Anda di halaman 1dari 6

LOYALITAS BERLEMBAGA

Di susun oleh Firman Tri Saputra Hilal

Diajukan sebagai salah satu syarat menjadi balon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS 45 MAKASSAR


2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas limpahan kasih sayang-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Makalah guna memenuhi persyaratan menjadi Balon ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi 45 Makassar. Tak lupa pula salam dan shalawat ku kirimkan kepada junjungan Nabiullah MUHAMMAD SAW seorang revolusioner beserta para keluarga dan sahabat dimana beliaulah yang membawa manusia dari lembah kebodohan ke puncak gunung ilmu pengetahuan dengan kesabaran dan keikhlasan. Ucapan terima kasih pula untuk teman teman yang sampai saat ini memberikan dorongan dan motivasi untuk menjadi pimpinan lembaga fakultas sehingga makalah ini pun dapat terselesaikan. Amanah ini memberikan sebuah tanggung jawab kepada penulis untuk membawa lembaga lebih baik lagi kedepannya. Amin Tak lupa pula, kritikan dan saran sangat penuliss harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Mengingat, makalah ini jauh dari kesempurnaan .

Wasalam.

Firman Tri Saputra Hilal

Mahasiswa sebagai unsur civitas akademika dalam perguruan tinggi perlu didorong untuk mengembangkan dan mendewasakan dirinya agar menjadi manusia yang dapat mewujudkan masa depan bangsa dan negara lebih baik. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas dalam mengembangkan kepribadiannya agar menjadi pemimpin yang berkualitas di masa yang akan datang. Mahasiswa telah diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan, baik di dalam kampus maupun di lingkungan masyarakat luar kampus. Pembinaan kemahasiswan telah dijalankan sehingga mahasiswa memiliki media untuk mengembangkan bakat dan minat serta berprestasi dalam berbagai hal. Pembinaan organisasi kemahasiswaan didasarkan atas prinsip, organisasi dari, oleh, dan untuk mahasiswa sehingga strategi dalam membina lebih banyak ulur tangan daripada campur tangan. Pembinaan kegiatan kemahasiswaan mendorong mahasiswa untuk lebih menekankan kegiatan sebagai sarana academic excercises sehingga selain keterampilan didalam memimpin dan berorganisasi juga diharapkan tercipta suasana iklim akademik dalam kegiatan kemahasiswaan. Secara operasional, organisasi kemahasiswaan sejauh mungkin sebagai pusat-pusat kajian dan pengembangan karya-karya ilmiah. Karya ilmiah berbasis penelitian yang selama ini memenangkan lomba karya ilmiah di tingkat nasional, sebagian besar berasal dari badan kegiatan kemahasiswaan.

Orientasi Rencana dan Strategi (Membangun Loyalitas Dalam Berlembaga)


Dennis McCarthy dalam The Loyalty Link - How Loyal Employee Creat Loyal Customers menuliskan bahwa kita tidak dapat membangun loyalitas secara terfragmentasi, gaya sekali tembak, dan tidak cukup terfokus pada upaya perbaikan pelayanan 1-2 departemen (Bidang) saja karna Setiap orang yang dipimpin harus menjadi bagian dari solusi, Jika tidak, mereka malah menjadi bagian dari masalah yang dibuatnya sendiri. Salah satu biang kerok utama yang menyebabkan merosotnya loyalitas dalam sebuah lembaga adalah tidak mempercayai manajemen yang diterapkan suatu kepengurusan dalam memenuhi apa yang dikatakannya atau penerapan apa yang diinginkan pimpinan dianggapnya tidak sesuai

dengan apa yang diprakarsainya. Dengan kata lain, penerapan manajemen tidak dipercayai oleh konstituennya karena menurutnya antara kata-kata dan tindakan terdapat jurang pemisah yang lebar dan dalam. Konstituen membenci atau sekurang-kurangnya tidak dapat menerima orang yang dianggap tidak tepat menjadi pemimpin mereka. Dalam sumber lain diungkapkan bahwa Konstituen yang setia dimenangkan oleh mereka yang, sadar atau tidak, dinilai cakap untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan mereka, ketika pemimpin terlihat seperti simbol yang mewakili norma-norma yang mereka anut, dan ketika citra sang pemimpin itu (apakah itu berkesesuaian dengan kenyataan atau pun tidak) selaras dengan konsep yang anggota percayai. Dengan logika dapat dikatakan bahwa loyalitas bukanlah sesuatu yang dapat 'dipaksakan' seorang pemimpin kepada angotanya. Sebab bagaimana mungkin seseorang boleh memaksa pihak lain untuk memberikan suatu 'hadiah' kepada dirinya melalui pengabdian mereka terhadap lembaga karena menurut salah satu petuah mengatakan bahwa sangat susah untuk membuat orang mengerti atau paham akan sebuah tanggung jawab yang diemban tanpa adanya kesadaran dasar dalam pribadi individu bersangkutan. Untuk itu dalam meningkatkan loyalitas keanggotaan dapat ditempuh berbagai macam cara yang tentunya didasari dalam sebuah strategi yang matang, beberapa cara tersebut seperti : Pengkaderan awal dalam sebuah lembaga Pengkaderan awal yang tepat dalam sebuah lembaga merupakan hal terpenting karna ini merupakan langkah awal pengenalan maupun pengkaderan dalam organisasi tersebut. Tentunya harus didukung dengan penyatuan satu Visi pelaksana kegiatan. Tindak Lanjut Biasanya dalam sebuah lembaga hanya terfokus pada awal-awal pengkaderan tanpa pernah memikirkan tindak lanjut yang dapat diberikan terhadap kader setelah pengkaderan awal (perekrutan) tersebut selesai. Inipun harus didukung dengan manajemen yang tersusun rapi Keteladanan Keteladanan dalam sebuah lembaga harus pula diperhatikan dan dibina dengan baik, untuk memeperlihatkan para kader sebuah sosok contoh harus ditiru dalam lembaga

