Anda di halaman 1dari 15

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012 BAB 1 : PENDAHULUAN

Perkembangan anti virus baik sebagai pencegahan maupun terapi belum dapat mencapai hasil yang diingin. Hal ini karena, obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak sel-sel hospes dimana virus berada. Sejumlah obat anti virus sudah banyak dikembangkan tetapi hasilnya belum memadai karena toksisitasnya sangat tinggi. Namun, dalam bidang ilmu penyakit mata, terdapat beberapa jenis obat antivirus yang sering digunakan yaitu seperti Idoxuridine, Vidarabin, Axyclovir dan lain lain. Obat-obat ini berkerja seleksi terhadap jenis-jenis virus DNA maupun RNA. Obat anti virus mata dikemas khusus dan selamanya bertanda obat mata. Hal ini disebabkan obat mata biasanya berkonsentrasi rendah disbanding obat luar lainnya. Terdapat berbagai jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mata, antara lain : HSV, VZV, adenovirus, picornavirus, dan virus molluscum contagiosum . Klasifikasi Virus DNA Penyebab Infeksi pada Mata

Karakteristik ds DNA Berselubung

Virus

Virus Mata

Penyebab

Infeksi

Poxvirus Iridovirus Herpesvirus

Variola, vaccinia, molluscum

virus

Tidak berselubung

Adenovirus Papovavirus Hepadnavirus

Virus Herpes Simplex, CMV, VZV, EBV, HHV-6 Human Adenoma Virus HPV

ssDNA Tidak berselubung

Parvovirus

1|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012

Klasifikasi Virus RNA Penyebab Infeksi pada Mata

Karakteristik

Virus

Virus Penyebab Mata Pada hewan

Infeksi

dsRNA Tidak berselubung Reovirus ssRNA Berselubung, tidak ada step DNA Genom positif Togavirus Picornavirus coronavirus Paramyxovirus

Genom negatif

Arbovirus Grup A dan B Poliovirus, Virus Coxsackie, enterovirus 70, Rhinovirus Pada hewan Mumps, virus measles , virus Newcastle disease Virus Rabies Virus Influenza HIV

Rhabdovirus Orthomyxovirus Berselubung, DNA step Retrovirus

BAB 2 : INFEKSI VIRUS PADA MATA 2|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012

Patogenesis Infeksi Virus Interaksi antara virus dan sel inang dapat mengakibatkan 3 tipe reaksi infeksi, yaitu : 1. Infeksi litik - replikasi virus akan berakibat kematian pada sel inang 2. Infeksi laten - replikasi virus mengkibatkan menetapnya DNA virus di dalam sel, baik sebagai elemen ekstrakromosomal, maupun berintegrasi dengan genom sel inang 3. Infeksi persisten - virus akan menetap dalam jangka waktu yang lama dalam bentuk nonreplikatif. Infeksi laten dapat tereaktivasi dengan terjadinya replikasi virus dengan kematian atau transformasi sel inang

5 mekanisme bagaimana virus dapat menyebabkan terjadinya penyakit yaitu : 1. Lisis sel secara langsung Misalnya terjadi pada infeksi oleh HSV : menyebabkan lisis secara langsung pada berbagai tipe sel atau, menginduksi destruksi sel tertentu seperti sel Muller atau epitel pigmen retina. 2. Transformasi sel Misalnya terjadi pada transformasi sel B yang diinduksi EBV, atau transformasi sel T yang diinduksi infeksi HTLV. 3. Perubahan pada fungsi selular Virus dapat menghilangkan fungsi sel, tanpa menyebabkan kematian pada sel tersebut. 4. Imunopatologi Imunopatologi merupakan akibat yang sering terjadi pada infeksi virus. Produksi antibodi, formasi kompleks antigen-antibodi, induksi sel T sitotoksik, sel NK, dapat berakibat kerusakan pada sel inang. 5. Autoimunitas.

3|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012

Siklus replikasi virus herpes simpleks

Infeksi virus pada mata dapat dibagikan kepada 2 yaitu disebabkan oleh virus DNA atau pun virus RNA. Virus DNA terdiri dari Herpes virus, Adenovirus, Poxvirus dll. Manakala, infeksi mata yang disebabkan oleh virus RNA jarang terjadi. Enterovirus, Mumps termasuk didalam RNA virus. DNA Virus 1. Herpes virus a. Virus Herpes simplex (HSV) Infeksi virus herpes simpleks sangat sering terjadi pada manusia, dan merupakan penyebab kebutaan karena infeksi kornea yang

tertinggi pada negara maju. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi, dan neonatus yang lahir pervaginam dari ibu dengan infeksi genital. Manifestasi pada mata, dapat terjadi pada infeksi primer maupun rekuren.

