Anda di halaman 1dari 13

b) Pandangan Imam Shafii - Menyatakan bahawa nyanyian itu adalah makruh dan Adab al-Qada: melalaikan di dalam kitabnya,

- Ia menyamai kebatilan dan sesiapa yang mendengarnya maka dia adalah seorang safih dan penyaksiannya ditolak - Mendengar nyanyian dari wanita yang bukan mahram tidaklah harus dalam apa jua keadaan samada di tempat terdedah atau di tempat tertutup, samada wanita yang merdeka atau hamba - Jika tuan kepada hamba abdi wanita mengumpulkan orang ramai agar mendengar nyanyian abdinya itu, maka dia juga seorang safih dan penyaksiannya ditolak - Memakruhkan penggunaan seruling kerana menurutnya itu adalah perbuatan kaum Zindik untuk memesongkan orang dari mendengar al-Quran

c) -

Pandangan Melarang

Imam mendengar

Malik nyanyian

- Menyatakan bahawa barangsiapa ingin membeli seorang abdi wanita dan diketahuinya wanita tersebut seorang penyanyi, maka janganlah dibeli wanita tersebut

d)

Pandangan

Ibn

Taimiyyah

- Membezakan antara mendengar nyanyian dan muzik yang bermanfaat pada agama dan antara apa yang diberi pengecualian untuk mengelakkan dosa, dan antara pendengaran muqarrabin dan pendengaran orang-orang biasa - Diharuskan mereka mendengar apa yang disyariatkan kepada para hamba Allah iaitu mendengar ayat-ayat Allah : dapat membaiki hati dan menyucikan jiwa

e)

Pandangan

Dr.Yusuf

al-Qaradawi

- Membuktikan mengenai hukum seni muzik yang pada asalnya bersifat harus tetapi boleh berubah kepada hukum-hukum lain berdasarkan beberapa syarat iaitu : Bukan semua lagu itu harus. Isi kandungannya hendaklah bertepatan dengan kesopanan Islam serta ajarannya. Nyanyian-nyanyian yang menyanjung pemerintah yang zalim, taghut

dan fasiq adalah bertentangan dengan ajaran Islam kerana Islam melaknat para pelaku kezaliman dan para pengampunya. Cara persembahannya juga mesti diambilkira. Kadangkala tajuk lagunya tidak menjadi masalah tetapi cara penyampaian penyanyinya itu yang boleh menyebabkan hukumnya haram, syubhah atau makruh. Ini termasuklah cara nyanyian yang memberangsangkan ghairah seks para pendengar melalui tema-tema cinta berahi. Hendaklah nyanyian itu tidak diiringi dengan perkara yang haram seperti meminum arak, mendedahkan aurat atau bercampur diantara lelaki dan perempuan tanpa batas dan had. Seperti perkara-perkara harus yang lain, nyanyian hendaklah tidak dilebih-lebihkan terutama nyanyian yang menyentuh perasaan dan kerinduan yang berlebihan. Sekiranya unsur-unsur yang berlebihan ini tidak dikawal, ianya akan mengabaikan hak akal, rohani dan kehendak seseorang, masyarakat dan agama. Sekiranya terdapat unsur nyanyian yang menaikkan nafsu syahwat, mendorong ke arah kejahatan, menjadi lalai dan leka untuk mengerjakan ibadah maka menjadi kewajipan ke atas pendengar untuk menjauhinya, menutup pintu fitnah tersebut demi memelihara dirinya dan agama.

f)

Fatwa

Sheikh

Mahmud

Shaltut

- Mendengar dan bermain alat muzik adalah sama hukumnya dengan merasa makanan yang lazat, menghidu bau yang harum, melihat pemandangan yang cantik atau mencapai pengetahuan yang tidak diketahui. Semuanya memberi kesan untuk menenangkan fikiran apabila jasmani penat dan memberi kesan dalam memulihkan semula tenaga. - Al-Quran yang mendasari segala peraturan dan perundangan yang begitu sempurna adalah bertujuan untuk menjaga supaya tidak berlaku keterlaluan di pihak yang tidak menggunakan muzik dan pihak yang menggunakan muzik secara berlebihan. Apatah lagi Islam menuntut kepada kesederhanaan. - Fuqaha terdahulu telah membenarkan penggunaan seni muzik apabila mempunyai tujuan yang sesuai seperti muzik iringan ke medan perang, haji, perkahwinan dan hari kebesaran Islam. Mengikut fuqaha Hanafi, muzik yang dilarang ialah sekiranya bercampur dengan majlis yang terdapat arak, penyanyi perempuan yang mengghairahkan, unsur-unsur fasiq, perzinaan dan berhala. - Beliau memberi amaran kepada sesiapa yang berani melarang sesuatu perkara yang tidak jelas dilarang oleh Allah..

