Lembar Hasil Wawancara Geriatri
Lembar Hasil Wawancara Geriatri
Nama : Abubakar Ismail Usia : 80 tahun Jenis Kelamin : Laki-Laki Alamat : Bireun Tekanan darah : 130/80mmHg Nadi : 64kali/menit
I. Bagimana kebiasaan sehari-hari? (makan,air putih,ganti & cuci baju,shalat, tidur) Jawab: y Makan : 3 x sehari y banyak minum y cuci baju : dicucikan y shalat : tidak pernah tinggal y tidur : tidak teratur,terkadang susah tidur
II. Bagaimana personal hygine? (mandi,sikat gigi,kebersihan rambut & kuku) jawab : y mandi : 3 x sehari y kuku & rambut bersih y sikat gigi : 3x sehari
IV. Apakah pasien mempunyai anak? Bila ada,berapa orang? Jawab : ada, pasien mempunyai anak 7 orang (1perempuan & 6 laki-laki) dan anak pasien semuanya merantau
V. Bagaimana hubungan pasien dengan keluarganya? Jawab : pasien berhubungan baik dengan keluarganya
VII. Apakah selama dipanti,ada keluarga yang mengunjungi? Bila ada, biasanya siapa? Jawab : ada keluarga yang mengunjungi, biasanya dikunjungi oleh anak pasien
VIII. Apa masalah yang sering dijumpai? Jawab : tidak ada masalah
IX. Kegiatan apa saja yang dilakukan selama di panti? Jawab : Shalat berjamaah dan mengaji bersama
XI. Jika berbagi cerita dengan siapa? Jawab : tidak ada, pasien punya teman cerita
XII. Apa riwayat penyakit pasien yang dikunjungi? Jawab : sesak nafas
XIV. Riwayat pengobatan & respon terhadap pengobatan? Jawab : pasien ada minum obat
II. Pasien geriatri adalah pasien berusia lanjut (> 60 tahun) dengan penyakit majemuk (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, kondisi sosial yang bermasalah. Ciri-ciri Pasien Geriatri yaitu memiliki beberapa penyakit kronis,menurunnya daya cadangan faali, tampilan gejala penyakit tidak khas, tingkat kemandiriannya berkurang, dan sering disertai dengan masalah nutrisi.
Dengan alasan tersebut, perawatan pasien geriatri berbeda dari pasien dewasa muda. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan Paripurna pada Pasien Geriatri (P3G) yang bertujuan dapat mengidentifikasi dan menilai pasien geriatri untuk tatalaksana dan target terapi yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Melihat berbagai aspek yang perlu dikaji pada pasien geriatri, sangat diperlukan sebuah tim dari berbagai disiplin ilmu yang bekerja secara multidisiplin dan berorientasi pada kepentingan pasien secara menyeluruh.
Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi, dan sejarah, yang terkait dengan penuaan, termasuk penelitian ilmiah, proses menua, pengetahuan klinis pada manusia dewasa, perspektif bidang humaniora, dan penerapan ilmu ini untuk pelayanan para usia lanjut tersebut. Sedang, geriatri merupakan disiplin ilmu kedokteran yang menitikberatkan pada pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pelayanan kepada para pasien lanjut usia (lansia). Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan multipatologi. WHO menetapkan batasan-batasan untuk kriteria lansia, yaitu : Usia pertengahan (middle age) = kelompok usia 45 sampai 59 tahun Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun Proses penuaan bukanlah suatu hal yang terjadi pada lansia saja melainkan merupakan suatu proses yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir pada kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut menjadi lebih terlihat setelah usia 40 tahun. Bagi seorang klinisi, merupakan hal yang penting untuk dapat mengetahui perbedaan antara proses penuaan yang normal dengan proses yang disertai oleh perubahan patologis. Dengan mengetahui hal tersebut maka seorang klinisi dapat melakukan pengelolaan kesehatan pada lansia dengan baik, mencegah terjadinya keadaan patologis, bahkan menghidari terapi-terapi farmasi yang tidak sesuai dengan fungsi-fungsi organ seorang lansia. Cannon (1940) memperkenalkan konsep homeostenosis. Homeostenosis merupakan karakteristik fisiologis penuaan yang dicirikan dengan keadaan penyempitan (stenosis) terhadap cadangan homeostasis seiring dengan pertambahan usia pada setiap sistem organ. Pada gambar tersebut dapat diamati bahwa seiring dengan pertambahan usia cadangan fisiologis yang tersedia untuk menghadapi perubahan semakin berkurang. Perubahan tersebut dapat berupa stress fisik maupun psikis. Setiap perubahan akan mendorong pergerakan menuju garis ambang yang disebut precipice. Ketika mencapai precipice maka seseorang akan mengalami keadaan sakit atau meninggal. Semakin tua seseorang maka akan semakin mudah pergerakannya menuju garis ambang. Tidak seperti usia muda, seseorang usia lanjut juga menggunakan cadangan fisiologisnya untuk menjaga keadaan homeostasis sehingga cadangan fisiologis yang tersedia semakin berkurang. Proses homeostenosis merupakan proses penuaan (degenerasi) yang normal proses tersebut terjadi melalui peristiwa yang disebut apoptosis. Hal-hal yang menyebabkan apoptosis tersebut hingga sekarang masih merupakan peristiwa yang belum bisa dijelaskan dengan sempurna. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan sel, kematian menjadi salah satu aspek yang tidak terelakkan. Beberapa faktor dapat menjadi alasan kematian, yaitu akibat penuaan, kematian terprogram, dan pengaruh dari
lingkungan luar. Apoptosis merupakan proses kematian sel yang lazim terjadi pada proses degenerasi. Sebaliknya, proses kematian sel patologis yang dapat menyertai degerasi itu sendiri, dapat diperantai oleh proses nekrosis. Nekrosis Kematian sel dan jaringan secara tidak alami. Urutan kronologis tahapan yang terjadi antara lain: 1. pembengkakan sel 2. digesti kromatin 3. rusaknya membran (plasma dan organel) 4. hidrolisis DNA 5. vakuolasi oleh ER 6. penghancuran organel 7. lisis sel Pelepasan isi intrasel setelah rusaknya membran plasma adalah penyebab dari inflamasi / peradangan pada nekrosis Apoptosis Aksi bunuh diri sel yang dikenal juga sebagai kematian terprogram, di mana program bunuh diri ini diaktivasi dan diregulasi oleh sel itu sendiri. Urutan kronologis tahapan yang terjadi antara lain: 1. fragmentasi DNA 2. penyusutan dari sitoplasma 3. perubahan pada membran 4. kematian sel tanpa lisis atau merusak sel tetangga.
