Diskusi Publik dengan tema, Menghubungkan Gerakan Sosial dan Gerakan Politik sebagai sebuah langkah untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan politik yang melanda negeri ini, Rabu 11 Maret 2009, Wisma LPP, Yogyakarta. Diadakan atas kerjasama IRE dan Demos.
nur iman subono 1
Organisasi Rakyat
4 Kesimpulan dari Survai Demos (2003-4 dan 2005-6 ) (a) Instrumen demokrasi: kebebasan sipil-politik, pemilu, dan berbagai institusi (crafting of institutions) belum mampu menjadi instrumen operasional mendorong rule of law, akses yang setara untuk mendapatkan keadilan bagi setiap warga, hak sosial dan ekonomi, dan pemerintah akuntabel dan representatif (defisit demokrasi); (b) Masalah tidak hanya pemerintahan yang buruk (bad governance) dan ketidaksetaraan sosial-ekonomi tapi buruknya kontrol masyarakat atas urusan2 publik melalui representasi yang dapat dipercaya (representasi
semu);
(c) Buruknya representasi akibat monopolisasi ekonomi-politik kelompok2 elit yang lebih luas dan berkarakter lokal. Mereka elit2 lama dan baru (demokrasi oligarki); (d) Gerakan-gerakan demokrasi umumnya masih mengambang (floating) secara sosial, dan marginal (marginalized) secara politik
(demokrat mengambang)
(Trnquist, 2007: 27-32) nur iman subono 6
Riset nasional untuk mengidentifikasi kembali masalah dan pilihan demokratisasi di Indonesia sekaligus mempengaruhi agenda politik menyambut pemilu 2009 Melibatkan lebih dari 900 informan, 33 key informan, dan hampir 200 asisten peneliti lokal di 33 provinsi di Indonesia
Apa yang akan kita nilai dari Demokrasi di Indonesia, setelah 1 Dekade Reformasi ?
Sikap masyarakat terhadap politik Identitas kewargaan Kualitas peraturan dan ketentuan (formal dan informal) yang memajukan demokrasi Kapasitas dan kehendak politik para aktor utama (aktor paling berpengaruh dan aktor alternatif)
nur iman subono 8
Temuan-temuan Pokok Resurvei DEMOS (2007): I. Satu Dekade Reformasi: Demokrasi yang Goyah
II. Komunitas Politik Nasional Telah Tumbuh III. Konsolidasi Demokrasi Elitis Menuju Politics of Order IV. Aktor Alternatif Cenderung Menempuh Jalan Pintas Populis
Secara umum ada perbaikan menyangkut perangkat-perangkat demokrasi yang berkaitan dengan aspek manajerial pemerintahan Namun fakta tersebut tidak didukung oleh fundamen demokrasi yang kuat karena (a) terjadi kemerosotan dalam berbagai instrumen: kebebasan dasar (basic freedom) dan representasi politik; (b) sementara itu kondisi hak sosial ekonomi masih jauh dari memadai Aktor berpengaruh melakukan; (a) konsolidasi demokrasi elitis dan perluasan oligarki sampai ke tingkat lokal (b) politics of order (politik keteraturan) nur iman subono 10
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
PERANGKAT DEMOKRASI Kesetaraan warga negara Dukungan terhadap hukum internasional menyangkut hak asasi manusia Kepatuhan pejabat pemerintah dan pejabat publik terhadap hukum Kesetaraan di hadapan hukum Kebebasan dari kekerasan fisik dan rasa takut atasnya Kebebasan berbicara, berkumpul dan berorganisasi Kebebasan mendirikan dan menjalankan kegiatanjegiatan serikat pekerja Kebebasan beragama dan berkeyakinan, menggunakan bahasa dan melestarikan kebudayaan
nur iman subono
INDEKS Nasional 42 46 45 44 47 60 51 66
11
NO 9 10 11 12 13 14
PERANGKAT DEMOKRASI Kesetaraan dan emansipasi gender Perlindungan terhadap hak-hak anak Hak untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jaminan sosial, dan kebutuhan dasar lainnya Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar, termasuk tentang hak-hak dan kewajiban warga negara Tatakelola perusahaan yang baik (good corporate governance) Pemilu yang bebas dan adil di tingkat pusat, regional, dan lokal Kebebasan mendirikan partai di tingkal lokal dan nasional (termasuk peluang bagi para calon independent), merekrut anggota, dan berkampanye untuk menduduki jabatan-jabatan pemerintahan Kemampuan partai politik dan atau para kandidat untuk merefleksikan isu-isu vital dan kepentingan publik
