Anda di halaman 1dari 31

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan adalah berkah hidup yang diberikan oleh Yang Maha Esa. Tanpa kesehatan manusia tidak akan bisa menikmati hidupnya dengan baik sekalipun kaya dan memiliki nominal uang yang tak tak terhitung. Kesehatan memang mahal harganya karena manusia hanya bisa membayar kesehatan dengan cara menjaga dan merawat tubuh mereka dengan baik dan teratur. Dewasa kini semakin banyak masalah kesehatan yang dieluhkan banyak orang, mulai dari yang muda sampai orang tua. Masalah kesehatan ini pada awalnya hanya masalah ringan namun karena tidak teratasi dengan baik dan kurang tepat, masalah kesehatan ini dapat menjadi masalah yang cukup serius. Apalagi jika menyangkut organ-organ tubuh yang vital, seperti halnya indera penglihatan, atau mata. Mata adalah salah satu organ vital manusia karena fungsinya yang utama yaitu untuk penglihatan. Kesehatan mata terkadang diabaikan oleh segelintir orang dan banyak orang menganggap ringan masalah kesehatan mata yang dimilikinya. Padahal jika kesehatan mata diabaikan dapat menimbulkan dampak yang serius pada mata dan syaraf-syaraf yang berada disekitar mata. Banyak orang yang tidak tau bagaimana cara menangani gangguan kesehatan mata yang mereka alami, mereka sering menggunakan obat tetes mata yang mereka miliki di rumah untuk mengatasinya. Cara ini memang berhasil jika gangguan kesehatan mata yang
1

mereka alami adalah gangguan kesehatan mata ringan namun tidak sedikit pula orang yang mendapatkan kesehatan matanya memburuk hingga mengalami kebutaan karena obat tetes mata yang mereka pakai tidak sesuai dengan gangguan mata yang mereka derita. Untuk itu dibutuhkan penelitian terlebih dahulu terhadap obat tetes mata yang akan dipakai terutama kandungan-kandungannya juga cara pemakaian yang baik dan benar agar para penderita mendapatkan kesehatan matanya kembali. Oleh karena itu dirasa untuk mengupas lebih lanjut dalam suatu penelitian tentang Obat Tetes Mata.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apa saja kandungan dari obat tetes mata? 2. Bagaimana proses pembuatan obat tetes mata? 3. Bagaimana cara kerja obat tetes mata? 4. Dimana proses pembuatan obat tetes mata dilakukan? 5. Bagaimana cara pemakaian obat tetes mata yang baik dan benar?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pengamatan ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis kandungan-kandungan yang terdapat pada obat tetes mata. 2. Menganalisis cara kerja obat tetes mata.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengembangan kesehatan mata dan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya. 2. Menjadi masukan informasi bagi konsumen obat tetes mata.

BAB II ISI

A. Definisi Obat Tetes Mata Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan dan menggunakan penetes. Obat tetes mata (guttae ophthalmicae) termasuk guttae untuk obat luar; untuk jenis yang lainnya ada juga tetes telinga (guttae auricularis), tetes hidung (guttae nasales), dan tetes mulut (guttae oris). Yang dimaksud dengan obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah suatu sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk terapi atau pengobatan mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.

Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: - Steril. - Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel. - Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4. Sedangkan pH yang masih bisaditolerir adalah 3,5 10,5. - Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 1,5 %. - Peringatan : sediaan tidak dapat digunakan 30 hari setelah dibuka. -Tetes mata yang berupa suspensi, bahan yang tidak larut haruslah sangat halus, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi rangsangan terhadap mata sehingga air mata tidak banyak keluar.