4|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


Infeksi primer HSV merupakan pertama kalinya penderita terinfeksi oleh virus. Biasanya terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, serta cenderung subklinis sehingga seringkali tidak terdiagnosis. Bermanifestasi secara tipikal sebagai blefarokonjungtivitis, maupun keratokonjungtivitis akut. Inflamasi pada konjungtiva bersifat folikular dan disertai

limfadenopati pada preaurikular. Infeksi HSV okular rekuren paling sering disebabkan oleh HSV-1, dan jarang oleh HSV-2. Infeksi HSV rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus laten pada ganglion sensorik, yang dapat dicetuskan oleh faktor-faktor ,antara lain : demam, perubahan hormonal, paparan sinar ultraviolet, stres psikologis, dan trauma pada mata. Selanjutnya terjadi transpor virus ke ujung serabut saraf sensorik, dan akhirnya timbul manifestasi pada permukaan okular.

Siklus hidup virus herpes simpleks (a) Infeksi primer; (b) Fase laten; (c) Reinfeksi sel epitel yang menyebabkan lesi rekuren. Sumber: Lachman

5|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


b. Virus Varicella-zoster (VZV) Merupakan human -herpesvirus yang menyebabkan dua

penyakit : varicella dan zoster. VZV mengalami fase laten dan dapat tereaktivasi dalam keadaan imunosupresi (drug-induced, virus-induced, penuaan). Manifestasi primer sebagai konjungtivitis folikular, dan

terkadang sebagai lesi vesikular pada konjungtiva bulbar dan margo palpebra. c. Virus Epstein-barr (EBV) Virus ini mengalami fase laten pada sel limfosit B dan mukosa traktus respiratorius sepanjang hidup manusia yang terinfeksi. Manifestasi pada mata adalah : dakrioadenitis, konjungtivitis folikuler, keratitis epitelial, iritis akut, dan korioretinitis. 2. Adenovirus Sering ditemui pada Konjungtivitis folikular simpleks yang bersifat self-

limiting, dan sementara, demam Faringokonjungtival (Serotipe 3 atau 7), Keratokonjungtivitis epidemika (serotipe 8, 19, 37 subgrup D) dan Konjungtivitis kronis. 3. Poxvirus Paling sering bermanifestasi pada mata virus Molluscum contagiosum. Lesi molluscum contagiosum pada palpebra dapat menyebabkan konjungtivitis folikular iritatif kronis, dengan keratitis pungtata, panus vaskular pada superior kornea, dan oklusi sikatriks pungtata. RNA virus 1. Enterovirus Acute Hemorrhagic Conjunctivitis (AHC) disebabkan oleh enterovirus tipe 70, coxsackie virus varian A24, dan adenovirus tipe 11. 2. Mumps Infeksi yang dapat terjadi adalah parotitis bilateral. Manifestasi okularnya yang paling sering berupa dakrioadenitis. Keratitis pungtata superfisialis atau keratitis stromal dapat terjadi.

6|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012 BAB 3 : MEKANISME KERJA ANTIVIRUS

Setiap obat antivirus akan dimetabolisme menjadi metabolit masing-masing. Seterusnya, metabolit tersebut akan bekerja pada tempatnya tersendiri. Kebanyakan obat antivirus akan bekerja menghambat DNA polymerase. Berikut merupakan mekanisme kerja obat antivirus.

SENYAWA Asiklovir

MEKANISME KERJA Dimetabolisme menjadi asiklovr trifosfat, yang

menghambat DNA polimerase virus

Valasiklovir

Sama dengan asiklovir

Gansikovir

Dimetabolisme menjadi gansiklovir trifosfat, yang menghambat DNA polimerase virus

Famsiklovir

Dimetabolisme menjadi Famsiklovir trifosfat yang menghambat DNA polimerase virus

Foskarnet

Menghambat

DNA

polimerase

dan

reverse

transcriptase pada tempat ikatan pirofosfat

Ribavirin

Mengganggu mRNA virus

Lamivudin

Hambatan

DNA

polimerase

dan

reverse

transciptase virus

7|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012

Mekanisme kerja obat antivirus

8|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012 BAB 4 : OBAT ANTIVIRUS MATA