nur iman subono
INDEKS Nasional 46 53 45 59 40 64
15
40
16
36
12
NO 17 18
PERANGKAT DEMOKRASI Pencegahan penyalahgunaan sentimen, simbol dan doktrin etnis dan agama oleh partai politik dan atau para kandidat Independensi partai politik dan para kandidat dalam pemilu dari politik uang dan kepentingan yang terselubung Partai berdasarkan kontrol anggota, respon dan tanggungjawab partai dan para kandidatnya kepada konstituen Kemampuan partai dan para kandidat untuk membentuk dan menjalankan pemerintahan Desentralisasi pemerintahan secara demokratis menyangkut segala hal tanpa campur tangan pemerintah pusat Transparansi dan akuntabilitas pemerintah hasil pemilihan dan birokrasi pada semua tingkatan Transparansi dan pertanggungjawaban militer dan polisi terhadap pemerintah hasil pemilihan yang terpilih dan terhadap publik Kapasitas pemerintah untuk memberantas kelompokkelompok paramiliter, preman, kejahatan yang terorganisir
nur iman subono
INDEKS Nasional 44 40
19 20 21 22 23
38 38 43 43 35
24
39
13
NO
PERANGKAT DEMOKRASI Independensi pemerintah dari pihak asing (kecuali berkenaan dengan konvensi PBB dan hukum internasional lainnya) Independensi pemerintah dari kelompok kepentingan yang kuat dan adanya kapasitas untuk menghapuskan korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan Kebebasan pers, dunia seni, dan dunia akademis Akses publik terhadap berbagai pandangan dalam media, seni, dan dunia akademis, dan kemampuan media, seni, dan dunia akademis untuk merefleksikannya Partisipasi warga negara di dalam organisasi masyarakat yang independen Transparansi, pertanggungjawaban dan praktek demokratis dalam organisasi-organisasi masyarakat Akses dan partisipasi yang luas dari semua kelompok sosial termasuk perempuan terhadap kehidupan publik Partisipasi langsung (Terbukanya akses masyarakat terhadap layanan publik, para pejabat dan wakilsubono serta dalam nur iman politik pembuatan dan kebijakan publik
INDEKS Nasional
25
36
26 27 28 29 30 31
43 59 47 54 48 38
32
40
14
1. Dalam pemilu legislatif 2004, bagaimana orang-orang pertama-tama mengidentifikasi diri mereka?
No 1 2 3 4 5 6 7 Identitas Sebagai penduduk Indonesia Sebagai penduduk kabupaten/kota/provinsi Sebagai penduduk desa/dusun/asal-usul Sebagai anggota komunitas suku/etnis Sebagai anggota komunitas keagamaan Sebagai anggota/pendukung partai politik tertentu Sebagai anggota kelas sosial tertentu, misalnya kelas buruh, petani, kelas menengah, kelas pengusaha, dsb. Tidak menjawab
nur iman subono
Nasional (%) 34 12 7 8 5 24 8
1
16
17
3. Bagaimana orang-orang pertama-tama mengidentifikasi diri mereka ketika menghadapi situasi konflik karena ketegangan sosial, ekonomi, dan politik?
No 1 2 3 4 5 6 7 Identitas Sebagai penduduk Indonesia Sebagai penduduk kabupaten/kota/provinsi Sebagai penduduk desa/dusun/asal-usul Sebagai anggota komunitas suku/etnis Sebagai anggota komunitas keagamaan Sebagai anggota/pendukung partai politik tertentu Sebagai anggota kelas sosial tertentu, misalnya kelas buruh, petani, kelas menengah, kelas pengusaha, dsb. Lain-lain Tidak menjawab
nur iman subono
Nasional (%) 1 12 12 36 12 7 23
8 9
3 4
18
4. Dalam menghadapi masalah pemekaran wilayah administratif, bagaimana orang-orang pertama-tama mengidentifikasi diri mereka?