B. Sejarah Obat Tetes Mata

Tetes mata membantu meringankan gejala dalam beberapa kasus penyebab mata kering dalam beberapa cara. Pada tingkat paling dasar mereka bertindak sebagai pelumas dan suplemen mengurangi atau mengganti air mata yang tidak ada. Namun, penelitian selama bertahun-tahun yang telah disempurnakan ini menemukan bahwa larutan obat tetes mata yang digunakan dapat berguna jauh lebih banyak. Tahun 1970-an Pada 1970-an, polimer yang ditambahkan ke larutan buatan (semua mengandung pengawet pada waktu itu) untuk meningkatkan sifat pelumas mereka dan mengubah viskositas mereka. Larutan dengan viskositas yang lebih tinggi tetap berada dalam obat mata. Relief air mata buatan diawetkan dengan memberikan larutan yang bergantung pada kemampuan mereka yang untuk sementara menstabilkan kornea. 1980-an 90-an & Pada akhir 1980-an larutan bebas pengawet buatan muncul setelah penemuan bahwa pengawet meningkatkan laju hilangnya sel kornea. Jadi meskipun air mata buatan pada awalnya diawetkan guna membantu menstabilkan produksi air mata, tapi ternyata pengawet sebenarnya mengurangi fungsi alami kornea mata itu sendiri. Versi bebas pengawet ini diatasi, tapi tidak mengatasi kornea yang rusak disebabkan oleh kondisi mata kering itu sendiri. Sekarang Sejak itu, peneliti telah mencoba untuk meningkatkan efek larutan bebas pengawet pada fungsi kornea dengan menambahkan berbagai ion. Sel-sel hidup yang
5

terdiri dari permukaan mata tidak memiliki suplai darah. Sebaliknya mereka bergantung pada pasokan air mata untuk dua persyaratan hidup yang sangat penting: Oksigen dan elektrolit. Air mata menerima oksigen oleh penyerapan langsung dari udara dan elektrolit melalui sekresi aktif oleh kelenjar lakrimal.

C. Syarat Obat Tetes Mata Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat. Zat tambahan yang biasa dipakai adalah dapar pH, pengatur tonisitas (NaCl), pengatur viskositas (contoh PEG, PVP), pengatur tegangan permukaan, dan pengawet. Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9 %. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca. Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat. Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi. Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar. Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap

penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral. Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba. Sediaan tetes mata digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak. Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata: 1. Sterilitas Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yang sesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan. 2. Iritasi pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif. 3. Pengawet Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis. Akan dibuat obat tetes mata pilokarpin. Pilokarpin adalah senyawa alkaloid yang berasal dari tanaman Pilocarpus jaborandi dan Pilocarpus microphyllus, termasuk obat kolinergik parasimpatomimetik yang menyebabkan miosis bila dipakai sebagai obat tetes mata. Zat aktif yang dipilih adalah bentuk garam pilokarpin yaitu pilokarpin hydrochloridum karena mempertimbangkan bahwa alkaloid bebas kurang larut air daripada bentuk garamnya sedangkan sediaan obat tetes mata yang akan dibuat

berupa larutan yang harus jernih. Tidak dipilih bentuk pilokarpin nitras karena pada pemeriannya dinyatakan beracun.

D. Analisis Obat Tetes Mata 1. Indikasi: - Digunakan dalam pengobatan glaukoma- Memberi efek miotik untuk mengatasi midriasis yang disebabkan oleh atropin. - Menurunkan tekanan intraokular dan memberi efek miosis intensif sebelum pembedahan pada penanganan darurat glaukoma sudut terbuka. 2. Kontra Indikasi - Pasien dengan resiko retinal detachment. 3. Efek Samping - Iritasi dan efek miosis pada awal pemakaian yang mungkin tidak menyamankan. 4. Mekanisme Kerja - Sebagai miotikum, yaitu senyawa parasimpatomimetik kerja langsung yang menyebabkan kontraksi sfinkter iris dan otot siliari, menghasilkan kontriksi pupil dan spasmus akomodasi. - Mengurangi tekanan pada glaukoma sudut terbuka melawan efek sikloplegik. Miotik digunakan secara topikal pada mata untuk menurunkan tekanan intraokuler (IOP) pada perawatan glaukoma sudut terbuka primer. Juga digunakan pada perawatan glaukoma noninflamatori sekunder. Penurunan IOP dapat mencegah kerusakan saraf mata. Pilokarpin merupakan pilihan miotik yang pertama karena memberikan kontrol IOP yang bagus dengan efek samping yang relatif sedikit.

