Anda di halaman 1dari 27

20 BAB 3 LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi 3.1.1 Pengertian Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari perancangan pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia , sistem orang dan mesin, peralatan yang dipakai manusia agar dapat dijalankan dengan cara yang paling efektif termasuk alat-alat peragaan untuk memberi informasi kepada manusia. [ http://www.ydba.astra.co.id/teknisDetail.asp?sTeknisId=4 ] Ergonomi adalah tentang menggunakan kepintaran dari kemampuan manusia dan batasannya untuk merancang dan membangun kenyamanan, effisiensi, produktivitas, dan keamanan. [ http://www.ergonomics.org.uk/section.php?s=1 ] Ergonomi (faktor manusia) adalah suatu disiplin ilmiah yang penting dengan memperhatikan interaksi antara manusia dan bagian lain dalam elemen sebuah sistem, dan profesi yang mengaplikasikan teori, prinsip-prinsip, data, dan metode untuk merancang dalam hal mengoptimasikan kesejahteraan manusia dan keseluruhan kinerja dari sistem (definisi diambil dari The International Ergonomics Association in 2000). [ http://en.wikipedia.org/wiki/Ergonomics ]

21 Sedangkan menurut Sritomo dalam bukunya berjudul Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p54) ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya..

3.1.2 Telaah Metode Dalam bukunya Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p91-92), Sritomo mengatakan bahwa telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan dengan seksama mengenai caracara yang berlaku atau diusulkan untuk melaksanakan kerja. Tujuan akhirnya adalah waktu penyelesaian pekerjaan akan bisa lebih singkat atau cepat.

Gambar 3.1 Skema kegiatan telaah metode

22 Dalam telaah Metode terdapat empat macam komponen dari sistim kerja yang harus dipelajari guna memperoleh metode kerja yang sebaik-baiknya meliputi : 1. Komponen material : bagaimana cara menempatkan material, jenis material yang mudah diproses dan lain-lain. Material ini meliputi bahan baku, supplies (komponen, parts, dan lain-lain) produk jadi, dan limbah. 2. Komponen manusia : bagaimana sebaiknya posisi orang pada saat proses kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien (duduk, berdiri, jongkok, merunduk, dan lain-lian) 3. Komponen mesin : bagaimana desain dari mesin dan atau peralatan kerja lainnya, apakah sesuai dengan prinsip ergonomi? 4. Komponen lingkungan kerja fisik : Bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja tersebut dilaksanakan? Apakah dirasakan cukup aman dan nyaman?

3.1.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Prinsip ini dapat digunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam sebuah stasiun kerja dan bisa juga untuk kegiatan-kegiatan kerja yang berlangsung secara menyeluruh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. 1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan badan anggota tubuh manusia : a. Manusia memiliki kondisi fisik dan struktur tubuh yang memberi keterbatasan dalam melaksanakan gerakan kerja

23 b. Bila mungkin kedua tangan harus memulai dan menyelessaikan gerakannya dalam waktu yang bersamaan c. Kedua tangan jangan menganggur pada saat yang bersamaan d. Gerakan tangan harus simetris dan berlawanan arah e. Untuk menyelesaikan pekerjaan, hanya bagian-bagian tubuh yang memang diperlukan sajalah yang bekerja agar tidak terjadi penghamburan tenaga f. Hindari gerakan patah-patah karena akan cepat menimbulkan kelelahan g. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada bidang yang menyenangkan tanpa perlu sering mengubah fokus 2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung a. Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus disediakan untuk semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin) b. Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang dapat dengan mudah dan nyaman dicapai pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari c. Tata letak bahan dan peralatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan urut-urutan gerakan yang terbaik d. Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja) harus sesuai dengan ukuran tubuh manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan nyaman e. Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi udara, dan lain-lain harus diperhatikan benar-benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik

24 3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang dipergunakan a. Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan manual apabila hal tersebut dapat dilaksanakan dengan peralatan kerja b. Usahakan menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam kerja sekaligus c. Siapkan dan letakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat untuk memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus bersusah payah mencari-cari d. Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu, maka beban untuk masingmasing jari tersebut harus dibagi seimbang sesuai energi dan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing jari [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p101-103)] Dalam buku Motion and Time Study : Improving Productivity (Th 1994), Marvin E . Mandel membahas dan mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan sebagai berikut : 1. Eliminasi kegiatan a. Eliminasi semua kegiatan atau aktivitas yang memungkinkan ( yang banyak berkaitan dengan anggota tubuh manusia) b. Eliminasi kondisi yang tidak beraturan dalam setiap kegiatan c. Eliminasi penggunaan tangan sebagai holding device d. Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya dan hindari kegiatankegiatan yang membahayakan

