Anda di halaman 1dari 12

Umar bin Abdul Aziz

Rabu, 21 Juli 2010 06:03 Fani E-mail Array Cetak Array PDF Cerita tentang kholifah tabi'in Umar bin Abdul Aziz ini penuh dengan perjalanan yang mengesankan. Setiap anda selesai membaca satu lembar kisah hidupnya, maka hati akan tergerak untuk mengetahui lembar berikutnya. Lembar lembar yang semakin kaya akan keindahan makin kedalam semakin menakjubkan. Biodata Ringkas Nama : Abu Jaafar Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam Nama Ibu : Laila binti Asim bin Umar bin Al-Khatab T/Lahir : 61H Umur : 39 tahun Tarikh M/Dunia : 101H Jawatan : Khalifah Ke 6 Bani Umaiyyah Tarikh Lantikan : Safar 99H @ 717M Lama Berkhidmat : 2 tahun 5 bulan

Kelahiran dan Nasabnya Beliau adalah Abu Jafar Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abil ash bin Umayyah bin Abdis Syams bin Abdil Manaf bin Abu Hafs Al Qurasy Al Amawy yang terkenal pula dengan sebutan Amirul Mukminin asy'aju bani Umayyah. Ibunya ialah Laila binti Ashim bin Umar bin Khottob. Beliau adalah seorang kholifah yang sholeh, sering juga di panggil dengan sebutan Abu Hafsh. Di sepakati sebagai Khalifah Rasyidin kelima. Sufyan As Tsauri berkata : "Para khalifah itu ada lima : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan Umar bin Abdul Aziz." (Di riwayatkan oleh Abu Ddaud dalam sunannya). Beliau di lahirkan di Hulwan, nama sebuah daerah di Mesir, ayahnya, Marwan pernah menjadi gubernur di wilayah itu.

Beliau dilahirkan pada tahun ke 61 H yaitu bertepatan dengan terbunuhnya imam Husain bin Ali di Mesir. Ada yang mengatakan beliau di lahirkan pada tahun ke 63 dan ada yang mengatakan pada tahun 69 H. Umar bin Khottob adalah seoarang pemimpin yang sering mengadakan patroli di malam hari untuk melihat keadaan masyarakatnya, inilah tanggung jawab seorang pemimpin yang takut akan adzab Robnya, dan yang mengharapkan pahala dari sisi Robnya. Di suatu malam, beliau bersama Aslam seorang pembantunya mengadakan perjalanan, kemudian beliau beristirahat sambil menyandarkan badannya di salah satu tembok rumah, dari balik tembok itu, tiba-tiba beiau mendengar seorang wanita berkata kepada anaknya, wanita itu mengira tak ada seorangpun yang mendengarkan percakapanya selain ia dan anak perempuannya. Wanita itu berkata : "Wahai anakku bergegaslah engkau untuk mencampur susu murni itu dengan sedikit air. Anakya menjawab : "Wahai Ibu apakah engkau tidak mengetahui bahwa Amirul Mukminin telah melarang yang demikian itu ? Wanita itu berkata lagi : "Wahai anakku bergegaslah engkau untuk mencampurkan air kedalam susu itu, karena Umar tidak akan mengetahuiya. "Wahai ibu Jika Umar tidak mengetahuinya, sesungguhnya Robnya Umar mengetahuinya." Jawab anaknya. Umar terheran-heran setelah mendengar perkataan anak itu dengan kekuatan imannya, padahal ibunya ingin untuk bermaksiat karena fakirnya dan sangat butuhnya kepada harta. Kemudian Umar berkata kepada Aslam dengan suara yang sangat pelan, " Wahai Aslam ingat-ingatlah pintu dan tempat ini ! Pada pagi harinya Umar menyuruh Aslam untuk mancari kabar tentang wanita dan anaknya semalam, setelah Aslam mengetahui perihal anak ibu dan anaknya semalam, kemudian Aslam memberi tahu Umar bahwa wanita itu dari bani Hilal yang hidup dalam keadaan payah dan miskin. Segera Umar mengumpulkan anak laki-lakinya seraya berkata : "Adakah di antara kalian yang sudah siap nikah ? Jika ayah kalian tidak sakit (tua), niscaya ayah kalian akan mendahului kalian untuk mendapatkan anak perempuan ini ! Maka Ashim berkata : "Wahai bapakku .. sesungguhnya aku belum punya istri maka nikahkanlah aku dengannya. Maka Umar berkata : pergilah engkau wahai Ashim, dan nikahilah dia !!! Akhirnya Ashim pergi kepadanya dan menikahinya, dari keduanya ini Allah mengkaruniakan seorang putri yang di beri nama Ummu Ashim. Ummu Ashim tumbuh dan berkembang di suatu rumah yang sangat zuhud, mengutamakan akhirat dari pada kehidupan dunia, dia juga belajar ilmu riwayat hadits dari bapak dan kakeknya. Sehingga Abdul Aziz bin Marwan yang saat itu menjadi Gubernur Mesir suka