- Efek sistemiknya dapat menyebabkan efek nikotinik terutama menyebabkan rangsangan terhadap kelenjar keringat, air mata dan ludah. - Larutan tetes mata lebih dipilih ketika penurunan akut tekanan okular dan/ atau efek miotik yang intensif dibutuhkan seperti dalam penanganan darurat glaukoma sudut terbuka sebelum pembedahan, untuk reduksi tekanan okular dan perlindungan lensa mata sebelum goniotomy atau iridectomy atau untuk meringankan/ mengurangi efek midriatik dari agen-agen simpatomimetik. 5. Interaksi Obat - Obat-obat otonomik seperti epinefrin. Pilokarpin dapat meningkatkan laju absorpsi sistemik obat-obat tersebut dari mata. 6. Dosis Pemberian Untuk perawatan glaukoma, konsentrasi dan frekuensi pemberian pilokarpin hidroklorida tergantung pada kebutuhan dan respon setiap individu. - Dosis lazim = 1 2 tetes larutan 1 4 % setiap 4 12 jam - Atau dosis lazim sekali = 0,1 ml larutan 0,5 4 %. Dosis maksimal sekali = 20 mg. - Dosis 1 tetes larutan Pilokarpin HCl 2 % setiap 6 jam sebelum pembedahan untuk glaukoma kongenital atau goniotomy 7. Rute Pemberian: Pilokarpin hidroklorida digunakan secara topikal pada kantung konjungtiva sebagai larutan tetes mata. Kelebihan larutan di sekitar mata harus dibuang dengan tissue dan obat yang terkena tangan harus segera dicuci. 8. Farmakokinetik

- Penurunan tekanan intraokular maksimum terjadi dalam 1,5 2 jam setelah pemberian ke sistem okular dan biasanya bertahan selama 7 hari.

E. Preformulasi Obat Tetes Mata 1. Zat aktif

Pilocarpini hydrochloridum o pilokarpin monohidroklorida, C11H16N2O2.HCl, BM 244.72. o Pemerian: hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau; rasa agak pahit; higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus. o Jarak lebur: antara 199 dan 205 o Kelarutan: sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam eter. Larut 1 dalam 0,3 air; 1 dalam alkohol; dan 1 dalam 360 kloroform. o Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. o pH larutan 5 % dalam air antara 3,5 dan 4,5. (Martindale, p. 1396). o pH larutan tetes mata 3,5 5,5. (TPC, p. 1005). o Stabilitas: mengalami hidrolisis yang dikatalisis oleh ion hidrogen dan hidroksida, terjadi epimerisasi pada pH basa. Peningkatan temperatur akan meningkatkan kecepatan hidrolisis bila pH larutan 10,4. pH stabilitas maksimum 5,12. o Inkompatibilitas: inkompatibel dengan klorheksidin asetat dan garam fenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri. o Ekivalensi NaCl untuk Pilokarpin HCl 2 % = 0,23 dan Tf-nya = 0,26 .

10

2. Eksipien a. Natrii chloridum (FI III, hal 403) o Pemerian: hablur heksahedral, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asin o Kelarutan: larut dalam 2,8 bagian air; dalam 2,7 bagian air mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95 %) P. o Wadah: dalam wadah tertutup baik. o Khasiat: sumber ion klorida dan natrium. b. Aqua destilata (FI III, hal 86) o Pemerian: cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa. o Wadah: dalam wadah tertutup baik c. Benzalkonium klorida (Handbook of Pharmaceutical Excipients, page 27) o Fungsi: pengawet antimikroba, antiseptik, desinfektan, bahan

pensolubilisasi, bahan pembasah. o Benzalkonium klorida adalah senyawa amonium kuarterner yang digunakan dalam formulasi farmasetikal sebagai antimikroba yang dalam aplikasinya sama dengan surfaktan kation lain, seperti cetrimide. Dalam sediaan obat mata, benzalkonium klorida adalah pengawet yang sering digunakan, pada konsentrasi 0,01 % - 0,02 % b/v. Sering digunakan dalam kombinasi dengan pengawet atau eksipien lain, terutama 0,1 % b/v dinatrium edetat, untuk meningkatkan aktivitas mikroba melawan Pseudomonas. o Pemerian: serbuk amorf putih atau putih kekuningan, gel kental, atau serpihan bergelatin. Higroskopis, bersabun dan mempunyai bau aromatik lembut, rasa sangat pahit.

