Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN LANJUT USIA

PENGERTIAN LANJUT USIA * Usia lanjut adalah golongan penduduk atau populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2000). * Usia lanjut adalah masa yang dimulai sekitar usia 60 hingga 65 tahun dan berlanjut hingga akhir kehidupan (Stolte, 2003). * Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN * Hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress. BATASAN LANJUT USIA * Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly age) antara 60 sampai 74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old age) antara 75 tahun sampai 90 tahun. 4. Usia sangat tua, di atas 90 tahun. TIPE LANJUT USIA a. Tipe arif bijaksana * Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. b. Tipe mandiri * Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas * Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayanginya, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik. d. Tipe pasrah * Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap datang terang, mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan. e. Tipe bingung * Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2000). PERUBAHAN PADA PROSES MENUA a. Perubahan fisik 1. Sistem kekebalan atau imunologi, dimana tubuh kita menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi. 2. Basal Metabolic Rate (BMR) pada lansia turun sebesar 20% pada usia 90 tahun dibandingkan usia 30 tahun. 3. Konsumsi energik turun secara nyata dibarengi menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh. 4. Air tubuh turun secara signifikan karena bertambah banyaknya sel-sel mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. 5. Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna makanan serta menyerapnya menjadi lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. 6. Sistem metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Akibat timbunan lemak. 7. Sistem saraf menurun: rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi (refleks) menjadi lambat, fungsi mental menurun, ingatan visual berkurang. 8. Sistem pernapasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru yang mempersulit pernapasan (sesak), tingkat istirahat jantung meningkat dan tekanan darah meningkat. 9. Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos (Hutapea, 2005).

b. Perubahan mental-emosional/jiwa 1. Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi. 2. Sering pelupa/pikun. 3. Emosi mudah berubah, sering marah-marah, mudah tersinggung (Bustan, 2000). c. Perubahan psikososial 1. Pensiun. 2. Merasa sadar akan kematian. 3. Perubahan dalam cara hidup. 4. Ekonomi, akibat pemberhentian dari jabatan. 5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan. 6. Gangguan saraf panca indera. 7. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. 8. Kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family (Nugroho, 2000). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan (akibat keruskan gigi atau ompong). 2. Berkurangnya cita rasa (rasa dan buah). 3. Berkurangnya koordinasi otot-otot saraf. 4. Keadaan fisik yang kurang baik. 5. Faktor ekonomi dan sosial. 6. Faktor penyerapan makanan (daya absorpsi) (Nugroho, 2000). MASALAH GIZI YANG SERING TIMBUL PADA LANSIA a. Gizi berlebih * Gizi berlebih pada lanjut usia banyak terdapat di negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebihan, apalagi pada lanjut usia penggunaan kalori berkurang karena kurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan tersebut sukar untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyempitan pembuluh darah, dan tekanan darah tinggi. b. Gizi kurang * Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan

kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi pada organ-organ tubuh vital. c. Kekurangan vitamin * Bila konsumsi buah dan sayur-sayuran dalam makanan kurang, apabila ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan, akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu dan tidak semangat (Nugroho, 2000). SYARAT MENU SEIMBANG UNTUK LANJUT USIA 1. Mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur. 2. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lanjut usia adalah 50% dari hidrat arang kompleks (sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). 3. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori. 4. Jumlah protein yang baik dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-10% total kalori. 5. Dianjurkan mengandung tinggi serat yang bersumber pada buah, sayur, dan bermacammacam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap. 6. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt dan ikan. 7. Makanan mengandung tinggi zat besi (Fe), seperti kacang-kacangan, hati, daging, bayam, atau sayuran hijau. 8. Membatasi penggunaan garam. 9. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. 10. Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol. 11. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah seperti makanan lembek (Nugroho, 2000). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LANJUT USIA DALAM MENGKONSUMSI SERAT a. Tingkat pendapatan * Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka tingkat konsumsi bahan-bahan hewani seperti daging, ikan, telur semakin meningkat, sedangkan konsumsi bahan makanan yang mengandung serat seperti jagung, sayur, buah cenderung berkurang. Jadi hal itulah yang menyebabkan jumlah konsumsi serat makanan menurun. b. Tingkat pendidikan

* Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pengetahuan tentang serat pangan. c. Motivasi * Motivasi sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin besar motivasi yang didapatkan maka semakin besar pula keinginan seseorang dalam mengkonsumsi kebutuhan akan serat pangan. d. Faktor lingkungan * Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumsi serat seseorang. Penduduk pegunungan dan pedesaan lebih sering mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah bila dibandingkan dengan penduduk kota. e. Petugas kesehatan * Petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat kesehatan sangat berperan dalam jumlah konsumsi serat seseorang. Semakin banyak petugas kesehatan di suatu daerah maka semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang serat pangan di daerah tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika 2. Almatsier, Sunita (2004). Penuntut Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 3. Arief, Irfan (2008). Serat si Pencegah Konstipasi. http://id.wikipedia.org. 4. Diakses: Tanggal 26 Oktober 2008. Jam 11.00 WIB 5. Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya 6. Arisman (2004). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC 7. Beck, Mary (2000). Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica 8. Bustan (2000). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA 9. Corwin, Elizabeth (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC 10. Dianawuri (2009). Arti Defekasi. http://dianawuri.multiply.com/journal. 11. Diakses: Tanggal 22 Januari 2009. Jam 12.49 WIB 12. Guyton, Arthur C. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC 13. Hartono, Andri (1999). Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Jakarta: EGC 14. Hutapea, Ronald (2005). Sehat&Ceria di Usia Senja. Jakarta: PT. Asdi Makasatya 15. Irianto, Djoko P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: ANDI

16. Mansjoer, Arief (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius 17. Minarno, Eko B. (2008). Gizi dan Kesehatan Persfektif Al-Quran dan Sains. Yogyakarta: SUKSES Offset 18. Moore, Mary C. (1997). Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Jakarta: Hipokrates 19. Nri (2004). Mengatasi Konstipasi pada Usia Lanjut. http://www.republika.co.id. 20. Diakses: Tanggal 18 Desember 2008. Jam 10.00 WIB 21. Nugroho, Wahjudi (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC 22. Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 23. Oenzil, Fadil (1995). Ilmu Gizi, Pencernaan, Penyerapan dan Detoksikasi Zat Gizi. Jakarta: Hipokrates 24. Pearce, Evelyn C. (2002). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia 25. Sediaoetama, Achmad D (2000). Buku Ilmu Gizi bagi Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta: DIAN RAKYAT 26. Siregar, Cholina T. (2008). Nutrisi. http://id.wikipedia.org. 27. Diakses: Tanggal 22 Desember 2008. Jam 10.00 WIB 28. Stolte, Karen M. (2003). Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC 29. Tanty (2007). Serat Pangan. http://halalijournal.com. 30. Diakses: Tanggal 20 Oktober 2008. Jam 08.00 WIB 31. Uri (2008). Apa Itu Nutrisi. http://vershescha.blogstik.com. 32. Diakses: Tanggal 22 Desember 2008. Jam 10.30 WIB 33. Tianshi (2008). Gaya Hidup Sehat Sejahtera. Yogyakarta: Amadeus 34. Wilkinson, Judith M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC sumber : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/02/konsep-lanjut-usia.html

Serangkaian kegiatan Lansia di Yogyakarta Penulis: Feri Edi Sunantyo, SKM (Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes Kota Yogyakarta)

Lanjut usia merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan, sehingga Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan perhatian khusus terhadap lansia terutama dalam pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk lanjut usia atau yang berusia 60 tahun ke atas di Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 sebesar 6,13% dan pada tahun 2007 9,2 % dari total jumlah penduduk atau 48.092 jiwa, sedangkan jumlah penduduk pra lansia atau yang berumur 45 tahun sampai dengan 59 tahun pada tahun 2007 adalah 60.472 jiwa. Usia harapan Hidup juga mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 usia harapan hidup untuk laki-laki 66,38 tahun dan untuk perempuan 70,25 tahun sedangkan pada tahun 2007 usia harapan hidup untuk laki-laki 67,1 tahun dan untuk perempuan 71,1 tahun. Sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta terhadap kesejahteraan sosial lansia termasuk bidang kesehatan, melalui Peraturan Walikota Yogyakarta Nomer : 69 tahun 2006 dan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomer : 588 / KEP / 2008 dibentuklah Komisi Kota Lanjut Usia Kota Yogyakarta dan ditetapkannya pengurus komisi kota lanjut usia Kota Yogyakarta untuk periode 2006 s.d 2009. Peraturan Walikota tersebut ditindaklanjuti juga dengan pembentukan Forum Komunikasi Lansia di tingkat kecamatan, Paguyuban Lansia di tingkat kelurahan dan Kelompok Lansia di tingkat RW. Sampai dengan pertengahan Tahun 2008 telah terbentuk 14 Forum Komunikasi Lansia di semua kecamatan, 45 Paguyuban Lansia di semua kelurahan dan 549 kelompok di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kelompok Lansia yang telah mulai berkembang di semua RW di wilayah Kota Yogyakarta, menunjukkan adanya kebutuhan masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap peningkatan kesejahteraan lansia melalui berbagai kegiatan yang ada di masingmasing kelompok lansia. Seperti kegiatan lansia yang ada di wilayah Kecamatan Kraton, dengan wadah Forum Komunikasi Lansia bernama " Ismoyo Wredho Oetomo" dengan Ketua Ibu Hj.Murdokusumo yang dikukuhkan Bulan November 2006 oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Yogyakarta Ibu Diah Suminar, SE, telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk semua lansia di tiga kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Kraton antara lain : Senam massal, kerjasama untuk pemeriksaan kesehatan lansia secara gratis dengan Dhuafa Medical Centre Yogyakarta, Kerjasama dengan Laboratorium CITO untuk pemeriksaan gula darah, Kerjasama dengan pihak Rumah Sakit Panti Rapih dalam

