Anda di halaman 1dari 14

Mulai dari produk sederhana sampai produk yang memerlukan sifat baja

tahan karat adalah : tahan terhadap korosi, tahan terhadap oxsidasi pada
temperatur tinggi, kekuatan dan keuletan yang baik pada temperatur tinggi.
1.2. Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam proses simulasi pada
pemodalan ini :
1. Bagaimanakah bentuk hanger yang akan di gambar dengan menggunakan
program CATIA
2. Apakah dengan program CATIA dapat mengoptimalkan gambar sesuai yang
direncanakan.
1.3. Batasan Masalah
Suatu simulasi pada pemodelan ini memiliki cukup banyak permasalahan
yang berkaitan satu sama yang lain. Dengan demikian penulis merasa perlu untuk
membahas masalah yang dibahas dalam penganalisaan ini mengikat keterbatasan
waktu, tempat, dana, kemampuan, dan juga pengalaman penulis. Maka dalam hal
ini yang menjadi permasalahan dalam simulasi teori kerusakan, pada satu teori
kerusakan dapat terjadi dalam dua tingkatan yaitu : kerusakan sistem dan
kerusakan komponen.
Kerusakan dapat didefenisikan sebagai suatu perubahan komponen,
penahanan atau konstruksi sehingga tidak mampu melaksanakan fungsinya
dengan memuaskan.
Suatu komponen, penahanan atau konstruksi di katakana rusak apabila
memenuhi salah satu dari tiga kondisi berikut :
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Singkat Tentang Hanger
Hanger adalah berasal dari bahasa Inggris yang artinya gantungan yang
berfungsi sebagai tempat penggantungan. Dalam hal ini hanger dapat
dikategorikan dalam beberapa jenis yang sering kita lihat, contohnya : Hanger
pada pakaian, Hanger pada lampu kendaraan, Hanger pada Ban Serap , Hanger
pada suspensi kendaraan. Dari beberapa contoh diatas, penulis ingin menganalisa
hanger pada kendaraan.
2.1.1. Klasifikasi Hanger
Secara umum hanger memiliki bentuk dan jenis konstruksi yang berbeda-
beda dan dari segi yang dapat/telah ditinjau. Secara umum hanger digunakan
sebagai tempat dudukan sebuah komponen pada kendaraan. Rancangan dari
hanger jika ditinjau dari bentuk dan jenis yang berbeda dapat diklasifikasikan.
2.1.2. Jenis - Jenis Hanger
Dari peninjauan di atas dapat dibagi dari bentuk dan fungsi yang berbeda
diantaranya :
1. Hanger Pakaian
Yaitu : Suatu tempat penjemuran pada malam hari untuk
pengeringan dengan cara menggantungkan baju pada
gantungan tersebut.
Gambar 2.1.a
4
2. Hanger pada Lampu Kendaraan
Yaitu : Tempat penggantungan lampu yang mempunyai jalur-jalur
di dalam gantungan tersebut di karenakan sebagai pengunci
lampu agar tidak terlepas jika terjadi gonyangan yang tiba-
tiba dan yang tidak beraturan.
Gambar 2.1.b
3. Hanger pada Ban Serap Kendaraan Roda Dua
Yaitu : Tempat penyimpanan/ penggantungan pada kendaraan roda
empat yang berada pada pintu belakang.
Gambar 2.1.c
5
4. Hanger pada Suspensi Kendaraan
Yaitu : Sebagai tempat penggantungan suspensi
Gambar 2.1.d
2.1.3. Sifat Hanger
Dalam penyusunan proposal awal ini yang akan dianalisa penulis adalah
hanger pada kendaraan roda dua jika dianalisis dari bentuk hanger ini bersifat :
1. Tahan terhadap karat (Korosi)
2. Tahan terhadap tekanan yang tiba-tiba
3. Tahan terhadap panas yang tidak tetap pada saat terjadi gesekan antara
suspensi dengan hanger.
2.2. Teori Kegagalan
2.2.1. Tengangan
Pada umumnya, tengangan didefinisikan dengan mempertimbangkan
tenganagn pada titik dari suatu tubuh material seperti di perhatikan pada gambar
2.2.1.a
Gambar 2.2.1.a. Tengangan yang bekerja pada satu titik pada penampang A.
6
Gaya F yang bekerja pada titik P dimana berada pada penampang A
dan jika A

0, pengurangan gaya dalam komponen normal dan tangensial ke


A dapat didefinisikan sebagai berikut :
A
F
dan
A
F
n

1
(2.1.)
Jika tegangan-tegangan ini bergabung pada gaya dan luasan, tegangan itu
sendiri, tidak merupakan suatu vector ( gambar 2.2.1.b)
Dengan sistem koordinator yang diperlihatkan, tegangan , y

bekerja
dalam arah parallel ke F melalui luasan A, bila disederhanakan menjadi F/A.
Selanjutnya mempertimbangkan suatu bidang yang terletak pada sudut , yang
didefinisikan sebagai sumbu koordinat baru pada sistem x-y yang sesungguhnya.
Gaya F mempunyai komponen yaitu F
x
dan F
y
yang bekerja pada bidang luasan A,
yang sama dengan A/Cos .
Gambar 2.2.1.b. Gaya dan tegangan bergabung pada sumbuhnya.
Tegangan yang bekerja pada bidang miring adalah :

2 2
'
cos cos
y
y
y
A
F
A
F
(2.2.)
Dan regangan pada bidang miring adalah :
7

2 2
'
cos sin cos sin
'
'
y
y
y
A
F
A
F
(2.3.)
Jika titik P ditampilkan sebagai tubuh yang kecil )dimensinya dx,dy, dz)
dalam kesetimbangan yang di perlihatkan dalam gambar 2.2.1.c. pada kebanyakan
kasus yang umum setiap permukaan harus di subjekkan pada total gaya F
1
, F
2
dan
F
3
seperti diperlihatkan. Setiap gaya harus dibagi menjadi komponen yang parallel
ke dua arah koordinat. Jika setiap sembilan komponen ini dibagi dengan luas
permukaannya maka total bagian dari tegangan pada P dapat ditentukan sebagai
sembilan komponen tegangan (gambar 2.2.1.c)
Gambar 2.2.1.c. Gaya yang bekerja pada sebuah titik 3 dimensi
Gambar 2.2.1.d. Komponen tegangan pada titik 2 dimensi.
Arah tegangan yang diperlihatkan pada gambar 2.2.1.d. diindikasikan
positif. Bila sembilan tegangan dibentuk dalam tensor tegangan (Stress tensor),
dinyatakan dalam bentuk :
8

,
_

z zy zx
yz y yx
xz xy x


(2.4)
Jika elemen kubus dalam kesetimbangan static, maka penjumlahan momen
harus sama dengan nol, sehingga :
xy yx

zx xz

yz zx

(2.5)
Persamaan (2.5) berfungsi bila tidak ada aksi kopling dengan thermal dan
fenomena lainnya. Tegangan bagian selanjutnya didefinisikan pada enam
tegangan saja dan tensor tegangan dapat disederhanakan sebagai berikut :

,
_

z zy zx
y yx
x
sym

(2.6)
2.2.2. Teori Tegangan Geser Maksimum
Tegangan ini mengatakan bahwa kegagalan akan dimulai ketika tegangan
geser maksimum pada setiap elemen menjadi sama dengan tegangan geser dalam
uji tarik specimen dengan material yang sama ketika specimen tersebut mulai
luluh. Jika ditentukan tegangan-tegangan utama seperti
1

>
2

>
3

, maka teori
tegangan geser maksimum menduga senantiasa keluluhan akan terjadi pada :
y
y
S atau
S

3 1 max
2
(2.7)
Teori ini juga menyatakan kekuatan luluh dalam geser adalah :
20 , 0
sy
S
S
y
(2.8)
2.2.3 Kriteria Von Misses
9
Postulat ini menyatakan bahwa luluh akan terjadi bila beberapa nilai dari
akar tegangan geser mencapai nilai konstan.
( ) ( ) ( )
1
2
1
2
1 3
2
3 2
2
2 1
3
C
1
]
1