25 e. Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis, demikian pula sebisa mungkin mengunakan tenaga mesin atau material handling f. Eliminasi waktu kosong atau waktu menunggu dengan membuat perencanaan kerja sebaik-baiknya 2. Kombinasi gerakan a. Kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan yang kontinyu b. Kombinasikan beberapa aktivitas yang mampu ditangani oleh sebuah peralatan kerja dengan membuat desain yang multiguna c. Distribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua tangan 3. Penyederhanaan kegiatan a. Laksanakan setiap aktivitas kerja dengan prinsip kebutuhan energi otot yang digunakan minimal b. Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja, dengan meletakkan pada tempat yang tetap c. Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang normal

26 3.1.4 Peta Kerja Menurut buku Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p123), Sritomo, peta kerja atau sering disebut peta proses merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap awal sampai akhir, melalui peta proses ini kita mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki metode kerja. Macam macam peta kerja : 1. Peta aliran proses adalah suatu peta yang akan menggambarkan semua aktivitas baik aktivitas produktif maupun tidak produktif yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja. Peta aliran proses juga akan menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti

transportasi, delay, dan penyimpanan. Cara penggambaran dengan menggunakan simbol-simbol ASME. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p137)]

27

[ http://www.tpub.com/content/administration/10287f/css/10287f_37.htm ] Gambar 3.2 Peta Aliran Process 2. Diagram aliran pada dasarnya persis sama dengan peta aliran proses hanya saja penggambarannya dilakukan diatas layout dari fasilitas kerja. Penggunaan peta aliran proses masih dianggap belum cukup untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai aliran proses yang sebenarnya di pabrik. Maka dari itu dibutuhkan tambahan informasi yang berupa

28 gambar atau sketsa yang menunjukkan area kerja pabrik dimana proses tersebut berlangsung. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p139)]

Gambar 3.3 Diagram Aliran Proses

3.1.5 Simbol-Simbol Standar yang Dipakai untuk Pembuatan Peta Kerja (sesuai ASME) 1. Operasi (lingkaran), kegiatan ini meliputi merakit, mengurai-rakit, menerima atau memberikan informasi, membuat rencana, atau

melaksanakan kegiatan kalkulasi, serta apabila material mengalami proses transformasi (baik fisik maupun kimiawi). [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p127)] 2. Transportasi (tanda panah), kegiatan ini terjadi bila fasilitas kerja lainnya yang dianalisa bergerak berpindah tempat yang bukan merupakan bagian

29 dari suatu operasi kerja. Contoh kegiatan transportasi adalah memindahkan material dengan tangan atau conveyor, membawa obyek dari satu lokasi kerja ke lokasi kerja lainnya, memindahkan material, meletakkan atau memindahkan material menuju atau dari mesin, dan lain-lain. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p129)] 3. Inspeksi (kotak), kegiatan ini terjadi apabila suatu obyek diperiksa (baik segi kualitas maupun kuantitas) apakah sudah sesuai dengan karakteristik kinerja yang distandarkan. Pemeriksaan ini bisa termasuk mengukur besaran dengan memakai peralatan ukur. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p129)] 4. Menunggu (huruf d besar), proses ini terjadi apabila material, benda kerja, operator atau fasilitas kerja dalam kondisi berhenti dan tidak terjadi kegiatan apapun selain menunggu. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p130)] 5. Menyimpan (segitiga terbalik), proses ini terjadi apabila obyek disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama. Simbol ini digunakan untuk menyatakan bahwa suatu obyek mengalami proses penyimpanan permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin tertentu. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p130)] 6. Aktivitas ganda (kotak dan lingkaran dijadikan satu), kondisi dimana dua elemen kerja harus dilakuka secara bersamaan. Contoh disini adalah

30 kegiatan operasi yang harus dilaksanakan bersama dengan kegiatan pemeriksaan pada stasiun kerja yang sama pula. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p131)]

