Anda di halaman 1dari 3

PENGUJIAN LAPANGAN EFIKASI HERBISIDA RISTOP 240 AS TERHADAP GULMA PADA BUDIDAYA KARET MENGHASILKAN EDISON PURBA Program

Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara 1. 1. Latar Belakang Gulma di perkebunan karet dapat merugikan baik produksi karet itu sendiri maupun gangguan terhadap kegiatan pengelolaannya yang pada akhirnya menurunkan keuntungan usaha perkebunan tersebut. Penting tidaknya suatu jenis gulma di suatu areal perkebunan karet ditentukan atas tingkat kerugian yang dapat ditimbulkan oleh gulma tersebut terhadap pertumbuhan, produksi maupun gangguan yang ditimbulkan terhadap pengelolaan perkebunan karet. Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet diketahui dapat menyebabkan, kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya persaingan terhadap faktor tumbuh yang dibutuhkan. Misalnya, gulma yang terdiri dari jenis Paspalum Conjugatum, Axonopus Compress dan Digitaria adscendens dibiarkan tumbuh tanpa pengendalian mengakibatkan sebanyak 85% bibit karet menjadi tidak memenuhi syarat untuk diokulasi karena pertumbuhan lilitan batang yang terhambat. P. conjugatum juga telah dilaporkan dapat menekan pertumbuhan tinggi, jumlah daun, dan lilit batang berturut-turut sebesar 80%, 89% dan 53% dipembibitan karet (Nasution, 1986). Pengendalian gulma secara khemis telah umum dilakukan di perkebunan karet. Pengendalian secara khemis dilakukan dengan cara penyemprotan pada sepanjang strip sepanjang barisan tanaman. Dengan pengaplikasian herbisida maka gulma yang mati disekitar tanaman tidak terbongkar keluar sehingga bahaya erosi dapat ditekan sekecil mungkin disamping pekerjaan pengendalian dapat diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih cepat dibanding dengan metoda lain seperti membabat dan mengikis. Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan. 1.2. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk mengevaluasi efikasi herbisida RlSTOP 240 AS (isopropil amina glifosat 240 g/l) terhadap gulma pada tanaman karet menghasilkan dan membandingkan daya kendalinya dengan herbisida POLARlS. II. BAHAN DAN METODA 2. 1. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Afdeling I kebun PT. Paya Pinang, Tebing Tinggi, Sumatera Utara pada bulan Desember 1999 hingga Maret 2000. Tanaman karet yang diusahakan klon BPM I berumur dua belas tahun dengan populasi tanaman 500 pohon/Ha.

2004 Digitized by USU digital library

2. 2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah herbisida RISTOP 240 AS (isopropil amina glifosat 240 g/l) yang sebelumnya telah disegel oleh Komisi Pestisida dengan contoh nomor 187/KP/10/99 dan POLARIS sebagai herbisida pembanding. Sedangkan alat yang dipakai adalah alat semprot punggung (knapsack sprayer) MATABI. Penyemprotan dilakukan dengan mempertahankan nozel pada ketinggian 40 cm diatas gulma sasaran sehingga menghasilkan lebar bidang semprot 1,2 m. Aplikasi herbisida dilakukan dengan cara menyemprotkan herbisida pada sepanjang strip tanaman selebar 240 cm (120 cm disebelah kiri dan 120 cm di sebelah kanan strip tanaman). Penyemprotan dilaksanakan dengan tekanan dalam tanki sprayer 1,2 bar menghasilkan volume semprot sebanyak 520 liter per hektar pada kecepatan langkah penyemprot sekitar 3 detik per meter. Penyemprotan dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 1999 saat keadaan cuaca terang dan hujan tidak turun hingga 12 jam setelah penyemprotan. 2. 3. Metode Percobaan Perlakuan yang diuji dalam percobaan ini terdiri atas empat perlakuan herbisida ditambah dengan satu kontrol (tanpa pengendalian) (Tabel 1). Percobaan disusun dalam suatu rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 (empat) ulangan. Aplikasi herbisida dilakukan terhadap gulma sasaran dengan kondisi penutupan telah mencapai sekitar 80%. Setiap plot percobaan berukuran panjang 28 m dan lebar 2,4 m. Jarak antar plot dibuat satu baris tanaman sehingga pengaruh drift antara perlakuan yang satu dengan yang lain dapat dihindarkan tanaman yang diamati secara visual 2, 4, 8, dan 12 MSA dengan skoring sebagai berikut: 0 = Tidak ada keracunan, 0% -5% bentuk dan atau warna daun muda tidak normal. 1 = Keracunan ringan, >5% -10% bentltk dan atau warna daun muda tidak normal. 2 = Keracunan sedang, >10% -20% bentuk dan atau warna daun muda tidak normal. 3 = Keracunan berat, >20 -50% bentuk dan atau warna daun muda tidak normal. 4 = Keracunan sangat berat, >50% bentuk dan atau warna daun muda tidakn ormal.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 1. Komposisi Gulma Dominan Pada saat aplikasi dilakukan, gulma yang mendominasi areal pertanaman (sekitar 97%) adalah Cyrtococcum acrescens dengan penutupan lahan sekitar 80%. Beberapa rumpun (sangat jarang) terdapat pakis (Cyclosorus Aridus) dan Axonopus compressus. 3. 2. Penutupan Gulma dan Bobot Kering Bobot kering gulma yang diperoleh dari setiap petak contoh (0,5 m x 0,5 m) ditampilkan pada Tabel 2.

2004 Digitized by USU digital library

Tabel 2. Pentupan dan bobot kering gulma pada pengamatan 4, 8, dan 12 MSA.
Perlakuan Dosis (L/Ha) Penutupan (%) 4 MSA 8 MSA 12 MSA 4 SMA Bobot Kering (gr) 8 SMA 12 MSA

RISTOP 240 AS RISTOP 240 AS RISTOP 240 AS POLARIS 240 AS Kontrol(tanpa pengendalian)

6,0 4,0 2,0 4,0 -

0b 0b 0b 0b 95a

0b 0b 0b 0b 100a

0b 0b 1,6b 0b 100a

0b 0b 0b 0b 12,64

0b 0b 0b 0b 23,84a

0,74b 1,57b 3,75b 0,15b 28,81b

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % Tabel 2 menunjukkan bahwa herbisida RISTOP 240 AS pada dosis 2, 4, dan 6 l/ha serta POLARIS 240 AS sangat efektif mengendalikan gulma C. acrescens, Pengendalian tersebut mampu bertahan sampai dengan 12 MSA (tiga bulan). Pada saat tersebut, 12 MSA, gulma pada setiap plot perlakuan herbisida sudah mulai tumbuh diatas permukaan tanah. Namun pertumbuhan gulma tersebut nyata sekali perbedaannya dibanding dengan IV. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa RISTOP 240 AS mampu secara efektif mengendalikan gulma (terutama C. acrescense) pada tanaman karet menghasilkan yang ditunjukkan oleh data penutupan dan bobot kering gulma. Pengendalian gulma dengan RISTOP 240 AS dapat bertahan efektif sampai dengan tiga bulan setelah aplikasi. Daya kendali RISTOP 240 AS tidak berbeda dengan hasil pengendalian oleh herbisida POLARIS 240 AS. Penggunaan RISTOP 240 AS pada barisan tanaman karet menghasilkan secara baik dan benar tidak menimbulkan keracunan pada tanaman karet. BAHAN BACAAN Mangoensoekarjo, S. 1983. Pedoman pengendalian gulma pada budidaya perkebunan. Departemen Pertanian, Direktorat Jend. Perkebunan. 99 hal. Nasution, U. 1986. Gulma dan pengendaliannya di perkebunan karet Sumatera Utara dan Aceh. PT. Gramedia, Jakarta. 269 hal. Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1983. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta. 210 hal. 2004 Digitized by USU digital library

Anda mungkin juga menyukai