kepadanya dan meminangnya. Dari pernikahannya dengan Abdul Aziz bin Marwan ini Ummu Ashim melahirkan 4 orang anak di antaranya ialah Umar bin Abdul Aziz. Pendidikan Beliau telah menghafadz al-Quran sejak masih kecil. Kemudian pergi ke Madinah untuk menimba ilmu pengetahuan. Beliau telah berguru dengan beberapa tokoh terkemuka seperti Imam Malik bin Anas, Sa'id bin Musayyib, Urwah bin Zubair, Abdullah bin Ja'far, Yusuf bin Abdullah dan sebagainya. Kemudian beliau melanjutkan pelajaran dengan beberapa tokoh terkenal di Mesir. Sedangkan orang yang meriwayatkan darinya adalah : Imam Az Zuhri, Muhammad bin Al Munkadir, Yahya bin Sa'ad Al Anshori, Maslamah bin Abdul Malik, Raja' bin Haiwah dan lain sebagainya. Di riwayatkan dari At Tsauri dari Amru bin Maimun dia berkata : bahwasanya para ulama dengan Umar bin Abdul Aziz bagaikan seorang guru dan murid. Para ulama juga begitu akrab dengan beliau, mereka sering mengadakan majlis untuk bermusyawarah, beliau juga sering meminta pendapat dari mereka, menjaga hak-hak orang yang terdholimi, senantiasa menolong orang yang menegakkan keadilan dan kebenaran. Sehingga manusia dan juga para fuqoha' begitu mencintainya karena keadilannya, di antara fuqoha' yang begitu dekat dengan beliau adalah Sulaiman bin Yasar, ibnu Utbah, dan Salim yang terkenal dengan ilmu dan kezuhudannya. Beliau lalu disuruh balik ke Damsyik /Damaskus oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan tatkala bapanya meninggal dunia dan dinikahkan dengan puteri Khalifah, Fatimah binti Abdul Malik (sepupunya) Sifat Kepribadiannya Beliau merupakan sosok Tabiin yang agung / mulia, berbudi pekerti luhur, pemimpin yang adil, mempunyai keperibadian yang tinggi, disukai banyak orang dan wara yang diwarisi dari kakeknya yaitu Umar bin Al-Khatab. Beliau amat berhati-hati dengan harta, terutama yang ada kaitannya dengan harta rakyat. Diwajahnya terdapat bekas luka karena tendangan seekor binatang. Peristiwa itu terjadi pada saat dia masih kanak kanak. Pada saat ayahnya menghapus darah yang mengalir di mukanya, dia berkata : "Jika kamu adalah orang yang terluka di kepalanya dari kalangan Umayah, maka engkau akan menjadi orang yang bahagia." (Di riwayatkan oleh ibnu Asaakir). Atho bin Abi Rabah berkata : Fathimah istri Umar bin Abdul Aziz berkata kepada kami bahwa dia pernah menemui suaminya saat ia berada di suatu tempat sembahyangnya dengan air matanya yang berlinang memenuhi janggut, dia berkata : Wahai Amirul Mukminin segala sesuatu itu adalah baru adanya. Beliau berkata : Wahai Fathimah, sesungguhnya saya memikul beban Ummat Muhammad dari yang hitam hingga yang merah, dan saya memikirkan persoalan orang-orang yang fakir dan kelaparan, orang-orang yang sakit dan tersia-sia, orang yang tidak sanggup berpakaian