Perbedaan Nekrosis dan Apoptosis Nekrosis Kematian oleh faktor luar sel Sel membengkak Pembersihan debris oleh fagosit dan sistem imun sulit Sel sekarat tidak dihancurkan fagosit maupun sistem imun Lisis sel Merusak sel tetangga (inflamasi) Apoptosis Kematian diprogram oleh sel Sel tetap ukurannya Pembersihan berlangsung cepat Sel sekarat akan ditelan fagosit karena ada sinyal dari sel Non-lisis Sel tetangga tetap hidup normal
Adanya proses degenerasi dan terjadinya homeostenosis pada lansia kemudian dapat diamati pada implikasi yang terjadi pada berbagai sistem organ, mulai dari tingkat seluler hingga tingkat organ. Setiap individu mengalami penuaan dengan secara tidak seragam, baik laju maupun kecepatannya. Akibat proses penuaan yang terjadi, nilai-nilai pemeriksaan laboratorium yang didapatkan bisa jadi sangat berbeda dengan nilai normal pada usia dewasa muda. Oleh karena itu, penegakkan diagnosis yang dilakukan melalui interpretasi hasil laboratorium harus dilakukan dengan sangat cermat. Harga Rujukan Kadar Gula Darah :
Bukan DM
Kadar glukosa Plasma vena <110 200 darah sewaktu Darah kapiler <90 200 (mg/dl) Kadar glukosa Plasma vena <110 110-125 126 darah puasa Darah kapiler <90 90-109 110 (mg/dl) Harga Rujukan Uji Proteinuri dengan metode dipstick: * 1 + = 30 mg / dL * 2 + = 100 mg / dL * 3 + = 300 mg / dL * 4 + = Lebih besar dari 2000 mg / dL ; proteinuria didiagnosa jika kadar protein dalam urin sebesar 200 mg/dl atau lebih (Bawazier, 2007).
DM
Kreatinin darah meningkat apabila fungsi ginjal menurun. Apabila penurunan fungsi ginjal yang berlangsung secara lambat terjadi bersamaan dengan penurunan masa otot, konsentrasi kreatinin serum mungkin saja stabil. Namun, indeks funsi ginjal yang lebih baik adalah bersihan kreatinin (creatinine clearance) (Sacher dan McPherson, 2004). Perubahan yang terjadi pada penglihatan karena proses menua: Terganggunya adaptasi gelap. Pengeruhan pada lensa. Ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat. Berkurangnya sensitivitas terhadap kontras. Berkurangnya lakrimasi (Setiati, 2007). Kelainan-kelainan pada mata yang dapat dijumpai pada usia lanjut: 1. Presbiopia Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat: a. Kelemahan otot akomodasi. b. Lensa mata tidak kenyal atau berkurangnya elastisitas akibat sklerosis. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan memberikan keluha setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas. 2.Katarak senilis Adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu di atas 50 tahun. penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti.kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Secara klinik stadium katarak ini antara lain insipient, imatur, intumesen, matur, hipermatur, dan morgagni. 3.Degenerasi makula senilis. 4. Pinguekula Merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering terkena sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva. Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pinguekula. Akan tetapi, bila meradang atau
1. 2. 3. 4. 5.
terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. 5. Mata kering akibat defisiensi kelenjar air mata. Permukaan kornea dan konjungtiva kering karena berkurangnya fungsi air mata. Pasien akan mengeluh gatal, mata seperti berpasir, silau, dan penglihatan kabur. Mata akan memberikan gejala sekresi mukus berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering dan terdapat erosi kornea. Konjungtiva bulbi edema, hiperemik menebal dan kusam. Kadang-kadang terdapat benang mukus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bagian bawah. 6. Glaucoma akut Perubahan yang terjadi pada pendengaran karena proses menua: Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral. Defisit pada proses sentral. Kesulitan untuk membedakan sumber bunyi. Terganggunya kemampuan membedakan target dari noise. (Setiati dkk, 2007)
1. 2. 3. 4.