Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM


Ditujukan untuk memenuhi salahsatu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam dengan dosen pengampu .............................

Disusun oleh

Megi Tri Apriliani

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR 2011

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr., Wb., Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., atas berkat rahmatNya lah penyusun dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Pengantar Studi Islam berjudul Sumber Ajaran Islam. Laporan ini merupakan hasil dari studi literatur penyusun terhadap pembahasan sumber ajaran islam. Laporan ini ditujukan untuk memberikan penjelasan dan pemahaman kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai sumber ajaran dalam agama islam, agar didapat pemahaman dan pengertian yang tepat, sehingga tidak terjadi kesalahan mengenai hal ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ................ sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah Pengantar Studi Islam ini. Penyusun menyadari bahwa Makalah ini memang jauh dari kata sempurna untuk memberikan sebuah khazanah baru dalam pengetahuan kita. Untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mempersilahkan kepada pembaca untuk bersama-sama mengkoreksi Makalah ini agar tercipta Makalah yang baik dan sesuai dengan kaidah. Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Wasalamualaikum Wr., Wb., Penyusun

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. B. C. D. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1 Tujuan Penulisan .......................................................................................................................... 2 Manfaat Penulisan ........................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3 PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 3


A. B. 1. 2. 3. 4. C. 1. c. 2. Pengantar ..................................................................................................................................... 3 Sumber Pertama : Al-Quran ........................................................................................................ 3 Pengertian Al-Quran. .............................................................................................................. 3 Kandungan Al-Quran . ............................................................................................................ 4 Kedudukan Al-Qur an. ........................................................................................................... 5 Ayat Al-Quran ........................................................................................................................ 5 Sumber Kedua : Hadits dan Sunnah Rasul .................................................................................... 6 Kedudukan dan Fungsi Hadits .................................................................................................. 6 Bentuk-bentuk hadits ................................................................................................................ 8 Sumber Ketiga : Ijtihad ................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam sebagai agama rahmatan lil alamin adalah sebuah agama bagi seluruh umat di muka bumi ini. Agama ini merupakan agama yang diridhoi oleh Allah SWT sebagai agam yang paling benar dan diturunkan kepada umat akhir zaman dengan pembawa wahyu adalah Nabi Besar Muhammad SAW. Sejak berkembang pada zaman rasulullah dan dibawa menyebar ke seluruh bumi, agama islam merupakan agama yang paling mudah menyebar dan diakui kebenarannya. Kemudahan warga pribumi dalam menerima ajaran islam dikarenakan islam menyebar dengan tanpa paksaan dan tanpa unsur politik di dalamnya. Umumnya islam dibawa oleh para pedagang di jazirah arab ke seluruh penjuru dunia, malum saat itu pedagang arab terkenal dengan dagangannya yang berkualitas dan kejujurannya. Setelah rasulullah wafat, tentunya tidak ada lagi pembawa pesan ajaran islam dan sebagai penjaga agar ajaran tetap lurus pada prinsipnya. Namun semua itu terjawab dengan adanya sumber ajaran islam yang berjumlah 3 yaitu, Al-quran, as-sunnah dan ijtihad. Makalah ini ditujukkan untuk meluruskan ajaran islam dan memberikan pemahaman yang jelas mengenai ketiga sumber ajaran islam tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berikut ini beberapa rumusan masalah dalam mengkaji makalah ini : 1. Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur an, Al Hadits dan Ijtihat sebagai sumber hukum Islam. 2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam. 3. Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah. 4. Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | BAB I

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah : 1. Mahasiswa dapat menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur an, Al Hadits dan Ijtihat sebagai sumber hukum Islam. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi dalam hukum Islam. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah. 4. Mahasiswa dapat menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diberikan dari penulisan makalah ini adalah terbukanya pengetahuan kita akan sumber ajaran islam, urgensinya dalam hidup dan dapat mencegah serta menilai tindakan yang sesuai dan tidak sesuai dengan ajaran agama tersebut. Sehingga mahasiswa sebagai agent of change dapat dengan optimal menggunakan perannya dalam masyarakat sebagai pembaharu dan pembawa perubahan yang lebih baik dalam masyarakat. Sedangkan manfaat makalah ini untuk masyarakat adalah sebagai pedoman dan bahan referensi dalam masalah keagamanan ini. Semoga saja dengan banyaknya tulisan mengenai agama dan sumber ajarannya, dapat memberikan dampak yang baik untuk terciptanya masyarakat yang damai dan sejahtera. Karena hanya dengan agama dan masyarakat yang beragamalah, sebuah bangsa dan sebuah generasi dapat mendapatkan rahmat dari Allah. Amiin..