dan orang yang tersisihkan dan orang yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan yang tertawan, orang yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat namun hartanya sedikit dan orang-orang yang serupa dengan itu di seluruh pelosok negri. Saya sadar dan tau bahwa Tuhanku akan menanyakan kelak di hari Kiama. Saya khawatir saat itu saya tidak memiliki alasan buat Tuhanku, maka itulah yang membuat saya menangis. Di riwayatkan pula, beliau adalah seorang yang tawadlu dan merasa iba terhadap orang yang berkedudukan rendah. Di ceritakan dari seorang Zahiid dan ahli ibadah Ziyad bin Maisarah Al Mahzumi. Beliau bercerita : Suatu ketika aku di utus oleh majikanku, Abdulloh bin Ayyasi, dari Madinah menuju Damaskus umtuk menemui Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz karena suatu keperluan. Antara aku dan Umar bin Abdul Aziz pernah berhubungan lama, yaitu saat beliau masih menjadi gubernur di Madinah. Ketika aku masuk, beliau sedang bersama penulisnya. Di muka pintu aku memberi salam : "Assalamu'alaikum." Kemudian beliau menjawab : "Wa'alaikum salam warohmatulloh, wahai Ziyad." Tiba tiba aku merasa bersalah karena tidak memberi salam dengan penghormatan terhadapnya sebagai Amirul Mukminin. Maka aku mengulangi salamku : Assalamu 'alaikum warohmatullohi wabarokatuh, wahai Amirul Mukminin." Beliau berkata : "Wahai Ziyad, kami telah menjawab salammu yang pertama, lalu apa perlunya engakau mengucapkannya dua kali?" Saat itu sekertarisnya sedang membacakan pengaduan pengaduan yang dikirim dari Basrah lewat surat. Beliau berkata : "Wahai Ziyad. Duduklah sampai kesibukanku selesai." Akupun menuruti perintahnya. Lalu sekertarisnya meneruskan membaca laporan, sementara nafas khalifah naik turun karena gelisah mendengar pengaduan pengaduan itu. Ketika sekertarisnya menyelesaikan pekerjaanya dan pergi, Umar berdiri dan menghampiriku. Beliau di sisiku dekat pintu, menaruh tangannya di atas lututku sambil berkata : "Beruntunglah engkau wahai Ziyad. Engkau bisa mengenakan baju taqwamu dan terhindar dari kesibukan kesibukan yang kami tangani saat ini." Kebetulan saat itu akan memakai baju taqwa. Kemudian beliau bertanya tentang berbagai hal.tentang orang orang shalih Madinah baik pria maupun wanitanya satu persatu, tak ada satupun yang kelewatan, semua beliau tanyakan kepada say. Juga tentang bangunan bangunan yang di buatnya ketika beliau masih menjadi gubernur di Madinah. Aku menjawab semuanya dengan baik. Setelah itu kulihat beliau menghela nafas panjang lalu berkata : "Wahai Ziyad, tidakkah engkau lihat bagaimana keadaan Umar sekarang?" Saya berkata : "Saya mengharapkan pahala dan kebaikan bagi anda." Beliau menjawab : "Alangkah jauh lalu beliau menangis sampai aku merasa iba melihatnya. Lalu aku berkata : "Wahai Amirul Mukminin. Tenangkanlah hati anda, saya mengharapkan kebaikan bagi anda." Beliau menjawab : "Alangkah jauhnya diriku dari yang and harapkan. Telah datang kewenanganku untuk memaki, namun tak boleh ada yang memakiku, ada kewenangan aku untuk memukul orang namun orang lain tak boleh memukulku, aku boleh menyakiti manusia

sedngkan tak satupun yang berani menyakitiku." Beliau menangis lagi sampai aku tak tahan mekihatnya karena iba dan terharu. Aku berada di tempat Khalifah selama tiga hari hingga semua urusan yang diamantkan oleh majikanku beres. Ketika aku hendak pulang, Khalifah menitipkan surat untuk mejikanku, meminta agar majikanku mau menjual diriku kepada Amirul Mukminin. Kemudian dari bawah bantalnya, Amirul mukminin mengambil uang sebesar 20 dinar lalu di berikan kepadaku: "Pakailah untuk meringankan kehidupanmu. Seandainya engkau punya hak atas sebagian fai', niscaya akan aku berikan untukmu." Mulanya aku menolak pemberian itu, tetapi beliau mendesaknya : "Terimalah, ini bukan dari harta kaum Muslimin atau kas negara, ini adalah uang pribadiku." Aku tetap menolak dan beliau terus mendesaknya hingga akhirnya aku menerimanya. Kemudian saya memohon diri untuk pulang. Sesampainya aku di Madinah, ku serahkan surat pribadi Amirul Mukminin kepada tuanku. Setelah di baca, dia berkata : "Dia ingin aku menjualmu kepadanya semata-mata untuk memerdekakan dirimu. Maka, mengapa bukan aku saja yang menjadi seperti dia dan membebaskanmu?" lalu aku di merdekakan oleh tuanku. Di riwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz memiliki dua lilin di rumahnya, yang satu digunakan untuk urusan negara dan satu lagi untuk kegunaan keluarga sendiri. Maka apabila beliau bekerja unutk urusan ummat, beliau menggunakan lentera / lilin milik negara. Dan apabila telah usai bekerja, beliau menggantinya dengan lentera / lilin miliknya. Sebagai seorang yang zuhud, kehidupannya semasa menjadi Gubernur Madinah dan Khalifah adalah sama seperti kehidupannya semasa menjadi rakyat biasa. Justru beliau lebih zuhud dan sangat berhati hati dalam menggunakan uang negara. Harta yang ada termasuk barang perhiasan isterinya diserahkan kepada Baitulmal dan segala perbelanjaan negara, beliau sangat berhati hati dengan harta tersebut dengan alasan bahwa itu semua adalah harta rakyat. Ini terbukti bahwa beliau dengan tegasnya menegur dan memecat pegawai yang boros. Furat bin as Saib berkata : Umar bin Abdul Aziz berkata kepada istrinya Fathimah binti Abdul Malik pada saat itu istrinya memiliki perhiasaan berupa mutiara yang sangat indah Pilihlah olehmu, kamu kembalikan harta perhiasaan ini ke Baitulmal atau kau izinkan saya meninggalkanmu untuk selamanya ? Sebab saya sangat benci jika saya, kamu dan perhiasan ini dalam satu rumah. Istrinya menjawab : Saya memilih kamu daripada mutiara ini, bahkan jika lebih dari itupun saya tetap memilih kamu. Kemudian dia memerintahkan salah seorang untuk membawa perhiasan istrinya itu ke Baitulmal. Saat Umar bin Abdul Aziz meninggal dan Yazid bin Abdul Malik menggantikannya, dia berkata kepada Fathimah : Jika kau mau, saya akan ambil perhiasan-perhiasanmu itu kembali. Fathimah berkata : Tidak,,, tidak mungkin itu saya lakukan. Bagaimana mungkin itu saya menyatakan rela pada saat dia masih hidup, namun saya manarik kerelaanku di saat dia sudah meninggal ?