No 1 2 3 4 5 6 7 Identitas Sebagai penduduk Indonesia Sebagai penduduk kabupaten/kota/provinsi Sebagai penduduk desa/dusun/asal-usul Sebagai anggota komunitas suku/etnis Sebagai anggota komunitas keagamaan Sebagai anggota/pendukung partai politik tertentu Sebagai anggota kelas sosial tertentu, misalnya kelas buruh, petani, kelas menengah, kelas pengusaha, dsb. Lain-lain Tidak menjawab
nur iman subono
Nasional (%) 8 37 30 26 1 0 0
8 9
3 3
19
NO 1 2 3 4 5 6
LATAR BELAKANG Pemerintah/Birokrasi Parpol dan Parlemen (Pusat dan Daerah) Kelompok etnis dan keagamaan, dan dewan adat Polisi dan Militer, milisi dan para-militer Bisnis Profesional (akademisi, pengacara, wartawan, dll)
nur iman subono
21
No. 1 2 3 4
SUMBER KEKUASAAN AKTOR BERPENGARUH Sumber-sumber ekonomi Kekuatan massa/politik/militer Kekuatan sosial dan koneksi Pengetahuan, informasi
Nasional
25 33 28 14
22
Lanjutan
Segala kelebihan aktor berpengaruh tersebut dipergunakan para aktor tersebut untuk memonopoli politik. Mereka mengalihkan upaya-upaya membangun organisasi yang lebih integratif dan memilih beraliansi dengan kelompok sesama mereka sendiri termasuk kalangan bisnis, etnis, dan agama. Elit yang menguasai sistem politik dan di luar sistem memiliki kepentingan untuk mengkampanyekan politics of order. Politics of order dijalankan dengan serangkaian langkah-langkah sistematis, termasuk dengan membuat sistem representasi menjadi tertutup dari partisipasi popular. Dalam pandangan mereka, demokrasi tidak lebih penting daripada stabilitas politik.
23
Lanjutan ... Secara teoritis, sebagian kalangan status-quo mulai memperkenalkan apa yang disebut demokrasi sekuensi (sequence democracy). Demokrasi pada umumnya baru bisa tumbuh dan berkembang melalui sejumlah kondisi dan pengalaman. Ini artinya, beberapa kondisi yang ada seperti tegaknya rule of law, tingkat pembangunan ekonomi, kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat, stabilitas sosial-politik, dan manajemen pemerintahan yang baik harus terbangun dan mapan terlebih dahulu sebelum kemudian demokrasi dipromosikan (Berman, 2007).
24
Demokrasi hanyalah cara, alat, atau proses dan bukan tujuan sehingga bisa dinomorduakan Pilkada dihapuskan sehingga Gubernur, Walikota, dan Bupati hanya dipilih oleh DPRD I dan II saja.
Pilkada diwarnai aksi kekerasan. ini mengganggu kestabilan pemda. Ini tanda kurang siapnya masyarakat berdemokrasi
25
NO 1 2 3 4 5 6 7
LATAR BELAKANG Pemerintah/Birokrasi Parpol dan Parlemen (Pusat dan Daerah) Kelompok etnis dan keagamaan, dan dewan adat LSM (NGO) Polisi dan Militer, milisi dan para-militer Bisnis Profesional (akademisi, pengacara, wartawan, dll)
nur iman subono
AKTOR ALTERNATIF
Nasional 16 17 13 31 2 4 17
27
No. 1 2
SUMBER KEKUASAAN AKTOR ALTERNATIF Sumber-sumber ekonomi Kekuatan massa/politik/militer Kekuatan sosial dan koneksi Pengetahuan, informasi
Nasional
10 21
3 4
32 37
28
Lanjutan .. Dengan bertumpu pada kekuatan sosial, keterbatasan modal ekonomi, pilihan isu yang kurang strategis, dan metode pengorganisasian yang lemah, jalan populis ini dilakukan dengan cara memanfaatkan dukungan tokohtokoh popular atau para perantara lobbyist. Para aktor alternatif juga lebih memilih jalur langsung dalam politik (jalur pintas populis) ketimbang membangun kapasitas organisasional di kalangan mereka untuk memperkuat posisi tawar. Tampaknya mereka menghindar dari usaha untuk menanggulangi krisis. Apa yang mereka lakukan justru malah hanya memanfaatkan partisipasi langsung yang tidak didasarkan pada pembangunan representasi berbasis organisasi kepentingan yang kuat.
nur iman subono 29
Apa yang kita maksud Representasi Politik ? to represent adalah aktivitas yang membuat perspektif, opini, dan suara warganegara hadir (present) dalam proses pembuatan kebijakan publik. Representasi politik bisa terjadi apabila aktor-aktor politik bicara, mengadvokasi, menandakan, dan bertindak atas nama yang lain (others).
(a) beberapa pihak yang mewakili (anggota DPR, organisasi, gerakan, atau badan negara dll); (b) beberapa pihak yang diwakilinya (konstituen, klien dll); (c) sesuatu yang direpresentasikan (opini, perspektif, kepentingan dll), dan (d) setting di mana aktivitas representasi terjadi (konteks politik).
nur iman subono 32
34
35
Organisasi Rakyat
2.
3.
4.
Aliansi non-partai politik Lembaga intermediari antara (1) jaringan, gerakan dan organisasi yang fokus pada isu dan kepentingan sepihak, dan (2) partai politik dan kandidat politik Anggota BPD: Ornop/LSM, OR, Ormas, individu BPD berada di tingkat desa, kecamatan, provinsi dan pusat
nur iman subono 39
BPD dibentuk atas platform minimal yang disepakati Platform tersebut mengakomodasi dan mengagregasi kepentingan gerakan demokrasi yang paling utama menyangkut kepentingan banyak orang. BPD dapat berkembang menjadi partai politik.
40
Agenda BPD (2) Keempat, memajukan berbagai bentuk pakta sosial, khususnya dalam rangka:
melawan hubungan simbiosis penuhkepentingan antara negara, bisnis, dan komunalisme dalam rangka memerangi korupsi, kolusi dan nepotisme; memperjuangkan peluang yang setara untuk memajukan pembangunan ekonomi yang dinamis dan adil, dengan wawasan pertanggungjawaban sosial dan keberlanjutan lingkungan.
nur iman subono 42
Agenda BPD (3) Kelima, demonopolisasi sistem representasi dan sistem kepartaian yang semakin lama semakin tertutup untuk:
membuka peluang terciptanya sistem representasi popular sebagai alternatif terhadap sistem representasi elitis yang berlaku sekarang; memperluas peluang membangun partai politik dari bawah, dari konteks lokal.
nur iman subono 43
Terima Kasih
Binny Buchori ? Mengapa tidak, ia lebih tahu soal rakyat kok dibandingkan lainnya
45
Jawaban atas kondisi struktural yang bermasalah tersebut ditanggapi oleh dua pandangan yakni : (a) sebagian kalangan progresif menganggap bahwa neoliberalisme global sebagai biang masalahnya (penghambat demokrasi yang sejati), dan karenanya ini yang harus dilawan terlebih dahulu (b) sebagian kalangan status-quo mulai memperkenalkan, secara teoritis, disebut demokrasi sekuensi (sequence democracy). Demokrasi pada umumnya baru bisa tumbuh dan berkembang melalui sejumlah kondisi dan pengalaman. Ini artinya, beberapa kondisi yang ada seperti tegaknya rule of law, tingkat pembangunan ekonomi, kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat, stabilitas sosial-politik, dan manajemen pemerintahan yang baik harus terbangun dan mapan terlebih dahulu sebelum kemudian demokrasi dipromosikan (Berman, 2007). Misal Pernyataan Wapres Jusuf Kalla, Ketua Penasehat Golkar Surya Paloh, Panglima TNI, Djoko Santoso, Ketua PBNU KH. Hasyim Muzadi
nur iman subono 47
50
Tahapan Riset
Identifikasi informan berbasis isu gerakan (frontline) Wawancara informan berbasis kuesioner Analisa data Executive report Diseminasi hasil riset (Regional Assessment Council)
53
Bagan 1: Relasi Pusat Kekuasan dan Masyarakat pada Era Orde Baru
NEGARA YANG KUAT
(Strong State)
KEKUATAN KOMUNALISME
Politik Massa Mengambang Pembentukan Organisasi Korporatis (mis: PWI, KNPI, HKTI, SPSI, PGRI) Penyerdehanaan partai Politik Pemberlakuan Azas Tunggal Pancasila untuk partai politik dan ormas
KEKUATAN BISNIS
MASYARAKAT
nur iman subono 54
MEMBURUKNYA RELASI TOP-DOWN NEGARA DAN MASYARAKAT DAN ALTERNATIF DARI BELOW YANG LEMAH
PAKTA DEMOKRATIK BISNIS DAN BURUH BERORIEN TASI KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN PERTUMBUHAN
56
7 Strategi
TUJUAN INSTRUMENTAL
6c
6a 7a 4
?
1
6b 5 7b
Jalanpintas
AKTOR
nur iman subono 57
Wilayah Gerakan
A. WILAYAH NEGARA B. WILAYAH BISNIS C. WILAYAH UNIT MASYARAKAT SWADAYA D. WILAYAH PUBLIK
58
(a) representasi formalistik (formalistic representation) : penataan institusional yang mendahului dan memprakarsai representasi.
otorisasi (authorization): cara-cara di mana wakil (representative) mendapatkan posisi, status atau jabatan, akuntabilitas (accountability): kemampuan konstituen untuk menghukum (punish) wakilnya yang gagal atau tidak memenuhi janjinya, atau sebaliknya, memberikan tanggapan (responsiveness) wakil terhadap konstituennya;
(b) representasi simbolik (simbolic representation) merujuk kepada respon emosional mereka yang diwakili terhadap wakilnya. Cara-cara di mana wakil stand for mereka yang diwakilinya; (c) representasi deskriptif (descriptive representation) merujuk kepada sejauh mana wakil menyerupai (resemble) mereka yang diwakilinya; (d) representatif substantif (substantive representation) yang merujuk kepada aktivitas dari para wakil yang bertindak atas nama kepentingan atau sebagai agen dari mereka yang diwakilinya.
nur iman subono 59
1975 Otoritarian Eropa Barat, Amerika Utara, Australia Amerika Latin Afrika Sub-Sahara Eropa Timur, bekas USSR Asia TimurTengah, Afrika Utara Total/Persentase Kristian Stokke, 2004 2 Demokrasi Parsial 0 Demokrasi Liberal 22 Otoritarian 0
15 43 9 18 14 101 (68,7%)
2 2 9 4 3 11 (7,5%) 31 %
5 3 0 3 2 35 (23,8%)
2 12 5 11 13 43 (26,2)
5 16 14 4 3 42 (25,6%) 74 %
15 20 8 10 2 79 (48,2%)
60
Regime Change
Democratic Negotiation
nur iman subono 61
NEGOISASI DEMOKRATIK
(DEMOCRATIC NEGOTIATION)
REGIME CHANGE
Compromise Path
Return to Authoritarian
Democratic Consolidation
nur iman subono 62
PENYELESAIAN ELITE
(ELITE SETTLEMENT )
Jika
Demokrasi terkonsolidasi
Penyelesaian Elite
Tidak
Demokrasi semu
Higley and Gunther,1992`
63
INDIKATOR-INDIKATOR DEMOKRASI
Norma dan Kepercayaan Perilaku Pimpinan pemerintahan, lembaga2 negara, partai2 politik, dan kelompok2 kepentingan, saling menghargai hak untuk berkompetisi memperebutkan kekuasaan secara damai, menjauhkan diri dari kekerasan, mematuhi hukum, undang-undang, dan norma-norma perilaku politik yang disepakati bersama. Para elit menghindari retorika yang dapat menghasut pengikut mereka pada kekerasan, intoleransi, atau cara2 ilegal. Pemimpin politik tidak memakai militer untuk keuntungan pribadi Tak ada partai, kelompok kepentingan, gerakan atau lembaga yang secara politik berupaya menggulingkan demokrasi atau memakai kekerasan, kecurangan, atau cara2 inkonstitusional atau anti-demokrasi lainnya sebagai taktik mengejar kekuasaan dan sasaran2 politik lainnya
Tingkat
Elite
Pemimpin dari organisasi2 opini, budaya, bisnis, dan sosial mempercayai legitimasi demokrasi. Semua pimpinan dan pemerintahan dan partai2 politik secara politik, meyakini bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan terbaik dan aturan2 dan institusiinstitusi dari sistem konstitusional pantas mendapat dukungan. Keyakinan2 ini terwujudkan dalam retorika politik, ideologi, tulisan2 dan gerak-gerik simbolis mereka Partai, kelompok kepentingan, dan gerakan sosial secara politik mendukung legitimasi demokrasi, aturan2 dan institusi2 negara, dalam anggaran dasar, tulisan2 dan deklarasi2 mereka
Organisasi
Massa
Tak ada gerakan, partai, atau organisasi antiLebih dari 70% publik percaya bahwa demokrasi yang mendapat dukungan massa, demokrasi lebih baik dari bentuk dan warga negara tidak biasa memakai pemerintahan lainnya, dan demokrasi kekerasan, kecurangan, atau cara2 ilegal dan yang ada di negeri tersebut adalah inkonstitusional lainnya untuk mewujudkan bentuk pemerintahan yang paling pas. nur iman subono 64 pilihan2 atau kepentingan2 politik mereka Hanya 15% publik yang mendukung pemerintahan otoriter
Perbandingan: Demokrasi bukan hanya sekedar apakah hak-hak individu ada pada
peraturan atau undang-undang (on paper) sebagaimana demokrasi formal, tapi apakah hak-hak tersebut memiliki makna yang nyata bagi masyarakat (real meaning for people), dan ini yang disebut demokrasi substantif. Dengan kata lain, ini menyatakan mengenai masalah redistribusi kekuasaan (redistribution of power) (Grugel, 2002, hal. 5)
66