11

o Kelarutan: hampir tidak larut dalam eter, sangat larut dalam aseton, etanol (95 %), metanol, propanol dan air. Larutan benzalkonium klorida encer berbusa jika dikocok, mempunyai tegangan permukaan rendah dan mempunyai sifat detergen dan pengemulsi. o Stabilitas: higroskopis, bisa dipengaruhi oleh cahaya, udara dan logam. Larutannya stabil pada rentang pH dan temperatur yang lebar dan bisa disterilisasi dengan autoklaf. o Inkompatibilitas: inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, katun, hidrogen peroksida, hidroksipropil metilcelulosa. d. Dinatrium-EDTA. o C10H14N2Na2O8, BM : 336,21 o Pemerian: serbuk krital putih, tidak berbau dengan sedikit rasa asam. o Keasaman/ kebasaan: pH = 4.3 4.7 untuk 1 % b/v larutan dalam air bebas karbon dioksida. o Penuruan titik beku: 0,14 C (1 % b/v larutan berair). o Titik leleh: dekomposisi pada 252 C untuk dihidrat. o Kelarutan: hampir tidak larut dalam kloroform dan eter; sedikit larut dalam etanol (95 %); larut 1 dalam 11 air. o Viskositas: 1,03 mm3/s (1cSt) untuk 1 % b/v larutan berair. o Dalam formulasi farmasetikal dinatrium EDTA digunakan sebagai bahan pengkelat terutama pada konsentrasi antara 0,005 0,1 % b/v. e. PVP (Povidone) o (C6H9NO)n, BM : 2500 3000000.

12

o Povidon adalah polimer sintetik yang terutama terdiri dari gugus linier 1vinil-2-pirolidinon, tingkat polimerisasi yang menghasilkan polimer dengan bobot molekul bervariasi. o Fungsi: bahan pensuspensi, pengikat tablet. o Penggunaan dalam formulasi farmasetikal atau teknologi: terutama dipakai dalam sediaan bentuk padat. Dalam pembuatan tablet, larutan povidon digunakan sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Juga digunakan sebagai pensuspensi, penstabil, atau peningkat viskositas dalam sejumlah suspensi dan larutan topikal dan oral. o Konsentrasi untuk tetes mata : 2 10 %. o Deskripsi: halus, putih sampai putih kekreman, tidak berbau atau hampir tidak berbau, serbuk higroskopis. o Keasaman/ kebasaan: pH = 3 7 untuk 5 % b/v larutan berair. o Titik leleh: melunak pada 150 C. o Kelarutan: banyak larut dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol dan air; hampir tidak larut dalam eter, hidrokarbon dan minyak mineral. o Stabilitas dan kondisi penyimpanan: menjadi gelap jika dipanaskan pada 150 C, yang menurunkan kelarutannya dalam air. Stabil pada siklus singkat dengan panas 110 130 C. Sterilisasi uap pada larutan berair tidak mengubah sifatnya. Disimpan dalam wadah kedap udara dalam suhu dingin,kering.

F. Pendekatan Formulasi 1. Zat aktif yang dipilih adalah pilokarpin hidroklorida dan dipilih bentuk garamnya

karena kelarutan dalam air jauh lebih baik daripada bentuk basa bebasnya, sediaan obat tetes mata yang ingin dibuat adalah larutan.

13

2. Dibuat sediaan 10 ml dengan kandungan pilokarpin hidroklorida 2 %. Jumlah pilokarpin hidroklorida yang dibutuhkan: 2 % = 2 gr / 100 ml maka untuk 10 ml = ( 2 gr / 100 ml ) x 10 ml = 0,2 gr dengan pemakaian 1 kali = 0,05 ml (atau 1 tetes). Volume 1 tetes dari kebanyakan penetes mata adalah 50 L. 3. Eksipien yang dibutuhkan a. Pengawet Walaupun OTM yang dibuat sudah steril tetapi perlu penambahan pengawet karena OTM yang dibuat digunakan dalam multiple dose sehingga besar kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba saat OTM dibuka. Pengawet dalam OTM harus memenuhi syarat yaitu efektif dan efisien (harus aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa), tidak berinteraksi dengan zat aktif dan eksipien lain, tidak iritan terhadap mata dan tidak toksik. Dipilih beczalkonium klorida karena efektif dalam dosis rendah (dalam OTM = 0,01 0,02 %), sangat aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa, reaksi antimikrobanya cepat dan stabilitas tinggi pada rentang pH lebar; tetapi masih kompatibel dengan zat aktif dan eksipien lain. Pada OTM ini dipilih konsentrasi 0,01 %. b. Pengisotonis Tonisitas sediaan = % NaCl, sudah termasuk di dalam batas toleransi normal mata yaitu 0,7 1,5 % maka iritasi mata dan konsekuensi hipotonis atau lisis sel-sel jaringan mata tidak terjadi. Tetapi bisa juga ditambahkan NaCl sebagai pengisotonis. c. Pendapar Tidak memakai pendapar karena dari suatu percobaan diketahui bahwa benzalkonium klorida pada konsentrasi 0,01% menstabilkan larutan pilokarpin

14

hidroklorida yang tidak didapar terhadap hidrolisis, dibandingkan dengan larutan yang didapar. d. Pengatur tegangan permukaan (surfaktan) Diperlukan untuk meningkatkan penetrasi obat melalui kornea. Tidak perlu lagi ditambahkan karena sudah ada surfaktan yaitu benzalkonium klorida yang juga berfungsi sebagai pengawet. e. Pengatur viskositas Penambahannya bertujuan untuk meningkatkan waktu kontak sediaan dengan korneal sehingga jumlah zat aktif yang berpenetrasi ke dalam mata akan semakin tinggi sehingga dicapai harapan efek terapi. Tidak digunakan turunan metilselulosa karena pengental ini dapat menurunkan aktivitas benzalkonium klorida dan mengkatalisis hidrolisis pilokarpin dalam larutan yang tidak didapar. Dipilih pengental PVP karena kompatibel dengan zat aktif dan tidak perlu pengembangan terlebih dahulu. Selain itu, belum ditemukan pengaruh PVP terhadap stabilitas zat aktif. Konsentrasi yang dipilih adalah 2 % supaya tidak terlalu kental. f. Bahan Pengkelat Dipilih dinatrium EDTA untuk mengikat logam berat yang berfungsi sebagai katalis oksidasi dan meningkatkan aktivitas benzalkonium klorida karena

benzalkonium klorida dapat dipengaruhi oleh logam. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,02 %.

G. Formulasi OTM Pilokarpin hidroklorida tiap 10 ml mengandung: Pilokarpin hidroklorida 2 % Benzalkonium klorida 0,01 %

15

Dinatrium EDTA 0,02 % PVP 2 % NaCl 0,42 % Aquades ad 10 ml

H. Penimbangan Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi = 10 ml + (5 % x 10) ml = 10,5 ml Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan yaitu supaya volume terpindahkan tetap 10 ml. Untuk 2 botol dibutuhkan 21 ml. Untuk pembuatan dilebihkan 10 %, menjadi: = 21 ml + ( 21 x 10 % ) ml = 23,1 ml Volume total yang akan dibuat = 25 ml

Penimbangan bahan-bahan: Setiap bahan dilebihkan 5 % Pilokarpin HCl 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5% x 0,5) g = 0,525 g Benzalkonium klorida 0,01% x 25 ml = 2,5 mg + (5% x 2,5) mg = 2,625 mg Dinatrium EDTA 0,02 % x 25 ml = 5 mg + (5% x 5) mg = 5,25 mg PVP 2 % x 25 ml = 0,5 g + (5 % x 0,5) g = 0,525 g NaCl 0,42 % x 25 ml = 0,105 g + (5% x 0,105) g = 0,11 g Penimbangan untuk benzalkonium klorida 2,625 mg: Ditimbang benzalkonium klorida 50 mg Air ad 25 ml Diambil = (2,625 / 50 ) x 25 ml = 1,3125 ml

