Anda di halaman 1dari 18

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGEMBANGAN BIOETHANOL DARI GANGGANG HIJAU DAN PEMANFAATAN RAWA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

BIDANG KEGIATAN: PKM GT

Diusulkan oleh: Ketua Kelompok : FRANZ SINATRA YOGA 04081001071 angkatan 2008 Anggota Kelompok : ZYSKA NOVYA PUTRI 04081001038 angkatan 2008 Anggota Kelompok: RANI FATMALA 54101401021 angkatan 2010

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG SUMATERA SELATAN 2011

HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul kegiatan : Pengembangan Bioethanol Dari Ganggang Hijau Dan Pemanfaatan Rawa Di Provinsi Sumatera Selatan 2. Bidang Kegiatan : PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No Tel./HP f. Alamat email

: Franz Sinatra Yoga : 04081001071 : Pendidikan Dokter Umum : Unsri (Universitas Sriwijaya) : Jalan Mahidin, Madang/085769382203 : franz.sinatra@yahoo.com

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 (tiga) orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Syarifah Aini b. NIP :* c. Alamat Rumah dan No Tel./HP : Jl. Seruni RT 01 Bukit/08127363672 Palembang, 6 Maret 2011 Menyetujui, Pembantu Dekan III FK Unsri Ketua Pelaksana Kegiatan

dr. Syarif Husin, MS NIP. 19611209199203 1 003

Franz Sinatra Yoga NIM. 04081001071

Pembantu Rektor III Unsri

Dosen Pendamping

DR. Ir. H.Anis Saggaff, MSCE NIP. 19621028 198903 1 002

dr. Syarifah Aini*

*NIP belum ada, masih dalam tahap menunggu pra jabatan dan SK keluar

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan kesempatan yang diberikan-Nya kepada kita selama ini. Terlebih dalam kesempatan memegang amanah sebagai mahasiswa dan menyelesaikan PKM Gagasan Tertulis ini dengan baik. PKM GT ini disusun berdasarkan literatur yang ada. PKM GT ini memberikan keleluasaan kepada mahasiswa untuk memunculkan ide-ide kreatifnya dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Melalui PKM inilah mahasiswa dapat berkontribusi sebagai generasi penerus bangsa yang nantinya dapat memenuhi harapan bangsa. Khususnya dalam bidang kesehatan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PKM GT ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan arahan dari seluruh dosen, khususnya dosen pendamping, yaitu dr. Syarifah Aini dan para dosen yang melakukan seleksi PKM GT di tingkat DIKTI demi penyempurnaan PKM GT ini. Penulis berharap dapat menerima berbagai saran, kritik, dan arahan yang konstruktif dari pembaca khususnya rekan-rekan mahasiswa. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga PKM GT ini dapat berguna bagi kita semua dan menjadi langkah awal yang menjawab permasalahan yang dihadapi bangsa ini.

Palembang, 6 Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii KATA PENGANTAR DARI PENULIS ............................................................ iii DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv RINGKASAN ..................................................................................................... vi PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1. Latar belakang ........................................................................................... 2 2. Tujuan ....................................................................................................... 3 3. Manfaat ..................................................................................................... 3 GAGASAN ......................................................................................................... 3 1. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ........................................................ 2 2. Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan ...................................... 5 3. Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan dapat Diperbaiki ..... 5 4. Pihak-pihak yang Dipertimbangkan Dapat Berperan ............................... 6 5. Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan .................................... 7 KESIMPULAN ................................................................................................... 7 1. Gagasan yang Diajukan............................................................................. 7 2. Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh ......................................................... 11 3. Teknik Implementasi ................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 14