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengantar
Sumber Islam adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan dasar aturan atau pedoman agam Islam. Sumber hukum Islam yang utama adalah Al-Quran dan Al Hadits sebagai mana hadits Rosulullah saw : Aku timggikan dua perkara yag jika kamu berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat selamanya yaitu Al-Quran dan Al Hadits atau As Sunnah (H.R. Baihaqi). Dalam Al-Quran banyak yang menyebutkan tentang akal, maka para ulama menjadikan akal sebagai sumber hukum yang ketiga di dalam ajaran Islam. Hasil dari akal inilah yaitu rayu yang pelaksanaannya adalah melalui ijtihad. Untuk memahami sumber-sumber hukum Islam di atas akan dijabarkan secara terinci mulai dari Al-Quran, Al Hadits atau As Sunnah dan Ijtihat serta bentuk-bentuknya.

B. Sumber Pertama : Al-Quran


1. Pengertian Al-Quran.
Secara bahasa Al-Quran berarti bacaan (qiraah). Dalam hal ini Allah swt berfirman :

Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila kami Telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (QS. Al-Qiyamah (75) : 17-18)

Adapun pengertian Al-Quran menurut istilah, yaitu Firman Allah swt, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan lisan Arab. Merupakan mukjijat dan telah ditulis dalam beberapa musaf, dimana samapai kepada kita dengan jalur mutawakir. Membacanya merupakan sebuah ibadah diawalai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | BAB II

2. Kandungan Al-Quran . Isi pokok kandungan Al-Quran dikelompokkan menjadi 5 perkara, yaitu : a. Tauhid Tauhid merupakan hukum tentang keyakinan. Dalam Al-Quran mengandung tuntunan yang mengajarkan keimanan kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Kiamat serta beriman kepada Qada dan Qadar. b. Ibadah Hukum ibadah yang terkandung dalam Al-Quran antara lain ibadah shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah merupakan hubungan manusia dengan Tuhan. Ibadah adalah bukti bahwa manusia bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Dengan ibadah akan memupuk rasa iman kepada Allah swt. c. Al Wadu Wal Waid Artinya adalah jani dan ancaman. Melalui Al-Quran Allah telah berjanji kepada manusia yang beriman kepada-Nya dan mengikuti semua petunjuk Al-Quran akan memberikan pahala kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan sebaliknya Allah swt mengancam manusia yang mengingkari dan melanggar ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Al-Quran dengan azab dan siksa yang pedih. d. Petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan Dalam Al-Quran mengandung petunujuk-petunjuk yang dibutuhkan manusia dalam interaksinya untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. e. Sejarah Umat Terdahulu Al-Quran banyak mengisahkan sejarah kehidupan Nabi dan Rasul dalam berdakwah, menegakkan agama Islam di tengah umatnya yang masih jahiliyah. Selain itu AlQuran juga mengisahkan sejarah orang-orang saleh seperti Ashabul Kahfi, Lukman Hakim, sahabat-sahabat Rasulullah dan sebagainya.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

3. Kedudukan Al-Qur an. Al-Quran merupakan sumber hukum utama dalam Islam. Semua tuntutan dan larangan dalam Al-Quran harus ditatati oleh semua muslim dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Firman Allah swt :

Artinya : Maka berpegang teguhlah kamu kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. ( QS. Az-Zukhruf (43) : 43). Kandungan Al-Quran mencakup semua aspek kebutuhan manusia yang ada di bumi ini, maka tidak satupun yang tertinggal. Al-Quran telah memberikn dasar-dasar hukum. Hal ini terdapat dalam firman Allah swt :

Artinya : Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab. ( QS. Al-An am (6) : 38) 4. Ayat Al-Quran Ayat menurut bahasa berarti tanda kekuasaan Allah. Ayat menurut istilah merupakan bagian dari Al-Quran yang terdiri dari beberapa kata dan masing-masing ayat dipisahkan dengan ayat lain menggunakan tanda pisah. Ayat Al-Quran ada yang panjang dan ada yang pendek. Macam-macam ayat Al-Quran ditinjau dari masa turunnya ada 2 macam, yaitu ayatul Makkiyah dan ayatul Madaniyah. a. Ayatul Makkiyah yaitu ayat Al-Quran

yang diturunkan di kota Mekah, sebelum Nabi hijrah ke

Madinah. Ayatul Makiyah memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


y y y y ayat-ayat pendek berisi tentang aqidah akhlak diawali dengan kalimat ( yaa ayyuhan nass ) berisi janji dan ancaman
MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN 5

