Anda di halaman 1dari 8

DIURETIK Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.

Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut d alam air. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem yang berarti menguba h keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel menjadi nor mal. Proses diuresis dimulai dengan mengalirnya darah ke dalam glomeruli (gumpalan ka piler) yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli inilah yang beke rja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,m garam dan glukosa. Ultraf iltrat yang diperoleh dari filtrasi dan mengandung banyak air serta elektrolit ditampung di wadah, yang mengelilingi setiap glomerulus seperti corong (kapsul Bowman) dan kemudian disal urkan ke pipa kecil. Di sini terjadi penarikan kembali secara aktif dari air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan garam-garam antara lain ion Na+. Zat-zat ini dikembalikan pada darah melalui kapiler yang mengelilingi tubuli.sisanya yang ta k berguna seperti sampah perombakan metabolisme-protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Akhirnya filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus coligens), di mana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat akhir disalurkan ke kandung kemih dan ditimbun sebagai urin. Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu : 1. Inhibitor karbonik anhidrase (asetazolamid). 2. Loop diuretik (furosemid, as etakrinat, torsemid, bumetanid) 3. Tiazid (klorotiazid, hidroklorotiazid, klortalidon) 4. Hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren) 5. Osmotik (manitol, urea) 1. Inhibitor karbonik anhidrase Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 + H2O H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambu ng, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefr on) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air sem ua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meat zolamid. Asetazolamid Farmakodinamika Efek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearuba han

terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada. Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh t iazid. Farmakokinetik Asetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran cerna , kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempu rna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian d ireabsorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga teraku mulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks g injal. Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidakny a enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui u rin. Efek Samping dan kontraindikasi Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus. Asetazo lamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat. Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorie ntasi mental pada penderita sirosis hepatis. Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tul ang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid. Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percoba an obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik. Indikasi Penggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk al kalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah. Sediaan dan posologi Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral . 2. Loop Diuretik Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid dan bumetanid. Asam etakrinat termasuk diuretik yang dapat diberikan secara oral maupun parente ral dengan hasil yang memuaskan. Furosemid atau asam 4-kloro-N-furfuril-5-sulfomail antrani lat masih tergolong derivat sulfonamid. Diuretik loop bekerja dengan mencegah reabsorpsi natrium, klorida, dan kalium pa da segmen tebal ujung asenden ansa Henle (nefron) melalui inhibisi pembawa klorida. Obat i ni termasuk asam etakrinat, furosemid da bumetanid, dan digunakan untuk pengobatan hipertens i, edema,

serta oliguria yang disebabkan oleh gagal ginjal. Pengobatan bersamaan dengan ka lium diperlukan selama menggunakan obat ini. Mekanisme kerja : Secara umum dapat dikatakan bahwa diureti kuat mempunyai mula kerja dan lama ker ja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik kuat terutama bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat kotranspor Na+/K+/Cl-dari membran lumen pada pars ascenden ansa henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl-menurun Farmakokinetik Ketiga obat mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbed a-beda. Bioavaibilitas furosemid 65 % sedangkan bumetanid hamper 100%. Diuretic kuat ter ikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi di glomerulus te tapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organic di tubuli proksimal. Kira-kira 2/3 dari asam etakrinat yang diberikan secara IV diekskresi melalui gi njal dalam bentuk utuh dan dalam konjugasi dengan senyawa sulfhidril terutama sistein dan N -asetil sistein. Sebagian lagi diekskresi melalui hati.sebagian besar furosemid diekskre si dengan cara yang sama, hanya sebagian kecil dalam bentuk glukuronid. Kira-kira 50% bumetanid diekskresi dalam bentuk asal, selebihnya sebagai metabolit. Efek samping Efek samping asam etakrinat dan furosemid dapat dibedakan atas : 1. Reaksi toksik berupa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi 2. Efek samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadi dengan asam etakrinat daripada furos emid. Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan. Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sem entara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungk in sekali disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas me rupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretik kuat ini dapat menurunkan bersihan litium. Indikasi Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena ganguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem ak ibat gangguan jantung, hati atau ginjal. Sediaan Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. S ediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB. Furosemid. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntik an. Umunya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila per lu dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kgBB.

Bumetanid. Tablet 0.5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari. D osis maksimal per hari 10 mg. Obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi denga n dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg. 3. Tiazid Senyawa tiazid menunjukkan kurva dosis yang sejajar dan daya klouretik maksimal yang sebanding. Merupakan Obat diuretik yang paling banyak digunakan. Diuretik tiazid, seperti bendroflumetiazid, bekerja pada bagian awal tubulus distal (nefron). Obat ini me nurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klo rida. Selain itu, kalium hilang dan kalsium ditahan. Obat ini digunakan dalam pengobatan hipe rtensi, gagal jantung ringan, edema, dan pada diabetes insipidus nefrogenik. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotia zid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metikl otiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. Farmakodinamika Efek farmakodinamika tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi natrium, klor ida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan r eabsorbsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Pada penderita hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya, tetapi juga karena efek langsung terhadap ar teriol sehingga terjadi vasodilatasi. Mekanisme kerja : bekerja pada tubulus distal untuk menurunkan reabsorpsi Na+ dengan menghambat kotransporter Na+/Cl-pada membran lumen. Farmakokinetik : Absorbsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak sete lah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Biasanya dal am 3-6 jam sudah diekskresi dari badan. Efek samping 1. Reaksi alergi berupa kelainan kulit, purpura, dermatitis disertai fotosensiti vitas dan kelainan darah. 2. Pada penggunaan lama dapat timbul hiperglikemia, terutama pada penderita diab etes yang laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan antara lain : berkurangnya sekresi insulin terhada p peninggian kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis dan berkurangnya glikogenesis. 3. Menyebabkan peningkatan kadar kolesterol dan trigliserid plasma dengan mekani sme yang tidak diketahui. 4. Gejala infusiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung

megurangi aliran darah ginjal. Indikasi 1. Tiazid merupakan diuretik terpilih untuk pengobatan udem akibat payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium pada pe nderita yang juga mendapat pengobatan digitalis unruk mencegah timbulnya hipokalemia yan g memudahkan terjadinya intoksikasi digitalis. 2. Merupakan salah satu obat penting pada pengobatan hipertensi, baik sebagai ob at tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. 3. Pengobatan diabetes insipidus terutama yang bersifat nefrogen dan hiperkalsiu ria pada penderita dengan batu kalsium pada saluran kemih. Sediaan Sediaan dan dosis golongan tiazid dapat dilihat pada tabel dibawah ini : SEDIAN DAN DOSIS TIAZID DAN SENYAWA SEJENIS Obat Sediaan Dosis (mg/hari) Lama kerja (jam) Klorotiazid Tablet 250 dan 500 mg 500-2000 6-12 Hidroklortiazid Tablet 25 dan 50 mg 25-100 6-12 Hidroflumetiazid Tablet 50 mg 25-200 6-12 Bendroflumetiazid Tablet 2.5, 5 dan 10 mg 5-20 6-12 Politiazid Tablet 1, 2 dan 4 mg 1-4 24-48 Benztiazid Tablet 50 mg 50-200 6-12 Siklotiazid Tablet 2 mg 1-2 18-24 Metiklotiazid Tablet 2.5 dan 5 mg 2.5-10 24 Klortalidon Tablet 25, 50 dan 100mg 25-100 24-72 Kuinetazon

Tablet 50 mg 50-200 18-24 Indapamid Tablet 2.5 mg 2.5-5 24-36 4. Hemat kalium Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid. Antagonis Aldosteron Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldo steron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar eks kresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan res eptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan pen ingkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan den gan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada si rosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat. Mekanisme kerja Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ da n sekresi H+ Farmakokinetik 70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepat ik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif. Efek samping Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efe k toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pad a penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan rev ersibel diantranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna Indikasi Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan maksud mengura ngi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis. Sediaan dan dosis Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berki

sar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau t erbagi. Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklort iazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg. Triamteren dan Amilorid Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksr esi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehing ga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per or al diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam. Efek samping Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triam teren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing . Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala. Indikasi Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaa t bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid. Sediaan Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri. Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet. 5. Diuretik osmotik Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isosorbid. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretik osmotik apabila memenuhi 4 syarat : 1. Difiltasi secara bebas oleh glomerulus 2. Tidak atau hanya sedikit direabsorpsi sel tubuli ginjal 3. Secara farmakologis merupakan zat yang inert 4. Umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolik. Diuresis osmotik merupakan zat yang secara farmakologis lembam, seperti manitol (satu gula). Diuresis osmotik diberikan secara intravena untuk menurunkan edema serebr i atau peningkatan tekanan intraoukular pada glaukoma serta menimbulkan diuresis setela h overdosis obat. Diuresis terjadi melalui tarikan osmotik akibat gula yang lembam ( yang

difiltrasi oleh ginjal, tetapi tidak direabsorpsi) saat ekskresi gula tersebut t erjadi Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja : Tubuli proksimal Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya. Ansa enle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi n atrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun. Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. Manitol Manitol paling sering digunakan diantara obat ini, karena manitol tidak mengalam i metabolisme dalam badan dan hanya sedikit sekali direabsorpsi tubuli bahkan prak tis dianggap tidak direabsorpsi. Manitol harus diberikan secara IV. Indikasi Manitol digunakan misalnya untuk : 1. Profilaksis gagal ginjal akut, suatu keadaan yang dapat timbul akibat operasi jantung, luka traumatik berat, atau tindakan operatif dengan penderita yang juga menderita ikt erus berat 2. Menurunkan tekanan maupun volume cairan intraokuler atau cairan serebrospinal Efek samping. Manitol dapat menimbulkan reaksi hipersensitif. Sediaan dan dosis Untuk sediaan IV digunakan larutan 5-25% dengan volume antara 50-1.000ml. dosis untuk menimbulkan diuresis ialah 50-200g yang diberikan dalam cairan infus selama 24 j am dengan kecepatan infus sedemikian, sehingga diperoleh diuresis sebanyak 30-50ml per jam. Untuk penderita dengan oliguria hebat diberikan dosis percobaan yaitu 200 mg/kgB B yang diberikan melalui infus selama 3-5 menit.bila dengan 1-2 kali dosis percobaan di uresis masih kurang dari 30 ml per jam dalam 2-3 jam. Untuk mencegah gagal ginjal akut pada tindakan operasi atau mengatasi oliguria, dosis total manitol untuk orang dewasa ialah 50-100g. Kontraindikasi Manitol dikontraindikasikan pada penyakit ginjal dengan anuria, kongesti atau ud em paru yang berat, dehidrasi hebat dan perdarahan intrakranial kecuali bila akan dilaku kan kraniotomi. Infus manitol harus segera dihentikan bila terdapat tanda-tanda gang guan fungsi ginjal yang progresif, payah jantung atau kongesti paru. Posting by Dr.Sadeli Ilyas

Anda mungkin juga menyukai