RINGKASAN

Bahan bakar minyak masih menjadi bahan bakar yang sangat diperlukan dalam melaksanakan aktivitas. Saat ini bahan bakar fosil masih menempati posisi tertinggi dalam penggunaannya, Indonesia kini menjadi negara pengimpor bahan bakar minyak (BBM). Setelah sebelumnya sempat menjadi pengekspor. Kebutuhan BBM Indonesia saat ini telah mencapai 1,3 juta barrel per hari, padahal produksi BBM nasional hanya sebesar 900 ribu barrel saja per harinya. Hal ini disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumur-sumur yang berproduksi, Cadangan energi fosil kita semakin hari semakin berkurang, sedangkan kebutuhannya terus meningkat. di samping itu bahan bakar fosil memberikan efek rumah kaca. Sumber daya alam fosil tidak dapat diperbarui. Sehingga dimasa yang akan datang akan menjadi permasalahan yang besar dalam ketersediaan bahan bakar fosil. Untuk mengatasi permasalahan ini, dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama adalah membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan yang kedua adalah mencari bahan bakar alternatif lain. Ganggang air (spirogyra sp) dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada dan mungkin timbul. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Spirogyra sp merupakan bahan baku yang efisien. Spirogyra sp merupakan bahan baku yang bersifat renewable/dapat diperbaharui, murah, dan mudah. Dampak paling positif dari bioethanol adalah pengurangan emisi gas rumah kaca dalam produksi dan konsumsi, bioethanol dari Spirogyra memiliki nilai oktan yang tinggi.Potensi pembuatan bioetanol ini sangat besar di provinsi sumatera selatan, sebab Provinsi sumatera selatan memiliki luas rawa pasang surut 383.945 Ha, luas potensial 379.450 Ha, dan luas fungsionalnya 49.992 Ha. Daerah rawa non pasang surut luas bakunya 135.002 Ha, potensial 129.062. ha dan fungsional 49.992 Ha.

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia kini menjadi negara pengimpor bahan bakar minyak (BBM). Setelah sebelumnya sempat menjadi pengekspor. Kebutuhan BBM Indonesia saat ini telah mencapai 1,3 juta barrel per hari, padahal produksi BBM nasional hanya sebesar 900 ribu barrel saja per harinya. Hal ini disebabkan menurunnya secara alamiah (natural decline) cadangan minyak pada sumursumur yang berproduksi. Di lain pihak, pertambahan jumlah penduduk telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri yang berakibat pada peningkatan kebutuhan dan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Selain itu, kendaraan yang beroperasi di Indonesia kebanyakan berbahan bakar bensin dan solar yang berasal dari energi fosil. Menurut Nuralamsyah (2005), konsumsi bahan bakar minyak (BBM) secara nasional mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan BBM tersebut, pemerintah mengimpor sebagian BBM. Menurut Ditjen Migas, impor BBM terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 106,9 juta barrel pada 2002 menjadi 116,2 juta barrel pada 2003 dan 154,4 juta barrel pada 2004. Dilihat dari jenis BBM yang diimpor, minyak solar (ADO) merupakan volume impor terbesar setiap tahunnya. Pada 2002, impor BBM jenis ini mencapai 60,6 juta barrel atau 56,7 % dari total, kemudian meningkat menjadi 61,1 juta barrel pada 2003 dan 77,6 juta barrel pada 2004.Setiap bulan, impor minyak mentah dan BBM mencapai 1,5 Milyar dollar AS atau sekitar 15 Triliyun rupiah. Cadangan energi fosil kita semakin hari semakin berkurang, sedangkan kebutuhannya terus meningkat. Fakta ini membuka peluang penggunaan energi terbarukan seperti biodiesel dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Selain semakin menipisnya jumlah cadangan bahan bakar fosil, alasan penting lain untuk mengurangi penggunaannya adalah masalah kerusakan lingkungan, harga yang terus melambung, dan beban subsidi yang semakin besar. Situasi ini sangat riskan tentunya. Karena tingginya tingkat ketergantungan negara kita akan BBM. Sehingga wajar jika negara kita selalu was-was ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan. Untuk mengatasi situasi tersebut. Bisa ditempuh melalui dua cara. Pertama mengurangi tingkat konsumsinya dan kedua terus mengembangkan sumber-sumber energi alternatif lain, terutama sumber terbarukan. Belakangan ini muncul aneka temuan. Mulai dari singkong, ubi jalar, hingga jagung yang diolah menjadi bioethanol. Tetapi dalam perjalannya. Perkembangan alih bahan bakar tersebut sering kali tersendat. Benturan dengan kebutuhan pangan menjadi salah satu tantangannya. Sementara gagal panen dan lahan yang dibutuhkan menjadi persoalan lain yang tak bisa diremehkan. Terutama di tengah isu pemanasan global. Bioethanol sendiri diolah dari karbohidrat atau pati yang terkandung dalam bahan alam. Selama ini bioetanol banyak dihasilkan dari tanaman pangan seperti jagung, singkong, dan ubi jalar. Padahal, bahan-bahan ini masih dibutuhkan

sebagai penopang bahan pangan. Melalui tulisan ini, penulis mengangkat ganggang hijau (spirogyra sp) sebagai salah satu solusi alternatif dalam produksi bioethanol yang nantinya dapat menjadi bahan bakar alternatif. Hal ini karena ganggang hijau (spirogyra sp) tersebar di mana-mana dan kandungan karbohidratnya lebih tinggi ketimbang jagung atau umbi-umbian. Sehingga melalui karya tulis ini akan dibahas bagaimana potensi ganggang hijau sebagai bahan bauk untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Tujuan dan Manfaat yang Ingin Dicapai Tujuan dari gagasan ini adalah 1. Mendiskusikan potensi ganggang air (Spirogyra produksi bioethanol. 2. Mendeskripsikan cara mengolah ganggang air bioethanol. 3. Mendeskripsikan prospek pemanfaatan rawa di pengembangbiakan ganggang air (spirogyra sp) bioethanol.

sp) sebagai bahan baku (spirogyra sp) menjadi sumatera selatan untuk sebagai bahan produksi

Gagasan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat lain dari ganggang air (spirogyra sp), yaitu sebagai sumber alam yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif. 2. Memberikan informasi mengenai prospek pengembangan bioethanol dari ganggang air (spirogyra sp) di provinsi sumatera selatan, termasuk dalam peluang usaha. 3. Menstimulus gerakan masyarakat untuk memanfaatkan rawa di palembang sebagai lahan pengembangbiakan ganggang air (spirogyra sp) yang berguna untuk produksi bioethanol.

GAGASAN Masalah Bahan Bakar Minyak di Indonesia Bahan bakar minyak masih menjadi bahan bakar yang sangat diperlukan dalam melaksanakan aktivitas. Saat ini bahan bakar fosil masih menempati posisi tertinggi dalam penggunaannya. Di Indonesia, tingkat penggunaan BBM masih tinggi dan terkadang dalam pemenuhannya mengharuskan kita mengimpor BBM. Hal ini akan memberikan efek secara langsung ataupun tidak langsung terhadap aktivitas dari berbagai kalangan. Salah satu bahan bakar yang saat ini menjadi masalah adalah bensin. Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor. Bensin tersedia atas tiga jenis yaitu premium, pertamax, dan pertamax plus. Ketiganya mempunyai mutu yang berbeda. Mutu bahan bakar bensin dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang ditimbulkannya dan dinyatakan dengan nilai oktan. Makin sedikit ketukan makin baik mutu bensin, makin tinggi nilai

oktannya. Nilai oktan bensin dapat ditingkatkan dengan reforming atau menambahkan zat anti ketukan. Reforming adalah suatu proses untuk mengubah alkana rantai lurus menjadi rantai bercabang, dengan demikian akan menaikan nilai oktan. Salah satu zat anti ketukan yang hingga kini masih digunakan dinegara kita adalah Tetraethyl Lead (TEL). Zat ini dapat menaikan nilai oktan 15 poin, tetapi dapat menghasilkan timbal hitam bersama asap kendaraan yang akan menempel pada komponen mesin. Untuk mencegah supaya timbal hitam tersebut tidak menempel pada komponen mesin dicampurkan pula etilen bromida, C2H4Br2. Tetapi hal ini justru menghasilkan timbal bromida yang keluar bersama asap kendaraan, yang mana senyawa ini sangat beracun yang dapat merusak otak. Dan pada akhirnya senyawa etilen bromida sekarang diganti menjadi methyl tertiary buthyl ether (MTBE) Permasalahan Dalam Penggunaan Bahan Bakar Fosil Bahan bakar fosil memiliki beberapa kelemahan dan menimbulkan permasalahan, baik itu permasalahan yang sudah ada dan yang akan timbul. Beberapa permasalahan tersebut adalah: a. Kendaraan bermotor bertenaga bahan bakar fosil menunjukkan kinerja mesin yang baik. Namun, kelemahan dari mobil ini mengeluarkan emisi gas buang yang tinggi sehingga menciptakan polusi. b. Gas buang dari bahan bakar fosil memberikan efek rumah kaca. Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan temperatur ratarata global dan dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai. Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis dan menjadi masalah dengan risiko populasi yang sangat besar. Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 C (2.0 hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan 2100. Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia. c. Sumber daya alam fosil tidak dapat diperbarui. Sehingga dimasa yang akan datang akan menjadi permasalahan yang besar dalam ketersediaan bahan bakar fosil. Cadangan bahan bakar fosil yang semakin berkurang

dan permintaan energi naik dan akan meningkat bahkan lebih. Sumbersumber energi fosil akan menjadi sulit untuk ditemukan dan besar kemungkinan harganya menjadi lebih mahal.

Solusi yang pernah ditawarkan atau diterapkan sebelumnya untuk memperbaiki keadaan pencetus gagasan Untuk mengatasi permasalahan ini, dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama adalah membatasi penggunaan bahan bakar fosil dan yang kedua adalah mencari bahan bakar alternatif lain. Langkah langkah yang telah dilakukan pemerintah sebagai perwujudan solusi yang pertama antara lain dengan menurunkan subsidi bahan bakar minyak dan membatasi konsumsi bahan bakar minyak pada kendaraan tertentu. Untuk solusi yang kedua, akan dibahas lebih detail dalam tulisan ini. Pada awal penemuan bahan bakar alternatif ditemukan yang kita kenal saat ini sebagai bioethanol generasi pertama dan generasi kedua, Biofuel generasi pertama yang telah mencapai tingkat ekonomi produksi komersial, telah terutama diekstrak dari tanaman pangan dan minyak (yakni ubi kayu, minyak sawit, tebu, bit gula, gandum, barley, jagung. dll).Produksi biofuel cair/ bioethanol dan pertumbuhan konsumsi meningkat dari hari ke hari, namun dampak mereka terhadap memenuhi kebutuhan energi secara keseluruhan di sektor transportasi akan tetap terbatas karena persaingan dengan produksi pangan dan serat untuk penggunaan tanah yang subur, kebutuhan air yang tinggi dan pupuk, danau yang dikelola dengan baik praktek pertanian di negara berkembang, konservasi keanekaragaman hayati dan regional dibatasi struktur pasar. Produksi bioethanol global telah meningkat dengan cepat selama dekade terakhir, tetapi bioethanol memperluas industri baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran penting. Secara khusus, keberlanjutan dari banyak biofuel generasi pertama (Terutama dari tanaman pangan seperti biji-bijian, tebu dan minyak nabati) telah semakin dipertanyakan atas keprihatinan seperti dilaporkan pemindahan tanaman pangan, efek terhadap lingkungan, dan perubahan iklim. Keterbatasan bioethanol generasi pertama yang dihasilkan dari tanaman pangan menyebabkab lahirnya bioethanol generasi kedua yang dihasilkan dari persediaan pakan lignoselulosa, meskipun kemajuan yang signifikan terus dilakukan untuk mengatasi tantangan teknis dan ekonomi, produksi bioethanol generasi kedua akan terus menghadapi kendala utama untuk menjalankan penyebaran komersial.

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan dapat Diperbaiki Melalui Gagasan yang Diajukan

Untuk mengatasi permasalahan terkait harga minyak dunia, kesediaan, dan konsumsi bahan bakar minyak yang semakin meningkat, tantangan untuk mencari bioethanol alternatif yang lebih efektif daripada generasi satu dan dua kita

memerlukan alternatif yang melimpah dan murah. Alasan ini juga mendorong berbagai pemerintah untuk memprioritaskan penggunaan energi terbarukan untuk menghindari kekurangan energi, ekonomi, dan masalah lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah mencari sebanyak banyaknya potensial untuk menghasilkan BBM pengganti. Dalam tulisan ini, ganggang air (spirogyra sp) dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang ada dan mungkin timbul. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru. Bioetanol tersebut bersumber dari karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan tebu. Adapun konversi biomasa tanaman tersebut menjadi bioethanol adalah seperti pada tabel dibawah ini. Tabel Konversi biomasa menjadi bioetanol Biomassa Jumlah Kandungan Jumlah hasil Biomassa : biomassa (kg) gula (kg) bioetanol Bioetanol (liter) Ubi Kayu 1.000 250-300 166,6 6,5 : 1 Ubi Jalar 1.000 150-200 125 8:1 Jagung 1.000 600-700 400 2,5 : 1 Sagu 1.000 120-160 90 12:1 Tetes 1.000 500 250 4:1 Sumber data : Balai Besar Teknologi Pati-BPPT,2006 Berdasarkan hasil penelitian, 0,67 kg Spirogyra sp dapat menghasilkan satu liter bioetanol. Alga spirogyra memiliki kandungan karbohidrat hingga 64 persen. Karbohidrat dibutuhkan dalam proses fermentasi dalam menghasilkan bioetanol. Sementara itu untuk volume yang sama dibutuhkan 8 kg ubi jalar atau 6,5 kg singkong atau 5 kg jagung. Hal ini akan sangat membantu dalam efisiensi dari segi kuantitas bahan alam. Pihak-pihak yang Dipertimbangkan dapat Membantu Mengimplementasikan Gagasan dan Uraian Peran atau Kontribusi Masingmasingnya. Pemerintah, para pekerja kesehatan, pemerhati IPTEK, akademisi, pengusaha, dan seluruh komponen masyarakat Indonesia untuk mulai meningkatkan perhatiannya pada teknologi Polymerase Chain Reaction yang tepat guna bagi bangsa dan masyarakat Indonesia karena kemajuan suatu bangsa 10

dimulai dari peningkatan kualitas hidup dan pemanfaatan sumber daya manusianya Langkah-langkah Strategi yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan sehingga Tujuan atau Perbaikan dapat Tercapai

Langkah-langkah strategis yang harus dilakukan terdiri dari tiga komponen yaitu masyarakat, pemerintah dan pengaplikasiannya. Masyarakat di sini maksudnya dengan melakukan pengedukasian mengenai penyakit lepra. Masyarakat harus mengetahui manfaat penggunaan PCR sebagai alat deteksi dini maupun sebagai tes konfirmasi apabila sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Hal ini dilakukan agar masyarakat tidak serta merta menolak penggunaan PCR sebagai alat deteksi dini dan tes konfirmasi pada oenyakit lepra. Selanjutnya terhadap pemerintah yang berperan dalam penggunaan PCR dalam praktek klinis, pemerintah di sini harus mengupayakan kerja sama antara tenaga kesehatan, pemerhati IPTEK, akademisi, dan seluruh komponen masyarakat pada penggunaan teknologi PCR ini. Komponen terakhir yaitu pengaplikasian PCR baik sebagai alat deteksi dini dan tes konfirmasi pada penyakit lepra karena tanpa suatu langkah kongkret, tentunya apa yang kita harapkan hanya akan menjadi sia-sia KESIMPULAN Gagasan Bioethanol dari ganggang air (spirogyra sp), bioethanol generasi ketiga. Susunan klasifikasi ganggang air (Spirogyra sp) adalah bebagai berikut: Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Chlorophyta : Chlorophyceae : Zygnematales : Zygnemataceae : Spirogyra : Spirogyra sp.

11

Spirogyra sp yang memperoleh perhatian luas sebagai sumber biomasa alternatif yang dapat diperbaharui/ renewable untuk produksi bioetanol, mengatasi kelemahan utama dari generasi pertama dan kedua. Hal ini menjadikan spirogyra sp sebagai "biofuel (bioethanol) generasi ketiga".Spirogyra sp mungkin autotrof atau heterotrof. Fotosintesis menggunakan autotrof ganggang memanfaatkan sinar matahari dan memperbaiki anorganik karbon dari CO2 di atmosfer yang kemudian berasimilasi dalam bentuk bahan makanan cadangan seperti karbohidrat. Ada banyak jenis alga yang heterotrof dan mereka mampu mengambil molekul organik kecil di lingkungan dan mengubahnya menjadi blok bangunan mereka sendiri yang terutama lemak atau minyak dan protein. Ada alga spesies tertentu yang dapat digunakan baik karbon anorganik (CO2) dari atmosfer atau karbon organik dari lingkungan dan proses ini disebut mixotrophy. Melalui salah satu dari tiga proses, ganggang dapat menghasilkan karbohidrat, lipid dan protein selama periode waktu yang singkat, yang kemudian dapat diolah untuk menghasilkan bioethanol. Beberapa jenis ganggang bahkan dapat berfungsi sebagai biorefinery diri untuk produksi etanol selama kondisi gelap anaerobik dengan memanfaatkan mereka fotosintat. Ada beberapa laporan mendokumentasikan potensi biomassa alga untuk menghasilkan bioethanol. Sementara mempertimbangkan biofuel ganggang, titik pertama yang datang untuk melihat adalah tentang biodiesel, karena banyak dari ganggang yang berminyak di alam dan dimanfaatkan untuk produksi biodiesel. Selain biodiesel, alga Spirogyra sp dapat dibudidayakan dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi bioetanol. Pati, selulosa, atau lainnya mengumpulkan karbohidrat yang dapat digunakan untuk produksi ethanol setelah hidrolisis. Spirogyra sp termasuk tanaman paling cepat berkembang di dunia, karena mereka dapat mendiami habitat ekologi beragam mulai dari air tawar, air payau, atau air laut, mereka dapat berkembang di berbagai suhu yang ekstrem dan kondisi PH. Keanehan ini membuat mikroalga yang paling berlimpah organisme di bumi. Telah ada lonjakan yang luar biasa dalam penelitian untuk mengetahui pemanfaatan mikroalga sebagai bahan baku energi maju untuk produksi bioetanol.

12

Spirogyra sp adalah salah satu yang paling umum ganggang hijau berlimpah. Hal ini ditemukan dalam terang hijau bebas massa mengambang di air masih kolam air tawar, kolam, danau dan saluran air dan juga di sungai yang mengalir. Keuntungan spirogyra sp sebagai bahan baku bioethanol a. Spirogyra sp merupakan bahan baku yang efisien. Berdasarkan penelitian, untuk menghasulkan satu liter bioethanol hanya diperlukan 0,67 kg Spirogyra. Sementara itu untuk volume yang sama dibutuhkan 8 kg ubi jalar atau 6,5 kg singkong atau 5 kg jagung. Hal ini akan sangat membantu dalam efisiensi kuantitas bahan alam. b. Spirogyra sp merupakan bahan baku yang bersifat renewable/dapat diperbaharui, murah, dan mudah. Ketersediaan bahan baku selalu menjadi masalah karena penggunaan bahan bakar selalu meningkat setiap tahunnya. Spirogyra sp menawarkan potensi yang sangat bagus dalam hal ketersediaan karena kecepatannya dalam berkembang biak. Disamping itu, Spirogyra sp tidak membutuhkan lahan yang luas dan dapat dikembangbiakan di berbagai habitat ekologi seperti air tawar, air payau, atau air laut, dan mereka dapat berkembang di berbagai suhu yang ekstrem dan kondisi PH. c. Dampak paling positif dari bioethanol adalah pengurangan emisi gas rumah kaca dalam produksi dan konsumsi. Hal ini karena produksi biomassa dimanfaatkan CO2 atmosfer dan biomassa dapat diperpanjang. Prinsipnya, emisi CO2 yang dihasilkan dari pembakaran ethanol juga akan dipergunakan oleh penghasil ethanol tersebut, termasuk tumbuhan penghasil ethanol. Sehingga berbeda dengan bahan bakar fosil, pembakaran ethanol tidak menciptakan sejumlah CO2 baru ke lingkungan. Terlebih untuk kasus di Indonesia, dimana bensin yang saat ini dijual masih mengandung timbal (TEL) sebesar 0.3 g/L serta sulfur 0.2 wt(Website Pertamina), penggunaan ethanol jelas lebih baik dari bensin. Seperti diketahui, TEL adalah salah satu zat aditif yang digunakan untuk meningkatkan angka oktan bensin -dan zat ini telah dilarang di berbagai negara di dunia karena sifat racunnya. d. Bioethanol dari Spirogyra memiliki nilai oktan yang tinggi. Ethanol yang secara teoritik memiliki angka oktan di atas standard maksimal bensin, cocok diterapkan sebagai substitusi sebagian ataupun keseluruhan pada mesin bensin. Terdapat beberapa karakteristik internal ethanol yang menyebabkan penggunaan ethanol pada mesin Otto lebih baik daripada gasolin. Ethanol memiliki angka research octane 108.6 dan motor octane 89.7 ( Yuksel dkk, 2004). Angka tersebut (terutama research octane) melampaui nilai maksimal yang mungkin dicapai oleh gasolin (pun setelah ditambahkan aditif tertentu pada gasolin). Sebagai catatan, bensin yang dijual Pertamina memiliki angka research octane 88. (Website Pertamina) (catatan: tidak tersedia informasi motor octane untuk gasolin di Website Pertamina, namun umumnya motor octane lebih rendah daripada research octane). Disamping itu, bioethanol dari spirogyra sp merupakan octane enhancer/ zat anti ketukan yang berfungsi untuk mengubah alkana rantai

13

lurus menjadi rantai bercabang, dengan demikian akan menaikan nilai oktan. Cara Mengolah Ganggang Air (Spirogyra Sp) Menjadi Bioethanol Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa karbohidrat dibutuhkan dalam proses fermentasi yang menghasilkan bioetanol. Spirogyra sp memiliki kandungan karbohidrat hingga 64 persen. Alga cepat berkembang biak dan tidak membutuhkan lahan luas. Selain itu, proses fermentasi juga lebih cepat. Dalam tulisan ini bioetanol dihasilkan oleh proses fermentasi menggunakan Spirogyra sp, biomassa bubuk diproses dalam dua langkah yaitu sakarifikasi dan fermentasi menggunakan Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae.Selanjutnya baru dilakukan destilasi. Bahan dan Metode: Mikroorganisme dan kultur: 1. Spirogyra sp: Alga Spirogyra yang ada dikumpulkan dalam wadah steril dan dipindahkan ke laboratorium. 2. Kultur jamur- yaitu Aspergillus niger dan Saccharomyces cerevisiae. Aspergillus niger dikultur dan dijaga pada media agar dekstrosa kentang di 300C. Ragi Saccharomyces cerevisiae dikultur dan dipelihara pada YPD (Yeast ekstrak, pepton dan dekstrosa) media agar di 300C. Metode: 1. Identifikasi sampel alga Sampel alga diidentifikasi oleh metode Smith dan pada pemeriksaan mikroskopis itu diidentifikasi sebagai spesies Spirogyra sp. 2. Pengolahan biomassa Sampel dikeringkan dengan sinar matahari matahari(lebih kurang tiga hari) atau dikeringkan dalam oven. hingga kadar air sekitar 40%. Spirogyra sp kering dihaluskan dan disaring melalui saringan 1 mm sehingga diperoleh serbuk biomassa Spirogyra sp digunakan untuk fermentasi atau dicampur air dengan perbandingan 1:15, Lalu dihancurkan dengan blender atau mesin. 3. Sakarifikasi Spirogyra sp oleh biomassa Aspergillus niger: Sakarifikasi adalah proses penguraian polisakarida menjadi bentuk yang lebih sederhana seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa (stanbury et al., 1995). Untuk sakarifikasi biomassa alga digunakan Aspergillus niger. Aspergillus niger adalah selulolitik dan amilolitik di alam karena memproduksi selulase dan amilase. Enzim ini menghidrolisis selulosa dan pati Spirogyra sp dan melepaskan glukosa. Sakarifikasi dilakukan selama enam hari pada 300C dan proses tersebut dipantau setiap 24 jam untuk gula yang dilepaskan melalui metode Miller DL. Aspergillus niger dapat menghidrolisis dan menghasilkan gula sederhana yang dapat langsung dimanfaatkan oleh Saccharomyces cerevisiae untuk produksi etanol.

14

4. Fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae: Setelah enam hari mengalami sakarifikasi dengan Aspergillus niger. Saccharomyces cerevisiae ditambahkan ke termos untuk produksi fermentasi bioethanol. Proses ini dilakukan selama enam hari lain pada suhu 300C di mana setiap 24 jam sampel diambil untuk perkiraan alkohol (bioetanol) dengan metode Caputi dkk. Pada penelitian lain dapat digunakan enzim aminase untuk membantu proses fermentasi dan proses fermentasi 10 hari memiliki kualitas yang lebih baik. 5. Destilasi Destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100 oC. Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Prediksi Hasil dari Pemanfaatan Rawa untuk Pengembangbiakan Spirogyra sp sebagai bahan baku Bioethanol di Sumatera Selatan Petunjuk pelaksanaan pengembangan energi alternatif secara detail sudah diatur dalam dokumen Pengelolaan Energi Nasional (PEN). Didalamnya disebutkan mengenai rencana (roadmap) pengembangan seluruh jenis energi alternatif. Selain itu, dengan diterbitkannya tujuh izin investasi pembangunan pabrik energi alternatif (biodiesel dan bioetanol) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada pertengahan tahun 2005 yang lalu, memperkuat indikasi bahwa peluang bisnis di bidang bioenergi sudah dilirik para investor, sehingga menjadi sesuatu yang prospektif di masa depan (Agustus 2007). Potensi pembuatan bioetanol ini sangat besar di provinsi sumatera selatan, sebab Provinsi sumatera selatan memiliki luas rawa pasang surut 383.945 Ha, luas potensial 379.450 Ha, dan luas fungsionalnya 49.992 Ha. Daerah rawa non pasang surut luas bakunya 135.002 Ha, potensial 129.062. ha dan fungsional 49.992 Ha. Daerah rawa yang pasang surut terdapat di kabupaten musi banyuasin, kabupaten banyuasin, dan kabupaten ogan komering ilir. Sedangkan rawa lebak (non pasang surut) tersebar di enam kabupaten yaitu kabupaten musi banyuasin, kabupaten banyuasin, kabupaten muara enim, kabupaten OKI, kabupaten ogan ilir, dan kabupaten OKU timur. Dan pada saat ini pemanfaatan rawa masih terbatas pada tanaman pangan seperti padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Ada juga yang memanfaatkan sebagai lahan untuk tanaman perkebunan dan usaha perikanan.

15

Belum lagi ekologi air lainnya yang tidak dimanfatkan dengan baik. Apabila hal ini dapat dikelola dengan manajemen yang profesional, maka sumatera selatan berpotensi untuk mengembangkan proyek bioethanol dengan bahan baku spirogyra sp sebagai alternatif bahan bakar minyak saat ini. Sehingga disamping masyarakat bisa menghilangkan ketergantungan terhadap bahan bakar minyak, dapat pula tercipta lapangan kerja baru bagi masyarakat. Disamping itu dengan pemanfaatan rawa sebagai lahan pengembangbiakan spirogyra sp, maka fungsi rawa sebagai daerah resapan air pun masih dapat dipertahankan dan tidak akan berdampak pada timbulnya banjir di provinsi sumatera selatan. Teknik Implementasi yang Dilakukan Dalam implementasi gagasan ini, sangat diperlukan keseriusan dari berbagai pihak. Karena yang menjadi permasalahan dalam pemanfaatan rawa, adalah pemanfaatan rawa masih terpaku untuk dikembangkan sebagai lahan untuk pembuatan bangunan seperti ruko dan sebagainya. Sehingga fungsi rawa sebagai daerah resapan air menjadi berkurang dari segi kuantitas dan kualitasnya, hal ini berdampak seringnya banjir di kota palembang. Berbeda halnya apabila kita memanfaatkan rawa ini sebagai lahan untuk pengembangbiakan spirogyra sp, fungsi rawa sebagai daerah resapan air masih dapat dipertahankan. Dalam hal ini perlu dibina kerjasama yang baik antara masyarakat, investor, maupun pemerintah. Pemerintah mempunyai kewajiban dalam pembuatan kebijakan dan penanaman pengetahuan terkait prospek usaha yang menjanjikan melalui pengembangbiakan spirogyra sp yang dapat berguna sebagai bahan baku bioethanol. Investor dan masyarakat sendiri harus berperan aktif, mengingat pemanfaatan spirogyra sp dan cara pengolahannya menjadi bioethanol masih tergolong baru dimasyarakat.

16

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Bioethanol, Alternatif Energi Terbarukan: Kajian Prestasi Mesin dan Implementasi di Lapangan. http://bioetanol.blogspot.com/2010_10_01_archive.html Anonim. Pemanasan Global. http://id.wikipedia.org Anonim. 2005. Prospek Pertanian Biodiesel dan Bioetanol. http://www.bppt.go.id/ Eshaq, Fuad Salem et al.Spirogyra biomass a renewable source for biofuel (bioethanol) Production. International Journal of Engineering Science and Technology. Vol. 2(12), 2010, 7045-7054 Juni, anugrah. 2010. Spirogyra. http://anugrahjuni.wordpress.com/Surya. 2010. Ganggang Air Bisa Dijadikan Bioetanol. www.kompas.com Suryana. 2010. Temuan Mahasiswa www.greenmining.or.id ITS, Solusi Impor BBM.

Tedi.

2008. Ganggang, Lumut Dan Tumbuhan http://tedbio.multiply.com/journal/item/9

Paku-Pakuan.

Widianta, Ardhiles Dan Widi Prima Deva. 2008. Ubi Kayu (Mannihot Esculenta) Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Bensin (Bioetanol) Yang Ramah Lingkungan. http://isnanimurti.wordpress.com

17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Biodata Ketua Nama Lengkap NIM : Franz Sinatra Yoga : 04081001071

Tempat dan Tanggal Lahir : Aceh, 1 Oktober 1990 Alamat/ Telepon : Jln. Mayor Mahidin, Lorong Mesjid Mukmin, No. 40, RT 04 / 085769382203 Biodata Anggota I Nama Lengkap NIM Alamat/ Telepon : Zyska Novya Putri : 04081001038 : Jln. Mayor Mahidin, Lorong Mesjid Mukmin, No. 40/085267353539 Biodata Anggota II Nama Lengkap NIM Alamat/ Telepon : Rani Fatmala : 54101401021 : Jln. Musi 5A, No. 4222, RT 38, RW 11, Kec. Ilir Barat I, Kel. Demang Lebar Daun, Pakjo, Palembang / 085268668299

18

Anda mungkin juga menyukai