Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH GORENGAN TERHADAP PANGAN WARGA

JAKARTA

Karya Tulis ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran


Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Adrianus Steffan XD/1


Anthony Susilo XD/5
Erwin XD/12
Leonsius Hendra XD/21

SMA KOLESE KANISIUS


JAKARTA
2008
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis dengan judul


“PENGARUH GORENGAN TERHADAP PANGAN WARGA JAKARTA”

Disusun oleh:
1. Adrianus Steffan XD/1
2. Anthony Susilo XD/5
3. Erwin XD/12
4. Leonsius Hendra XD/21

telah disahkan pada


hari :
tanggal :

Pembimbing

N. Widi Wahyono
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas bantuan, berkat, dan rahmat-Nya pada penulis selama proses
pembuatan Karya Tulis ini berlangsung. Penulis juga ingin berterima kasih kepada
semua orang/ lembaga yang telah membantu penulis dalam pembuatan karya tulis ini,
yaitu:
1. Pater E. Baskoro Poedjinoegroho, SJ, selaku Kepala Sekolah SMA
Kolese Kanisius yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk membuat Karya Tulis ini.
2. Bapak N. Widi Wahyono, selaku pembimbing yang senantiasa
membimbing penulis selama pembuatan karya Tulis ini.
3. Kedua orang tua dan sanak keluarga, yang selalu memberikan
bantuan, dukungan, dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Karya
Tulis ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kesempurnaan hanyalah milik Tuhan, oleh karena itu penulis menyadari
bahwa Karya Tulis ini tidaklah sempurna. Adanya keterbatasan kemampuan penulis
juga semakin menegaskan bahwa Karya Tulis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis sangat berharap agar para pembaca yang telah membaca Karya Tulis
ini dapat memberikan kritik yang konstruktif, sehingga penulis dapat meningkatkan
hasil penulisannya di lain kesempatan, serta dapat memuaskan para pembaca.
Penulis berharap agar Karya Tulis ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya dalam memberikan berbagai informasi tentang pangan. Semoga kelak
setelah membaca Karya Tulis ini, wawasan para pembaca dalam bidang pangan
menjadi lebih luas serta dapat bermanfaat bagi kehidupan para pembaca di masa yang
akan datang.

Penulis
HALAMAN MOTTO

Motto yang kami pegang dalam penulisan Karya Ilmiah ini

“Pleasure in the job puts perfection in the work.”


(Kesenangan dalam pekerjaan membuahkan hasil yang sempurna)
Aristoteles (384 SM - 322 SM)
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kami persembahkan untuk :

1. Bapak Widi Wahyono, yang telah membimbing kami dalam menyusun Karya
Tulis ini.

2. Temen-temen di kelas XD, yang telah membantu kami dalam melengkapi


Karya Tulis ini.

3. Orang tua kami, yang telah mau membantu kami dan memberikan semangat
dalam penyusunan Karya Tulis ini.
ABSTRAKSI

Gorengan tentu kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Hampir semua
warga Jakarta mengetahui dan pernah memakan gorengan. Gorengan merupakan
salah satu jajanan pasar yang paling digemari oleh masyrakat Jakarta. Selain
harganya yang cukup terjangkau juga karena jenisnya yang bermacam-macam.
Macam-macam gorengan ini memang sengaja dibuat sesuai dengan lidah masyarkat
Jakarta. Di era globalisasi seperti sekarang ini, gorengan mempunyai peranan yang
cukup penting bagi masyarakat. Masyarkat yang terlalu sibuk tentu menginginkan
makanan yang instan agar tidak mengganggu waktu kerja mereka. Dan gorengan
menjadi salah satu alternatif makanan yang enak, murah, dan mudah ditemukan
hampir di seluruh pelosok Jakarta. Tidak hanya itu, hampir seluruh jenis gorengan
mengandung protein dan karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Menanggapi hal di atas, maka kami mencoba untuk melakukan penelitian
guna menyelidiki peranan gorengan dalam pemenuhan kebutuhan masyarkat Jakarta.
Salah satu metode penelitian yang kami pakai yaitu metode angket. Kita akan
memberikan angket kepada beberapa konsumen gorengan di Jakarta. Konsumen
gorengan yang nanti akan kami berikan angket akan bertindak sebagai responden
yang mewakili seluruh konsumen gorengan di Jakarta. Sebelumnya pertanyaan yang
kami berikan dalam angket telah kami sesuaikan dengan kondisi atau peranan si
responden itu sendiri.
Setelah hasil angket tersebut kami peroleh, kami akan mendapatkan jawaban
dari rumusan pertanyaan yang telah kami ajukan sebelumnya termasuk tujuan awal
dari penulisan karya ilmiah ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar peranan
gorengan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat Jakarta. Sampai akhirnya kami
akan menarik sebuah kesimpulan dari penelitian yang telah kami lakukan.
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan...................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Halaman Motto..........................................................................................................iv
Halaman Persembahan................................................................................................v
Abstraksi....................................................................................................................vi
Daftar Isi...................................................................................................................vii
Daftar Grafik dan Tabel.............................................................................................ix
Bab I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah......................................................................................2
1.3 Perumusan Masalah.......................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan............................................................................................3
1.5 Metode Penelitian..........................................................................................4
1.6 Hipotesa.........................................................................................................4
1.7 Manfaat Penelitian.........................................................................................5
Bab II LANDASAN TEORI.......................................................................................6
Bab III METODE PENELITIAN.............................................................................10
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................10
3.2 Sumber Data..................................................................................................10
3.3 Tekhnik Penelitian........................................................................................11
3.4 Tekhnik Analisis...........................................................................................11
Bab IV GORENGAN DI MATA MASYARAKAT..................................................12
4.1 Posisi Gorengan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat.......... 12
4.2 Keterjangkauan Gorengan Oleh Masyarakat...............................................17
Bab V KANDUNGAN GIZI DALAM GORENGAN.............................................22
Bab VI EFEK GORENGAN BAGI KESEHATAN................................................25
6.1 Efek Gorengan Secara Spesifik...................................................................25
6.2 Efek Gorengan Secara Umum.....................................................................27
Bab VII PENUTUP...................................................................................................30
7.1 Kesimpulan...................................................................................................30
7.2 Saran.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................32
LAMPIRAN.............................................................................................................33
DAFTAR GRAFIK & TABEL

Grafik 4.1 Intensitas Pembelian Gorengan dalam 1 (satu) Minggu..........................13