tersebut. Jika orang-orang yang seharusnya ditiru dalam lembaga tersebut mampu memberikan yang terbaik terhadap para kader maka tentunya para kader yang notabenenya sebagai penerus akan mengikuti contoh yang diberikan dan apa yang mereka lihat sendiri. Dengan strategi yang matang dituangkan dalam berbagai kegiatan juga merupakan salah satu dari sekian factor pendukung civitas akademika dalam meningkatkan rasa kepemilikannya terhadap lembaga yang ada disekitarnya. Konsepsi kegiatan tentunya bukan hanya milik siapa yang memimpin tetapi orientasi dan jenis kegiatan merupakan hasil integralisasi pemikiran dan semangat para pengurus lembaga akan sensitivitasnya dengan kondisi kekinian di sekeliling mereka. Dalam hal ini, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi Univ. 45 Makassar sebagai salah satu lembaga yang telah berada di masa akhir kepengurusan sehingga, saaya merasa terpanggil akan melihat kondisi lembaga yang semakin miris adanya. Niat dan panggilan hati yang hadir, bukan didasari oleh keinginan gila akan sebuah jabatan serta kekuasaan, namun semua itu hadir atas dorongan ilmu dan pengetahuan pribadi tentang organisasi yang selama ini saya geluti baik itu lembaga internal dan eksternal kampus. Dalam mewujudkan niat dan memenuhi panggilan untuk menjadi formatur ketua pada periode selanjutnya, secara pribadi usaha untuk sampai ke sana saya telah lakukan. Tetapi usaha usaha itu saya tidak lakukan menjelang MUSYAWARAH BESAR (MUBES) Lembaga, namun usaha usaha yang telah saya lakukan semenjak saya masih berstatus mahasiswa baru hingga sekarang yang dibuktikan dengan SK Panitia Pelaksana. Usaha usaha yang saya lakukan bukan dengan melakukan pencitraan pencitraan namun usaha yang tentunya merupakan sebuah keikhlasan apalagi saya menyadari bahwa BEM adalah sebuah lembaga non profit yang merupakan bagian dari proses manusia yang lugu menjadi pribadi yang berkarakter sehingga saya pun tak mengambil langkah kontrak politik antara saya dengan siapa pun. Tak ada sepeser pun yang keluar dari kas pribadi saya atau teman teman yang mendorong dan memotivasi penulis untuk menjadikan saya sebagai pemenang dalam proses menduduki sebuah fungsi sentral organisasi tetapi berorientasi pada pengetahuan dan kemerdekaan teman teman dalam menentukan

pilihan. Keinginan itu hadir bukan karena merasa paling suci dengan harokahku, bukan pula merasa paling hebat atas eksistensi diri ini tetapi ini untuk lembaga kita yang hadir bukan hanya untuk seseorang bukan pula untuk materi dan proses pembodohan tetapi yang kita harapkan adalah hadir karena sebuah proses belajar merasa bisa, bukan hanya bisa merasa, pembentukan karakter dan pola pikir yang mengandung sebuah nilai estetika yang bijak. Tak dapat dielakkan lagi, Fakultas Psikologi Univ. 45 Makassar dalam konteks kekinian menghadirkan berbagai sekat sekat yang terbangun antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya. Sikap merasa jauh lebih pintar, perbedaan pandangan, kurangnya nilai etika yang berkembang (mencederai arti nilai kebersamaan) dan perasaan yang tidak mampu dirasionalkan tanpa menyadari bahwa hakikat manusia diciptakan memang tidak ada yang sama. sedangkan kita ketahui bersama bahwa disiplin ilmu psikologi bukanlah ilmu yang mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang yang menerima kesempurnaan tanpa menyadari perbedaan yang ada antara satu individu dengan individu yang lainnya melainkan psikologi mengajarkan kita menjadi bijak atas perbedaan yang ada d muka bumi ini. Hadirnya pula paradigma paradigma yang semestinya tidak bias membaur dengan dunia psikologi sehingga memicu sebuah jurang pemisah baik antara sesama angkatan, maupun senior ke junior dan junior ke senior. Dengan melihat kondisi miris seperti yang terjadi saat ini, Demi masa depan lembaga psikologi kedepan, saya menawarkan sebuah visi Dekonstruksi paradigmatig lembaga mahasiswa yang bersifat independen, egaliter, demokratis, dan produktif yang berbasis pada pendidikan, penelitian dan pengembangan serta bertitik tolak pada aspirasi kreatifitas civitas akademika. Dengan visi yang ada, tentunya ada misi yang kita lakukan untuk sampai pada visi itu. Adapun beberapa visi yang akan dibangun akan tertuang dalam berbagai program kerja. Program tersebut merupakan sarana bagi mahasiswa fakultas Psikologi 45 untuk merubah paradigma paradigma sehingga dapat mengembangkan diri. Selain itu, juga peka dan kritis terhadap segala fenomena perubahan yang terjadi, baik di dalam, ataupun di luar lingkungan kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa akan berdiri pada posisi sejajar dan melepas arogansi eksekutifnya. Namun, citra dan wibawa tetap terjaga untuk mencapai tujuan lembaga demi kepentingan bersama, bukan hanya sebatas legalitas.

Anda mungkin juga menyukai