yang menguap hasil proses dekomposisi oleh mikroorganisme seperti senyawa-senyawa sulfur,
tekstur dapat terlihat dari kekenyalan dan kekompakan dagingnya. Jika daging sudah tidak elastic dan mudah rusak sudah dapat dipastikan bahan tersebut
Gambar 7. Laju kemunduran mutu bau keong macan pada suhu kamar
sudah Laju
mengalami kemunduran
pembusukan.
cumi-cumi berdasarkan teksturnya Berdasarkan gambar grafik di atas dapat diketahui laju kemunduran bau pada suhu kamar lebih cepat dibandingkan pada suhu chilling. Kemudian bau cumi-cumi pada dapat terlihat dari gambar grafik berikut ini.
lunak. enzim
Proses tersebut
perombakan disebut
oleh
dengan
memiliki
sebesar (80,00 9,12), panjang total sebesar (26,28 3,16), panjang badan sebesar (12,10 1,20), dan lebar total sebesar (5,75 0,41).
Gambar 9. Laju kemunduran mutu tekstur keong macan pada suhu kamar
Pada saat cumi-cumi mati, pH organ dalam sebesar 10%, kepala tubuh cumi-cumi akan menurun. sebesar 25%, dan cangkang sebesar Penurunan pH mengakibatkan 2%. Persentase terbesar terdapat enzim-enzim yang bekerja pada suhu pada rendah menjadi aktif. Katepsin, yaitu terendahnya terdapat pada cangkang. enzim proteolitik yang berfungsi Hasil analisis proximat yaitu, air menguraikan senyawa protein menjadi sebesar 78,42%, protein sederhana, merombak 14,57 %, karbohidrat sebesar 4,16 %, strutur jaringan protein otot menjadi abu sebesar 1,40%, dan lemak lebih longgar yang mengakibatkan sebesar 1,45 %. Kemunduran mutu daging cumi-cumi menjadi agak sebesar cumi-cumi sedangkan
cumi-cumi yang lebih cepat yaitu dengan perlakuan suhu kamar, dan dengan perlakuan utuh dengan organ dalam. Saran Praktikan diperkenalkan
kabupaten Tanggerang. Jurnal Mangrove dan Pesisir Vol. VI No.2/2006. Gunarso W dan Purwangka 1998. Cumi-cumi serta kerabatnya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Hegner R W dan J S Engemann.1968. Invertebrate Zoology 2nd Edition. NewYork : Mac Millan Publ. Irianto HE, dan Giyatmi S. 2009. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : Universitas Terbuka Irawan A. 2006. Kandungan Mineral Cumi-Cumi (Loligo sp) dan Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) Serta Pengaruh Perebusan Terhadap Kelarutan. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Knorr D. 1982. Functional Properties Chitin and Chitosan. Journal Food Science. Vol 48 : 38-41 Kreuzer R. 1986. Squid-Seafood Extraordinaire. Infofish. Vol 6 : 29-32 Marzuki S, T. Hariati dan Rustam. 1989. Sumberdaya Cumi-Cumi (Loliginidae steenstrup, 1861) di Perairan Selat Alas, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Nurjanah, Setyaningsih,I., Sukarno, Muldani,M. 2004. Kemunduran mutu ikan Nila merah
pengetahuan dan wawasan praktikan. Pada uji analisis proximat juga sebaiknya kepada diberikan praktikan kemandirian untuk
melakukannya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA Adawyah R. 2002. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara Dahuri R. 2002. Kebijakan Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautandan Perikanan. Makalah disampaikan pada Rekreasi Himapikani. Bogor, 2 Maret 2002. Departemen Kelautan dan Perikanan RI Diniah, Lismawati,D., Martasuganda,S. 2006. Uji coba dua jenis bubu penangkap keong macan di perairan Karang Serang
(Oreochromis sp.) selama penyimpanan pada suhu ruang. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Volume VII Nomor 1 tahun 2004. Okuzumi M, T. Fuji. 2000. Nutritional and Functional Properties of Squids and Cuttlefish. National Cooperative Association of Squid Processors. Japan. Suwignyo S, Krisanti M, Widigdo B, Wardiatno Y. 1998. Avertebrata Air untuk Mahasiswa Perikanan. Jilid 2.
Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Turner RS, Hebard CE. 2005. Squid an Underutilized Species. http://www.cfast.vt.edu/Publica tions/squid.html [20 Maret 2011] Winarno FG.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara Zaitsev V et al. 1969. Fish Curing and Processing. Moskow : Mir. Pulbisher