Grafik 4.2 Tujuan Konsumen Membeli Gorengan...................................................14
Grafik 4.3 Pengeluaran Uang Konsumen untuk 1 (satu) Kali Membeli Gorengan. .16
Tabel 4.1 Alasan yang Mendasari Konsumen untuk Membeli Gorengan................18
Grafik 4.4 Jumlah Penjual Gorengan di Sekitar Lingkungan Konsumen.................19
Grafik 4.5 Tempat Konsumen Biasanya Membeli Gorengan...................................20
Grafik 6.1 Efek yang Dirasakan Konsumen Setelah Mengkonsumsi Gorengan......27
Grafik 6.2 Hal yang Ditakutkan Konsumen dalam Mengkonsumsi Gorengan........28
BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab I Pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian,
hipotesa, dan manfaat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan makanan yang bernama gorengan.
Sebuah makanan yang enak, murah, dan instan. Tidaklah mengherankan jika
gorengan dapat menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Jakarta. Gorengan
memang makanan yang mempunyai ciri khas atau daya tarik tersendiri terutama bagi
para pencintanya. Apalagi gorengan kini terdiri dari banyak jenis yang telah
disesuaikan dengan lidah masyarakat Jakarta. Dari segi rasa, gorengan mempunyai
rasa yang tidak perlu diragukan.
Masalah hargapun tak perlu dikhawatirkan. Harga gorengan sangat terjangkau
baik untuk kalangan kelas atas, kelas menengah, ataupun kelas bawah. Untuk
mendapatkan gorengan di Jakarta sangatlah mudah. Hampir di setiap pelosok kota
Jakarta terdapat para pedagang gorengan atau jika kita mempunyai watu kita dapat
membuat gorengan sndiri dengan proses dan bahan yang sangat cepat dan mudah.
Di era globalisasi ini, tentu setiap orang menginginkan sesuatu yang serba
cepat/instan karena sudah terlalu sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Akibatnya mereka sering melupakan porsi makanan yang harus mereka makan untuk
memenuhi gizi mereka. Pada saat menghadapi kondisi ini, gorengan dapat menjadi
salah satu alternatif makanan yang cepat dan memiliki gizi yang cukup tinggi. Seperti
kita tahu juga, beberapa jenis gorengan mengandung karbohidrat dan protein yang
sangat berguna untuk menambah stamina dan menjaga kesehatan tubuh. Gorengan
memang merupakan cemilan yang instan tanpa mengurangi kualitas dari gorengan itu
sendiri. Oleh karena itu tidaklah salah di era globalisasi ini, orang memakan gorengan
sebagai pengganti makanan pokok mereka.
Pangan dunia yang semakin menipis membuat harga beberapa pangan
meningkat drastis. Dampaknya bukan hanya harga barang-barang naik pada saat ini
tapi juga dikhawatirkan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi kelangkaan
pangan. Bila kita teliti lebih jauh, penyebab itu semua tidak jauh dari pola hidup
manusia itu sendiri. Manusia yang sangat sibuk dituntut untuk memenuhi kebutuhan
mereka secara instan. Akibatnya, mereka mengkonsumsi makanan cepat saji atau
makanan kemasan. Dari makanan instan itu akan membuat tubuh menjadi tidak sehat.
Bila kita belum merasakannya sekarang, mungkin nanti beberapa tahun ke depan kita
akan merasakan dampaknya secara bertahap. Dengan gorengan kita mengkonsumsi
lebih banyak zat-zat kimia seperti zat pengawet yang berbahaya bagi tubuh jika
dikonsumsi secara terus-menerus. Tidak hanya itu harga gorengan juga jauh lebih
murah dari harga makanan instan tersebut. Hal ini sangat membantu masyarakat kelas
bawah yang membutuhkan cukup gizi tetapi tidak mempunyai cukup uang.
Selain mempunyai kelebihan, gorengan juga mempunyai beberapa kelemahan.
Sesuai dengan namanya, gorengan adalah makanan yang cara memasaknya dengan
digoreng. Dengan cara memasak seperti itu, tidak menutup kemungkinan gorengan
dapat menyebabkan penyakit batuk atau bahkan kolestrol. Hal ini makin diperarah
oleh kehigienisan gorengan yang patut dipertanyakan. Mengingat pentingnya hal di
atas, kami terdorong untuk meneliti dan melakukan pengamatan terhadap hal
tersebut.

1.2 Pembatasan Masalah


Hal yang dijadikan sebagai topik umum dalam Karya Ilmiah ini adalah
tentang pangan, khususnya gorengan. Gorengan dapat didefinisikan sebagai salah
satu jenis makanan instan yang merupakan hasil dari proses memasak yang disebut
menggoreng. ”Menggoreng sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan memasak
makanan dengan menggunakan minyak, atau lemak (margarin, shortening, mentega)
sebagai medium penghantar panas” (Wikipedia Indonesia, 2008).
Beberapa kata kunci dalam judul Karya Ilmiah ini yang dapat dijadikan
sebagai bahan kajian adalah dominasi, gorengan, dan masyarakat Jakarta. Kata
”dominasi” atau ”pengaruh” mengindikasikan bahwa penulis tidak bertujuan untuk
membahas apakah masyarakat suka atau tidak dengan gorengan, melainkan
bagaimana kedudukan gorengan terhadap kebutuhan pangan masyarakat. Kemudian,
gorengan yang dijadikan sebagai objek kajian hanyalah gorengan yang dijual secara
berkeliling atau secara terbuka di tempat-tempat umum. Selain itu, kata ”masyarakat
Indonesia” juga memegang peranan penting. Penelitian terhadap pengaruh gorengan
dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat hanya dikhususkan untuk
masyarakat Jakarta saja.

1.3 Perumusan Masalah


Masalah-masalah yang kami teliti, dapat dirumuskan menjadi:
1. Apakah gorengan menempati kedudukan yang penting dan memegang
peranan besar dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat?
2. Apakah gorengan mudah dijangkau oleh masyarakat?
3. Apa saja kandungan gizi yang terdapat di dalam gorengan?
4. Apakah efek gorengan bagi kesehatan sebagai makanan instan atau cepat saji?

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari Karya Ilmiah ini adalah
1. Untuk mengetahui posisi gorengan dalam proses pemenuhan kebutuhan
pangan masyarakat Jakarta.
2. Untuk mengetahui apakah gorengan dapat dijangkau dengan mudah oleh
masyarakat.
3. Untuk mendapatkan informasi tentang kandungan gizi dari gorengan.
4. Untuk memaparkan informasi mengenai pengaruh-pengaruh gorengan
terhadap kesehatan manusia.
1.5 Metode Penelitian
Salah satu metode penelitian yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah
metode angket. Kami akan memberikan angket kepada beberapa konsumen gorengan
di Jakarta. Konsumen gorengan yang mendapat dan mengisi angket tersebut akan
mewakili seluruh konsumen gorengan di Jakarta. Sebelumnya, penulis telah
menyusun pertanyaan untuk angket tersebut, yang telah disesuaikan dengan kondisi si
responden itu sendiri. Adapun bentuk angket yang dipakai adalah angket tertutup.
Dalam angket tertutup tersebut, pertanyaan yang diberikan dalam bentuk pilihan
ganda dengan pilihan-pilihan jawaban yang telah kami sediakan dan sesuaikan
dengan pertanyaannya.
Untuk melengkapi itu metode tadi, dipakai pula data dari sumber-sumber yang
dapat dipercaya baik dari media cetak maupun media elektronik sebagai studi
pustaka.

1.6 Hipotesa

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, kami membuat hipotesisnya, yaitu:


1. Apakah gorengan menempati kedudukan yang penting dan memegang
peranan besar dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat?
Hipotesa:
1. Gorengan menempati kedudukan yang penting dan memegang peranan
besar dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat.
2. Gorengan tidak menempati kedudukan yang penting dan memegang
peranan besar dalam proses pemenuhan kebutuhan masyarakat.
2. Apakah gorengan mudah dijangkau oleh masyarakat?
Hipotesa:
1. Gorengan mudah dijangkau oleh masyarakat.
2. Gorengan sulit dijangkau oleh masyarakat.
3. Apa saja gizi yang terkandung di dalam gorengan?
Hipotesa:
1. Gorengan mengandung gizi yang baik dan lengkap
2. Gorengan tidak mengandung gizi yang baik dan lengkap
4. Apa efek gorengan sebagai makanan instant atau cepat saji?
Hipotesa:
1. Gorengan banyak diburu masyarakat, karena praktis.
2. Gorengan menjadi salah satu makanan yang dijauhi, karena termasuk fast
food.

