Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makam adalah tempat peristirahatan terakhir bagi setiap manusia. Makam Islam adalah makam yang diperuntukkan hanya untuk orang muslim. Di dalam penataan makam Islam, agama Islam menjadi panduan. Banyaknya makam Islam di Surabaya karena memang mayoritas warga kota Surabaya beragama Islam. Penataan makam Islam mengacu pada peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1987 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Panduan Penyedian dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Berdasarkan hasil survei lapangan di makam Islam Putat Gede (2011), hasil implementasi peraturan tersebut dalam penataan makam adalah sebagai berikut : 1. Jarak antar satu petak makam dengan makam yang lain banyak yang berdempetan. Tidak ada ruang yang jelas antara satu petak makam dengan petak makam yang lain. Hal ini menjadikan seorang peziarah harus meloncati atau melangkahi petak makam-makam yang lain untuk berziarah ke makam keluarganya bila petak makam tersebut berada di tengah lahan makam. 2. Vegetasi pohon peneduh hanya berada di jalur sirkulasi primer. Akibatnya, pohon peneduh di jalur sirkulasi sekunder dan sebagian besar lahan makam tidak ada. Kurangnya pohon peneduh berpotensi pada ketidaknyamanan peziarah karena merasa kepanasan saat berziarah ke makam keluarga yang tak ternaungi pohon peneduh. 3. Jalur sekunder untuk mengakses lahan makam yang lebih ke dalam tidak ditandai dengan material tertentu, melainkan hanya jalan setapak. Hal ini menjadikan ketidakjelasan antara sirkulasi dan lahan makam. Ketidakjelasan sirkulasi sekunder semacam ini menjadikan peziarah merasa tidak nyaman karena sulit membedakan jalan setapak dan lahan

makam. Para pengantar jenazah pun juga kesulitan membedakan sirkulasi makam dengan lahan makam itu sendiri saat mengantar jenazah ke petak makam keluarganya. 4. Keberadaan lampu penerangan tidak diperhatikan. Hal ini menjadikan kompleks makam menjadi angker terutama pada malam hari. 5. Pembedaan antara satu blok makam dengan blok makam yang lain juga tidak begitu jelas. Hal ini tentunya akan menjadikan peruntukan lahan makam bagi kelompok warga tertentu akan tidak jelas juga. Selain pembedaan antar blok makam yang tidak jelas, selak belukar rerumputan yang tumbuh di lahan makam tidak dipangkas dengan teratur dan rapi. Selak belukar rerumputan yang tinggi memberi kesan tidak terawat dan kumuh. Hal ini boleh jadi salah satu penyebabnya adalah jarak antar satu petak makam dengan petak makam lainnya saling berdempetan sehingga menjadikan para petugas kebersihan mengalami kesulitan merapikan selak belukar rerumputan yang sudah meninggi. Menyikapi realita ini, warga memiliki pandangan yang berbeda-beda. Warga sekitar makam yang termasuk golongan menengah ke bawah memandang penataan makam selama ini tidak ada persoalan. Salah seorang warga yang bernama bapak Ghosin menilai bahwa pemakaman bagi dirinya dan teman-teman sewarga sebagai tempat peristirahatan yang sejuk. Ia juga menilai bahwa pemakaman tidaklah angker. (sumber : wawancara salah seorang warga di makam Islam Putat Gede). Penilaian berbeda bagi para peziarah. Salah seorang peziarah yang bernama bapak Djamaluddin menilai bahwa penataan makam begitu semrawut. Hal ini menyulitkan aktivitas berziarah ke makam keluarga yang terletak di tengah-tengah lahan makam karena peziarah harus berhati-hati jalannya agar tidak melangkahi makam orang lain dan tidak terpeleset (sumber : wawancara salah seorang peziarah di makam Islam Putat Gede). Penilaian juga berbeda bagi warga yang termasuk golongan menengah ke atas terutama yang tinggal di perumahan real estate. Mereka menilai bahwa keberadaan makam tidak dirasa nyaman jika ada di dekat atau berbatasan
2

dengan rumah mereka. Jika ada makam yang ada di dekat atau berbatasan dengan rumah mereka, mereka tidak akan membeli rumah hunian itu. Hal ini bisa ditunjukkan dengan tiga kasus pada pengadaan makam di perumahan real estate berikut ini (sumber:wawancara pelaku pengembangan Real Estate, Ir. Riswanto) : 1. Kasus pertama, PT Arthawahana Dinamika membangun

perumahan Pratama di tahun 1993. Perumahan real estate ini berlokasi di kawasan Wiyung. Menyikapi persyaratan ijin berupa pemakaman, PT ini melakukan berbagai upaya agar makam tidak diadakan di real estate agar nilai jual real estatenya tidak jatuh. Kemudian, PT ini membeli lahan baru di luar lokasi real estatenya untuk dibangunkan makam untuk memenuhi persyaratan

pemerintah ini. 2. Kasus kedua, PT Ardhi Bangun Pertiwi membangun perumahan Palem Pertiwi di tahun 1999. Perumahan real estate ini berlokasi di kawasan Menganti, Gresik. Lahan yang dia pilih rupanya memang sudah terdapat makam masyarakat. Sehingga, ia tidak bisa melakukan sebagaimana yang dilakukan PT Arthawahana

Dinamika selain mewadahi keberadaan makam yang ada di dalam lokasi real estatenya. Selain itu, ia harus menambah jumlah pemakaman yang ada sebagai persyaratan ijin pembangunan real estate. Adanya keberadaan makam ini menjadikan perumahan yang berdiri di perbatasan makam turun nilai jualnya. Kalaupun terjual, biasanya hunian ini dialih fungsikan sebagai tempat kerja saja. 3. Kasus ketiga, PT Bintang Diponggo membangun perumahan Dosen Ikip Prapen di tahun 1982. Perumahan real estate ini berlokasi di Trenggilis. Kasus yang sama dirasakan oleh PT Bintang Diponggo , yakni keberadaan makam yang sudah ada di lahan real estate. Akibatnya, perumahan yang berdiri di perbatasan makam bernasib sama dengan perumahan yang ada di Menganti, Gresik yakni nilai jualnya turun.

Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1, 2007, pasal 6 Makam Islam merupakan bagian dari ruang hijau. Dengan demikian, fungsi dari makam tidak hanya sebagai kuburan melainkan juga berfungsi sebagai tempat yang teduh dan berudara sejuk sebagaimana fungsi ruang hijau pun juga demikian (Heinz, 2006). Realitanya, para peziarah merasa kepanasan dan tidak nyaman saat berziarah. Warga menengah ke atas pun memiliki rasa takut untuk memilih hunian yang berdempetan dengan makam. Hal ini menunjukkan bahwa peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah perlu didetailkan lagi dalam sebuah panduan penataan makam Islam. Panduan itu bertujuan untuk memberikan arahan-arahan yang semakin jelas dalam implementasi penataan makam. Harapannya, dengan panduan ini penataan makam Islam benar-benar tidak hanya berfungsi sebagai kuburan tapi juga berfungsi sebagai tempat yang teduh, berudara sejuk, rekreatif. Hal ini tentu saja akan sangat bermanfaat bagi peziarah dan warga yang tinggal di sekitar makam. Dari sinilah pentingnya penelitian panduan penataan makam islam di Surabaya dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari hal-hal yang melatarbelakangi studi ini, dapat dirumuskan tiga permasalahan pokok, yakni sebagai berikut : 1. Hasil implementasi peraturan penataan makam Islam: a. Ketidakjelasan jarak antar petak makam b. Vegetasi pohon peneduh hanya ada di jalur sirkulasi primer c. Ketidakjelasan jalur sekunder d. Ketiadaan lampu penerangan malam hari e. Ketidakjelasan pembagian blok makam 2. Keluhan yang dimiliki oleh peziarah dan sebagian warga atas hasil implementasi tersebut 3. Fungsi makam Islam yang hanya sebagai kuburan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka bisa dibuat sebuah pertanyaan penelitian yakni : Bagaimana detail penataan makam Islam bisa

mengakomodasi keluhan peziarah dan sebagian warga sehingga makam tidak hanya berfungsi sebagai kuburan?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari paparan latar belakang dan rumusan masalah pada bagian sebelumnya, tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini, adalah untuk: merumuskan panduan penataan pemakaman Islam di Surabaya. Adapun sasaran yang ditetapkan dalam upaya mencapai tujuan penelitian ini adalah meliputi : 1. 2. Mengidentifikasi penataan makam Islam yang ada Merumuskan persepsi warga kota yang tinggal di dekat

pemakaman Islam yang sedang diteliti dan orang-orang yang berziarah di pemakaman tersebut berkenaan dengan penataan makam Islam 3. Mengevaluasi/mengelaborasi hasil pengamatan dan persepsi terkait penataan makam-makam Islam 4. 5. Menentukan kriteria penataan makam Islam Merumuskan panduan penataan makam Islam

Sedangkan untuk orientasi penelitiannya akan menekankan pada hal-hal berikut: 1. Pengamatan/observasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti dalam kedudukannya sebagai peneliti akademis. Observasi ini akan dibantu dengan pendokumentasian visual sebagai dasar utama dalam mengevaluasi dan merumuskan bentuk panduan penataan makam islam dalam membuka lahan makam baru. 2. Persepsi warga kota yang tinggal di sekitar makam Islam yang sedang diteliti dan para warga yang berziarah, terkait penataan makam. 3. 4. Pendekatan melalui analisa peniliaian penataan makam islam Bentuk panduan penataan ulang makam Islam dan makam Islam baru melalui gambar-gambar sketsa.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua segi, yakni segi teori dan prakteknya 1. Dapat memberi masukan bagi studi atau penelitian urban desain sejenis maupun lanjutannya, baik dalam kesamaan konteks teori pendekatan maupun pada objek studi kasus 2. Memberi gambaran mengenai aplikasi teori yang dipakai dalam konteks studi/penelitian sejenis maupun lanjutannya Sedangkan manfaat penelitian dari segi praktek, yakni 1. Dapat dipakai sebagai masukan dalam acuan atau alat evaluasi bagi pemerintah dalam membuat kebijakan bagi penataan makam Islam di Surabaya 2. Sebagai dasar/acuan dalam menata ulang makam Islam

Anda mungkin juga menyukai