3.1.6 Kondisi Lingkungan Fisik Kerja yang Mempengaruhi Aktivitas Kerja Manusia Kondisi lingkungan kerja yaitu, semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain. Salah satu faktor lingkungan yang akan dicermati lebih lanjut adalah mengenai faktor suara (kebisingan). Faktor ini dapat juga dianggap sebgai polusi karena tidak dikehendaki dan dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas bunyi yang bisa menentukan tinkat gangguan terhadap manusia yaitu : 1. Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran (tuli). 2. Intensitas, biasanya diukur dengan satuan desibel, yang menunjukkan besarnya arus energi per satuan luas. 3. frekwensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga setiap detik, dinyatakan dalam Hertz. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p85-86)]

31 Tabel 3.1 Kondisi Suara dan Batas Tingkat Kebisingannya Kondisi Suara Desibel (dB) 120 Menulikan 110 100 Batas Dengar Tertinggi Halilintar Meriam Mesin Uap Jalan Hiruk Pikuk Perusahaan sangat Hiruk Pikuk 90 80 Kuat 70 60 Sedang 50 40 Tenang 30 20 10 Sangat Tenang 0 gaduh Pluit Polisi Kantor gaduh Jalan pada umumnya Radio Perusahaan Rumah gaduh Kantor pada umumnya Percakapan kuat Radio perlahan Rumah tenang Kantor pribadi Auditorium Percakapan Suara daun-daun Berbisik-bisik Batas dengar terendah

32 3.1.7 Studi Gerakan Studi gerakan atau biasanya disebut dengan Motion Study, adalah suatu studi tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya. Studi gerakan pada umumnya diklasifikasikan ke dalam dua macam studi, yaitu Visual Motion Study, dan Micromotion Study yang umumnya lebih sering diaplikasikan karena dianggap jauh lebih ekonomis. Disini hanya sekedar dilakukan pengamatan secara visual terhadap operasi kerja yang berlangsung kemudian dibuat suatu peta kerja dengan mengaplikasikan simbol-simbol therbligs. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisa terhadap gerakan-gerakan kerja yang ada dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi gerakan. [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p106-107)]

3.1.8 Gerakan-Gerakan (Therbligs)

Fundamental

untuk

Pelaksanaan

Kerja

Manual

1. Ineffective Therblig a. Mencari Elemen dasar gerakan pekerja untuk menentukan lokasi suatu obyek. Gerakan ini dimulai pada saat mata bergerak mencari obyek dan berhenti sampai obyek sudah ditemukan. b. Memilih Gerakan kerja untuk menemukan atau memilih suatu obyek diantara dua atau lebih obyek yang sama lainnya. Gerakan ini dimulai pada saat

33 tangan dan mata mulai bergerak memilih dan berakhir jika obyek yang dikehendaki sudah ditemukan. c. Mengarahkan Gerakan therblig yang terdiri dari menempatkan obyek pada lokasi yang dituju secara tepat d. Memeriksa Gerakan kerja yang menjamin bahwa obyek telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Dan gerakan ini dilaksanakan dengan pengecekan secara rutin oleh operator selama proses kerja berlangsung e. Merencanakan Merupakan proses mental dimana operator berhenti sejenak bekerja dan memikir untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya f. Keterlambatan yang tak terhindarkan Kondisi keterlambatan ini adalah diakibatkan oleh hal-hal yang diluar kontrol operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang berlangsung. Contoh pemadaman arus listrik g. Keterlambatan yang dapat dihindarkan Kegiatan ini menunjukkan situasi yang tidak produktif yang dialukang operator (merokok, mengobrol, mondar-mandir tanpa tujuan jelas, dan lain-lain) h. Istirahat untuk menghilangkan lelah Elemen ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja tetapi berlangsung secara periodik

34 i. Memegang untuk memakai Gerakan therblig ini terjadi bilamana tangan memegang obyek tanpa menggerakkan obyek tersebut [Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (Th 2003, p107-119)]

3.1.9 Uji Keseragaman Data Keadaan suatu sistem selalu berubah. Hal ini memang dapat diterima, asalkan perubahannya adalah memang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu penyelesaian suatu siklus kerja juga dapat berubah-ubah namunjuga mesti dala batas kewajaran atau dengan kata lain seragam. Karena ketidak seragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat untuk mendeteksi. Batas-batas kontrol merupakan alat yang dibentuk dari data yang merupakan batas seragam tidaknya data. [Sutalaksana, (Th 1979, p136)] Cara untuk melakukan uji keseragaman data adalah : 1. Pertama mencari jumlah waktu siklus dan rata-rata populasi waktu tersebut. Rumus rata-ratanya adalah : x = 2. Kemudian dicari standar deviasi

x
N
dari

waktu

tersebut

(x

x) 2

( N 1)