1.7 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian yang dilakukan sebagai sumber referensi Karya Ilmiah
ini adalah sebagai berikut
1. Menambah wawasan tentang kedudukan atau posisi gorengan dalam
pemenuhan kebutuhan akan pangan.
2. Menambah pengetahuan tentang bagaimana gorengan dapat dijangkau oleh
masyarakat.
3. Memberikan penjelasan tentang kandungan gizi yang terdapat di dalam
gorengan.
4. Sebagai bahan referensi untuk mengetahui efek dari gorengan sebagai salah
satu jenis makanan instan bagi kesehatan manusia.
BAB II
LANDASAN TEORI

Judul dari Karya Ilmiah ini, yaitu “Pengaruh Gorengan Terhadap Kebutuhan
Pangan Warga Jakarta”, mengandung beberapa kata kunci yang menjadi batasan-
batasan dalam pembuatan Karya Ilmiah ini. Kata-kata tersebut adalah “dominasi”
atau “pengaruh”, “gorengan”, “pangan”, dan “warga”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dominasi adalah
“penguasaan oleh pihak yg lebih kuat thd yg lebih lemah (dl bidang politik, militer,
ekonomi, perdagangan, olahraga, dsb).” (Depdikbud, 2002:273), sedangkan pengaruh
disebut sebagai “daya yg ada atau timbul dr sesuatu (orang, benda).” (Depdikbud,
2002:849). Hal ini menunjukkan bahwa di dalam Karya Ilmiah ini, tidak dibahas
apakah masyarakat menyukai gorengan, melainkan bagaimana posisi atau kedudukan
gorengan itu sendiri di mata masyarakat.
Kata kunci selanjutnya adalah gorengan yang menjadi sorotan utama Karya
Ilmiah ini. Masih berdasarkan KBBI, gorengan ialah “barang apa yg digoreng.”
(Depdikbud, 2002:369). Jadi, secara sederhana gorengan dapat disimpulkan berasal
dari proses atau kegiatan menggoreng. Menggoreng sendiri diartikan sebagai
“kegiatan memasak makanan dengan menggunakan minyak, atau lemak (margarin,
shortening, mentega) sebagai medium penghantar panas.” (Wikipedia, 2008).
Gorengan memang dijadikan sebagai sorotan utama dalam tulisan ini, namun
tidak semua gorengan masuk ke dalam kategori penelitian. Gorengan yang dijadikan
sebagai objek kajian hanyalah gorengan yang dijual secara berkeliling atau secara
terbuka di tempat-tempat umum. Hal tersebut dikarenakan gorengan yang dijual
secara terbuka lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, sehingga pengaruhnya lebih
nampak atau terlihat.
Kemudian, kata pangan menurut KBBI memiliki arti “makanan” dan “olahan
makanan jadi (penganan, kue, saus, dsb) yg diolah untuk diperdagangkan.”
(Depdikbud, 2002:822). Selanjutnya, kata warga berarti “anggota (keluarga,
perkumpulan, dsb).” (Depdikbud, 2002:1268). Seperti yang tertera pada judul utama,
yaitu warga Jakarta, maka penulis tidak melakukan penelitian terhadap seluruh
masyarakat, melainkan hanya masyarakat Jakarta secara khusus saja. Semuanya
dikarenakan keterbatasan tenaga, kemampuan, dan waktu yang dihadapi penulis.
Gorengan memang sangat terkenal di dalam masyarakat. Selain harganya
murah, rasanya pun enak dan mudah didapat. Tidak heran tentunya, gorengan
menduduki posisi yang cukup penting di dalam masyarakat meskipun hanya
segelintir orang saja, seperti anak sekolah, kuliahan, dan masyarakat yang masuk ke
dalam kelas menengah ke bawah. Seperti yang dikutip dari sebuah blog yang dimiliki
oleh seorang anak kuliahan berikut.

“Perut keroncongan sedikit karena terlalu banyak berpikir pilihan


pertama selalu membeli gorengan. Penganan ringan yang 'pas' di perut. Tidak
terlalu ringan seperti kerupuk, keripik dan saudara-saudaranya, tetapi juga
tidak seberat makan nasi dan lauk pauknya. Setidaknya mengganjal perut
untuk sementara hingga pekerjaan selesai dilakukan tanpa harus mengalihkan
konsentrasi sepenuhnya ke hal lain (makanan-red). Karena banyaknya penjual
gorengan, terutama di malam hari, sebagai konsumen kita sendiri memang
harus pintar-pintar memilih mana yang enak dan mana yang murah hati
(biasanya selalu memberi bonus 1 atau 2 biji tempe goreng atau bala-bala
hehe), sehingga bila kedua kriteria itu terpenuhi bisa dipastikan tukang
gorengan itu pasti menjadi favorit anak-anak kos, seperti saya.”
(www.fataya.blogspot.com, 2006)

Gorengan akhirnya menjadi bagian dari gaya hidup tersendiri. Bahkan


beberapa orang sudah menganggap bahwa menyantap gorengan adalah sebuah
kebiasaan, meskipun mereka menyadari beberapa kekurangan dibaliknya. Tetapi
akibat kesibukan, kesulitan ekonomi, ataupun kesulitan memenuhi asupan gizi dalam
waktu yang sempit, mereka rela mengabaikannya.

“Belum lengkap kalau belum makan gorengan,” ungkap Rosa


(33 tahun), mahasiswi pascasarjana Universitas Indonesia, Depok, sambil
membeli lima gorengan yang dijual di kantin kampusnya. Bagi Rosa,
mengonsumsi makanan praktis tersebut seperti candu yang dilakoninya nyaris
setiap hari. Padahal, Rosa paham sekali jika makanan tak sehat itu sangat
berisiko bagi kesehatan dirinya. “Bagaimana ya, sulit melepaskan diri dari
gorengan,” ungkapnya. (www.keluargasehat.com, 2008)

Itulah salah satu gambaran yang membenarkan bahwa pengaruh gorengan dalam
memenuhi kebutuhan pangan bagi warga Jakarta sudah cukup besar.
Selain itu, gorengan ternyata merupakan salah satu sumber penyakit yang
cukup serius bagi manusia. Banyak penyakit berbahaya ditimbulkan dari gorengan.
Dampak dari gorengan juga menjadi bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini. Salah
satu dampak yang ditimbulkan adalah kanker payudara pada wanita yang telah
mengalami masa menopause. Gorengan ternyata memiliki kandungan lemak trans
yang sangat berbahaya bagi tubuh.

“European Community Multicenter Study on Antioksidant Myocardial


Infraction and Breast Cancer (EURAMIC) menemukan hubungan positif
antara konsumsi asam lemak trans dengan kanker payudara pada wanita yang
telah mengalami menopause.”(www.keluargasehat.com, 2008)

Gorengan yang ternyata sudah menjadi makanan yang ‘merakyat’ tersebut


mampu menjadi ‘pisau’ bagi tubuh kita. Kandungan lemak trans dari gorengan sangat
tinggi. “Tingginya asupan lemak sebesar 80 persen hingga 90 persen dari minyak
goreng.” (www.keluargasehat.com, 2008). Lemak yang berlebih tersebut menjadi
salah satu sumber penyakit yang menyerang tubuh. Lemak yang berlebih juga
menjadi faktor pendorong obesitas.
Proses pemanasan minyak goreng yang bekas merupakan sumber dari lemak
trans. “Kemungkinan terjadinya asal lemak trans pada makanan tersebut berasal dari
minyak goreng hasil pengulangan atau pemanasan dengan cara deep frying.”
(www.keluargasehat.com, 2008). Deep frying atau yang sering kita sebut dengan
minyak hasil saringan ulang, ternyata banyak digunakan untuk menggoreng makanan
yang banyak dijual di sisi jalan. Seperti pisang goreng, ubi goreng, ayam goreng, dan
makanan yang berbasis pada gorengan.
Asam lemak trans adalah “asam lemak karena atom H-nya berseberangan
tidak mengalami efek polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif
lurus.”(Wikipedia Indonesia, 2008).