1. Sintesis Asam Nukleat - Thymidine kinase substrat a. Idoxuridine ( Herplex ) Sediaan : Larutan oftalmik 0.1%, Salep 0.5% Dosis : 1 tetes setiap jam sepanjang siang hari, dan setiap 2 jam watu malam. Bila ada perbaikan ( ditentukan dengan pemulasan fluorescein), frekuensi penetesan diturunkan secara bertahap. 1 tetes setiap 2 jam pada siang hari dan 1 tetes setiap 4 jam pada malam hari. Salep dapat dipakai 4 hingga 6 kali sehari, atau larutannya untuk siang hari dan salep untuk malam hari. Catatan : Dipakai untuk pengobatan keratitis herpes simplex terutama infeksi epitel dini. Infeksi epitel umumnya membaik dalam beberapa hari. Perngobatan harus dilanjutkan sampai 3 atau 4 hari setelah tampak sembuh. Penggunaannya kini telah berkurang karena IDU telah terbukti tidak efektif dan sangat toksik. Obat ini juga bersifat mutagenik, teratogenik, dan karsinogenik potensial. Merupakan analog thymidine. Efek Samping : Iritasi, nyeri, gatal, peradangan, photofobia, konjungtivitis follicular dengan pembesaran kelenjar preaurikuler, edema kornea, alergi, obstruksi pungtum lakrimal. Kontraindikasi : Hipersensitivitas, ibu yang menyusui, laserasi cornea, penggunaan steroid yang lama.

9|Page

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


2. Sintesis DNA Inhibitor

a. Acyclovir ( Zovirax ) Sediaan : 200, 400 dan 800 mg Catatan : Acyclovir adalah obat antivirus dengan aktivitas penghambatan

terhadap herpes simplex tipe 1 dan 2, virus varicella-zoster, virus Epstein-Barr, dan Cytomegalovirus. Awalnya obat ini mengalami fosforilasi oleh kinase timidin spesifik-virus menjadi asiklovir monofosfat dan kemudian oleh kinase seluler menjadi asiklovir trifosfat, yang menghambat polymerase DNA virus. Jadi , terdapat selektivitas yang tinggi untuk sel-sel yang terinfeksi virus. Toksisitas asiklovir ini rendah. Tersedia preparat oral, yang bisa dipakai untuk pengobatan infeksi herpes zoster mata tertentu. b. Ganciclovir ( Vitrasert ) Sediaan dan Dosis: Implant 4.5 mg, Gel ophthalmic 0.15% (5g). Retinitis CMV - Implant ocular : 1 implant intravitreal dalam masa 5-8 bulan. Keratitis herpetic akut Permulaan 1 tetes pada mata yang terkena 5 kali sehari sehingga ulkus kornea menyembuh. Maintenance 1 tetes pada mata yang terkena untuk 7 hari. Efek Samping : Penglihatan kabur, Irritasi mata, Kehilangan visual acuity, Perdarahan vitreous, Keratitis punctuate, Hiperemia konjungtiva, Uveitis, hifema, Degenerasi macula, Peningkatan tekanan intraocular. Kontraindikasi : Hipersensitiviti, ibu menyusui.

10 | P a g e

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


Farmakologi : Mekanisme Kerja : Menghambat replikasi DNA virus

c. Vidarabine ( Vira-A ) Sediaan dan Dosis : Salep oftalmik 3%. I cm ointment 5 kali sehari, setiap 3 jam. Selama 7 hingga 10 hari. Catatan : Vidarabine efektif terhadap virus herpes simplex, tetapi tidak terhadap virus DNA atau RNA lainnya. Obat ini efetif untuk beberapa pasien yang tidak responsive terhadap Idoxuridine. Vidarabine mengganggu sintesis DNA virus. Metabolit utama adalah arabinosylhypoxanthine ( Ara-Hx ). Obat ini efektif terhadap penyakit epitel kornea herpetic dan efiasianya terbatas pada keratitis stroma atau uveitis. Vidarabine dapat menyebabkan toksisitas selular dan memperlambat regenersi kornea. Toksisitas selular lebih ringan daripada toksisitas idoxuridine. Efek Samping : Rasa terbakar, gatal, peradangan, photofobia, nyeri, lakrimasi, injeksi konjungtiva, Kontraindikasi : Hipersensitivitas, sedang dalam pengobatan Vidarabine topical,

penggunaan kortikosteroid untuk keratitis herpes simplex dan ibu menyusui. Farmakologi : Absorbsi : Hingga ke dalam humor aqueous Metabolisme : Deaminasi di dalam kornea oleh adenosine deaminase menjadi ara-HX

11 | P a g e

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


Toleransi : Lebih baik dari Idoxuridine, namun kurang baik dari Trifluridine Mekanisme Kerja : Vidarabine dan metabolitnya yaitu ara-hypoxanthine (ara-HX) dapat memblokir sintesis virus DNA melalui inhibisi polymerase virus DNA.