Pada suatu hari beliau berkhutbah yang mana diantara isinya adalah sebagai berikut ; Setiap musafir mesti melengkapi berbekalannya. Oleh karena itu, siapkanlah taqwa dalam perjalanan kalian dari dunia menuju akhirat. Pastikan diri kalian untuk mendapatkan pahala atau siksa, senang atau susah. Jangan biarkan masa berlalu sehingga hatimu menjadi keras dan musuh mengoda kalian. Sebaiknya kalian menganggap bahwa hidup pada petang hari tidak akan sampai ke pagi hari dan hidup pada pagi hari tidak akan sampai ke petang hari. Memang tidak jarang terjadi kematian ditengah-tengahnya Saudara-saudara dapat menyaksikan sendiri bahwa banyak di antara manusia yang tertipu dengan dunia, padahal orang yang layak bergembira tidak lain kecuali orang yang selamat daripada siksaan Allah SWT dan orang yang selamat dari tragedi hari qiamat. Sementara orang yang tidak mau mengobati yang sudah luka, kemudian datang lagi penyakit lain, bagaimana mungkin dapat bergembira ? Saya berlindung kepada Allah SWT daripada perbuatan yang tidak aku pegangi dan amalkan sendiri. Seandainya begitu, alangkah rugi dan tercelanya aku. Dan jelaslah tempatku nanti pada hari yang jelas kelihatan siapa yang kaya dan siapa yang miskin. Di sana nanti akan diadakan timbangan amal serta manusia akan diserahi tanggungjawab yang berat. Seandainya tugas itu dipikul oleh binatang-binatang nescaya ia akan hancur, jika dipikul oleh gunung nescaya ia akan runtuh, kalau dipikul oleh bumi nescaya bumi akan retak. Saudara-saudara, ketahuilah bahwa di sana tidak ada tempat kecuali Syurga dan Neraka, dan sesungguhnya kalian akan memasuki Syurga ataukah Neraka. Ada seorang lelaki yang mengirim surat kepada rakannya yang isinya : Sesungguhnya dunia ini adalah tempat bermimpi dan akhirat barulah terjaga Jarak pemisah antara keduanya adalah mati. Jadi, kita sekarang sedang bermimpi yang panjang Terdapat banyak riwayat dan atsar para sahabat yang menceritakan tentang keluruhan budinya. Di antaranya ialah : 1. At-Tirmizi meriwayatkan bahawa Umar Al-Khatab telah berkata : Dari anakku (zuriatku) akan lahir seorang lelaki yang menyerupainya dari segi keberaniannya dan akan memenuhkan dunia dengan keadilan 2. Dari Zaid bin Aslam bahawa Anas bin Malik telah berkata : Aku tidak pernah menjadi makmum di belakang imam selepas wafatnya Rasulullah SAW yang mana solat imam tersebut menyamai solat Rasulullah SAW melainkan daripada Umar bin Abdul Aziz dan beliau pada masa itu adalah Gubernur Madinah 3. Qais bin Jabir berkata : Perbandingan Umar bin Abdul Aziz di sisi Bani Ummaiyyah seperti orang yang beriman di kalangan keluarga Firaun 4. Hassan al-Qishab telah berkata :Aku melihat serigala diternak bersama dengan sekumpulan kambing di zaman Khalifah Umar Ibnu Abdul Aziz Musa bin Ayun berkata: kami pernah menggembalakan domba-domba ini di Karman pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, saat itulah antara domba dan srigala berada di satu tempat. Pada suatu malam kami mendapatkan seekor srigala telah memangsa seekor domba, maka saya katakan : Pasti lelaki sholeh itu telah meninggal !. lalu