“Asam lemak trans ini secara alami terdapat pada ruminansia yaitu
hewan yang memamah biak seperti sapi, kerbau, kambing, dan lain-lain.
Selain itu, asam lemak 'jahat' ini juga berasal dari hasil proses menggoreng
deep frying serta margarin atau produk makanan jadi yang menggunakan
minyak terhidrogenasi.” (www.keluargasehat.com, 2008)

Jadi, berdasarkan kedua sumber tersebut, dapat disimpulkan, bahwa asam lemak trans
adalah asam lemak yang terjadi karena atom H berseberangan tidak mengalami efek
polarisasi yang kuat dan rantainya tetap relatif lurus yang hanya terdapat pada hewan
memamah biak.

Asam lemak trans ini juga menjadi pemicu kolestrol. “Asam lemak trans ini
dapat meningkatkan kolesterol LDL (K-LDL) alias kolesterol 'jahat', rasio kolesterol
total (K-HDL), rasio K-LDL dan H-LDL, serta menurunkan kolesterol 'baik' HDL
(K-HDL).” (www.keluargasehat.com, 2008). Menurut kutipan tersebut, kami dapat
menyimpulkan, bahwa lemak trans memang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Masalah gizi di Indonesia merupakan masalah yang sudah dikenal baik oleh
masyarakat Indonesia. Banyak sekali orang yang kekurangan gizi. Penyakit-penyakit
yang jarang kita temui, seperti adanya bayi yang berkepala dua dan berbadan satu,
menjadi indikator kurangnya asupan gizi. “ ‘Masalah gizi di Indonesia menunjukkan
adanya transisi epidemiologis,’ kata Ayu. Adanya transisi itu terlihat pada gaya hidup
masyarakat yang lebih bersifat sedentary life style dengan pola makan yang salah.”
(www.gizi.net, 2008).
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data,
tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik analisis.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Kami
menggolongkannya sebagai jenis deskriptif karena di dalamnya kami akan
menjelaskan bagaimana pengaruh gorengan terhadap kehidupan rakyat Jakarta,
hubungan gorengan terhadap masyarakat Jakarta, dan juga bagaimana rakyat Jakarta
menanggapi gorengan tersebut. Kami juga akan menjelaskan apakah pengaruh
gorengan terhadap kesehatan manusia dan kandungan gizi yang terdapat dalam
gorengan.

3.2 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian kami ada dua sumber. Sumber pertama adalah
masyarakat. Masyarakat yang dimaksud di sini adalah para pencinta/pembeli
gorengan yang tersebar di seluruh pelosok Jakarta. Mengingat keterbatasan yang
kami miliki, maka hanya beberapa pencinta/pembeli gorengan yang kami jadikan
sebagai sumber data dan itu akan mewakili seluruh pencinta/pembeli gorengan di
Jakarta.
Sumber kami yang kedua adalah informasi-informasi baik dari media cetak
maupun media elektronik. Untuk informasi-informasi tersebut, kami tentu mencari
dan menyeleksi data yang seakurat mungkin agar sesuai dengan tema penelitian kali
ini. Data yang kami peroleh tersebut berperan sebagai studi pustaka.
3.3 Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk tekhnik pengumpulan data, yang pertama kami menggunakan metode
angket. Kami menggunakan jenis angket tertutup di mana pertanyaan-pertanyaan
yang disajikan dalam angket berbentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban yang
telah disesuaikan.
Metode kami yang kedua adalah observasi atau pengamatan. Observasi ini
akan dilakukan secara langsung ke lapangan. Tujuan utama dari observasi ini adalah
lebih mengetahui kondisi keseharian para pedagang gorengan sehingga diharapkan
hasil penelitian dapat lebih maksimal.

3.4 Tekhnik Analisis


Setelah mengumpulkan data dari berbagai sumber, tahap selanjutnya adalah
analisis. Data-data yang masih belum teratur dan mentah tersebut akan kami
kelompokkan agar menjadi lebih mudah untuk dipahami. Setelah teratur, dari data-
data tersebut akan dibuat sebuah tabel dan grafik yang semenarik mungkin dan sesuai
dengan tujuan awal dari pembuatan makalah ini.
Dari tabel dan grafik yang telah kami buat, selanjutnya akan dibandingkan
dengan tujuan awal dari pembuatan makalah ini dan data-data yang sudah ada
sebelumnya dari berbagai sumber. Dari semua itu, akhirnya ditarik sebuah
kesimpulan sebagai titik puncak dan tujuan utama dari pembuatan makalah ini.
BAB IV

GORENGAN DI MATA MASYARAKAT

Pada Bab IV ini akan dipaparkan mengenai posisi atau peranan gorengan
dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan apakah gorengan mudah
dijangkau oleh masyarakat.
4.1 Posisi Gorengan dalam Pemenuhan Kebutuhan Pangan Masyarakat
Kebutuhan pangan atau makanan adalah salah satu kebutuhan yang sangat
vital bagi manusia. “Manusia makan untuk hidup”, maka tidak satu pun manusia yang
bisa bertahan lama tanpa makanan. Awalnya, itulah tujuan utama manusia akan
makanan. Namun sejalan dengan perkembangan jaman, manusia mulai meningkatkan
kualitas makanan yang mereka makan. Dari yang sangat sederhana, hingga yang
berkesan mewah bahkan sedikit berlebihan. Itulah mengapa muncul istilah yang
bertentangan yang telah disebutkan di atas, yaitu “Manusia hidup untuk makan”. Hal
ini mengindikasikan bahwa makan, semakin lama menjadi semakin penting.
Selain menjadi semakin penting, makanan juga semakin beragam seiring
berjalannya waktu. Gorengan pun muncul sebagai akibatnya. Murah, mudah
ditemukan, cepat saji, dan enak; itulah beberapa kelebihan yang ditawarkan oleh
makanan ini. Tetapi, apakah hal itu bisa membuat gorengan menduduki posisi yang
penting dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat? Penelitian yang
dilakukan penulis melalui metode angket, wawancara, dan pustaka dikhususkan untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Inilah yang akan dipaparkan dalam sub-bab berikut.
Posisi gorengan dalam proses pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat
dapat ditinjau dan diteliti melalui beberapa faktor, yaitu seberapa sering masyarakat
membeli gorengan dalam kurun waktu tertentu, tujuan masyarakat membeli
gorengan, serta jumlah uang yang dihabiskan dalam sekali membeli gorengan.
Berdasarkan penelitian melalui metode angket yang dilakukan pada tanggal 18-19
April 2008, didapatkan data-data yang memaparkan faktor-faktor tersebut. Untuk
sekedar informasi, penulis membagikan angket kepada 50 orang masyarakat Jakarta
(sebagai responden) yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.
Selain melalui metode angket, penulis juga mendapatkan referensi melalui metode
pustaka.
Jawaban responden melalui angket berdasarkan faktor pertama—intensitas
pembelian gorengan dalam kurun waktu 1 (satu) minggu— ternyata cukup beragam.
17 responden mengaku membeli gorengan sebanyak 1-2 kali tiap minggunya.
Sebanyak 9 respoden membeli gorengan 3-4 kali, tidak ada responden yang membeli
gorengan sebanyak 5-6 kali tiap minggunya. Sedangkan sisanya, yaitu 24 responden,
mengaku intensitas pembelian gorengan dalam seminggu tidak menentu. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan grafik di bawah ini.