35 3. Lalu berdasar dari standar deviasi tersebut dicari BKA (batas kontrol atas) dan BKB (batas kontrol bawah) untuk menentukan batas atas dan batas bawah dari grafik keseragaman data. Adapun rumus dari BKA dan BKB adalah :
1 BKA = x + z x ; dimana z = 1 2 1 BKB = x z x ; dimana z = 1 2

4. Setalah BKA dan BKB ditentukan maka dibuat ke dalam grafik keseragaman data. Data-data yang berada diantara batas atas dan bawah yang diambil sebagai data yang akan diolah. Sedangkan data ekstrim yang berada diluar batas kontrol tidak dipakai. [Sutalaksana, (Th.1979, p133)]

3.1.10 Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus N ' (Data yang seharusnya diambil). Jika hasilnya ( N ' N), maka berarti data telah tercukupi. Apabila ternyata data yang telah diambil lebih sedikit dari yang seharusnya ( N ' > N), maka masih harus melakukan pengumpulan data waktu lagi, sampai mencukupi jumlah data yang diharuskan. Rumus N ' adalah sebagai berikut :
z 2 2 N ( xi ) ( xi ) N '= s xi
2

36 Pada rumus N ' terdapat z, z merupakan derajat kepercayaan. Sedangkan s pada rumus N ' , merupakan tingkat ketelitian yang menunjukkan tingkat penyimpangan maksimum yang diperbolehkan dari hasil pengukuran. [Sutalaksana, (Th 1979, p134-135)]
3.1.11 Standar Waktu

Definisi dari waktu standar adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk di sebuah stasiun kerja dengan beberapa ketentuan : 1. Operator yang telah terlatih dalam membuatnya Pengalaman pada umumnya yang membuatnya menjadi terlatih dan waktu atas pekerjaannya merupakan indikasi terbaik dari pengalaman. 2. Bekerja pada kecepatan normal Kecepatan kerja normal membuat nyaman semua pekerja.

3. Melakukan tugas yang spesifik Gambaran secara rinci mengenai tugas yang harus diselesaikan oleh operator. [Motion and Time Study for Lean Manufacturing (Th 2002, p43)] Waktu standar adalah hasil dari studi waktu dimana operator cocok dengan pekerjaannya dan sangat terlatih dalam metode tertentu serta operator tersebut mampu menampilkannya dalam tempo yang normal. [Motion and Time Study design and measurement of work(Th 1980, p257)] Waktu baku (waktu standar) adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan

37 bahwa waktu baku yang dicari bukanlah waktu penyelesaian yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau cepat atau terlampau lambat, dan bukan yang diselesaikan seorang pekerja yang istimewa terampilnya atau lamban dan pemalas. [Teknik Tata Cara Kerja (Th 1979, p117)]

3.1.12 Melakukan Perhitungan Waktu Baku

Jika pengukuran telah selesai, yaitu semua data yang didapat memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut memberikan waktu baku. Untuk mencari waktu baku adalah dengan cara : 1. Hitung waktu siklus rata-rata : Ws = Xij / N 2. Hitung waktu normal : Wn = Ws x P Huruf p adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan yang tidak wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar maka faktor penyesuaiannya sama dengan satu, artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. 3. Hitung waktu baku : Wb = Wn x (1 + ) Huruf adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada pekerja untuk menyelasaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Kelonggaran ini diberikan untuk hal-hal seperti kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi yang tidak dapat dihindarkan oleh pekerja. [Teknik Tata Cara Kerja (Th 1979, p137)]

38

3.1.13 Faktor Penyesuaian

Pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah diburu oleh waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yag buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas idak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. [Sutalaksana, (Th 1979, p138)] Penentuan faktor penyesuaian adalah dengan menggunakan cara westinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor terbagi kedalam kelas-kelas dengan nilainya masing-masing. Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Usaha merupakan kesungguhan yang ditunjukkan oleh operator ketika melakukan pekerjaannya. Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan kerja seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Dan yang terakhir adalah konsistensi karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka yang dicatat tidak pernah sama. Maka dari itu faktor konsistensi dari pekerja juga harus diperhatikan. Untuk keperluan penyesuaian ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi dibagi menjadi beberapa kelas dengan ciri-ciri dari tiap kelas yang dapat dilihat pada lampiran 1.

39 Sedangkan tabel nilai penyesuaiannya dapat dilihat pada lampiran 2. [Sutalaksana, (Th1979, p140-144)].

3.1.14 Faktor Kelonggaran

Kelonggaran atau allowance ini juga perlu diperhitungkan sebelum mendapatkan waktu baku. Bagaimana pun juga menurut Ralph M. Barnes (Th. 1980, p305), pada saat bekerja seorang operator akan memperoleh beberapa gangguan. Kelonggaran dari beberapa gangguan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu, kelonggaran pribadi, kelonggaran kelelahan, dan kelonggaran delay. Kelonggaran pribadi merupakan waktu yang diperlukan operator untuk melakukan kebutuhan pribadinya. Kelonggaran ini bernilai sebesar 2 5 persen. Kelonggaran kelelahan dapat terjadi apabila operator melakukan kerja terus menerus tanpa ada istirahat, atau jam kerja yang terlampau lama, serta beban kerja yang cukup berat atau monoton sehingga menyebabkan operator cepat merasa lelah. Kelonggaran delay memiliki 2 macam bentuk, yang dapat dihindarkan dan yang tidak dapat dihindarkan. Delay yang tidak dapat dihindarkan disebabkan oleh kondisi yang tidak menentu dari mesin, operator, atau pengaruh dari lingkungan. Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat atau dihitung. Karenanya setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran ini perlu

40 ditambahkan. [Sutalaksana, (Th1979,p149)]. Tabel nilai kelonggaran dapat dilihat pada lampiran 3.

3.2 Manajemen Operasional - Produktivitas 3.2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Menurut Barry Render (Th 2001, p 2) manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Pekerjaan manajemen operasi meliputi penjagaan kualitas, proses produksi (teknologi, pemanfaatan fasilitas, pengurangan penggunaan biaya, pengurangan persediaan), membentuk produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, mengenali kesempatan baru dan juga

meningkatkan produktivitas.

3.2.2 Pengertian Produktivitas

Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukanya yang sebenarnya. Atau produktivitas dapat diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang atau jasa, Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang. Menurut L. Greenberg produktivitas sebagai perbandinagn antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. [Muchdarsyah Sinungan (Th 2005, p12)]

41
3.2.3 Metode-Metode Pokok Pengukuran Produktivitas

Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda, yaitu : 1. Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan

pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya. 2. Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (tugas perorangan, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif 3. Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan Ada 2 jenis perhitungan produktivitas, yaitu produktivitas total dan produktivitas parsial

Pr oduktivita stotal =

HasilTotal MasukanTot al
Hasilparsi al MasukanTot al

Pr oduktivita sparsial =

[Muchdarsyah Sinungan (Th 2005, p23)]

3.2.4 Pengukuran dari Produktivitas Pekerja

Produktivitas dari pekerja individual di sebuah pabrik dapat diukur dengan berbagai macam cara. Jika diketahui ada 100 pegawai memproduksi 3000 unit dari sebuah produk per harinya, maka output rata-ratanya adalah 30

42 unit per orang per hari. Dari ilustrasi ini kita dapat mengetahui hasilnya. Tetapi dari situ tidak diketahui kondisi dari peralatan yang dipakai, metode yang digunakan, dan cara dari pengerjaan tersebut diorganisasikan. Bagaimana pun juga ada suatu cara untuk mengukur dengan presisi tugas yang dilakukan oleh pekerja atau operasi dan hal tersebut dapat diwakilkan dalam waktu standar per unit. Dengan menggunakan studi waktu, mendeterminasikan dari waktu sistem, atau sampling kerja, waktu standar untuk kerja yang spesifik dapat dibuat. Jumlah dari produk yang dibuat perhari oleh pekerja dikalikan oleh standar waktu per satuan produk mewakili standar atau keluaran yang diharapkan dalam satu hari. Contoh, Jika standar waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu pengerjaan adalah dua menit per unit, dan jika operator melakukan pengerjaan sebanyak 250 kali per hari. Maka Keluarannya adalah 550 menit standar. Jika operator bekerja delapan jam per hari (480 menit). Maka performance indeks dari operator adalah 114.6 persen.

Performance Indeks = 550 x 100 = 114.6 persen 480 Rata-rata indeks produktivitas dari sebuah pabrik merupakan total dari menit standar atau jam standar yang dihasilkan oleh seluruh pekerja dibagi oleh waktu kerja aktual dikali 100. Ini mengasumsikan semua operasi dijadikan satu dalam waktu standar. Maka dari itu performance indeks dapat digunakan oleh perusahaan sebagai indeks produktivitas pekerja. [Motion and Time Study design and measurement of work(Th 1980, p4)]

43
3.2.5 Analisa Porter

Analisa lima kekuatan porter adalah alat untuk menganalisa perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya. Analisa ini dilakukan untuk melihat peluang dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga dari analisa ini dapat diketahui strategi apa yang harus dilakukan perusahaan pada saat ini dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Menurut porter (Kotler, Th 2004, p248) mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Lima kekuatan tersebut adalah : a. Ancaman persaingan segmen yang ketat Suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat, dan agresif. Bahkan menjadi semakin tidak menarik bila segmen pasar stabil atau menurun. Kondisi tersebut akan menyebabkan perang harga, perang iklan, dan pengenalan produk baru. b. Ancaman pendatang baru Daya tarik suatu segmen berbeda-beda menurut tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi, dan penghalang untuk keluar yang rendah. c. Ancaman produk subtitusi Barang subtitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan suatu produk. Perusahaan harus mengamati secara dekat kecenderungan harga produk subtitusi.

44 d. Kekuatan posisi tawar pembeli Segmen pasar menjadi tidak menarik juka pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang tinggi. Pembeli akan memaksa harga diturunkan, meminta lebih banyak mutu dan pelayanan, serta membuat para pesaing saling beradu, yang semuanya menjadi beban profitabilitas penjualan. e. Kekuatan posisi tawar pemasok Pasar menjadi tidak menarik bila disebabkan oleh pemasok yang dapat menaikkan harganya dan menurunkan kuantitas barang yang dipesan semaunya. Pemasok ini cenderung menjadi kuat bila mereka terorganisasi, barang mereka hanya memiliki sedikit barang subtitusi, barang yang dipasok merupakan barang masukan yang penting, biaya untuk pindah pemasok tinggi. Hal tersebut dapat diminimalisir dengan cara membangun sebuah kerja sama menang-menang dengan pemasok atau memakai berbagai macam sumber pasokan.

3.2.6

Rantai Nilai Porter

Analisa rantai nilai adalah sebuah model yang digunakan untuk membantu menetukan aktivitas yang spesifik dari perusahaan, sehingga dapat membantu menentukan nilai dan keunggulan bersaing dari perusahaan (menurut http://www.valuebasedmanagement.net). Sedangkan menurut http://www.quickmba.com, rantai nilai digunakan untuk menganalisa aktivitas spesifik dari perusahaan untuk mengetahui keunggulan bersaingnya. Rantai nilai memiliki dua macam aktivitas yaitu aktivitas utama dan pembantu. Aktivitas utama yaitu logistik masuk, operasi, logistik keluar,

45 merketing dan penjualan, serta pelayanan. Aktivitas pembantu adalah manajemen SDM, infrasturktur perusahaan, pengembangan teknologi, dan pembelian. Penjelasan dari masing-masing aktivitas akan dijelaskan sebagai berikut : a. Logistik masuk termasuk penerimaan, penyimpanan, inventory control, transportasi, dan penjadwalan. b. Operasi termasuk permesinan, packaging, assembly, peralatan perawatan, dan segala bentuk kegiatan yang mengubah input menjadi output berupa barang jadi. c. Logistik keluar merupakan kegiatan yang membawa barang jadi ke konsumen. d. Marketing dan penjualan merupakan aktivitas yang berhubungan dengan cara agar konsumen membeli barang jadi tersebut. aktivitas ini dimulai dari pemilihan saluran distribusi, iklan, promosi, penjualan, penetuan harga, dan manajemen retail. e. Pelayanan merupakan aktivitas yang mempertahankan dan memperpanjang nilai dari produk, termasuk mensupport

pelanggan, upgrading, melatih konsumen, dan lain-lain. f. Pembelian yaitu pembelian bahan baku, pelayanan, spare parts, gedung, dan mesin. g. Pengembangan teknologi termasuk pengembangan teknologi yang berpengaruh dalam membantu aktivitas rantai nilai, seperti melakukan riset, desain, redesain, otomatisasi.

46 h. Manajemen SDM merupakan aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, pengembangan (pelatihan), dan kompensasi pegawai dan manager. i. Infrastruktur perusahaan termasuk general manajemen, manajemen perencanaan, legal, keuangan, accounting, dan manajemen kualitas.

Anda mungkin juga menyukai