Anda di halaman 1dari 7

Sistem Ekonomi dan Kemiskinan Diagram 22

Hasil satu kali melaut


16%

54% 30%

<10 kg 11-20 kg >21 kg

Sumber : SE 1, No.79

Berdasarkan dari data diatas, bertambah banyaknya hasil melaut nelayan, maka semakin banyaknya juga pendapatannya. Menurut data telah diperoleh presentase dari nelayan yang berpendapatan <10 kg sebanyak 54%, yang mendapatkan 11-20 kg sebesar 30%, sementara itu yang mempunyai perolehan hasil > 21 kg sebanyak 16%. Dari data diatas, sangat jelas dalam satu kali melaut mayoritas/kebanyakan para nelayan kurang bisa dikatakan merasakan kesejahteraan yang memadai.

Diagram 23

Guna Hasil Tangkapan


4% 29% Dikonsumsi sendiri 67% Dijual semua Dijual sebagian

Sumber : SE 2, Np.80 dan 81

Dari data diagram di atas, dapat diperoleh data bahwa, hasil tangkapan para nelayan sebesar 67% digunakan untuk konsumsi mereka sendiri. Sementara sebesar 29%, para nelayan lebih memilih menjual semua hasil tangkapan mereka kepada tengkulak. Sedangkan sebanyak 4% hasil tangkapan dimanfaatkan dengan cara dijual dan dikonsumsi sendiri.

Diagram 25

Cukup tidaknya penghasilan


4% 44%

Cukup Tidak Cukup Lebih dari cukup

52%

Sumber : K 02, No.92

Penghasilan bagi masyarakat desa Tambakboyo sangat menentukan bagaimana perkembangan bagi pekerjaan yang telah ditekuninya sebagai nelayan. Biaya untuk melaut saja terkadang kurang bila dibandingkan dengan pendapatan yang diterima, sebut saja untuk biaya bensin untuk melaut dan juga untuk membeli alat-alat melaut. Selain hal tersebut, ada juga pengeluaran yang harus dianggarkan untuk membiayai anak-anak mereka serta biaya kehidupan sehari-hari. Presentase dari cukup tidaknya penghasilan diperoleh data : 44% cukup untuk mencukupi kebutuhan, 52% tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, sementara 4% memiliki penghasilan yang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sebagian besar masyarakat menjawab bahwa penghasilan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan, hal itu berarti masyarakat di desa Tambakboyo memerlukan solusi untuk memecahkan permasalahan guna menambah pendapatan mereka.

Diagram 26

Cara Mengatasi Kekurangan

42% 54% Hutang/meminjam orang Mencari pekerjaan lain lagi Dicukup-cukupkan

4%

Sumber : K 03, no.93 Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan dalam penghasilan yakni bermacam-macam modelnya. Para nelayan di desa Tambakboyo kebanyakan mengatasi kekurangan tersebut dengan berhutang atau meminjam orang. Hal tersebut mereka lakukan karena kebutuhan yang harus mereka penuhi sangat beragam jumlahnya, sementara pendapatan yang diperoleh hanya sedikit. Presentase yang memilih mengatasi kekurangan dengan cara berhutang atau meminjam orang sebesar 54%, sedangkan yang lain memilih mencari pekerjaan lain lagi dan juga mencukup-cukupkan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan yakni 42% dan 4%.

Diagram 24

Ada tidaknya lembaga Ekonomi


22%

32%

Ada Tidak ada 46% Tidak tahu

Sumber : SE 3, No.82

Menurut data yang telah diperoleh di atas, lembaga ekonomi yang terdapat di desa Tambakboyo sangat terbatas jumlahnya. Dalam diagram diatas, dapat disaksikan bahwa 46% responden menjawab bahwa tidak ada lembaga ekonomi didesa tersebut. Sementara 32% responden tidak mengetahui keberadaan lembaga ekonomi didesanya. Sedangkan 22% responden menjawab bahwa ada lembaga ekonomi didesa Tambakboyo.

Analisa Data Dari data yang kita peroleh, dimana realita masyarakat desa Tambakboyo dalam hal sistem ekonomi dan kemiskinan masyarakat desa tersebut cenderung subsisten dan safety first. Yang mana dalam diagram 23 menunjukkan bahwa 67% responden tanpa sadar mereka telah mengikuti etika subsisten. Budaya subsisten adalah suatu etika yang sangat rasional yang dilakukan oleh para nelayan/individu yang lebih mendahulukan selamat daripada mengambil resiko dari dimensi moral (James Scott: 1996).1 Di dalam pola subsisten, para nelayan menggunakan hasil tangkapan rata-rata untuk dikonsumsi sendiri (keluarga). Dari hal tersebut jelas dapat diketahui bahwa para nelayan lebih mengutamakan keselamatan keluarganya daripada mendapatkan keuntungan tetapi resiko yang dihadapi besar (safety first). Dari safety first jelas ada kaitannya dengan mekanisme survival. Yang mana ketika para nelayan terstruktur oleh sebuah sistem safety first dan mengalami problema dalam mengatasi kebutuhan maka mereka pasti akan memunculkan dan memerlukan strategi dalam memenuhi kebutuhannya. Banyak strategi yang dipikirkan oleh para nelayan dalam mengatasi dilema perekonomian mereka. Dari strategi-strategi yang dimunculkan dalam benak para nelayan, mereka jelas sangat berharap bahwa strategi-strategi tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang mereka. Dalam kajian mekanisme survival yang dikemukakan James Scott, yakni memandang bahwa ada tiga cara yang dilakukan masyarakat miskin untuk bertahan hidup, yaitu, relasi, patron-klien, alternatif subsistensi, serta mengikat sabuk lebih kencang.2

1 2

James, Scott. 1996. Moral peasent dan farmer. Jakarta: pustaka belajar. Alfan Rasyid. 2011. Proses Survival Nelayan.(jurnal online) http://gdlhub-gdl-s1-2011-rasyidalfa-21086-fiss50k (1). Diakses 18 Januari 2012.

Pada diagram 26, telah Beberapa hal yang dilakukan para nelayan untuk melakukan strategi mekanisme survival antara lain : berhutang/ meminjam orang, mencari penghasilan lain lagi, maupun mencukup-cukupkan pendapatan/penghasilan dalam melaut. Strategi hutang/meminjam orang dan juga mencukup-cukupkan hasil penghasilan menjadi hal yang sangat sering dilakukan oleh masyarakat guna mengatasi kekurangan. Dari salah satu mekanisme survival strategi yang mereka terapkan juga berkaitan dengan lembaga ekonomi. Yang mana lembaga ekonomi tersebut dirasakan mampu meningkatkan pendapatan ekonomi para nelayan. Adapun lembaga-lembaga ekonomi di desa Tambakboyo adalah sebagai berikut Koperasi PGRI, koperasi PKK, koperasi nelayan, koperasi BRI.

Anda mungkin juga menyukai