mereka mengaitkan kejadian itu dengan hari kematian Umar bin Abdul Aziz yang ternyata dia memang meninggal di malam saat srigala mulai memangsa domba. Hal yang serupa juga pernah di katakan oleh Jisr bin Khottob : Saya melihat srigala dan kambing hidup damai di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu saya katakan : Subhanallah ! srigala sama sekali tidak berbahaya berada di tengah-tengah kambing? Penggembala itu kemudian berkomentar : Jika kepalanya baik, maka semua jasadnya pun tidak akan menderita sakit apa-apa. 5. Umar bin Asid telah berkata :Demi Allah, Umar Ibnu Aziz tidak meninggal dunia sehingga datang seorang lelaki dengan harta yang bertimbun dan lelaki tersebut berkata kepada orang banyak :Ambillah hartaku ini sebanyak yang kamu mau. Tetapi tiada yang mau menerimanya (kerana semua sudah kaya) dan sesungguhnya Umar telah menjadikan rakyatnya kaya-raya 6. Atha telah berkata : Umar Abdul Aziz mengumpulkan para fuqaha setiap malam. Mereka saling mengingatkan di antara satu sama yang lain tentang kematian dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab Allah seolah-olah ada jenazah di antara mereka. Umar Ibnu Abdul Aziz Sebagai Khalifah Tatkala Sulaiman bin Abdul Malik yakin ajalnya sudah dekat, dia berkata kepada Raja' bin Haiwah : "Tidak ada lagi setelah kematian anakku Ayyub, orang yang pantas menjadi khalifah penggantku." Karena pada saat itu anaknya masih kecil. Setelah mengetahui kepribadian Umar bin Abdul Aziz, Raja' memujinya dan menceritakan perihal kepribadian Umar kepada Sulaiman, Lalu Raja' memberikan saran kepada Sulaiman bin Abdul Malik untuk memilih Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah. Akan tetapi Sulaiman masih ragu-ragu jika bani Umayah tidak mau menerimanya. Tetapi setelah di beri penjelasan oleh Raja' bin Haiwah, yaitu dengan memilih Umar bin Abdul Aziz kemudian setelah itu di gantikan lagi oleh anaknya dari keturunan bani Umayyah. Maka setelah Sulaiman menetapkan apa yang di usulkan Raja', lalu beliau menyuruhnya untuk menulis perjanjian tersebut dan membaiat orang yang ada dalam wasiat itu yang tidak lain adalah Umar bin Abdul Aziz. Selang beberapa saat Sulaiman menghembuskan nafasnya yang terakhir dan di baiatlah Umar bin Abdul Aziz tanpa sepengetahuan bani Umayyah sebelumnya atas dasar wasiat dari khalifah Sulaiman bin Abdul Malik. Setelah pembaitan tersebut, Umar bin Abdul Aziz ikut mengurusi jenazah khalifah sampai pemguburannya, belum lagi Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz membersihkan tangannya dari mengebumikan jenazah khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik, tibatiba beliau mendengar gemuruh tanah di sekitarnya, lalu beliau berkata : "Ada apa ini ?" Mereka menjawab : Ini adalah kendaraan-kendaraan khalifah wahai Amirul Mukminim, telah di persiapkan agar anda sudi untuk menaikinya. Beliau memandang dengan sebelah matanya dan berkata dengan terputus-putus karena lelahnya dan rasa kantuknya setelah semalaman bergadang : "Apa urusanku dengan kendaraan ini ? Jauhkanlah ia dariku, semoga Allah memberkahi kalian. Dekatkan saja bighol milikku, karena itu sudah cukup bagiku. Belum sempat beliau meluruskan posisi punggungnya di atas bighol tersebut, tiba-tiba datanglah kepala prajurit yang berjalan mengawal di depan beliau beserta beberapa pasukan

