Anda di halaman 1dari 5

Apoteker: sarjana, farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP.

RI No. 41 th 1990)
Surat Penugasan, yang diberikan kewenangan kepada apoteker yang besangkutan untuk menjalankan pekerjaan kefarmasian dan memberi tanggungjawab dalam upaya pengendalian dan pengawasan perbekalan farmasi

Pekerjaan Kefarmasian
UU no 7 tahun 1963 tentang Farmasi
pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat

UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan,


pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

NOMOR 6 TAHUN 1963 TENTANG TENAGA KESEHATAN Pasal 7 (1) Sebagai contoh tugas pekerjaan tenaga kesehatan dimaksud dalam pasal ini adalah sebagai berikut: a. Tugas pekerjaan Tenaga Bidan yang berdasarkan pendidikannya, adalah terutama memberi pertolongan pada persalinan normal; b. Tugas pekerjaan Tenaga Kesehatan perawat pada pokoknya adalah merawat penderita sakit dan membantu dokter dalam hal mengobatinya; c. Tugas pekerjaan asisten-apoteker adalah melakukan kefarmasian yang terbatas berdasarkan pendidikannya dan membantu pekerjaan apoteker.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN BAB II JENIS TENAGA KESEHATAN Pasal 2 (1) Tenaga kesehatan terdiri dari : a. tenaga medis; b. tenaga keperawatan; c. tenaga kefarmasian; d. tenaga kesehatan masyarakat; e. tenaga gizi; f. tenaga keterapian fisik; g. tenaga keteknisian medis. (2) Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. (3) Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan. (4) Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. (5) Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. (6) Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. (7) Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara. (8) Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG TENAGA KESEHATAN 1. 2.

Melaksanakan Asuhan Kefarmasian Merahasiakan kondisi pasien, resep, medikasi record untuk pasien.

kepmenkes no.1197/Menkes/SK/X/2004 ttg standar pelayanan farmasi di RS B A B XKETENTU AN PIDANA Pasal 35 Berdasarkan ketentuan Pasal 86 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentangKesehatan, barang siapa dengan sengaja :a . me l a k u ka n u p a ya k e s e h a t a n t a np a i j i n s e b a ga i ma na di ma k s u d da l a m P a s a l 4ayat (1); b . m e l a k u k a n u p a y a kesehatan tanpa melakukan adaptasi s e b a g a i m a n a dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1);c . m e l a k u k a n u p a y a kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi t e n a g a kesehatan yang bersangkutan seba gaimana dima ksud dalam Pasal 21 ayat(1);d. t i d a k me l a ks a n a ka n k e wa j i b a n s eb a ga i ma n a di ma ks u d da l a m P a s a l 2 2 a ya t (1);dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN Pasal 35 Ayat (1) Huruf i Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan kewenangan bagi dokter dan dokter gigi untuk menyimpan obat selain obat suntik sebagai upaya untuk menyelamatkan pasien. Obat tersebut diperoleh dokter atau dokter gigi dari apoteker yang memiliki izin untuk mengelola apotek. Jumlah obat yang disediakan terbatas pada kebutuhan pelayanan. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan profesinya. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap Apoteker, dokter dan dokter gigi, sejawat yang telah diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat digunakan untuk praktik Apoteker, Kebidanan, kedokteran atau kedokteran gigi.

Profesi kesehatan adalah suatu pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.

SETIAP PROFESI MEMPERLAKUKAN SEJAWAT SEBAGAIMANA DIA INGIN DIPERLAKUKAN.


Dalam kode etik apoteker Indonesia pada Bab IV. Kewajiban Apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lain.disebutkan Pasal 13 Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati Sejawat Petugas Kesehatan Kode Etik tentang Kewajiban Umum Pasal 3 Point 3 Imbalan Jasa darurat dan pertolongan sederhana tidak diminta dari : - Teman sejawat termasuk dokter gigi dan apoteker serta keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. - Mahasiswa kedokteran, bidan, dan perawat.

Hubungan antara dokter, apoteker dan asisten apoteker terletak pada saat adanya permintaan resep dari dokter kepada apoteker yang dibantu asisten apoteker agar menyediakan obat yang ditujukan kepada pasien dan apabila ditemukan hal-hal yang meragukan apoteker atau asisten apoteker dapat menghubungi dokter untuk berkonsultasi mengenai obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien sehingga pasien benar-benar mendapatkan obat yang tepat dan aman tanpa khawatir adanya interaksi obat yang membahayakan.

Dilema : Dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 telah diatur tentang peranan profesi apoteker, yakni pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengem- bangan obat dan obat tradisional. Sejalan dengan itu, pemerintah pun secara spesifik telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tentang tugas dan fungsi apoteker di apotek, yaitu sebagai tempat pengabdian profesi apoteker yang paling sering berhubungan langsung dengan masyarakat dan tempat pelayanan kefarmasian yang dilakukan secara profesional. Keberadaan ini juga diakui dan tertuang dalam Etika Profesi Apoteker, yaitu, Apoteker akan menyampaikan kebenaran informasi obat yang diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan yang sesuai dan bertanggung jawab secara profesional dan kemanusiaan. Kalau ternyata dalam realisasinya peran apoteker ini belum memenuhi tugas dan fungsinya, hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
IDI ISFI IAI

IKATAN BIDAN INDONESIA PERSATUA PERAWAT NASIONAL Pelayanan kesehatan telah secara spesifik dipisahkan menjadi pelayanan medik (medical care), pelayanan keperawatan (nursing care) dan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yang bertujuan untuk mengobati penyakit, menghilangkan atau mengurangi gejala penyakit, menahan atau memperlambat proses penyakit dan pencegahan penyakit atau gejalanya.

perkembangan pelayanan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care)

Pelayanan kefarmasian semula berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi telah berkembang orientasinya menuju pelayanan yang mengacu kepada pharmaceutical care / asuhan kefarmasian Asuhan Kefarmasian:
pelayanan yang konferhensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien

Tren perkembangan pelayanan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care)


Tahapan Pelayanan obat kepada penderita
diagnosis penyakit, pemilihan, penyiapan obat penyerahan obat kepada penderita Pemberian informasi obat

Pelayanan menunjukkan suatu interaksi antara dokter, farmasis, penderita sendiri dan khusus di rumah sakit melibatkan perawat.

Tujuan pelayanan kefarmasian,


(seperti yang tercantum dalam Kep.Menkes. No. 1197/Menkes/SK/X/2004)

Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. Melaksanakan KIE (komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. Mekalukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evalusai pelayanan. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode. Pelayanan farmasi klinik pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan yang sesuai dengan indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan prilaku apoteker, serta bekerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Sasaran utama pelayanan farmasi klinik adalah untuk mencegah atau mengatasi terjadinya: kesalahgunaan obat (drug misuse), penggunaan obat yang berlebih (drug overuse),

penyalahgunaan obat (drug abuse), dan efek-efek obat yang tidak diinginkan.

Ruang lingkup kegiatan farmasi klinik


a) pengambilan riwayat pengobatan pasien, b) ronde pasien (visite), c) pemilihan sediaan farmasi, d) distribusi dosis unit, e) pemantauan terapi obat, f) komunikasi, informasi dan edukasi pasien, g) pencampuran obat suntik, h) pemantauan kadar obat dalam darag, dan i) nutrisi parenteral.

Aspek Pekerjaan Kefarmasian belum sepenuhnya dikerjakan oleh farmasis


(UU 23 th 1992)

Pengamanan, penyimpanan dan distribusi obat. Penyerahan obat pada pasien Pelayanan informasi obat baik kepada pasien maupun oleh sekan sejawat tenaga kesehatan

Anda mungkin juga menyukai