Grafik 4.1
Intensitas Pembelian Gorengan
dalam 1 (satu) Minggu

34% 1-2 Kali


48%
3-4 Kali

5-6 Kali
0% 18% Tidak Tentu

Dari data tersebut, diketahui bahwa mayoritas responden membeli gorengan


dalam intensitas yang tidak menentu. Dari faktor pertama ini, dapat dibuat
kesimpulan sementara bahwa gorengan dianggap penting di suatu saat tertentu,
sedangkan di saat yang lain tidak terlalu penting. Itulah penyebab tidak menentunya
intensitas keseringan masyarakat membeli gorengan dalam 1 (satu) minggu.
Faktor kedua, yaitu tujuan membeli gorengan, juga ditanggapi oleh responden
dengan jawaban yang beragam. Sebanyak 8% responden atau 4 orang menyatakan
tujuannya membeli gorengan dikarenakan lapar, sehingga gorengan dijadikan sebagai
lauk makanan. Mayoritas dari responden, yaitu sebanyak 39 orang, membeli
gorengan karena iseng, sehingga gorengan itu dijadikan camilan. 3 responden atau
sebanyak 6% menyatakan membeli gorengan sebagai hobi, dan 4 orang lainnya
memberikan alasan lain-lain. Persentase jawaban dari responden yang lebih jelas
dapat dilihat pada Grafik 4.2 berikut ini.

Grafik 4.2
Tujuan Konsumen Membeli Gorengan

8% 8%
6%
Lapar

Iseng
Memenuhi Hobi

Lainnya
78%

Dari jawaban atas faktor kedua ini, juga dapat ditarik kesimpulan sementara
yaitu posisi gorengan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat cenderung
cukup penting. Itulah sebabnya tujuan masyarakat membeli gorengan sekedar untuk
iseng. Hanya 8% responden yang menyatakan posisi gorengan penting, karena
mereka membelinya sebagai lauk makan.
Ada beberapa penyebab mengapa gorengan tidak dianggap penting dalam
pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Namun penyebab yang paling kuat adalah
karena tradisi atau budaya makan negeri kita sendiri. Nasi dianggap sebagai makanan
pokok sebagian besar penduduk Indonesia, sehingga tidaklah heran muncul pepatah
yang mengatakan, “Kalau belum ketemu nasi, belum makan namanya”. Masyarakat
menilai, makan dengan nasi akan membuat kenyang, sedangkan makanan selain nasi
berfungsi sebagai camilan atau ‘pengganjal perut’ saja. Hal tersebut mirip dengan
pernyataan seorang mahasiswa berikut ini.

“Perut keroncongan sedikit karena terlalu banyak berpikir pilihan


pertama selalu membeli gorengan. Penganan ringan yang 'pas' di perut. Tidak
terlalu ringan seperti kerupuk, keripik dan saudara-saudaranya, tetapi juga
tidak seberat makan nasi dan lauk pauknya. Setidaknya mengganjal perut
untuk sementara hingga pekerjaan selesai dilakukan tanpa harus mengalihkan
konsentrasi sepenuhnya ke hal lain (makanan-red). ...adanya gerobak
gorengan buat saya sangat membantu mengefisienkan kerja otak dan fisik
untuk mempersiapkan suplai energi. Walaupun tidak bisa dikatakan termasuk
makanan 4 sehat 5 sempurna tapi setidaknya bisa menjaga saya untuk tidak
ambruk di tengah jalan.” (http://fataya.blogspot.com, 2006)

Faktor terakhir, yaitu uang yang dihabiskan masyarakat dalam satu kali
membeli gorengan, ditanggapi lebih beragam lagi. 9 orang responden hanya
membelanjakan sebesar Rp 500,- s/d Rp 1.000,- untuk membeli gorengan. Lebih dari
separuh responden, atau sekitar 56% mengeluarkan Rp 1.500,- s/d Rp 2.000,- setiap
satu kali membeli gorengan. Lalu responden yang memilih membelanjakan uangnya
sebanyak Rp 2.500,- s/d Rp 3.000,- untuk satu kali membeli gorengan berjumlah 10
orang atau sekitar 20%. Kemudian sisanya menghabiskan lebih dari Rp 3.000,- untuk
setiap kali membeli gorengan.
Semua data tersebut terangkum dalam grafik di bawah ini.

Grafik 4.3
Pengeluaran Uang Konsumen
untuk 1 (satu) Kali Membeli Gorengan

6% 18% Rp 500,- s/d Rp 1.000,-


20%
Rp 1.500,- s/d Rp 2.000,-

Rp 2.500,- s/d Rp 3.000,-

Lebih dari Rp 3.000,-


56%

Jawaban responden atas faktor ketiga ini berujung pada kesimpulan sementara
yaitu posisi gorengan cukup penting, karena masyarakat rela mengeluarkan uangnya,
meskipun hanya kurang dari Rp 3.000,-. Tentu hasil jawaban dari responden ini
sangat cocok dengan jawaban dari faktor kedua tadi, yaitu gorengan yang dibeli
hanya sekedar untuk iseng-iseng atau camilan.
Ada alasan yang cukup kuat mengapa hanya ada sekitar 6% dari responden
yang menganggap posisi gorengan penting, yang tidak lain dan tidak bukan adalah
mereka yang mau merogoh kocek lebih dari Rp 3.000,-. Itu dikarenakan karena
mereka tidak terlalu berniat untuk membelanjakan uang mereka dalam jumlah
banyak, untuk sekedar membeli gorengan yang dianggap camilan. Lagi-lagi hal
tersebut berhubungan dengan tradisi makan nasi di negara kita. Mereka lebih merasa
‘klop’ bila menghabiskan uang untuk membeli nasi yang dapat mengenyangkan
daripada membeli gorengan yang sekedar mengganjal perut.
Oleh karena itu, posisi gorengan secara keseluruhan bagi masyarakat dapat
dikatakan cukup penting. Gorengan, meskipun hanya dijadikan sebagai camilan,
tetapi bukan berarti gorengan kehilangan pamornya. Tetap saja gorengan masih
menjadi camilan favorit bagi seluruh lapisan masyarakat. Perlu diingat kembali
bahwa responden dari angket yang diberikan penulis hanya berjumlah lima puluh
orang, sangat jauh bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta. Jadi, hasil
penelitian ini hanya melambangkan sepersekian persen dari opini masyarakat Jakarta.

4.2 Keterjangkauan Gorengan oleh Masyarakat


Setelah mengetahui posisi gorengan dalam proses pemenuhan kebutuhan
pangan masyarakat, khususnya masyarakat Jakarta, kita juga perlu meneliti alasan
mengapa cukup banyak masyarakat yang menganggap posisi gorengan cukup
penting. Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa alasan yang mendasari
hal tersebut. Gorengan dianggap sebagai jenis makanan yang murah, enak, cepat saji,
dan mudah ditemukan. Seperti yang dikutip dari sebuah situs internet, “Rasanya yang
gurih, renyah, dan harga murah, membuat orang menyukai makanan gorengan.”
(http://www.pjnhk.go.id, 2008).
Keempat kelebihan gorengan tersebut di mata masyarakat, sedikit banyak
berpengaruh terhadap posisi gorengan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh
karena itu, penulis akan membahasnya untuk semakin memperjelas dan mendukung
topik utama dari Karya Ilmiah ini. Tetapi, pembahasan kali ini dikhususkan dalam hal
apakah gorengan terjangkau atau tidak. Kata terjangkau sendiri dapat diartikan
sebagai “tercapai; terambil” atau “terbeli; terbayar” (Depdikbud, 2002:458). Berarti
terjangau memiliki dua definisi; satu dari segi ekonomis yaitu murah dan yang satu
lagi dari segi lokasi yang berarti mudah dijangkau. Jadi, kelebihan gorengan yang
tidak berhubungan dengan keterjangkauan, seperti enak dan cepat saji, tidak dibahas.
Yang pertama kali akan dibahas di sini adalah terjangkau dari segi harga.
Seperti yang kita ketahui, kebutuhan hidup manusia tidak ada habisnya. Itulah
mengapa harga memang salah satu hal paling penting yang dipertimbangkan oleh
setiap orang setiap kali akan membeli suatu barang atau jasa, terutama bagi lapisan
masyarakat menengah ke bawah.Masih berdasarkan penelitian yang dilakukan
penulis melalui metode angket, didapatkan beberapa informasi yang menjawab
apakah gorengan tergolong murah atau tidak. Penulis memberikan pertanyaan kepada
para responden sebagai konsumen gorengan, apakah alasan yang mendasari mereka
untuk membeli gorengan. Hasil jawaban yang diberikan oleh semua responden dapat
dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Alasan yang Mendasari Konsumen untuk Membeli Gorengan