yang berjalan berbaris di kanan dan kiri beliau, sedang di tanganmereka tergenggam tombak yang berkilau. Khalifah berkata kepada kepala prajurit tersebut : "Aku tidak membutuhkan anda dan juga mereka, Aku hanyalah orang biasa dari kaum muslimin, berjalan sebagaimana mereka berjalan. Sehingga beliau pun berjalan dan orang-orangpun berjalan hingga sampai ke masjid, lalu di kumandangkanlah adzan serta seruan : "Shalat jama'ah shalat jama'ah lalu manusia memenuhi setiap sisi di dalam masjid. Setelah manusia berkumpul, Umar bin Abdul Aziz naik mimbar dan berkhotbah. Beliau memuji Allah dan menyanjungNya lalu mengucapkan shalawat atas Nabi kemudian berkata : "Wahai manusia sesunguhnya aku telah mendapat musibah dalam urusan ini (yakmi diangkatnya beliau menjadi khalifah), tanpa pertimbangan dariku, tanpa aku memintanya, tanpa bermusyawarah di antara kaum muslimin, maka aku lepaskan baiat yang melilit di leher kalian dariku lalu silahkan kalian memilih pemimpin lagi yang kalia ridlai Maka manusia berteriak dengan satu suara : "Kami memilih anda wahai amirul mukminin dan kami ridlo kepda anda.kami serahkan urusan kami dengan harapan keberuntungan dan keberkahan." Ketika beliau melihat suara-suara mulai tenang dan hatipun mulai tertata belaiu bertahmid kepada Allah untuk sekian kalinya dan mengucapkan shalawat atas Nabi Muhammad sebagai hamba dan utusanNya. Selanjutnya beliau turun dari mimbar dan beranjak menuju rumahnya dan masuk kedalam kamarnya. Beliau ingin sekali beristirahat sejenak setelah menguras tenaganya karena banyaknya kesibukan pasca wafatnya khalifah sebelumnya. Akan tetapi belum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah putra beliau yang bernama Abdul Malik (ketika itu dia berumur 17 tahun), Abdul Malik berkata : "Apa yang ingin anda lakukan wahai amirul mikminin ? Umar bin Abdul Aziz : " Wahai anakku aku ingin memejamkan mata barang sejenak, karena sudah tak ada lagi tenaga yang tersisa ! Abdul Malik : "Apakah anda akan tidur sebelum mengembalikan hak orang-orang yang di dzolimi wahai amirul mukminin? Umar bin Abdul Aziz : "Wahai anakku aku telah bergadang semalaman untuk mengurus pemakaman pamanmu Sulaiman, nanti jika telah datang waktu dhuhur aku akan shalat bersama manusia dan akan aku kembalikan hak orang-orang yang di dzolimi kepada pemiliknya, insya Allah. Abdul Malik : "Siapa yang bisa menjamin bahwa anda masih hidup hingga datang waktu dzuhur wahai amirul mukminin ? Kata kata ini telah menggugah semangat Umar, hilanglah rasa kantuknya, kembalilah semua kekuatan dan tekad pada jasadnya yang telah lelah, beliau berkata : "Mendekatlah engkau nak !!! lalu mendekatlah putara beliau kemudian beliau merangkul dan menciaum keningnya sembari berkata : "Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu melaksanakan agamaku." Kemudian beliau bangun dan memerintahkan untuk menyeru kepada manusia : "Barang siapa

yang merasa di dzalimi hendaklah segera melapor." Umar bin Abdul Aziz memilki 15 anak, tiga di antaranya adalah wanita. Mereka semua memiliki prestasi dalam hal takwa dan tingkat keshalihan. Akan tetapi Abdul Malik bagaikan inti kalung di antara saudara-saudaranya, atau seperti bintang di tenah-tengah mereka. Dia adalah seorang yang sopan, mahir dan cerdas. Walaupun umurnya masih muda namun akalnya begitu dewasa. Dia pulalah yang memberikan motivasi kepada ayahnya hingga menjadi seorang yang ahli ibadah dan diapulalah yang membibing ayahnya menempuh jalan zuhud. Beliau dilantik menjadi Khalifah setelah kematian sepupunya, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik atas wasiat khalifah tersebut. Beliau di baiat sebagai khalifah pada bulan shafar tahun 99 H, Setelah mengambil alih tampuk pemerintahan, beliau melakukan perubahan perubahan dalam pemerintahan. Di antara perubahan awal yang dilakukannya ialah : Mengambil kembali harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke Baitulmal. Dari Mughirah dia berkata : Saat Umar di angkat menjadi Khalifah, dia mengumpulkan bani Marwan kemudian beliau berkata kepada meraka : Sesungguhnya Rasulullah mempunyai tanah fadak dan dari tanah itu beliau memberikan nafkah kepada keluarga bani Hasyim, dan dari tanah itu pula mengawinkan gadis-gadis di kalangan mereka. Suatu saat Fathimah memintanya untuk mengambil sebagian dari hasil tanah itu, namun Rasulullah menolaknya, demikian pula yang dilakukan Abu Bakar dan Umar. Kemudian harta itu di ambil oleh Marwan dan kini menjadi milik Umar bin Abdul Aziz. Maka saya memandang bahwa satu perkara yang Rasulullah melarangnya untuk Fathimah adalah bukan menjadi hakku. Saya menyatakan kesaksian di hadapan anda sekalian bahwa saya telah mengembalikanya sebagaimana keadaannya pad zaman Rasulullah. Memecat pegawai-pegawai yang menyeleweng, menyalahgunakan kekuasaan dan pegawai yang tidak layak. Inilah yang menyebabkan beliau di racun kemudian beliau meninggal dunia. Selain daripada itu, beliau amat menitik beratkan tentang kebajikan rakyat miskin, di mana beliau juga telah menaikkan gaji buruh sehingga ada yang menyamai gaji pegawai kerajaan. Beliau juga amat menitikberatkan penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara berjamaah dan masjid-masjid dijadikan tempat untuk mempelajari hukum Allah sebegaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para Khulafa Ar-Rasyidin. Beliau juga turut mengarahkan Muhammad bin Abu Bakar Al-Hazni di Mekah agar mengumpulkan dan menyusun hadits-hadits Raulullah SAW. Dalam bidang ilmu pula, beliau telah mengarahkan cendikawan Islam supaya menerjemahkan buku-buku kedokteran dan berbagai bidang ilmu dari bahasa Greek, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya senang dipelajari oleh umat Islam. Dalam mengukuhkan lagi dakwah Islamiyah, beliau telah mengirim 10 orang pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta mengirim beberapa dai kepada raja-raja India, Turki dan Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam. Di samping itu juga beliau telah menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang yang bukan Islam dengan