SENI DALAM ISLAM


Ketika kita berbicara tentang seni, maka yang terlebih dahulu dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang akan lebih memilih rumah yang indah serta mengenakan pakaian-pakaian yang indah ketimbang semua itu dalam kondisi biasa-biasa saja ataupun buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun akan menyukainya. Allah itu indah dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya. Ibnu Masud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda : Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong seberat atom. Ada orang berkata, Sesungguhnya seseorang senang berpakaian bagus dan bersandal bagus. Nabi bersabda, Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim). Bahkan salah satu mukjizat Al-Quran adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan arab dan bangsa arab pada umumnya merasa kalah berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka menyebutnya sebagai sihir. Dalam membacanya, kita dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda : Hiasilah Al-Quran dengan suaramu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, NasaI, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi) Maka manusia menyukai kesenian sebagai representasi dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara kesenian dengan kehidupan manusia. Namun bagaimanakah dengan fenomena sekarang yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari nyanyian-nyanyian cinta ataupun gambar-gambar seronok yang diklaim sebagai seni oleh sebagian orang semakin marak menjadi konsumsi orang-orang bahkan anak-anak ? Bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal tersebut ? Untuk menjawabnya sebaiknya kita kembalikan kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Bahwa dalam Al-Quran disebutkan : Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu sebagai olok-olokan. Mereka itu memperoleh azab yang menghinakan.(Luqman:6) Jika kata-kata dalam nyanyian itu merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan manusia dari jalan Allah, maka HARAM nyanyian tersebut. Nyanyiannyanyian yang membuat manusia terlena, mengkhayalkan hal-hal yang tidak patut maka kesenian tersebut haram hukumnya. Maka menurut DR. Yusuf Qardhawi, hal-hal yang harus diperhatikan dalam hal nyanyian antara lain:

Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai dengan etika islam dan ajaran-ajarannya. 2. Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat 3. Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti minum khamar, menampakkan aurat, atau pergaulan bebas laki-laki dan perempuan tanpa batas. 4. Nyanyian sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh) harus dibatasi dengan sikap tidak berlebih-lebihan 1. Kesenian Islam adalah kesinambungan daripada kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid yang tinggi kepada Allah s.w.t. kesenian islam memiliki khazanah sejarahnya yang tersendiri dan unik. Kesenian Islam terus berkembang di dalam bentuk dan falsafahnya yang berorientasikan sumber Islam yang menitikberatkan kesejajaran dengan tuntutan tauhid dan syara. Seni adalah sesuatu yang bersifat abstrak, dapat dipandang, didengar dan disentuh oleh jiwa tetapi tidak dapat dinyatakan melalui kata-kata. Al-Farabi menjelaskan bahawa seni sebagai ciptaan yang berbentuk keindahan. Al-Ghazali pula menjelaskan seni dengan maksud kerja yang berkaitan dengan rasa jiwa manusia yang sesuai dengan fitrahnya. Konsep kesenian menurut perspektif Islam ialah membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabadian diri kepada Allah s.w.t. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan beradab. Motif seni bermatlamatkan kebaikan dan berakhlak. Selain itu, seni juga seharusnya lahir sebagai satu proses pendidikan yang bersifat positif dan tidak lari daripada batas-batas syariat. y 2. PENGERTIAN IPTEK Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua jenis, yaitu: Dari luar manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi mereka yang beriman kepada Allah. Ilmu dari wahyu diterima dengan yakin, sifatnya mutlak. - Dari dalam diri manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan filsafat. Ilmu dari manusia diterima dengan kritis, sifatnya nisbi. Ilmu pengetahuan dalam sudut pandang filsafat : segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah y 3. Ilmu pengetahuan dalam Al-Quran : proses pencapaian segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat dan obyeknya sehingga memperoleh kejelasan Teknolgi : salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang berkarakteristik netral dan obyektif y 4. PENGERTIAN SENI Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya serta merupakan ekspresi jiwa seseorang Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi y 5. INTEGRASI IMAN, ILMU, TEKNOLOGI, DAN SENI Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam Di dalam Dienul Islam terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syariah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya y 6. KEUTAMAAN ORANG YANG BERILMU Jika manusia berlaku adil dengan semua yang makhluk hidup di alam ini, maka disini letak kebenaran norma moral yang baik, dimana

manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus juga memberikan manfaat kepada manusia lain Manusia menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia, maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan y 7. TANGGUNGJAWAB MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN Fungsi utama manusia : - Abdun : ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Khalifah : tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah Manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.. Menurut Seyyed Hossein Nasr, seni Islam merupakan hasil dari pengejawantahan Keesaan pada bidang keanekaragaman. Artinya seni Islam sangat terkait dengan karakteristikkarakteristik tertentu dari tempat penerimaan wahyu al-Quran yang dalam hal ini adalah masyarakat Arab. Jika demikian, bisa jadi seni Islam adalah seni yang terungkap melalui ekspresi budaya lokal yang senada dengan tujuan Islam.Sementara itu, bila kita merujuk pada akar makna Islam yang berarti menyelamatkan ataupun menyerahkan diri, maka bisa jadi yang namanya seni Islam adalah ungkapan ekspresi jiwa setiap manusia yang termanifestasikan dalam segala macam bentuknya, baik seni ruang maupun seni suara yang dapat membimbing manusia kejalan atau pada nilai-nilai ajaran Islam. Di sisi lain, dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan bahwa seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi kedalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran (seni suara), penglihatan (seni lukis dan ruang), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari dan drama). Dari difinisi yang kedua ini bisa jadi seni Islam adalah ekspresi jiwa kaum muslim yang terungkap melalui bantuan alat instrumental baik berupa suara maupun ruang. Hal ini juga bisa kita lihat dalam catatan sejarah bahwa dalam perkembangannya baik seni suara maupun ruang termanifestasikan. Dengan definisi demikian, maka setiap perkembangan seni baik pada masa lampau maupun masa kini bisa dikatakan seni Islam asalkan memenuhi kerangka dasar dari difinisi-difinisi di atas. Dengan kata lain, seni bisa kita kategorikan seni Islam bukan terletak pada dimana dan

kapan seni tersebut termanifestasikan, melainkan pada esensi dari ajaran-ajaran Islam yang terejahwantah dalam karya seni tersebut.

B. Perkembangan seni pada masa bani umayyah Perkembangan seni Pada masa Daulah Bani Umayyah , terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur). 1. Seni Bahasa Kemajuan seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani Umayyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang, yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan istilah istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya. Kota Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar pikiran dalam diskusidiskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir penyair-penyair terkenal. 2. Seni Rupa Seni rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir, seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi) sebagai motif ukiran. Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Quran, Hadits Nabi dan rangkuman syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan gedung-gedung.

3. Seni Suara Perkembangan seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting ialah Qiraatul Quran, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang bertema cinta kasih.

4. Seni Bangunan (Arsitektur)

Seni bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama antara lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid Kairuwan, begitu juga seni bangunan yang terdapat pada bentengbenteng pertahanan masa itu. Adapun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan jalan memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah. Para khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama, ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di sediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Pusat penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan agama yang berkembang pada saat itu antara lain ialah, ilmu Qiraat, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lainlain. Ilmu tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang sekaligus juga paman Nabi yang terkenal.

]]]] SENI DALAM PANDANGAN ULAM

ISLAM

Sebelum kita membahas dan mendiskusikan pendapat para fuqah , khususnya para im m madzhab yang empat terlebih dahulu kami kutipkan pendapat mereka tentang seni suara beserta dal ldal lnya, baik dari golongan yang menghar mkan maupun yang membolehkannya.

1. Im m Asy-Syauk n , dalam kitabnya NAIL-UL-AUTH R menyatakan sebagai berikut (Lihat Im m Asy-Syauk n , NAIL-UL-AUTH R, Jilid VIII, hlm. 100-103):
a. Para ulam berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik. Menurut mazhab Jumhur adalah har m, sedangkan mazhab Ahl-ul-Mad nah, Azh-Zh hiriyah dan jam ah S fiyah memperbolehkannya.

b. Ab Mansy r Al-Baghd d (dari mazhab Asy-Sy fi ) menyatakan: "ABDULL H BIN JAFAR berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Dia sendiri pernah menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan (budak) wanita (jaw r ) dengan alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa Am r-ul-Mumin n Al bin Ab Th lib r.a.

c. Im m Al-Haramain di dalam kit bnya AN-NIH YAH menukil dari para ahli sejarah bahwa Abdull h bin Az-Zubair memiliki beberapa j riyah (wanita budak) yang biasa memainkan alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang kepadanya dan melihat gambus tersebut berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar bertanya: "Apa ini wahai shah bat Ras lull h? " Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata: "Oh ini barangkali timbangan buatan negeri Sy m," ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair berkata: "Digunakan untuk menimbang akal manusia."

d. Ar-Ruy n meriwayatkan dari Al-Qaff l bahwa mazhab Maliki membolehkan menyanyi dengan ma zif (alat-alat musik yang berdawai).
e. Ab Al-Fadl bin Th hir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara ahli Mad nah tentang, menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja."

Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya AL-UMDAH mengatakan bahwa para shah bat Ras lull h yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara lain Umar bin Khatt b, Utsm n bin Aff n, Abd-ur-Rahm n bin Auf, Saad bin Ab Waqq s dan lainlain. Sedangkan dari t bi n antara lain Sa d bin Musayyab, Sal m bin Umar, Ibnu Hibb n, Kh rijah bin Zaid, dan lain-lain.
2. Ab Ish k Asy-Syir z dalam kit bnya AL-MUHAZZAB (Lihat Ab Ish k Asy-Syir z , AL-MUHAZZAB, Jilid II, hlm. 237) berpendapat:

a. Dihar mkan menggunakan alat-alat permainan yang membangkitkan hawa nafsu seperti alat musik gambus, tambur (lute), mizah (sejenis piano), drum dan seruling.
b. Boleh memainkan rebana pada pesta perkawinan dan khitanan. Selain dua acara tersebut tidak boleh.

c. Dibolehkan menyanyi untuk merajinkan unta yang sedang berjalan.


3. Al-Al s dalam tafs rnya R H-UL-MA N (Lihat Al-Al s dalam tafs rnya R H-UL-MA N , Jilid XXI, hlm. 67-74).

a. Al-Muh sibi di dalam kit bnya AR-RIS LAH berpendapat bahwa menyanyi itu har m seperti har mnya bangkai.
b. Ath-Thursusi menukil dari kit b ADAB-UL-QADHA bahwa Im m Sy f berpendapat menyannyi itu adalah permainan makr h yang menyerupai pekerjaan b thil (yang tidak benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah orang yang tidak beres pikirannya dan ia tidak boleh menjadi saksi.

c. Al-Manawi mengatakan dalam kit bnya: ASY-SYARH-UL-KAB R bahwa menurut mazhab Sy fi menyanyi adalah makr h tanz h yakni lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat ia tidak khawatir akan terlibat dalam fitnah.
d. Dari mur d-mur d Al-Bagh w ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu har m dikerjakan dan didengar.

e. Ibnu Hajar menukil pendapat Im m Nawaw dan Im m Sy fi yang mengatakan bahwa har mnya (menyanyi dan main musik) hendaklah dapat dimengerti karena h l demikian biasanya disertai dengan minum arak, bergaul dengan wanita, dan semua perkara lain yang membawa kepada maksiat. Adapun nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkut suatu yang berat, nyanyian orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta mereka, nyanyian ibu untuk mendiamkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Im m Awz adalah sunat.
f. Jam ah S fiah berpendapat boleh menyanyi dengan atau tanpa iringan alat-alat musik.

g. Sebagian ulam berpendapat boleh menyanyi dan main alat musik tetapi hanya pada perayaan-perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta pernikahan, khitanan, hari raya dan hari-hari lainnya.
h. Al- Izzu bin Abd-us-Sal m berpendapat, tarian-tarian itu bid ah. Tidak ada laki-laki yang mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas, kecuali bagi wanita. Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang kepada khirat tidak mengapa bahkan sunat dinyanyikan.

i. Im m Balqin berpendapat tari-tarian yang dilakukan di hadapan orang banyak tidak har m dan tidak karena tarian itu hanya merupakan gerakan-gerakan dan belitan serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi s.a.w. kepada orang-orang Habsyah di dalam masjid pada hari raya.
j. Im m Al-Maward berkata: "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyi-bunyian alat-alat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan dosa besar."