Pilihan
Keterangan Jumlah Pemilih
Jawaban
A Harganya murah 22 orang
B Enak 15 orang
C Cepat saji 6 orang
D Mudah ditemukan 7 orang
Total responden 50 orang

Dari hasil jawaban tersebut, diketahui bahwa mayoritas responden, yaitu


sebanyak 22 orang menjawab bahwa harga murah merupakan alasan yang mendasari
mereka membeli gorengan. Karenanya, dapat dengan mudah disimpulkan bahwa
faktor harga banyak mempengaruhi alasan masyarakat membeli gorengan. Dengan
merogoh kocek kurang dari tiga ribu rupiah, kita bisa menikmati gorengan yang
cukup mengenyangkan. Diketahui juga bahwa mayoritas peminat gorengan adalah
mereka yang hidup dalam golongan menengah ke bawah, karenanya mereka masih
sangat memikirkan faktor harga dari jenis makanan yang dibeli.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai apakah gorengan terjangkau dari
segi lokasi. Mudah dijangkau atau tidaknya gorengan oleh masyarakat akan sangat
mempengaruhi posisi gorengan dalam pemenuhan kebutuhan pangan itu sendiri.
Semakin mudah dijangkau, akan membawa dampak semakin pentingnya posisi
gorengan, dan sebaliknya. Hal tersebut dapat ditinjau melaui satu faktor yang telah
dijawab pula oleh responden angket, yaitu jumlah penjual gorengan yang ada di
sekitar lingkungan mereka. Ketika penulis menanyakan pertanyaan di atas melalui
angket, jawaban yang diberikan masing-masing responden berbeda.
Dari diagram tersebut, diketahui bahwa 70% persen responden mengaku ada

Grafik 4.4
Jumlah Penjual Gorengan
di Sekitar Lingkungan Konsumen

14%
1-2 orang
8%
3-4 orang

8% Tidak tentu
70% Tidak ada

sekitar 1 sampai 2 penjual gorengan di lingkungan mereka. Ada juga yang menjawab
bahwa ada 3 sampai 4 penjual gorengan di sekitar lingkungan mereka, yaitu sebanyak
8%. Sisanya, yaitu sebanyak 8% menjawab tidak tentu dan 14% menjawab tidak ada.
Dari pertanyaan ini, penulis memberikan pertanyaan lanjutan yang lebih
spesifik. Penulis mempertanyakan lokasi atau tempat dimana responden biasanya
membeli gorengan. Secara berurutan dari yang terbanyak, 29 responden biasanya
membeli gorengan di penjual keliling, 14 responden menjawab bahwa mereka
membeli gorengan di tempat yang berbeda-beda atau tidak menentu, 5 responden atau
sekitar 10% dari total responden menjawab bahwa mereke membeli gorengan di
tempat lain. Sisanya mengaku membeli gorengan di restoran atau rumah-rumah
makan. Berikut ini dipaparkan hasil jawaban dari responden secara lebih jelasnya.

Grafik 4.5
Tempat Konsumen Biasanya Membeli Gorengan

28%
Penjual keliling

Restoran

58% Tempat Lain


10%
4% Tidak tentu

Dengan menggabungkan data pada Grafik 4.4 dan Grafik 4.5, dapat diketahui
bahwa mayoritas dari masyarakat lebih sering membeli gorengan di penjual keliling.
Secara sekilas, dapat juga disimpulkan bahwa penjual keliling yang menjual gorengan
lebih banyak daripada restoran atau tempat lain yang menjual gorengan pula.
Kesimpulan lain adalah, sebagian masyarakat tidak mengetahui jumlah pasti dari
penjual keliling yang menjajakan gorengan. Tentunya hal ini dikarenakan penjual
keliling berjualan di tempat-tempat yang tidak menentu, sehingga terkadang
masyarakat tidak menyadari bahwa mereka ada. Akhirnya, masyarakat tidak
menyadari bahwa terkadang, ada lebih banyak penjual keliling gorengan daripada
yang mereka ketahui sebelumnya.
Secara keseluruhan, gorengan dapat dikatakan terjangkau oleh masyarakat,
khususnya masyarakat Jakarta. Dari segi ekonomis, gorengan merupakan jenis
makanan yang sangat murah. Sampai-sampai faktor harga murah inilah yang paling
mendominasi dari alasan masyarakat pada umumnya membeli gorengan. Dari segi
lokasi, gorengan cukup terjangkau karena ada banyak sekali penjual keliling yang
menjajakan gorengan, khususnya di Jakarta. Tetapi, terkadang masyarakat memang
cukup dirumitkan oleh lokasi berjualan penjual-penjual tersebut yang tidak menentu.
BAB V
KANDUNGAN GIZI DALAM GORENGAN

Gizi adalah sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Setiap orang
tentu menginginkan gizi yang seimbang untuk dapat melakukan aktivitasnya dengan
lancar dan untuk itu mereka rela mengeluarkan uang yang cukup banyak hanya untuk
kesehatan. Karena seperti pepatah bilang kesehatan tak ternilai harganya. Oleh karena
itu tidaklah mengherankan jika gizi diidentikan dengan kesehatan. Gizi adalah zat
makanan pokok yang dipelukan untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia.
Sumber gizi yang utama berasal dari makanan yang kita makan. Namun salah-salah
kita justru bisa mendapatkan penyakit dari makanan yang tidak sehat. Jadi kita harus
selektif dalam memilih makanan karena terkadang makanan enak belum tentu sehat
dan baik untuk tubuh kita.
Bagi beberapa orang yang begitu menjaga kesehatan, mungkin akan langsung
menghindar begitu mendengar kata “gorengan”. Gorengan sering dipandang sebelah
mata dan di anggap tak ada gunanya. Begitu mendengar kata “gorengan”, secara
spontan orang akan mengatakan makanan sampah yang membawa penyakit. Hal
tersebut tidak 100% benar. Bagi para pencintanya, gorengan sudah di anggap sebagai
hobi yang tab dapat mereka tinggalkan. Mereka melakukan kebiasaan tersebut tanpa
perlu takut atau khawatir akan dampak negatf yang ditimbulkan oleh gorengan.
Gorengan memang telah menjadi makanan yang mendominasi di Jakarta.
Selain harganya murah, rasanyapun enak dan mudah untuk ditemukan. Disadari
ataupun tidak, gorengan ternyata selain mempunyai dampak negatif juga mempunyai
dampak positif. Gorengan memiliki kandungan gizi yang dapat dikatakan cukup
tinggi. Kandungan gizi tersebut berasal dari bahan-bahan pembuatannya. Hal ini
menambah daya tarik untuk menyantap gorengan.
Setiap jenis gorengan mempunyai kandungan gizi yang berbeda-beda
tergantung bahan dasar pembuatannya. Beberapa bahan dasar pembuatan gorengan
antara lain :
1. Tempe dan tahu
Seperti kita tahu tempe dan tahu yang terbuat dari kacang kedelai
memiliki kandungan protein nabati yang cukup tinggi. Protein tersebut
sangat dibutuhkan oleh tubuh kita dalam proses pertumbuhan terutama
dalam perkembangan otak.

“ Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas,


sehingga dapat melambatkan proses penuaan dan mencegah terjadinya
penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes, kanker,
dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteria
penyebab diarrhoea, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit
jantung, hypertension, dan lain-
lain.”(www.tempevstapaiubi.blogspot.com)

2. Bakwan
Bakwan terbuat dari berbagai jenis sayur-sayuran seperti wortel, tauge,
dan kol. Sayur-sayuran tersebut tentu saja kaya akan vitamin, zat besi,
antioksidan dan zat-zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Bahkan karena pentingnya, kita bisa menderita penyakit yang cukup serius
bila kekurangan salah satu zat tersebut. Sebagai contoh adalah penyakit
avitaminosis akibat kurangnya asupan vitamin.

“Dalam sebuah tulisannya Dra Emma S. Wirakusumah, MSc.


mengungkapkan bahwa dari berbagai riset menunjukkan buah dan
sayuran selain sarat vitamin dan mineral juga mengandung zat
nongizi yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain serat,
phytokimia, dan lain-lain.”(www.artikel-kesehatan.blogspot.com)

3. Ubi dan singkong


Ubi dan singkong mengandung banyak serat dan karbohidrat yang
berguna untuk asupan energi. Oleh karena itu, ubi dan singkong bisa
menggantikan nasi menahan lapar untuk sementara waktu. Tak dapat
dipungkiri dengan energi yang sedikit maka aktivitas sehari-hari akan
banyak terganggu. Efek makologis dari singkong adalah sebagai anti
oksidan, anti kanker, anti tumor, dan menambah nafsu makan.(www.mail-
archive.com)
4. Pisang
Sebagai buah, pisang merupakan salah satu buah yang memiliki
kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi. Selain itu, ternyata semua
bagian pisang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal yang berguna bagi
manusia termasuk dagingnya yang biasa dijadikan gorengan.

“Satu ulir dari pisang kuning itu ternyata mempunyai


kandungan 11 mg kalsium, 35 mg fosfor, 1 mg zat besi, 503 mg
potassium, 260 IU vitamin A, 1 mg niasin, dan 14 mg vitamin C.
Pisang juga diberi anugerah mempunyai kandungan khrom yang
berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama
dengan insulin memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel-sel.
Kekurangan khrom dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan
toleransi glukosa.”(www.jilbab.or.id)
BAB VI
EFEK GORENGAN BAGI KESEHATAN

Pada Bab IV ini, akan dibahas mengenai efek gorengan bagi kesehatan secara
spesifik dan umum.
6.1 Efek Gorengan Secara Spesifik
Gorengan memang dapat menunda rasa lapar. Selain itu, gorengan juga dapat
menjadi asupan berbagai macam gizi yang baik bagi kesehatan, seperti protein dan
karbohidrat yang didapat dari tempe goreng, tahu goreng, dan berbagai jenis
gorengan lainnya. Tetapi, kita tidak mengetahui sebenarnya, gorengan mengandung
zat yang bisa menyebabkan penyakit yang serius terhadap tubuh kita ini. Seperti
halnya asam lemak yang dikandung gorengan.
Asam lemak yang berbahaya adalah jenis asam lemak trans. Asam lemak ini
dapat membahayakan kesehatan, apalagi dikonsumsi dalam jumlah yang besar.
Menurut beberapa penilitian, menyatakan bahwa asam lemak trans mengurangi
jumlah kolestrol baik (HDL) dan menaikkan kadar kolestrol jahat (LDL).

“Asupan lemak trans yang tinggi di atas enam persen dari energi total
secara terus menerus bisa berakibat buruk pada banyak hal. Menurut Kepala
Instalasi Gizi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Miranti Gutawa,
pengaruh negatif asam lemak trans lebih besar dari asam lemak jenuh dan
kolesterol. Konsumsi asam lemak trans akan menaikkan kadar kolesterol jahat
dan bisa menurunkan kadar kolesterol baik. Asam lemak trans mempunyai
efek negatif dua kali lipat dibanding asam lemak jenuh”
(www.keluargasehat.com, 2008).

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa asam lemak trans memang
sangat tidak baik bagi kesehatan kita. Lemak yang menjadi penyebab utama penyakit
jantung memang harus diperhatikan secara khusus. Asam lemak trans membawa
pengaruh negatif yang lebih besar dari asam lemak jenuh dan kolestrol. Penurunan
jumlah kolestrol yang baik juga membawa dampak yang buruk bagi kesehatan.

“Asam lemak trans juga bisa menyebabkan bayi lahir prematur.


Pasalnya, konsumsi asam lemak trans pada ibu hamil dapat mengganggu
asupan asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan oleh calon bayi. Sebuah
studi menunjukkan, wanita di negara yang mengonsumsi asam lemak trans
tinggi akan menghasilkan ASI dengan kadar asam lemak trans sebesar 2
persen hingga 5 persen dari total asam lemak susu” (www.keluargasehat.com,
2008).

Kutipan tersebut juga menunjukkan penyakit lain yang ditimbulkan oleh asam
lemak trans, yaitu bayi lahir prematur. Asam lemak trans mengganggu masuknya
asam lemak yang bermanfaat bagi pertumbuhan bayi. Akibatnya, kekurangan gizi
dalam kandungan menyebabkan bayi lahir prematur. Dampak lemak trans juga tidak
hanya dirasakan oleh bayi itu saja, tetapi juga oleh ibunya. ASI yang diberikan pada
bayinya mengandung kadar asam lemak trans antara 2-5%. Kadar asam lemak trans
yang cukup tinggi ini bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi tersebut.
Akibatnya, banyak bayi yang lahir dalam keadaan tidak normal, karena kekurangan
jumlah kolestrol baik (HDL).
6.2 Efek Gorengan Secara Umum
Selain efek-efek yang lebih spesifik, ada juga berbagai efek yang langsung
dirasakan oleh konsumen saat itu juga. Biasanya, efek tiap-tiap konsumen berbeda-
beda tergantung kondisi jasmaninya. Efek-efek tersebut kembali diteliti melalui
angket yang juga telah disebarkan oleh penulis kepada 50 orang responden yang
merupakan masyarakat Jakarta.

Grafik 6.1
Efek yang Dirasakan Konsumen Setelah
Mengkonsumsi Gorengan

Sakit Tenggorokan
34%
48% Batuk-batuk

Lainnya

10% Tidak Ada


8%

Dari diagram di atas, kebanyakan konsumen tidak merasakan apa-apa setelah


mengonsumsi gorengan. Selain itu, konsumen yang merasakan efek lainnya
berjumlah paling sedikit dibandingkan dengan yang lainnya. Konsumen yang
merasakan sakit tenggorokan setelah mengonsumsi gorengan sebesar 34% dari
seluruh responden yang berjumlah 50 orang. Konsumen yang merasakan batuk-batuk
setelah mengonsumsi gorengan sebesar 10%. Konsumen yang merasakan efek
lainnya setelah mengonsumsi gorengan sebesar 8% dari seluruh 50 orang responden.
Konsumen yang tidak merasakan apa-apa berjumlah 48% atau hampir setengah dari
keseluruhan responden.
Dari data-data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa tidak sedikit yang
merasakan efek buruk dari gorengan. Efek buruk yang sering kita dengar dari
konsumen gorengan adalah rasa sakit pada tenggorokan dan batuk-batuk. Dari 50
orang responden, didapat 17 orang yang merasakan sakit tenggorokan dan 5 orang
batuk-batuk. Efek-efek buruk ini dapat memicu penyakit berbahaya yang tidak dapat
diremehkan.