harapan para manusia banyak yang akan memeluk Islam. Menghilangkan pegawai peribadi bagi Khalifah sebagaimana yang pernah di lakukan oleh Khalifah terdahulu. Hal ini membuat beliau bebas bergaul dengan rakyat jelata tanpa ada penghalang, tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan prajurit yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa. Kisah ini di ceritakan oleh Dukain bin Sa'ad Ad Darimi seorang penyair tersohor, dia berkata : Suatu ketika saya mendatangi Umar bin Abdul Aziz sewaktu masih menjadi Gubernur Madinah, aku di beri hadiah 15 ekor onta pilihan. Setelah berada di tanganku, aku memperhatikannya, aku merasa kagum melihatnya, aku menjadi khawatir membawanya pulang ke desaku seorang diriku, sedamgkan aku merasa sayang untuk menjualnya. Ketika aku masih dalam kebingungan, beberapa kawan datang kepadaku. Mereka hemdak kembali ke perkampunganku di Jajd, maka aku menawarkan diri sebagai kawan perjalanan. Mereka berkata : "Silakan, kami akan berangkat malam ini, bersiap siaplah untuk berangkat bersama kami." Saya segera menjumpai Umar bin Abdul Aziz untuk berpamitan. Saat itu ada dua orang tua yang tak ku kenal di majlisnnya. Tatkala aku hendak beranjak pulang, gubernur Madinah itu menoleh kepadaku lalu berkata : "Wahai Dukain,m sesungguhnya aku memiliki ambisi besar. Bila kau dengar aku lebih jaya dari pada kejayaanku sekarang, datanglah aku akan memberimu hadiah." Aku berkata :"Datangkanlah saksi untuk janji anda itu." Beliau berkata : Alloh adalah saksi yang paliong baik." Aku katakan : "Aku ingin saksi dari makhluq-Nya." Beliau berkata : "Baiklah kedua orang ini menjadi saksinya." Lalu aku menghampiri salah satu dari syaikh tersebut, lalu aku bertanya : "Demi ayah bundak,siapakah nama anda agar saya dapat mengenal anda ? syaikh itu menjawab : "Aku salim bin Abdulloh bin Umar bin Khottob." Aku menoleh kepada Umar bin Abdul Aziz dan berkta : "Saya setuju dan percaya orang ini sebagai saksi." Kemudian aku bertanya kepada syaikh yang satunya : "Siapakah anda? Dia menjawab: "Abu Yahya, pembantu amir." Aku katakan : "saksi ini dari keluarganya, aku setuju." Kemudian aku mohon diri dengan membawa onta onta itu ke kampung halamanku. Alloh memberkahiku sampai aku bisa membeli onta dan budak budak yang lebih banyak. Hari bergulir terasa cepat. Ketika aku berada di gurun Falaj Yamamah, tiba tiba datanglah berita wafatnya Amirul Mukminin Sulaiman bin Abdul Malik. Aku bertanya kepada pembawa berita : "Siapakah Kholifah penggantinya?" Dia menjawab : "Umar bin Abdul Aziz." Demi mendengar berita itu, aku bergegas untuk berangkat menuju Syam. Di Damaskus aku bertemu dengan Jarir yang baru kembali dari tempat kholifah. Aku ucapkan salam kepadanya lalu bertanya : "Dari manakah engkau wahai Abu Hazroh?" Dia menjawab : "Dari Khalifah yang pemurah kepada fakir miskin dan menolak para penyair. Sebaiknya anda pulang saja karena hal itu lebih baik bagi anda." (karena aku adalah penyair).

Aku katakan : "Saya memiliki kepentingan pribadi yang berbeda dengan kepentingan Anda semua." Dia menjawab : "Jika demikian terserah anda." Aku terus menuju ke kediaman khalifah. Ternyata beliau sedang berada di serambi, di kerumuni anak anak yatim, para janda dan orang orang yang teraniaya. Ketika aku merasa tidak bisa menerobos kerumunan itu, akupun mengangkat suara : "Wahai Umar nan bijak dan dermawan." Umar nan syarat pemberian Aku orang Qothn dari suku Darim Menagih hutang saudara yang dermawan." Ketika itu Abu Yahya memperhatikan aku dengan seksama kemudian menoleh kepada Amirul Mukminin dan berkata: "Wahai Amirul Mukminin, saya adalah saksi dari orang dusun ini." Beliau berkata : "Mendekatlah kemari wahai Dukain." Setelah aku berada di hadapannya, beliau berkata lagi : "Ingatkah engkau kata kataku sewaktu berada di Madinah ? bahwa aku punya ambisi besar dan menginginkan hal yang lebih besar dari apa yang sudah aku miliki." Aku katakan : "Benar wahai Amirul Mukminin." "Sekarang Aku telah mendapatkan yang tertinggi di dunia, yaitu kerajaan. Maka hatiku menginginkan seseuatu yang tertinggi di akhirat, yaitu Jannah dan berusaha meraih kejayaan berupa ridla Alloh. Bila raja raja menggunakan kerajaanya sebagai jalan untuk mencapai kebahagian dunia, maka aku menjadikannya jalan untuk mencapai kehormatan di Akhirat. Wahai Dukain, aku tidak pernah menggelapkan harta muslimin walau satu dinar atau satu dirham pun sejak berkuasa di sini. Yang aku miliki tidak lebih dari 1.000 dirham saja. Engkau boleh mengambil separuhnya dan tinggalkanlah yang separuh untukku." Maka aku mengambil apa yang beliau berikan kepadaku. Demi Alloh, belum pernah aku melihat uang yang lebih berkah dari pemberian itu." Tentang Sakit dan Kematiannya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya dan menjadikan keadilan sebagai dasar pemerintahannya. Beliau menginginkan semua rakyatnya berlaku adil, tidak berbangga dengan keturunan dan pangkat supaya keadilan dapat berjalan dengan sempurna. Keadilan yang beliau perjuangkan sebagaimana keadilan di zaman kakeknya, Khalifah Umar Al-Khatab ! yang sudah dinanti-nantikan oleh rakyat yang selalu ditindas oleh pembesar yang angkuh dan zalim sebelumnya.. Ubaid bin Hasan berkata : Pada saat menjelang kematiannya, Umar bin Abdul Aziz berkata : "Keluarlah kalian dari ruangan ini !" Kemudian Maslamah dan Fathimah duduk di depan pintu. Orang-orang yang ada di tempat itu mendengar dia berkata : "Selamat kepada wajah wajah yang datang, bukan wajah manusia dan jin, kemudian beliau membaca firman Allah : Artinya : " Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Qoshosh : 83) Kemudian suara tenang kembali, lalu mereka masuk kembali dan ternyata mereka mendapti khalifah Umar bin Abdul Aziz telah meninggal.

Beliau wafat di Dir Siman di sebuah kota di Himsh, pada tanggal 20 ada pula yang mengatakan tanggal 25 rajab tahun 101 Hijriyah. Pada saat wafatnya beliau berumur 39 tahun lebih 6 bulan. Beliau meninggal akibat racun yang di masukkan kedalam makanannya. Bani Umayyah merasa sesak terhadap tindakannya, karena dia telah menghapuskan keistimewaan-keistimewaan yang mereka miliki, beliau juga tidak pernah memperhatikan makanan yang akan di makan, oleh karena itu Bani Marwan kemudian menaruh racun ke dalam makanannya melalui seorang pelayan. Mujahid berkata : Umar bin Abdul Aziz pernah berkata kepada saya : Apa yang orang-orang katakan tentang saya ? Saya katakan : Orang mengatakan bahwa engkau terkena sihir. Kemudian beliau berkata : Saya sama sekali orang yang kemasukan sihir, sesungguhnya saya tahu saat saya di beri minum. Kemudian beliau memanggil seorang pelayannya dan berkata kepadanya : Celaka kamu ! apa yang mendorongmu hingga kamu memberiku minuman yang beracun ? Pelayan itu kemudian berkata : Saya di beri seribu dinar dan saya di janjikan untuk di bebaskan dari perbudakan ! Umar berkata : Ambil uang itu ! Kemudian pelayanan tadi datang dengan membawa uang tersebut, lalu Umar letakkan uang tadi ke baitul mal dan berkata : Perhilah kamu ke tempat yang sekiranya tidak ada seorangpun yang mengetahui. Beliau akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah memerintah selama 2 tahun 5 bulan 2 tahun 5 bulan satu tempoh yang terlalu pendek bagi sebuah pemerintahan. Tetapi Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah membuktikan segalanya. Dalam tempoh tersebut, kerajaan Umaiyyah semakin kuat, tiada pemberontakan di dalamnya, tidak ada penyelewengan, rakyat mendapatkan pelayanan yang sewajarnya dan menjadi kaya-raya sehingga Baitulmal penuh dengan harta zakat kerena tiada lagi orang yang mau menerima zakat........kebanyakan dari mereka sudah kaya ataupun sekurang-kurangnya mereka dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Semua ini adalah jasa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang sangat masyhur, adil dan wara yang baik sekali menjadi contoh kepada pemerintahan zaman modern ini.hanya 852 hari dapat mengubah sistem pemerintahan ke arah pemerintahan yang diridloi Allah dan menjadi contoh sepanjang zaman. satu rekort yang sukar diikuti oleh orang lain melainkan orang yang benar-benar ikhlas kepada-Nya

Anda mungkin juga menyukai