4. ABD-UR-RAHM N AL-JAZAR di dalam kitabnya AL-FIQH AL AL-MADZ HIBIL ARBAA (Lihat Abd-ur-Rahm n Al-Jazar , AL-FIQH AL AL-MADZ HIB-IL ARBAA, Jilid II, hlm. 42-44) mengatakan:
a. Ulam - ulam Sy fi iyah seperti yang diterangkan oleh Al-Ghazali di dalam kitab IHYA ULUMIDDIN. Beliau berkata: "Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi, menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari kegembiraan yang memang dibolehkan syara'.

b. Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci mendengarkan nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang telah dilarang oleh syara'.
c. Para ulama Hanfiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah nyanyian yang mengandung kata-kata yang tidak baik (tidak sopan), seperti menyebutkan sifat-sifat jejaka (lelaki bujang dan perempuan dara), atau sifat-sifat wanita yang masih hidup ("menjurus" point, lead in certain direction, etc.). Adapun nyanyian yang memuji keindahan bunga, air terjun, gunung, dan

pemandangan alam lainya maka tidak ada larangan sama sekali. Memang ada orang orang yang menukilkan pendapat dari Imam Abu Hanifah yang mengatakan bahwa ia benci terhadap nyanyian dan tidak suka mendengarkannya. Baginya orang-orang yang mendengarkan nyanyian dianggapnya telah melakukan perbuatan dosa. Di sini harus dipahami bahwa nyanyian yang dimaksud Imam Hanafi adalah nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang dilarang syara'.

d. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat-alat permainan yang digunakan untuk memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk momen seperti itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling dan terompet.
e. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat-alat musik, seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya. Adapun tentang nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh. Bahkan sunat melagukannya ketika membacakan ayat-ayat Al-Quran asal tidak sampai mengubah aturan-aturan bacaannya. ooDi era globalisasi ini, perkembangan ilmu dan teknologi sangat cepat. Sejumlah penemuan dan inovasi memberikan kontribusi yang tinggi munculnya produk-produk baru yang membudahkan pekerjaan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan kebanyakan para ilmuwan yang muncul berasal dari negeri barat yang rata-rata bukan berasal dari kaum musalimin. Lantas dimanakah para ilmuwan muslimin itu? Bukankah dalam islam disebutkan bahwa tiap muslim itu diwajibkan menuntut ilmu?Apakah kaum muslimin kini menyadari bahwa kita sedang mengalami apa yang dimaksud engan Ghozwul Fikri (Perang pemikiran)? Definisi Ilmu dan Ilmu Pengetahuan

Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur. Sedangkan ilmu itu sendiri (yang berasal dari kata science) adalah rangkaian keterangan tentang sesuatu yang berasal dari pengamatan gejala-gejala alamiah (fenomena) melalui studi dan pengalaman yang disusun dalam sebuah sistem untuk menentukan hakekat dari yang dimaksud. Dari pengertian ini terlihat bahwa rasio lebih dominan. Menurut pemikiran manusia secara umum, hakekat ilmu adalah hubungan antara subyek terhadap obyek (timbale balik) menurut suatu idea (cita-cita). Selain definisi tersebut, masih banyak definisi lain tentang ilmu dan ilmu pengetahuan dari para ahli, tetapi bagaimana halnya menurut Al-Quran? Pada Al-Baqarah:31 secara fungsional berlaku pada kita bahwa ilmu yang pertama adalah wahyu Allah. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-

benda

itu

jika

kamu

memang

orang-orang

yang

benar!

Dan juga dijelaskan dalam surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2 bahwa AlQuran adalah suatu ilmu.(Tuhan ) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran.. Dan yang dimaksud ilmu dalam Al-Quran adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah.yang diberikan kepada manusia baik melalui rasu-Nya ataupun langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagi ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastian-Nya. Al -Quran sebagai sumber dari segala Ilmu Pengetahuan

Terkadang manusia tidak menyadari bahwa jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang muncul dalam pemikiran mereka akan alam beserta isinya terdapat dalam Al-Quran. Namun bukannya justru kembali ke Al-Quran, malah mencari sumber dari berbagai buku, internet dan sebagainya. Padahal jawaban dari masalah pengetahuan itu secara tersurat/tersirat terdapat dalam Al-Quran. Mulai dari hal yang kecil, seperti Metodologi Penelitian. Islam memandang bahwa dalam menyususn penelitian, seorang peneliti harus dapat memandang permasalahan secra jujur an melepaskan subyektifnya, baik subyektif dalam hal perasaan ataupun lingkungannya. Dalam AlMaidah ayat 27-31 disebutkan bahwa seorang anak Adam yang mengambil kesimpulan berdasarkan subyektifnya, akan berakibat melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap saudaranya. Akibat dari tindak-tanduknya yang tidak mampu menyelesaikan permasalahan secara tuntas, membuatnya bingung sendiri. Selain itu, ayat ini menjelaskan bahwa manusia banyak pula mengambil pelajaran dari alam dan jangan segansegan mengambil pelajaran dari yang lebih rendah tingkatan pengetahuannya. Berikut Yunus:101, Katakanlah:Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfat tanda kekuasaan Allah dan asul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman Thaahaa:114 Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Quran sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katkanlah:Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku Ilmu Pengetahuan ini beberapa potongan ayat tentang teknologi

Al-Mulk:3-4 Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali padamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah. Al-Alaq:1-5 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ijtihad Beberapa kasus/masalah ilmu pengetahuan yang tidak terjawab oleh AlQuran secara gamblang (disebabkan kondisi yag berbeda), dapat dicarikan jawaban/solusi dengan ijtihad, yaitu: bersungguh-sunguh /kesungguhan dalam rangka memahami hidayah yang diberikan oleh Allah.Menurut Mahmud Syaltout, salah satu wawasa yang menjadi focus dalam kegiatan ijtihad adalah bagaimana usaha untuk memahami makna Al-Quran dan Al-Hadis sehinga kesimpulannya menjadi jelas.

Ghozwul

Fikri-perang

pemikiran

Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sedemikian cepat, membuat manusia terlena. Disadari atau tidak secara tidak langsung, para kaum Nasrani dan Yahudi mengubah pola perang mereka, dari fisik menjadi pemikiran. Melalui teknologi, saluran komunikasi, informasi perang itu terjadi. Lihat saja berbagai situs di internet yang terkadang kita tidak diketahui sumbernya beanr/tidak, menjadi saluran/strategi perang pemikiran yang efektif. Lihat saja kenyataannya, tidak sedikit situs-situs jaringan seperti Friendster, dsb menjadi rutinitas dan hal yang utama bagi tiap remaja untuk mencari teman, dsb. Dan bila kita tidak cerdik mengikapi perkembangan teknologi dan informasi ini, kita bisa terseret bahkan menjadi budak teknologi. Dan tidak sedikit terjadi waktu sholat/ibadah terbuang karena ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bila manusia telah jauh dari Iman, dari islam dan Tuhannya, ilmu yang ia miliki tidak akan memberi manfaat, malah dapat menjadi penghambat atau menimbulkan kerusakan.

Oleh sebab itu sebagai insan cendikia yang bernafaskan islam, sudah selayaknya dalam menuntut ilmu dan mengikuti perkembangan teknologi, hendaknya juga dilandasi oleh iman, dan secara cerdik memanfaatkan saluran informasi dan teknologi itu untuk menghadapi perlawanan terselubung kaum Nasrani dan Yahudi. Sudah seharusnya kaum muslimin mengendalikan teknologi untuk kebaikan bukan menjadi budak teknologi sehingga dapat menghadapi Ghozwul Fikri. Al-Maaidah:75, Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-anda kekuasaan (kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu) Al-Hajj:46 Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar?Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. Ar-ruum:50 Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati.Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (berkuasa menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu

Anda mungkin juga menyukai