Grafik 6.2
Hal yang Ditakutkan Konsumen
dalam Mengonsumsi Gorengan

16%
Bahan yang Dipakai
6% 42% Kebersihan Alat

Kondisi Lingkungan

Tidak Ada
36%

Pada diagram diatas dapat kita lihat berbagai hal yang ditakutkan konsumen
dalam mengonsumsi gorengan. Jumlah konsumen yang takut akan bahan yang
dipakai untuk membuat gorengan sebesar 42% dari 50 orang responden. Jumlah
konsumen yang takut akan kebersihan alat untuk membuat gorengan sebesar 36%
dari 50 orang responden. Sebesar 6% responden mengakui bahwa dirinya takut dan
mengkhawatirkan kondisi lingkungan tempat tukang gorengan berjualan. Sedangkan.
jumlah konsumen yang tidak takut terhadap apapun sebesar 16%.
Dari data yang digambar dalam bentuk diagram dan berdasarkan angket yang
telah dibuat, dapat dilihat bahwa mayoritas konsumen takut terhadap bahan yang
dipakai dalam membuat gorengan. Jawaban yang paling sedikit dipilih adalah kondisi
lingkungan. Ini menyangkut tempat berjualan tukang-tukang gorengan. Dari 50 orang
responden, didapat 21 orang yang takut terhadap bahan yang digunakan, seperti
minyak goreng, tahu, tempe, dan sebagainya, serta 3 orang yang takut akan kondisi
lingkungan penjual gorengan
BAB VII

PENUTUP

Pada Bab VII ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dan saran.
7.1 Kesimpulan
1. Posisi gorengan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat cukup
penting. Hal tersebut dapat dilihat dari intensitas pembelian gorengan dalam 1
minggu, tujuan konsumen membeli gorengan dan jumlah uang yang
dikeluarkan konsumen untuk satu kali membeli gorengan. Posisi gorengan
belum memasuki golongan “penting”, karena sebagian besar masyarakat
membeli gorengan hanya sebagai camilan atau iseng saja. Hal ini
berhubungan erat dengan tradisi malam di Indonesia, di mana nasi masih
menjadi makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia.
2. Gorengan cukup terjangkau oleh masyarakat. Dari segi ekonomis, gorengan
memang sangat murah. Bahkan faktor harga murah inilah yang mayoritas
menjadi pendorong masyarakat untuk membeli gorengan. Dengan sedikit
uang, mereka bisa sedikit mengenyangkan perut dengan gorengan. Dari segi
lokasi, gorengan cukup mudah ditemui di sekitar lingkungan masyarakat.
Hanya saja mayoritas penjual gorengan adalah pedagang keliling, sehingga
masyarakat tidak mengetahui dengan pasti, tempat di mana mereka berjualan.
3. Gorengan tidak hanya menyebabkan berbagai penyakit namun juga memiliki
kandungan gizi yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini dapat terlihat
dari bahan dasar pembuatan gorengan yang sudah tidak asing lagi dalam
kehidupan kita seperti tempe, singkong, pisang, dan sayur-sayuran. Jadi
gorengan sangat cocok sekali bagi mereka yang super sibuk tetapi
menginginkan gizi yang seimbang.
4. Gorengan yang telah merakyat ternyata juga mempunyai efek yang buruk bagi
kesehatan. Seperti adanya asam lemak trans dalam gorengan. Berbagai
penyakit ditimbulkan dari konsumsi asam lemak trans yang terlalu banyak.
Selain itu, ada juga berbagai efek yang langsung dirasakan konsumen, seperti
batuk-batuk.

7.2 Saran
Kepada pedagang gorengan hendaknya lebih menjaga dan memperhatikan
dagangannya mengingat peranan gorengan yang cukup penting dalam masyarakat.
Kepada konsumen gorengan sebaiknya hasrat untuk mengkonsumsi gorengan
dikurangi, demi kebugaran dan kesehatan jasmani.
Kepada pemerintah, sebaiknya harga baku gorengan dijaga, agar tetap stabil.
Sehingga masyarakat kaum menengah ke bawah masih dapat memperoleh
keuntungan dari hasil dagangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Irfan. 2008. http://www.pjnhk.go.id. Makanan Gorengan Bisa Sebabkan


Penyakit Degeneratif.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. KAMUS BESAR BAHASA
INDONESIA ed. 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Gayatri. 2006. http://fataya.blogspot.com. Gorengan dan Pecel Lele.
http://id.wikipedia.org. 2008. Asam lemak. Wikimedia.
http://id.wikipedia.org. 2008. Goreng. Wikimedia.
http://www.gizi.net. 2008. Asam Lemak Penyebab Timbulnya Jantung Koroner.
Jakarta: Indonesian Nutrition Network.
http://www.keluargasehat.com. 2006. Asam Lemak Trans. Jakarta.
http://www.keluargasehat.com. 2008. Gorengan Enak tapi Mematikan.
http://www.reportase.multiply.com. 2007. Manfaat Sayuran bagi Pertumbuhan Anak.
http://www.suarapembaruan.com. 2007. Diet Sehat dengan Buah-buahan.
http://www.tempevstapaiubi.blogspot.com. 2008. Khasiat dan Kandungan Gizi
Tempe.
Utilisimat, Maniho. 2005. http://www.mail-archive.com. SINGKONG.
LAMPIRAN

 Angket Konsumen Gorengan yang disebarkan penulis pada 18-19 April 2008

Angket Konsumen Gorengan di Jakarta

Petunjuk : Pilihlah salah satu opsi jawaban yang telah disediakan dengan
sejujurnya.
Pertanyaan:
1. Berapa kali Anda membeli gorengan dalam 1 minggu?
o 1-2 kali
o 3-4 kali
o 5-6 kali
o Tidak tentu

2. Berapa banyak penjual gorengan di sekitar Anda?


o 1-2 orang
o 3-4 orang
o Tidak tentu
o Tidak ada

3. Berapa banyak gorengan yang Anda beli setiap Anda membeli gorengan?
o 1-2 buah
o 3-4 buah
o 5-6 buah
o Tidak tentu

4. Apa efek yang Anda rasakan setelah mengonsumsi gorengan?


o Sakit tenggorokan
o Batuk-batuk
o Lainnya
o Tidak ada

5. Mengapa Anda membeli gorengan?


o Harganya murah
o Enak
o Cepat saji
o Mudah ditemukan

6. Apa tujuan Anda membeli gorengan?


o Lapar (sebagai lauk)
o Iseng (sebagai camilan)
o Memenuhi hobi
o Lainnya

7. Jenis gorengan apa yang sering Anda beli?


o Tempe
o Tahu
o Bakwan
o Lainnya

8. Apa yang Anda takutkan, ketika mengonsumsi gorengan?


o Bahan yang dipakai
o Kebersihan alat untuk membuatnya
o Kondisi lingkungan tempat berdagang
o Tidak ada

9. Berapakah uang yang Anda keluarkan untuk membeli gorengan?


o Rp. 500,00-Rp 1.000,00
o Rp. 1.500,00-Rp 2.000,00
o Rp. 2.500,00-Rp 3.000,00
o Lebih dari Rp. 3.000,00

10. Dimana biasanya Anda membeli gorengan?


o Penjual keliling
o Restoran
o Tempat lain
o Tidak tentu

Anda mungkin juga menyukai