Contoh : surat dalam juz 30 (juz Amma) b. Ayatul Madaniyah yaitu ayat Al-Quran

yang diturunkan di Madinah, setelah Nabi hijrah. Ayatul

Madaniyah memiliki ciri-ciri sebagai berikut : y y y ayat-ayat panjang berisi tentang hukum kemasyarakatan diawali dengan kalimat ( yaa ayyuhal adina amanu )

Contoh : surat Al-Baqarah

C. Sumber Kedua : Hadits dan Sunnah Rasul


Hadits menurut bahasa artinya kabar atau baru. Adapun menurut istilah adalah kegiatan/ perbuatan, ucapan atau ketetapan dari Nabi Muhammad saw. Sebagian ulama berpendapata bahwa antara hadits dan sunnah mempunyai pengertian yang sama. Namun sebagian mempunyai pendapat bahwa sunnah hanya perilaku Nabi sedangkan hadits yaitu perkataan Nabi yang diriwayatkan oleh seorang sahabat atau lebih dan hanya merekalah yang mengetahuinya serta tidak menjadi sandaran atau malan umum. Semua perbuatan Nabi saw adalah atas bimbingan Allah swt. Firman Allah swt :

Artinya :Seandainya ia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) kami, Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benarbenar Kami potong urat tali jantungnya. (QS. Al-Haqqah (69) 44-46) 1. Kedudukan dan Fungsi Hadits Beberapa kedudukan dan fungsi hadits antara lain : a. Haditst berkedudukan sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah AlQur an. Hukum-hukum yang terdapat dalam hadits juga wajib ditaati oleh orang muslim. Allah swt berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 7)
MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN 6

Artinya: apa yang diberikan Rasulullah kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. (QS. Al-Hasyr (59): 7) Dalam hadits Rasulullah disebutkan bahwa untuk menyelesaikan perkara harus berpegang pada Allah dan sunnah Rasul. Sabda Rasullulah itu adalah : Artinya : Telah aku tinggalkan kepaadamu dua perkara yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepada keduanya yaitu kitab Allah dan sunnah rasul-Nya. (HR. Malik dan Hakim) Pada masa Rasulullah saw masih hidup, hadits belum dibukukan. Setelah rasul wafat, hadits mulai dibukukan. Pada masa rasul hadits tidak ditulis karena untuk menjaga agar tidak bercampur dengan Al-Quran. Penulisan hadits mulai dilakukan pada masa Bani Ummayyah tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, kemudian disempurnakan pada masa Khalifah Al Mansur. b. Hadits sebagai penjelas hukum-hukum yang ada di dalam Al-Quran Dalam hal ini, hadits memiliki fungsi mencakup hal-hal sebagai berikut : 1) Penjelasan terhadap hal-hal yang masih bersifat umum (bayanu/ mujmal). Misalnya hadits Nabi saw yang menjelaskan pelaksanaan shalat, puasa, dan zakat secara detail dan sebagainya yang di dalam Al-Quran keterangan hukumnya masih bersifat umum. 2) Pembatas hal-hal yang masih global dalam Al-Quran (Taqyidul mutlaq). Misalnya hadist Nabi yang menjelaskan batasan hukum potong tangan bagi pencuri yaitu sampai batas pergelangan tangan. Hukum potong tangan dalam AlQuran hanya menerangkan perintah potong tangan saja tanpa menyebutkan batasan secara rinci. 3) Pengkhususan hal-hal yang masih bersifat umum hukumnya di dalam Al-Quran (takshisulaim). Misalnya hadits Nabi saw yang menerapkan secara detail hukum tentang warisan (harta pusaka). Dalam Al-Quran tidak ditegaskan mengenai perbedan agam antara anak dan orang tua yang sama-sama muslim.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

4) Hadits menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur an. Misalnya diharamkannya memakai cincin, emas dan pakaian sutera bagi kaum laki-laki. 5) Hadits sebagai penguat hukum-hukum yang termaktul dalam Al-Qur an. Misalnya hadits Nabi saw berikut ini : Artinya : Shalat itu tiang agam, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti ia telah menegakkan agama dan barang siapa yang meninggalkan berarti ia telah menghancurkan agama. (HR. Baihaqi) Hadits diatas menguatkan firman Allah swt, yang menerangkan kewajiban shalat bagi umat Islam, yaitu : Artinya : Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. c. Bentuk-bentuk hadits Hadits terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu hadits fikliyah, taqririyah, dan qauliyah. 1) Hadits fikliyah adalah hadits yang berdasarkan atas perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. 2) Hadits qauliyah adalah hadits yang didasarkan pada ucapan dan perkataan Nabi saw. 3) Hadits taqririyah adalah hadits yang didasarkan pada ketetapan-ketetapan Nabi saw. Sedangkan ketetapan yang dimaksud adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat dan Nabi saw juga melihatnya akan tetapi Nabi diam saja atau menyetujuinya.
Dilihat dari segi kualitasnya, maka hadits dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Hadits Sahih (hadits yang sah) Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits yang sahih para perawinya bersambung sampai kepada Nabi saw, perawinya orang yang taat beragama, kuat hafalannya dan isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur an.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