+ +
(2.9)
Ekivalen dengan,
( ) ( ) ( )
2 1 3
2
3 2
2
2 1
C + + (2.10)
Untuk tarikan uniaksial dapat menggunakan C
2
, mensubtitusi
Y
1

saat
itulah dan
0
2 2

, konstantanya adalah 2Y
2
. Untuk geser murni, dengan
2 1

sy
S
dan
( )
sy
S C 2 , 0
2

, maka kriteria Von Misses ditampilkan
seperti di bawah ini :
( ) ( ) ( )
2 2 2
1 3
2
3 2
2
2 1
6 2
sy
S Y + +
(2.11)
Dalam bentuk umum. kriteria Von Misses dapat ditulis seperti :

( ) ( ) ( ) ( )
2 2 2 2 2 2 2 2
6 2 6
sy zx yz xy z z y y x
S Y x + + + + +
(2.12)
Gambar 2.2.1.e. adalah locus luluh untuk criteria ini, sedangkan Gambar
2.2.1.f. memperlihatkan Kriteria Tresca dan Von Misses untuk beberapa nilai Y.
Sebagai catatan perbedaan maksimum dalam dugaan rusak keluluhan (yielding
occur) sepanjang bagian pembebanan =-1,
2
1
atau 2.
10
Gambar 2.2.1.e. Locus Von Misses
Gambar 2.2.1.f. Tresca dan Von Misses luluh untuk nilai Y yang sama dugaan
lulus ketika = 0, 1 atau
2.3. Metode Elemen Hingga
2.3.1. Konsep Dasar Elemen Hingga
Pada umumnya, metode elemen hingga berintikan pada teori yang
menampilkan benda asli sebagai rakitan dari susunan pembagian elemen.
Aplikasinya adalah pembagian benda asli menjadi sejumlah elemen yang
optimum dan menggunakannya sebagai basis untuk perhitungan (Gambar 2.3.1.
dan gambar 2.3.2.).
Untuk memberikan gambaran prinsip metode ini, dipertimbangkan sebuah
subjek lempengan untuk ditarik, seperti diperlihatkan pada gambar 2.3.2..
Permasalahan perancangan adalah menentukan tegangan maksimum terjadi pada
11
titik A. Distribusi tegangan dapat dilihat pada gambar 2.3.3. kesulitannya adalah
menentukan besarnya tegangan dengan tepat. Untuk menjawabnya dibagilah
lempengan itu menjadi elemen, (Gambar 2.3.1.). dengan mengamsumsikan bentuk
distribusi tegangan di dalam elemen melalui bentuk polinominal yang sesuai.
Distribusi tegangan muncul dalam tingkatan yang berbeda untuk elemen yang
berbeda, (Gambar 2.3.2.). hal ini menunjukkan dengan jelas bahwa dengan
meningkatkan jumlah elemen akan mendekati hasil yang sempurna.
Makin kecil ukuran elemen, makin kecil kesalahan, pemecahan yang
diperoleh semakin dekat dengan pemecahan sesungguhnya. Pada dasarnya,
metode elemen hingga menterjemahkan permasalahan pada perancangan yang
kompleks menjadi sebuah sistem persamaaan garis lurus.
Gambar 2.3.1.Distribusi tegangan pada lempengan yang di tarik
(a) Lempengan yang ditarik (b) Tegangan maks di titik A
Gambar 2.3.2.. Penyelesaian dengan menggunakan metode elemen hingga.
(a) Model elemen hingga (b) Resultan distribusi tegangan
12
2.3.2. Fungsi Bentuk (Shafe Function)
Guna pembahasan tegangan dan regangan dalam elemen terlebih dahulu
harus ditentukan fungsi bentuknya. Perpindahan setiap titik dalam elemen e
adalah sebuah fungsi lokasinya. Dapat dituliskan dalam bentuk vector seperti :

'

z y x w
z y x v
y z u
w y x
, , (
) , , (
, , (
, , |
(2.13)
Pada sudut node, perpilihan menjadi :
{ }

'

1
1
1
w
v
u

(2.14)
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
BAB III
13
- Bagaimanakah bentuk dan jenis hanger yang akan
di gambar dengan menggunakan Catia?
- Apakah dengan bantuan perangkat lunak, dalam
hal ini Catia dapat mengoptimalkan desain pada
hanger suspensi kendaraan?
Simulasi Pemodelan :
Menggunakan Program CATIA
Pembahasan:
Hasil Simulasi
Mendesain gambar hanger kendaraan roda dua menggunakan metode
simulasi.
Kesimpulan
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tentang
tahapan yang jelas dan disusun sistematika dalam prosedur penelitian.
Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya
sehingga harus dilakukan dengan cermat.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Dalam proses pembuatan modal atau penggambaran benda (part desaign)
dan dilanjutkan dengan proses analisa dan produk dilakukan di laboratorium
Komputer Institut Teknologi Medan (ITM).

3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan selama proses pembuatan model atau
penggambaran benda (part desaign) dengan dilanjutkan dengan proses
penganalisaan dari produk selama penelitian dilaksanakan dalam penentuan
hanger kendaraan roda dua dan penelitian gambar dan juga fungsi dan kegunaan
pada dudukan hanger pada kendaraan roda dua dimana dalam penelitian akan di
laksanakan survei ke lapangan (Bengkel kendaraan).
Di peruntukkan agar dapat mengenal dalam penganalisaan hanger pada
kendaraan serta ukuran-ukuran yang sesuai dengan benda aslinya yang akan
digambar dengan menggunakan program komputer.
3.1.3. Pendekatan Model
14
P A N D A N G A N D E P A N
P A N D A N G A N
S A M P I N G K A N A N
P A N D A N G A N B E L A K A N G P A N D A N G A N
S A M P I N G K I R I
P A N D A N G A N B A W A H
P A N D A N G A N A T A S
Pada pemodelan ini hanger pada kendaraan roda dua yang akan digambar
menggunakan metode simulasi dimana hanger yang akan di gunakan/digambar
adalah sebuah pelat dudukan pada ban serap.
Gambar 3.1. Hanger Dudukan dan Ban Serap Kendaraan Roda dua
3.1.4. Prosedur Pemodelan
15
Dalam pemodalan hanger di lakukan analisa tengangan dengan metode
elemen hingga. Struktur di buat sedemikian mungkin dengan benda aslinya agar
di peroleh hasil yang sedekat mungkin dengan kondisi yang sebenarnya. Tentu
saja harus di lakukan suatu optimasi agar hasil yang didapat cukup baik. Dengan
memperhatikan kemampuan komputer yang di gunakan dalam analisis, terutama
pada daerah-daerah kritisnya.
Jika struktur dan pembebanan terbentuk cukup dianalisis setempat saja,
selain sudah cukup mewakili, hal ini juga untuk mempercepat analisa.
Pada hanger tersebut mengalami gaya-gaya yang terletak pada bidang si
metri sehingga lenturan terjadi pada bidang ini. Dalam analisis ini yang dibahas
hanya distribusi tengangan yaitu terhadap hanger yang di lakukan analisis
tegangan yang berdekatan dengan pendistribusian, langkah awalnya di mulai
dengan menganalisa tegangan yang bekerja pada hanger dengan simulasi program
CATIA, untuk mengatasi distribusi tegangan yang terjadi dan mendapat besar
gaya yang bekerja. Hal ini akan di paparkan tersendiri pada Bab IV lebih lanjut.
16

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Is1 Akur
    Daftar Is1 Akur
    Dokumen2 halaman
    Daftar Is1 Akur
    Muhammad Ikas Sillaci BinSuryanto
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Elekrto
    Bab IV Elekrto
    Dokumen35 halaman
    Bab IV Elekrto
    Muhammad Ikas Sillaci BinSuryanto
    Belum ada peringkat
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    Daftar Gambar
    Muhammad Ikas Sillaci BinSuryanto
    Belum ada peringkat
  • Bab III Mesin
    Bab III Mesin
    Dokumen6 halaman
    Bab III Mesin
    Muhammad Ikas Sillaci BinSuryanto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Muhammad Ikas Sillaci BinSuryanto
    Belum ada peringkat