d. Trifluridine ( Viroptic ) Sediaan dan Dosis: Larutan 1%. 1 tetes setiap 2 jam ( maksimum total, 9 tetes/ hari ) Catatan : Bekerja dengan menghambat sintesis DNA virus. Lebih larut dibandingkan Idoxuridine maupun Vidarabine dan agaknya lebih efektif untuk penyakit stroma. Efek Samping : Rasa terbakar, edema palpebra, Keratopathy punctuate superficial, Keratopathy epithelial, Edema stroma, Keratitis sicca, Hiperemia, Peningkatan tekanan intraocular, Reaksi hipersensitivitas Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Laktasi walaupun jarang di distribusi ke dalam susu ibu Farmakologi : Absorbsi : Penetrasi kornea dan dapat dikesan dalam cairan humor aqueous; tidak sistemik. Metabolit : 5-carboxy-2-deoxyuridine Mekanisme Kerja : Menghambat replikasi virus; trifluridine menyatu ke dalam DNA virus semasa replikasi yang menyebabkan pembentukan protein yang defek dan peningkatan kadar mutasi. Menghambat

12 | P a g e

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012


thymidylate synthetase secara reversible, sejenis enzim yang diperlukan untuk sintesis DNA.

3. Sintesis Protein Inhibitor

a. Fomivirsen Sediaan dan Dosis: 6.6mg/mL, sol. Injeksi. CMV Retinitis , 330 mcg (0.05 mL) intravitreal injeksi. Efek Samping : Mata buram, katarak, hemoragik konjungtiva, nyeri bola mata,

photofobia, floaters, edema retina, nyeri abdominal, anemia, demam, diare, asthenopia, mual muntah, Kontraindikasi : Hipersensitiviti, ibu menyusui Farmakologi : Mekanisme kerja : Menghalang replikasi Cytomegalovirus pada manusia dengan mengikat pada hasil sekuen komplimentari mRNA yang ditranskrip daripada unit awal transkrip CMV. Pengikatan ini akan menghalang

pembentukan sintesis protein yang merupakan unit penting untuk menghasilkan virus CMV.

13 | P a g e

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012 BAB 5 : PENUTUP

Terdapat berbagai sediaan untuk obat antivirus untuk mata antaranya adalah sediaan larutan tetes, salep, larutan injeksi intravitrial, gel, sebagai implant dan juga terdpat dalam bentuk tablet. Namun, obat antivirus untuk mata adalah dalam konsentrasi yang rendah berbanding obat antivirus lain. Mekanisme kerja obat antivirus adalah dengan menghasilkan metabolit yang akan bekerja pada tempatnya tersendiri. Terdapat berbagai jenis mekanisme kerja oabt antivirus. Kerja obat antivirus melalui sintesis DNA inhibitor adalah yang paling banyak digunakan. Contohnya adalah seperti Acyclovir ( Zovirax ), Ganciclovir ( Vitrasert ), Vidarabine ( Vira-A ) dan Trifluridine ( Viroptic ). Selain itu terdapat juga mekanisme kerja melalui sintesis Asam Nukleat yang menghasilkan Thymidine kinase substrat yaitu Idoxuridine ( Herplex ). Namun obat antivirus ini semakin jarang digunakan karena efek toksisitasnya. Obat antivirus jenis Fomivirsen pula mempunyai mekanisme kerja secara menghalang terbentuknya sintesis protein pada virus cytomegalovirus. Namun, obat anti virus selain menghambat dan membunuh virus, juga merusak sel-sel hospes dimana virus berada. Hal ini memberikan hasil pengobatan dan pencegahan yang kurang maksimal dan yang tidak seperti yang kita inginkan.

14 | P a g e

[ANTI VIRUS MATA ] UKRIDA 2012 BAB 6 : DAFTAR PUSTAKA

1. Prof dr Sidarta Ilyas, SpM. Obat dalam penyakit mata. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke III. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: 2005; 280. 2. Prof dr Sidarta Ilyas, SpM. Obat dalam penyakit mata. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke III. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: 2008; 183. 3. Paul Riordon-Eva, John P. Whitcher. Obat antijamur topical. Obat-obat mata. Oftalmologi umum. Penerbit buku kedonteran. Edisi 17;2002: 71-72. 4. Anti-viral Drugs. Diunduh dari http://reference.medscape.com/drug/.

21 Februari 2012 5. Anti-viral Chemotherapy. Diunduh dari

http://pathmicro.med.sc.edu/lecture/chemo.htm. 21 Februari 2012 6. Vidarabine ophthalmic ointment. Diunduh dari 21

http://www.medicinenet.com/vidarabine-ophthalmic_ointment/article.htm. Februari 2012

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai