org
KEBIJAKAN FORMULASI KEJAHATAN PERANG
DALAM HUKUM PIDANA NASIONAL *)
Oleh :
Barda Nawawi Arief
1. Kejahatan perang termasuk salah satu jenis kejahatan yang sudah dikenal
sejak dahulu kala (zaman kuno), walaupun baru diatur secara tertulis pada
abad 19 (Deklarasi Den Haag 1899) dan terakhir diatur dalam Statuta Roma
kebijakan formulasi.
*)
Disajikan pada Seminar “Kejahatan Perang Dalam Hukum Nasional Indonesia”, diselenggarakan
oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan HAM, bekerja sama
dengan International Committee of the Red Cross (ICRC) Delegasi Jakarta, di Hotel Sahid Jakarta, tgl.
29 Desember 2004.
1
www.legalitas.org
hanya itu atau tidak berhenti sampai di situ. Permasalahan selanjutnya yang
3. Dilihat dari sudut kebijakan hukum pidana (“penal policy”), masalah inti dari
annya/pertanggungjawaban pidananya?
r g
s .o
4. Patut dicatat, bahwa “kriminalisasi kejahatan perang” itu sendiri (dalam arti
li ta
“layakkah/perlukah kejahatan perang dikriminalisasikan”), sebenarnya sudah
a
. l eg
w :
tidak lagi menjadi masalah, karena
w
w
a. Dunia internasional sudah mengakui kejahatan perang sebagai salah satu
dalam UU, baik di dalam KUHP (antara lain: Albania, Armenia, Australia,
(seperti “War crime of wilful killing”; “War crime of murder”; “War crime of
1)
Lihat Lampiran -1.
2
www.legalitas.org
torture “; “War crime of inhuman/cruel treatment”; “War crime of biological/
li ta
a
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan perda-
g
le
maian dunia. w.
ww
5. Jadi kriminalisasi kejahatan perang itu sendiri (dalam arti “apakah perlu/layak
dalam KUHP atau di luar KUHP); (b) apa saja yang perlu diformulasikan
2)
Lihat Lampiran (Tabel)-2.
3)
Lihat a.l. pasal-pasal KUHP tentang pembunuhan (Psl. 338 dan 340); penganiayaan berat (Psl. 354);
memaksa/memeras pengakuan (422); merampas kemerdekaan secara melawan hukum (Psl. 333); pencu-
rian yg diperberat (Psl. 363 dan 365); menghancurkan gedung/bangunan (Psl. 200 dan 201); perkosaan
(Psl. 285);
3
www.legalitas.org
(ruang lingkup jenis tindak pidana dan materi/aturannya); dan (c) model for-
mulasinya (pengaturan/perumusannya).
4)
Lihat Lampiran (Tabel) – 1.
4
www.legalitas.org
7. Di Rep. Federal Jerman, dimasukkan dalam Chapter One: “Crimes
against Peace, High Treason and Endangering the Democatic Rule of
Law”;
11. Di Romania, dimasukkan dalam Title IX: “Crimes Against Peace And
Mankind” dan Title X : “Crimes Against Romania’s Defence Capa-
city”;
5)
UU waktu itu ialah “Ordonnantie begripsomschrijving oorlogsmisdrijven” (Ordonansi Perumusan
Pengertian Kejahatan Perang) Stb. 1946 : 44, dan “Ordonnantie Strafrecht Oorlogsmisdrijven”
(Ordonansi Hukum Pidana Kejahatan Perang) Stb. 1946 : 45;
5
www.legalitas.org
men-dokumen internasional;
- Ada yang merumuskannya dalam satu pasal atau satu bab, dan ada
g
ada yang hanya mengelompokkan beberapa tindak pidana dalam
r
s .o
li ta
satu pasal (seperti pengelompokan “war crimes” dalam Psl. 8 Sta-
g a
le
tuta Roma), tetapi ada juga yang memerinci setiap unsur tindak
w.
ww
pidana dalam satu pasal tersendiri [seperti dalam Statutory Instru-
ment 2001 No. 2505 tentang The International Criminal Court Act
delik]. 6)
6
www.legalitas.org
b. diintegrasikan ke dalam KUHP Baru/Nasional yang akan datang,
7
www.legalitas.org
b. dengan “pola terpadu/integral”, yaitu diintegrasikan atau diatur berdekat-
10. Sebagai informasi dapat dikemukakan, bahwa untuk sementara RUU KUHP
memilih “pola khusus/parsial” (No. 9a) yang dimasukkan sebagai bagian dari
Bagi Orang, Barang, dan Lingkungan Hidup”. 7) Namun di samping itu, seperti
lasi “pola terpadu” (No. 9b). Sebagai contoh, dapat dikemukakan formulasi
g
o r
. “war crimes” yang mengan-
“pola terpadu” sebagai berikut (khususnya a s
untuk
a lit
dung unsur “pembunuhan”) :
. leg
w w
POLA FORMULASI TERPADU/INTEGRAL
w
(Diintegrasikan dengan : TP Pembunuhan)
7)
Lihat Lampiran-4.
8
www.legalitas.org
9
www.legalitas.org
associated with an international armed conflict.
10
www.legalitas.org
akibat eks- hukum;
perimen me- b) Terhadap orang dari pihak lawan/musuh; ∗ Ps. 8(2)(b)(x)-2
dis/ilmiah c) Berakibat mati; St.Roma jo. The
d) Dilakukan dlm konflik bersenjata internasional maupun ICC Act 2001
non internasional. (Elements of
(War crime of
medical or Crimes)
scientific ex-
periments) ∗ 8(2)(e)(xi)-2 St.
1. The perpetrator subjected one or more persons to a Roma jo. The
medical or scientific experiment. ICC Act 2001
(Elements of
2. The experiment caused death or seriously endangered Crimes)
the physical or mental health or integrity of such person or
persons.
11
www.legalitas.org
Catatan :
- No. urut 1 merupakan “delik induk/pokok”; yang lainnya (No. 2 dst.) merupakan
“faktor/alasan pemberatan pidana” (delik pembunuhan yang diperberat);
- No. 2 dst. dapat dijadikan ayat (2) dst. dari delik No. 1 atau dijadikan delik
(pasal) tersendiri di dalam satu Bab yang sama. Ini yang dimaksud dengan
“formulasi terpadu/integral”.
-o0o-
r g
s .o
li ta
g a
le
w.
ww
12