16

Penimbangan untuk Na2 - EDTA 5,25 mg: Ditimbang 50 mg Air 10 ml Diambil = (5,25 / 50) x 10 ml = 1,05 ml

I. Sterilisasi 1. Sterilisasi dengan etanol 70 % selama 24 jam, untuk: o botol kemasan : 2 botol o buret 25 ml : 1 2. Sterilisasi dengan autoklaf (115 116 C) selama 30 menit, untuk: o pipet ukur 2 ml : sebanyak 1 o corong gelas dan kertas saring lipat terpasang : sebanyak 1 o corong gelas : sebanyak 1 o labu takar 10 ml : sebanyak 1 o labu takar 25 ml : sebanyak 1 3. Sterilisasi dengan oven (170 C) selama 2 jam, untuk: o beker glass 10 ml : 1 o beker glass 20 ml : 1 o Erlenmeyer 100 ml : 1 4. Sterilisasi dengan flambir selama 20 detik, untuk: o Kaca arloji : 3 o Cawan penguap : 2 o Batang pengaduk : 1 5. Sterilisasi sediaan dengan autoklaf (115 116 C) selama 30 menit.

17

Sediaan larutan pilokarpin untuk mata dapat disterilisasi menggunakan autoklaf. Larutan pilokarpin hidroklorida masih mempunyai aktivitas 97 % setelah pemanasan pada suhu 110 C selama 30 menit dan aktivitasnya dipertahankan selama penyimpanan 12 bulan setelah sterilisasi tersebut. Percobaan yang sama menunjukkan bahwa stabilitas pilikarpin di bawah kondisi tersebut identik dengan yang diperlakukan tanpa pemanasan.

J. Cara Pembuatan Metode Aseptis 1. Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Pilokarpin hidroklorida 0,525 g dalam cawan penguap Benzalkonium klorida 50 mg dalam kaca arloji Dinatrium EDTA 50 mg dalam kaca arloji PVP 0,525 g dalam cawan penguap NaCl 0,11 g dalam kaca arloji 2. Na2-EDTA diencerkan dalam labu takar 10 ml dengan air pro injeksi. 3. Benzalkonium klorida diencerkan dalam labu takar 25 ml dengan air pro injeksi. 4. Pilokarpin HCl dilarutkan dalam beker glass 20 ml dengan air pro injeksi. 5. PVP dilarutkan dalam beker glass 10 ml dengan air pro injeksi. 6. NaCl dilarutkan dalam beker glass 10 ml (sama untuk PVP) dengan air pro injeksi. 7. Larutan Na2-EDTA diambil sebanyak 1,05 ml dengan pipet ukur 2 ml dan dimasukkan ke dalam larutan pilokarpin HCl. Diaduk dengan batang pengaduk. Disebut larutan A.

18

8. Larutan PVP dimasukkan ke dalam larutan A dan diaduk. Disebut larutan B. 9. Larutan benzalkonium klorida diambil sebanyak 1,3 ml dengan pipet ukur 2 ml (pipet yang sama untuk Na2-EDTA) dan dimasukkan ke dalam larutan B, diaduk Menjadi larutan C. 10. Larutan NaCl dimasukkan ke dalam larutan C, diaduk dan menjadi larutan D. 11. Larutan D ditambah air pro injeksi sampai kira-kira 20 ml, diaduk. 12. Larutan D disaring dan ditampung dalam Erlenmeyer 100 ml yang telah ditara 25 ml. Saringan dibilas dengan air pro injeksi sampai volume genap 25 ml. 13. Erlenmeyer ditutup dengan kapas bebas lemak dan alumunium foil (atau kertas roti), diikat dengan tali kasur. 14. Erlenmeyer yang berisi larutan D disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit. 15. Larutan D steril dimasukkan ke dalam buret 25 ml. Ditutup ujung atasnya. 16. Diisikan ke dalam kemasan botol plastik, masing-masing 2,5 ml. 17. Botol ditutup dan dikemas dengan kemasan sekunder.

