Anda di halaman 1dari 3

Nama : TEGAR.SONJAYA. No.

Mhs : 09139

Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum Ket : Tugas Harian

================================================================== MANUSIA MASYARAKAT DAN HUKUM

A. MANUSIA SEBAGAI PERSON DAN MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Aris toteles seorang ahli filsafat yunani menyatakan bahwa manusia itu adalah Zoon Politikon yang artinya bahwa manusia itu adalah selalu hidup bersama, sejak lahir hingga meninggal dunia ia akan selalu berada dalam pergaulan dengan yang lainnya, seseorang tidapat menyendiri, karena saling membutuhkan saling memerlukan bagi pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan hidupnya dan semua itu akandapat terwujud apabila bermasyarakat. Menurut Prof.Dr. Angelinus, bahwa manusia itu membutuhkan bermasyarakat karna sifat-sifat manusia sebagai mahluk sosial, yaitu : 1. Manusia dilahirkan lemah. 2. Manusia dibekali kepandaian untuk bicara pada lahirnya 3. Segala kemampuan dan kepandaiannya itu hanya akan mempunyai arti, apabila manusia yang bersangkutan hidup dalam masyarakat. 4. Bagaimana pandainya manusia tetap membutuhkan secar mutlak bantuan sesaamanya karena manusia dilahirkan serba tidak sempurna. Untuk itu manusia harus hidup bermasyarakat, dan dalam hidup bermasyarakat harus mampu mengendalikan prilaku dalam memenuhi kebutuhan / kepentingannya, tampa pengendalian dankesadaran untuk membatasi prilakunya maka akan terjadi konflik diantara manusia dan manusia terhadap sesamanya akan bersifat seperti srigala sebagaiman yang dikatakan thomas Hobbes dengan istilah Homo Homini lupus dimana manusia yang kuat menguasai manusia yang lemah. B. KAIDAH SEBAGAI PERLINDUNGAN KEPENTINGAN MANUSIA Dalam menjaga kepentingan agar tidak terjadi konflik maka diperlukan aturan-aturan atau kaedah-kaedah sebagai patokan atau ukuran untuk berprilaku atau bersikap dalam kehidupan bersama. Patokan tersebut adalah kidah sosial yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu perumusan atau pandangan mengenai cara prilaku atau bersikap yang seyogyanya dilakukan dan tidak dilakukan, yang dilarang dijalankan atau dianjurkan untuk dijalankan. Tatanan kaedah tersebut adalah : 1. Tata kaedah dengan aspek kehidupan pribadi yang dibagi lebih lanjut menjadi : b. kaedah kepercayaan dan keagamaan c. kaedah kesusilaan 2. Tata kaedah dengan aspek kehidupan antar pribadiyang lebih lanjut menjadi : a. kaedah sopan santun adat b. kaedah hukum I. Kaedah kepercayaan kaedah sosial adalah kedah yang asalnya dari tuhan yang berisi larangan-larangan, perintah dan anjuran-anjuran. Kaedah kepercayaan bertujuan penyempurnaan manusia oleh karena itu ditujukan kepada umat manusia utuk berbuat baik dan melarang berbuat jahat. II. kaedah Kesusilaan kaedah kesusilaan adalah : peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia . kaedah

kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu. Sanksi dalam pelanggaran kaedah kesusilaan adalah timbulnya penyesalan, rasa malu, takut rasa bersalah sebagai sanksi atau reaksi terhadap pelanggaran kaedah kesusilaan tersebut. III. Kaedah Sopan Santun/ Kesopanan Adalah peraturan hidup yang timbul dari pergaulan masyarakat tertentu. Kaedah kesopanan dasarnya adalah keputusan, kebiasaan, kepatutan yang berlaku dalam msyarakat. Sanksi atas pelangaran kaedah ini adalah : dapat berupa teguran, cemoohan, celaan, pengucilan dan sebagainya IV. Kaedah Hukum Kaedah hukum adalah peraturan yang dibuat atau yang dipositifkan secara resmi oleh penguasa msyarakat atau penguasa negara, mengikat setiap orang dan berlakunya dapat dipaksakan oleh aparat masyarakat atau aparat negara, sehingga berlakunya kaedah hukum yang dapat dipertahankan. Kaedah ini lebih lanjut melindungi kepentingan-kepentingan manusia yang sudah mendapatkan perlindungan dari ketiga kaedah tadi. BENTUK-BENTUK MASRAKAT A) bentuk masyarakat menurut dasar pembentukannya : a. masyarakat teratur yang diatur dengan tujuan tertentu .( contoh : perkumpulan olahraga) b. masyarakat teratur terjadi dengan sendirinya yaitu dengan tidak sengaja di bentuk . karena ada kesamaan kepentingan ( contoh : penonton sepak bola ) c. masyarakat tidak teratur terjadi dengan sendirinya tanda bentuk , ( contoh: sekumpulan manusia yang membaca Koran di tempat umum) B) bentuk masyarakat menurut dasar hubungannaya : a) masyarakat paguyuban ( gemeinschaft) , antar anggota satu sama lainnya ada hubungan pribadi menimbulkan ikatan batin( contoh : rumah tangga , kel. Pasundan ) b) masyarakat patembayan ( gesselschaft) , hubungan bersifat lugas dan mempunyai tujuan yang sama untuk mendapat keuntungan material ( contoh: CV, PT, FA, KOP) C) menurut kebudayaannya bentuk masyarakat : 1) masyarakat primitive dan modern 2) masyarakat desa dan kota 3) masyarakat territorial ( daerah tertentu ) 4) masyarakat geneologis ( anggota ada pertalian darah) 5) masyarakat territorial geneologis D) menurut hubungan keluarga : a. keluarga inti ( nuclear family) b. keluarga luas ( extended family) HUBUNGAN NORMA HUKUM DENGAN NORMA LAINNYA Dalam menegakkan tata tertib, keadilan dan keamanan hidup bermasyarakat antara normanorma yang telah diterangkan diatas selalu jalin menjalin, atau dengan lain pendekatan terdapat hubungan atau jalinan yang demikian erat antara norma hukum denngan normanorma lainnya. c. hubungan antara norma hukum dengan norma agama d. hubungan antara kaedah hukum dengan budipekerti/ kesusilaan e. hubungan antara kaedah hukum dengan kesopanan C. DAS SOLLEN ~ DAS SEIN Seperti yang dikatakan diatas bahwa kaedah hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang seyokyanya atau seharusnya dilakukan. Pada hakekatnya kaedah hukum adalah merupakan perumusan pendapat atau pandangan tentang bagaimana seharusnya atau

seyogyanya seseorang bertingkah laku sebagaimana kaidah hukum bersifat umum dan pasif. Kaedah hukum berisikan kenyataan-kenyataan normatif atau apa yang seyogyanya dilakukan Das Sollen dan bukan berisikan kenyataan yang alamiah atau peristiwa kongkrit. Das Sein Sedangkan ciri-ciri hukum adalah : 1.ada unsur perintah , larangan, dan kebolehan 2. ada sanksi yang tegas 3. adanya perintah dan larangan 4. perintah dan larangan harus ditaati D. ALASAN KEBERADAAN HUKUM Telah dikemukakan bahwa untuk timbulnya hukum sekurang-kurangnya harus ada kontak antara dua orang. Kontak ini dapat bersifat menyenanngkan tapi juga dapat bersifat tidak menyenangkan seperti sengketa atau perselisihan. Pada hakikatnya hukum baru ada, baru baru dipersoalkan apabila terjadi konflik kepentingan terjaddi apabila dalam melaksanakan kepentingan atau kebutuhan orang yang kadang merugikan orang lain. Kalau segala sesuatu berjalan dengan tertib, l;ancar tanpa konflik maka tidak aka nada orang mempersoalkan hukum. Jadi alas an keberadaan hokum adalah konflik kepentingan manusia (Konflik of Human Interes). Agar tujuan hokum untuk mewujudkan keadaan tertib maka seluruh anggota masyarakat harus ada kepatuhan kepada hokum. Menurut gustav rodbruch (jerman) orang-orang akan mematuhi hukum kalau hukum itu sendiri ideal dapat mencakup tiga unsur : 1. Gerechtigheit : unsur keadilan 2. Zeckmaessigkeit : unsure kemanfaatan 3. Sicherheit : unsure kepastian E. SIFAT-SIFAT HUKUM : 1. Sifat memaksa Hukum dapat memaksa seseorang atau beberapa orang masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dan apabila perlu untuk mencapai tujuannya dapat menggunakan sanksi sebgai paksaan. 2. Sifat yang memberatkan yang lahir dari pada yang batin. Gogatius poenam nemo petitur artinya orang tidak akan dihukum /diberi sanksi hukum hanya karena apa yang difikirkannya dibatin tapi adakalanya setelah terjadi perbuatan lahir yang relevanbgi hokum, kemudian baru hokum baru bias mencampuri yang batin. 3. Sifat umum tidak memihak Segala ketentuan dan peraturan hukum dibuat berdasarkan keadilan yang umum, jadi hukum bukan untuk kepentingan segolonggan manusia dalam masyarakat melainkan untuk kepentingan melindungi semua anggota masyarakat dimanapun dan dalam kedudukan apapun. 4. Sifat mengutamakan arti Dalam hukum tertulis yang terpenting itu bukan susunan kata-kata atau kalimatnya, melainkan arti dari ketentuan atau peraturan yang ditugaskan dalam susunan kata atau kalimat itu. Kata- kata hanya merupakan batas-batas dan diantara batas-batas tersebut harus terletak kebijaksanaan hakim yang benar-benar menjunjung tinggi keadilan.

_________________________________
Sumber :Arisirawan, manusia masyarakat dan hukum http://arisirawan.wordpress.com/2009/12/21/

Anda mungkin juga menyukai