pemeriksaan daya ingat di Paguyuban Lansia Kelurahan Panembahan. Unggulan dari lansia Kecamatan Kraton yang diwadahi juga oleh Forum Komunikasi Lansia adalah seni karawitan dan paduan suara lansia yang pada tahun 2007 meraih penghargaan sebagai juara kedua dalam lomba tingkat Propinsi D.I.Yogyakarta. Selain itu unggulan lainnya adalah adanya kelompok pengrajin batik, baik batik lukis, batik tulis maupun batik cap di tiga kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Kraton. Untuk meningkatkan kegiatan yang ada di kelompok, Pemerintah Kota Yogyakarta menyusun beberapa program termasuk program kesehatan yang antara lain adalah : 1) pembinaan terhadap kelompok lansia. Pembinaan dilakukan bekerjasama dengan Forum Komunikasi Lansia di tingkat kecamatan, dengan tujuan untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan terhadap lansia di kelompok dengan menitikberatkan pada upaya preventif dan promotif. 2) Pemberian bantuan bagi kelompok lansia di tingkat RW sebesar Rp. 233.000.000,- (Dua ratus tiga puluh tiga juta rupiah) yang dibagikan terhadap 466 kelompok lansia. Bantuan dimaksudkan untuk penguatan kelompok dari segi administrasi, sarana dan kegiatan kesehatan di kelompok lansia. 3) Forum komunikasi bagi UKBM lansia yang dimaksudkan untuk koordinasi dalam peningkatan kegiatan lansia di Kota Yogyakarta. 4) Koordinasi dengan Lintas Sektor melalui Komisi Lansia yang ada di Kota Yogyakarta. 5) Advokasi dan sosialisasi kegiatan pembinaan lansia dengan legislatif melalui kunjungan DPRD Kota Yogyakarta di beberapa kelompok lansia dengan tujuan agar diketahui secara pasti kegiatan, permasalahan dan aspirasi yang ada di kelompok. 6) Kerjasama dengan sektor swasta dalam pemyelanggaraan event untuk lansia, seperti gelar lansia untuk senam massal, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan laboratorium bagi lansia di wilayah Kota Yogyakarta.

EFEKTIVITAS PROGRAM PELAYANAN LANSIA

Dikirim oleh muhammad - pada Monday, 11 August 2008

Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia, membawa konsekuensi pada meningkatkannya populasi lansia dari tahun ke tahun, sehingga menimbulkan kebutuhan pelayanan social bagu bagi lansia dalam mengisi hari tuanya dengan sejahtera, khususnya bagi lansia terlantar dan rawan terlantar. Dalam mengantisipasi kebutuhan lansia di masa depan, Departemen Sosial telah membuat program Pelayanan Lansia Berbasis Masyarakat di berbagai daerah, yang sebagian dimulai sejak tahun 1999. Studi Evaluasi Pelayanan Lansia Berbasis Masyarakat ini merupakan hasil evaluasi terhadap implementasi program PLBM di berbagai daerah, dengan mengambil sample enam daerah secara purposive dan pemilihan 320 responden (pengurus-kader Karang Lansia sebanyak 180 orang dan lansia penerima layanan sebanyak 180 orang) secara random. Teknik pengumpulan data utama dilakukan melalui wawancara berstruktur, sedang data penunjang dilakukan melalui observasi dan telaah dokemen. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program telah mampu membentuk PLBM secara efektif, dalam arti masing-masing Karang Lansia di enam wilayah evaluasi secara umum telah mampu menjaga lansia penerima layanan terjaga dari masalah keterlantaran pemenuhan kebutuhan fisik-biologis, mental-psikologis, dan sosial menurut kemampuan masyarakat setempat. Kendala yang dihadapi dalam implementasi PLBM adalah tingkat kemampuan ekonomi masyarakat setempat yang kadang-kadang sulit untuk mengimplementasikan keinginan ideal program dalam melayani lansia, sedang dukungan yang dimiliki adalah nilai adapt budaya masyarakat setempat yang masih memandang lansia di lingkungan sebagai kelompok usia yang harus diperhatikan dan dihormati, serta kebijakan pemerintah setempat yang memasukan masalah pelayanan lansia sebagai salah satu skala prioritas kebijakan pembangunan sosial daerah setempat. Rekomendasi yang diajukan dari studi evaluasi ini adalah perlu dilanjutkannya program PLBM di daera-daerah lain, khususnya yang populasi lansia terlantar dan rawan terlantarnya tinggi, guna menambah jumlah dan memeratakan anggota masyarakat yang memiliki visi-misi benar terhadap lansia di lingkungannya dalam bentuk kegiatan organisasional Karang Lansia berbasis masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai