betina 2,5 3,9 kg. Bagian atas berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan bagian bawah, kepala dan leher berwarna putih. Iris coklat. Kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu. Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna abu-abu. Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya terangangkat ke atas membentuk huruf V (Coates & David, 2000; Beehler et. al., 2001; Kemp dalam Newton, 1990; Prawiradilaga dkk., 2003). Klasifikasi Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Order : Falconiformes Family : Accipitridae Genus : Haliaeetus Species : Haliaeetus leucogaster Jenis ini merupakan salah satu jenis burung pemangsa yang tersebar luas di seluruh Indonesia. Walupun keberadaannya dilindungi negara, namun masih banyak terjadi perburuan dan perdagangannya. Selain itu pengrusakan habitat dan penggunaan pestisida juga merupakan ancaman bagi keberadaan burung ini di alam.
Burung hantu urung hantu merupakan salah satu kelompok dari burung pemangsa raptor yang berburu mangsanya pada malam hari (nocturnal). Burung hantu memiliki ciri-ciri tubuh spesifik yang berbeda dengan jenis burung pemangsa lainnya, yaitu kepala besar dan bulat melebar, muka rata dan mata besar yang mengawasi kedepan, pada wajahnya tampak garis piringan wajah yang merupakan pembatas pada sekeliling mata. Hampir semua jenis burung hantu pola warna bulunya merupakan perpaduan antara warna abu-abu, cokelat, hitam dan putih. Perpaduan yang yang diperlukan dalam penyamaran saat berburu mangsa maupun menghindari musuh (Widodo. 2000). Ada sekitar 134 jenis burung hantu tersebar merata diseluruh dunia, kecuali daerah Antartika dan pulau-pulau disekitarnya, terdiri atas dua suku, yaitu Serak (suku Tytonidae) dan suku Strigidae. Di Sunda besar (Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan) terdapat dua jenis dari suku Tytonidae yaitu Serak Jawa Tyto alba dan Serak Bukit Phodilus badius, sedangkan dari suku Stringidae ada dua puluh jenis, diantaranya Beluk Jampuk Bubo sumatranus. Beluk Ketupa Ketupa ketupu, Celepuk Reban Otus lempiji, Kukuk Seloputu Strix seloputo. Kingdom: Animalia
Photo: PPS Bali Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class: Aves Order: Strigiformes Family: Strigidae Genus: Bubo Species: Bubo sumatranus Sub species: B. s. sumatranus, B. s. strepitans, B. s. tenuifasciatus Memiliki ukuran tubuh besar (45 cm) dengan garis-garis tebal. Bulu abu-abu tua dengan berkas telinga horizontal mencolok, tubuh bagian atas coklat kehitaman, bergaris kuning tua halus seluruhnya, alis putih. Bagian bawah tubuh abu-abu keputih-putihan bergaris hitam tebal. Saat terbang suara terdengar keras dalam wuuh atau hua-wuh, dan suara seperti tertawa kakakaka.
Tersebar mulai dari semenanjung Malaysia, Kalimantan, Sumatera, Bangka, Jawa dan Bali. Hidup dihutan-hutan dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Mangsa berupa mammalia kecil seperti tikus, ular, ikan-ikan kecil dan burung-burung kecil yang diperoleh dengan berburu menyambar dari tenggeran dan melompat-lompat dengan cekatan ditanah. Gemar mandi-mandi dikolam-kolam atau sungai dan mulai aktivitas keluar dari persembunyian pada saat senja hari.
Klasifikasi Burung Hantu Barn Owl (Tyto alba)
Phylum Sub-phylum Class Ordo Family Genus Tyto alba Tyto; (Barn terdiri Owl) terdiri dari dari 35 10 sub
Karakter
morfologi
Tyto
alba
Kepala
besar, Mempunyai
paruh cakar
seperti
kait kokoh
Mata lebar dengan muka berbentuk cakram, membantu memfokuskan suara datang Bulu Sisi Sayap lembut, atas Pada berbentuk berwarna ekor mata putih bundar atau dan kekuningan berekor pada bagian pendek bawah hitam coklat
berwarna
kekuningan atas
dengan
garis-garis berwarna
bagian
Distribusi
Genus Tyto terdiri dari 10 spesies, termasuk burung hantu dari Afrika (Grass Owl) dan Australia Burung hantu serta Tyto alba New (Barn Guinea Owl) terdiri dari (Masked 35 sub Owl). spesies.
Distribusi burunghantu T. alba dapat dijumpai di eropa, banyak di Amerika Utara dan sebagian Amerika Selatan, menyebar mencakup sebagian Afrika, India, Asia Tenggara, Australia, dan Kepulauan Pasifik.
Penyebaran di Asia Tenggara dan Selatan meliputi India, Burma, Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Perilaku
dan
Habitat
Aktif
pada
malam lubang
hari pohon,
pada atau
siang tebing
hari karang
Menghuni
gedung,
dijumpai apa
bersarang kandang
Umumnya terbatas pada perkebunan kelapa sawit, karena kurangnya tempat cocok untuk bersarang Selalu ditemukan di daerah-daerah pemukiman sekitar perkebunan kelapa sawit tradisional, Umumnya Dapat Lokasi dikembangkan pertanian Tidak sebagai binatang penetap padi, jumlah pada disekitarnya bersifat 1,6 5,6 km sekitar areal banyak rendah persawahan perpohonan migratori sarang
Penerapan
Tyto
alba
Sebagai
Pengendali
Tikus
Tyto alba untuk pengendalian tikus pada pertanaman padi yang dilaksanakan sejak tahun 1989 di Malaysia, dapat menekan kerugian oleh tikus dari 15 20% menjadi hanya 3% pada tahun 1997 dan 1998
Penggunaan burung hantu untuk pengendalian tikus sawah sangat berhasil dilaksanakan di Cherrang Rotan, Klentan Malaysia Penenmpatan kotak sarang burung hantu untuk pengamanan areal pertanaman padi di 11 (sebelas) Negara Bagian Malaysia sampai tahun 1998 mencapai 3.589 kotak sarang untuk mengamankan seluas 271.242 ha atau 1 (satu) kotak sarang untuk sekitar 75 hektar areal sawah Di Indonesia, pemanfaatan burung hantu untuk pengendalian tikus pertama kali dilakukan diareal perkebunana kelapa sawit di Sumatera Uatar dan cukup berhasil Selanjutnya dikembangkan untuk pengendalian tikus dibeberapa wiayah di propinsi Sumatera Barat, jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Wilayah propinsi lainnya Walaupun jumlah dan tingkat keberhasilan secara kuantitatif kurang diketahui, namun dirasakan cukup efektif untuk mengendalikan tikus sawah
Makanan berbulu
55
65
hari),
meninggalkan
sarang
induknya
dan
mencari
makanan 12
sendiri km
Mampu Mampu
500
Indera pendengaran dan penglihatan sangat tajam, walaupun dalam keadaan gelap gulita Saat Pakan terbang, burung hantu yaitu tidak 98 mengeluarkan 99% suara tikus spesifik,
1 2% adalah mamalia lainnya seperti burung kecil, ular, katak, jenis cecurut, dan kadal dipisahkan Kemudian dikeluarkan dalam bentuk gumpalan (pelet), melalui mulut yang dijatuhkan disekitar sarang Memakan atau menelan mangsanya Bagian lemak dan daging dicerna, sedangkan tulang dan kulit serta rambut/ bulunya
Pengembangan
Tyto
alba
Sebagai
Agen
Pengendali
Hayati
Persyaratan Petani Pemburu Dibuat Disekitar tidak liar gupon lahan menggunakan dilarang yang cukup rodentisida untuk pepohonan mengendalikan burung tinggi tikus hantu
menganggu/ digunakan
menembak/ sebagai
menangkap dan
sarang
tiang
bertengger
Pemeliharaan
dan
Pelepasan
Burung
Hantu
Areal lokasi baru, dipelihara burung hantu yang masih muda berumur kurang dari 1 (satu) bulan Pemanfaatan Minimal Berada (berburu burung satu pada hantu yang sudah menyerupai dapat pada lahan terbang gupon akan sarang lidi) hilang baru. padi
pasang areal/
ditempatkan disekitar
pertanaman
Dipelihara dan diberi makan tikus setiap hari terbiasa dengan lingkungannya Burung hantu dapat terbang tidak akan pergi menjauh, kembali ke sarangnya Selama belajar sendiri mencari makan, pada gupon untuk selama waktu tertentu masih disediakan pakan tikus sampai secara mandiri burung hantu dapat mencari makanannya. Bila burung hantu sudah bertelur, maka dipersiapkan gupon baru sebagai calon sarang bagi keturunannya Pada saat anak burung hantu sudah dapat terbang, maka akan memisahkan diri dari induknya dan mencari tempat baru sebagai sarang. Pemindahan keturunan baru ke areal lain dapat dilakukan dengan prosedur seperti di atas.