K. Evaluasi Sediaan 1. Kejernihan Larutan (FI IV, <881>) Lakukan penetapan menggunakan tabung reaksi alas datar diameter 15 mm hingga 25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral. Prosedur kerja:

19

1. Masukkan ke dalam 2 tabung reaksi, masing-masing larutan zat uji dan suspensi 2. padanan yang sesuai secukupnya, yang dibuat segar sehingga volume larutan 3. dalam tabung reaksi terisi setinggi tepat 40 mm. 4. Bandingkan kedua isi tabung setelah 5 menit pembuatan Suspensi padanan, 5. dengan latar belakang hitam. 6. Pengamatan dilakukan di bawah cahaya yang terdifusi, tegak lurus ke arah 7. bawah tabung. Difusi cahaya harus sedemikian rupa sehingga Suspensi 8. padanan I dapat langsung dibedakan dari air dan dari suspensi padanan II.

Pembuatan Baku opalesen: 1. Larutkan 1 g hidrazina sulfat P dalam air secukupnya hingga 100 ml, biarkan selama 4 jam hingga 6 jam. 2. Pada 25 ml larutan ini tambahkan larutan 2,5 g heksamina P dalam 25 ml air. Campur dan biarkan selama 24 jam. Suspensi ini stabil selama 2 bulan jika disimpan dalam wadah kaca yang bebas dari cacat permukaan. Suspensi tidak boleh menempel pada kaca dan harus dicampur dengan baik sebelum digunakan. Untuk membuat Baku opalesen, encerkan 15 ml suspensi dengan air hingga 1000 ml. Suspensi harus digunakan dalam waktu 24 jam setelah pembuatan.

20

Pembuatan Suspensi padanan: Suspensi padanan I IV dibuat dengan cara seperti yang tertera pada Tabel. Masingmasing suspensi harus tercampur baik dan dikocok sebelum digunakan.

Pernyataan kejernihan dan derajat opalesen Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati di bawah kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari Suspensi padanan I. Persyaratan untuk derajat opalesensi dinyatakan dalam Suspensi padanan I, Suspensi padanan II, dan Suspensi padanan III.

2. Volume Terpindahkan (FI IV, <1261>) Untuk penetapan volume terpindahkan, pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10 wadah satu persatu. Prosedur: Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu penuangan dan diamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran:

21

volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100 %, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95 % dari volume yang dinyatakan pada etiket. Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95 % dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terdadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100 % dari volume yang tertera pada etiket, dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95 %, tetapi tidak kurang dari 90 % seperti yang tertera pada etiket.

3. Penetapan pH Diuji dengan: o Kertas indikator pH Kertas dicelupkan ke dalam larutan dan hasil warna yang terbentuk dibandingkan terhadap warna standar. o pH meter (FI IV, <1071>) Harga pH adalah harga yan gdiberikan oleh alat potensiometrik (pH meter) yang sesuai, yang telah dibakukan terhadap Baku larutan dapar, yang mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH. Pelarut untuk Larutan dapar harus sama dengan pelarut sediaan.

22

L. Design Kemasan 1. Primer: Zat aktif tidak stabil terhadap cahaya sehingga dipakai kemasan primer yang tidak tembus cahaya. Botol plastik tidak tembus cahaya 10 ml. 2. Sekunder: kotak dari dus

23

M. Contoh produk obat tetes mata

N. Cara penggunaan dan penyimpanan obat tetes mata Metode penggunaan obat tetes mata sangat penting. Jika dilakukan dengan tidak benar, tetesan obat biasanya akan mendarat ke bagian pipi atau daerah di sekitar mata. Berikut langkah-langkah penggunaan obat tetes mata yang benar dan tepat:

1. Cuci tangan dan lepas contact lenses sebelum menggunakan obat tetes mata.

24

2. Untuk sediaan obat tetes mata yang berbentuk suspensi, kocok terlebih dahulu sebelum digunakan.

3. Duduk di depan cermin. So, you can see what you are doing.

25

4. Bersihkan mata terlebih dahulu dengan menggunakan tisu bersih untuk membersihkan cairan dan kotoran di mata.

5. Buka tutup dari botol tetapi jangan pernah meletakkan tutupnya diatas meja untuk menghindari kontaminasi. Simpanlah tutup botol disamping botol pada saat penggunaan atau digenggam di tangan lainnya.

6. Miringkan kepala ke belakang, buka kelopak mata, dan lihatlah ke atas.

26

7. Genggam botol di atas mata lalu teteskan obat dengan lembut dan perlahan sebanyak satu tetes ke dalam mata. Taking care not to touch the eye or eyelashes with the dropper or bottle. Hal ini dapat membahayakan kornea dan mengkontaminasi obat tetes mata.

8. Kedipkan mata sehingga tetesan obat dapat menyebar ke seluruh permukaan bola mata.

27

9. Bersihkan sisa-sisa cairan obat tetes mata di sekitar mata dengan tissue bersih. Jika penderita menggunakan obat tetes mata lebih dari satu jenis obat, tunggu minimal tiga menit sebelum menggunakan obat selanjutnya. Jika penderita menggunakan contact lenses, tunggu minimal 15 menit setelah menggunakan obat tetes mata. Cara penyimpanan obat tetes mata : Obat tetes mata biasanya disimpan pada tempat yang kering dan dingin. Hal yang harus diperhatikan yaitu tanggal kadaluarsa dari obat. Obat tetes mata yang mengandung pengawet sebaiknya dibuang setelah 4 minggu obat dibuka.

28

BAB III PENUTUP

Kesimpulan dan Saran Obat tetes mata merupakan salah satu obat yang mudah dijumpai dikalangan masyarakat luas karena kegunaannya yang sangat umum, yaitu untuk meredakan iritasi ringan yang dialami oleh mata. Obat tetes mata termasuk kedalam golongan obat steril sehingga memerlukan penanganan khusus untuk menyimpan dan menggunakannya. Obat tetes mata hanya bisa dibuat di ruangan khusus dengan alat yang steril dan bahan yang sudah ditakar sesuai kebutuhan. Obat tetes mata rawan terhadap udara kotor yang dapat membuat larutan obat tetes mata menjadi tidak steril dan dapat merusak kegunaannya. Jika sudah tidak steril obat tetes mata hendaknya tidak digunakan karena akan menyebabkan iritasi pada mata bertambah
29

parah. Obat tetes mata sebaiknya tidak digunakan jika sudah dibuka selama jangka waktu 30 hari/ 4 minggu. Dalam penggunaannya pun patut diperhatikan terutama ketika akan membuka tutup obat tetes mata, tangan harus dalam keadaan steril. Selain itu penderita harus memperhatikan dosis yang tepat agar tidak berlebihan dalam penggunaannya karena dapat berdampak pada kornea mata. Obat tetes mata pun harus disimpan ditempat kering dan sejuk agar larutannya tidak rusak. Dan yang perlu diperhatikan adalah kegunaan dari obat tetes mata hanya meredakan iritasi ringan yang disebabkan oleh debu, air conditioner (AC), terlalu lama didepan komputer dan lain-lain. Penggunaan obat tetes mata bagi penderita iritasi mata berat harus diikuti dengan resep dokter agar tidak salah dalam memilih obat tetes mata yang baik dan cocok bagi penderita.

Daftar Pustaka
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/530/jbptitbpp-gdl-ruriernand-26469-1-otmpilo-n.pdf http://viryacarvalho.com/index.php?option=com_content&view=article&id=374:obat-tetesmata&catid=42:tips-kesehatan&Itemid=7 http://irwanfarmasi.blogspot.com/2011/10/pengertian-obat-tetes-mata.html http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/06/03/how-to-use-eye-drops-properly/ http://www.totalkesehatananda.com/eye3.html

Lampiran
http://www.youtube.com/watch?v=xxu7TUFEGUg

30

31

Anda mungkin juga menyukai