2) Hadits Hasan (baik) Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan seperti perawinya semuanya bersambungan, perawinya taat beragama, agak kuat hafalannya, tidak bertentangan dengan AlQuran dan tidak cacat di dalamnya. 3) Hadits Daif (lemah) Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria persyaratan hadits hasan apalagi shahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.

Tingkatan hadits sahih, antara lain sebagai berikut :

1) Mutafaqalaih, hadits yang disepakati oleh Bukhori Muslim, menempati tingkatan yang paling tinggi. 2) Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 3) Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim 4) Hadits yang diriwayatkan oleh ulama ahli hadits selain Bukhari Muslim atas dasar syarat Bukhari Muslim 5) Hadits yang diriwayatkan oleh ulama besar hadits dengan syarat-syarat Bukhari Muslim 6) Hadits yang disahihkan oleh ulama hadits selain Bukhari Muslim

C. Sumber Ketiga : Ijtihad


Ijtihad adalah berasal dari kata ijtihad-ijtihadan yang berarti bersungguh-sungguh. Menurut syara ijtihat adalah berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah

yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al-Quran maupun Al Hadits dengan menggunakan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan hukum yang telah ditentukan. Beberapa dasar hukum melakukan ijtihad adalah :
a. Al-Quran dengan firman Allah swt

Artinya : Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (QS. Al-Hasyr (59) : 2)

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

b. Hadits Rasulullah saw

Artinya : Apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian mencapai kebenaran maka ia mendapat dua ganjaran. Dan apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian tidak mencapai kebenaran maka ia mendapatkan satu ganjaran. (HR. Bukhari Muslim).
c. Asar sahabat

Artinya perilaku atau perkataan sahabat contoh sahabat yang ada yaitu pertanyaan Umar bi Abi Khatab r.a, beliau mengatakan sesungguhnya umat telah bersungguh-sungguh mencari kebenaran namun ia tidak mengetahui akan kebenaran itu sudah tercapai atau tidak.
d. Beberapa fatwa Imam Mujtahidin

- Imam Malik berkata Aku hanyalah manusia biasa yang mungkin salah dan benar maka periksalah pendapat-pendapatku. Jika terdapat kesesuaian antara pendapatmu dengan AlQuran dan sunnah maka ambillah dan jika sebaliknya maka tinggalkanlah - Imam SyafiI berkata Jika segala sesuatu telah kukatakan ternyata tidak bertentangan dengan sabda Nabi saw, itulah yang harus kamu ikuti. Dan bila ada hadits sahih telah menyalahi mazbku maka ikutilah hadits tersebut karena sebenarnya hadits itu adalah mazabku. - Imam Hambali berkata Janganlah kamu bertauhid (menerima pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber dasarnya) kepadaku atau kepada Imam Malik atau kepada Imam SyafiI dan As Sauri tapi ambillah hukum-hukum dari tempat mereka mengambilnya.
e. Kedudukan dan Bentuk-bentuk Ijtihad

Hukum ijtihad yang dihasilkan oleh beberapa mujtahid dapat berlainan disebabkan tingkat penalaran, pengkajian dan situasi serta kondisi yang dihadapi oleh seseorang mujtahid tersebut. Hukum ijtihad mengikat seorang mujtahid yang bersangkutan artinya harus mengamalkan secara konsisten terhadap hasil pendapatnya selama ia belum mengubah pendapat itu. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu y Ijma, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

10

Qiyas, yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ah, cis, atau hus kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.

Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.

Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya, dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.

Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.

Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

11

Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | PEMBAHASAN

12

DAFTAR PUSTAKA
________, Makalah Sumber Hukum Islam, Tersedia online dalam bentuk pdf

Abdullah, 2011. Sumber-sumber Ajaran Islam. Tersedia online http://abdullah21.wordpress.com.

MAKALAH PENGANTAR STUDI ISLAM | DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai