Anda di halaman 1dari 42

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warganegara yang memiliki komitmen untuk mempertahankan Negara. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10). Dalam arti lain, pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi dan ketrampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan, oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberikan pemahaman serta meningkatkan prestasi belajar peserta didik (siswa). Prestasi belajar siswa di sekolah sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar siswa yang kurang efektif, bahkan siswa sendiri tidak merasa termotivasi di dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sehingga menyebabkan siswa kurang atau bahkan tidak memahami materi yang bersifat sukar yang di berikan oleh guru tersebut. Kecenderungan

pembelajaran yang kurang menarik ini merupakan hal yang wajar di alami oleh guru yang tidak memahami kebutuhan dari siswa tersebut baik dalam karakteristik, maupun dalam pengembangan ilmu. Dalam hal ini peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi peserta didik bukan

hanya pembelajaran berbasis konvensional. Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana pembelajaran yang kondusif serta hubungan komunikasi antara guru, siswa dapat berjalan dengan baik. Berangkat dari hal tersebut multimedia interaktif dalam kelas dikembangkan atas dasar asumsi bahwa proses komunikasi di dalam pembelajaran akan lebih bermakna (menarik minat siswa dan memberikan kemudahan untuk memahami materi karena penyajiannya yang interaktif), jika memanfaatkan berbagai media sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran. Dari segi pengertian, multimedia interaktif dapat di artikan sebagai kombinasi berbagai unsur media yang terdiri dari teks, grafis, foto, animasi, video, dan suara yang disajikan secara interaktif dalam media pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Fenomena tersebut mengakibatkan adanya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Untuk mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas diperlukan adanyapeningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini keberhasilan pendidikan tak lepas dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta. Menurut beberapa ahli (Darsono, 2001; Muhroji, 2006; Wibowo, 2006; Ibnu, 2007), sekolah merupakan tempat pengembangan kurikulum formal, yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran,(2) bahan pelajaran yang tersusun sistematis, (3) strategi pembelajaran, dan (4)sistem evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai. Pembelajaran PKn di sekolah bertujuan menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena itu pembelajaran PKn harus dibuat lebih menarik dan mudah dipahami, karena PKn lebih membutuhkan pemahaman dari pada penghafalan. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satunya perlu di dukung media pembelajaran yang sesuai.Penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian

pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain itu juga akan memberikan pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis. Dalam proses perolehan atau perubahan terhadap pengertianpengertian yang mendalam (insights) diperlukan suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran. Dengan bantuan media dapat diajarkan cara-cara mencari informasi baru, menyeleksinya dan kemudian mengolahnya, sehingga terdapat jawaban terhadap suatu pertanyaan.dalam suatu pembelajaran, azhar Arsyad (2002) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara menarik dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.Lee, Nicoll, dan Brooks (2005) dalam penelitiannya tentangPerbandingan Pembelajaran Berbasis Web secara Inkuiri dan Contoh Kerja dengan Menggunakan Physlets, menemukan bahwa siswa merasa tertolong dengan penggunaan model pembelajaran MMI jenis Physlets, dalam hal memvisualisasikan konsepkonsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret.Model pembelajaran MMI jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran PKn di kelas yaitu menanamkan konsep secara langsung baik yang bersifat abstrak maupun konkret. Hendrawan dan Yudhoatmojo (2001) dalam penelitiannya tentang Efektivitasdari Lingkungan Pembelajaran Maya Berbasis Web (Jaringan), juga mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi (model pembelajaran MMI) dapat meningkatkan nilai para siswa (konsep), sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi

dari pengalaman belajar mereka. Berdasarkan hasil observasi awal di SMA N 1 BAGAN SINEMBAH didapatkan bahwa kebanyakan pembelajaran PKn, masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Akibatnya hasil penguasaan konsep yang dicapai dari pembelajaran konvensional cukup rendah. Seperti ditunjukkan oleh rata-rata hasil ujian sekolah di SMA N 1 BAGAN SINEMBAH hanya mencapai nilai 6,44 pada skala 10. Selain itu juga,ketika berwawancara dengan salah satu Guru PKn di SMA N I BAGAN SINEMBAH dalam dalam proses pembelajaran, bahwa sikap belajar siswa di SMA ini, mengenai motivasi cukup rendah dan cenderung malas belajar PKn di kelas. Atas dasar pertimbangan nilai rata-rata ujian sekolah dan hasil wawancara tersebut, penulis berkeinginan menggunakan model pembelajaran MMI dalam pembelajaran PKn di kelas XI pada SMA N 1 BAGAN SINEMBAH agar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan memperbaiki sikap belajar siswa. Selanjutnya, model pembelajaran MMI ini diharapkan dapat menemukan pola yang lebih efektif untuk mengetahui berbagai kelebihan dan kekurangaan dari model pembelajaran MMI, sehingga hasilnya dapat diterapkan pada kondisi pembelajaran. Dari permasalahan yang telah di kemukakan, maka penulis tertarik untuj melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran multimedia interaktif ( MMI ) untuk meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 2 BAGAN SINEMBAH.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan di atas, maka dapat dirumuskan perumusan masalahnya yaitu : Rumusan masalah dalam penelitian ini : Apakah penggunaan model pembelajaran multimedia interaktif ( MMI ) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH ?

C. TUJUAN PENELITIAN 1.Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar PKn Siswa kelas XI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH melalui model pembelajaran multimedia interaktif. 2. Tujuan Khusus 2.1 Untuk mengetahui apakah penerapan Model pembelajaran multimedia Interaktif ( MMI ) dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH. 2.2 Mempermudah pemahaman suatu materi pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran multimedia interaktif. 2.3 Mengetahui pengaruh penggunaan penerapan model pembelajaran multimedia interaktif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa kelas XI SMA N 1 BAGAN SINEMBAH

D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini di harapkan memperoleh manfaat antara lain :

1. Pengenalan perangkat teknologi informasi dan komunikasi kepada siswa. 2. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri maupun siswa. 3. Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang Iptek di bidang pendidikan, khususnya di SMA N 1 Bagan Sinembah. 4. Pemanfaatan multimedia dapat membangkitkan motivasi belajar PKn para siswa, karena adanya multimedia membuat presentasi pembelajaran menjadi lebih menarik. 5. Multimedia dapat digunakan untuk membantu pembelajar membentuk model mental yang akan memudahkannya memahami suatu konsep. 6. Mengikuti perkembangan Iptek, dll.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Menurut Ahkmad Sudrajat (2007:8) menyatakan bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penggunaan model pembelajaran dalam kegaitan belajar mengajar harus memperhatikan banyak aspek agar model yang diterapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tertentu. Jenis skill yang diajarkan juga menentukan model yang diterapkan. Disamping itu, jumlah siswa dalam satu ruang kelas juga perlu diperhatikan, karena jumlah siswa yang banyak di banding dengan yang sedikit akan mempengaruhi model pembelajaran yang diterapkan. Menurut Mulyasa (2002:28) bahwa model pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Sementara itu, Ibrahim (2000:3) menegaskan bahwa aplikasi suatu model sangat penting, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya

membantu siswa memahami stuktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran perlu diterapkan oleh tenaga pendidik dalam usaha mentransformasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada siswa. Pemilihan model pembelajaran harus dipertimbangkan berdasarkan banyak faktor, diantaranya yaitu; skill yang ingin diajarkan, tingkat kesulitan materi ajar, jumlah siswa dalam satu kelas dan lain sebagainya.

B. Model Pembelajaran Agar lebih memahami model pembelajaran, maka perlu memberikan pengertian tentang model pembelajaran sehingga dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat sasaran. Menurut Ahkmad Sudrajat (2007:7) bahwa model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Sedangkan menurut M. Hasan Siddik (2007:12) bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran yang sedikitnya siswa diarahkan untukmengikuti langkah-langkah, antara lain; a) Apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat, b) Explorasi, Pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai

jawaban daridugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung, c) Diskusi dan Penjelasan Konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada Tahapan ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat Kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab dan d) Pengembangan dan Aplikasi, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas. Lebih lanjut Hamzah B. Uno (2007:25) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam suatu bidang ilmu.Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang terencana yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran dimana siswa diorong untuk mengikuti langkah-langkah dari suatu model pembelajaran tersebut. Tujuan utamanya adalah agar siswa dapat meningtkan kemampuannya pada kecakapan atau keterampilan tertentu.

C. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Banyak sekali jenis-jenis model pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh tenaga pendidik di sekolah dalam rangka meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar mereka. Menurut Dedi Supriawan dan Benyamin Surasega (1990:31) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: 9

(1) modelinteraksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran. Sementara itu Hamzah B. Uno (2007:10) bahwa model pembelajaran diantaranya adalah; 1) model perolehan konsep, tokohnya adalah Jerome Brunner, 2) model berpikir induktif, tokohnya adalah Hilda Taba, 3) model inquiry training, tokohnya adalah Richard Suchman, 4) model scintific inquiry, tokohnya adalah Joseph J. Schwab, 5) model penumbuhan kognitif, tokohnya adalah Piaget, Freud Irving Seil dan Kohlberg, 6) model advance organizer, tokohnya adalah David Ausubel, dan 7) model memory, tokohnya adalah antara lain Herry Loereyne, dan Jerry Lucas. Selanjutnya, beberapa model pembelajaran yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1. STAD (Students Team Achievement Divisions) Approach. Jenis model pembelajaran ini bertujuan untuk mendorong siswa belajar secara bersama atau kelompok yang berarti kelompok prestasi siswa berdasarkan kelompok. Menurut Slavin (1995) yang dikutip oleh Pusat Kurikulum Nasional,2007:9) bahwa langkah-langkah pelaksanaan STAD adalah: 1) Membentukkelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurutprestasi, jenis kelamin, suku, dll), 2) Guru menyajikan pelajaran, 3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok.

10

Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti, 4) Guru member kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, 5) Memberi evaluasi dan 6) Kesimpulan 2. Jigsaw Approach Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang dilakukan secara kelompok. Jigsaw ini juga dikatakan sebagai model tim ahli dengan penerapannya berkelompok. Menurut Aronson dkk (1978) bahwa langkahlangkah penerapannya sebagai berikut: 1) Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim, 2) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, 3) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalamkelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka, 5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh, 6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi, 7) Guru memberi evaluasi, dan 8) Penutup.

11

3. Kepala Bernomor Struktur Medote pembelajaran ini dilakukan dalam kelompok, dimana setiap siswa dalam satu kelompok memiliki nomor tertentu yang akan dijadikan patokan dalam penentuan pembagian tugas berangkai dalam proses belajar. Adapun langkahlangkahnya menurut Depdiknas (2007:11) adalah sebagai berikut: 1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor, 2)Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bias saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka, 4) Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain, dan 5) Kesimpulan 4. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction) Metode pembelajaran yang berdasarkan masalah yang ditemukan siswa sdalam proses pembelajaran dapat dijadikan strategi pembelajaran agar masalah yang dihadi siswa dapat teratasi. Dalam hal ini, guru harus jeli melihat permasalahan siswa dalam belajar dalam rangka menentukan sarana atau alat pembelajaran. Disamping itu, guru juga harus bisa merangsang motivasi siswa dalam proses belajar agar mereka berpartisipasi aktif dalam pemecahan masalah

12

tersebut. Menurut Depdiknas Depdiknas (2007:12) tentang langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih, 2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.), 3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah, 4) Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya, dan 5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan prosesproses yang mereka gunakan. 5. Group Investigation Metode pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses pembelajaran dimana setiap kelompok harus bersifat heterogen dalammelakukan penyelidikan yang biasanya dilakukan di luar kelas, seperti penyelidikan jumlah dan jenis buku di perpustakaan sekolah, mendata tanaman atau menyelidiki tanaman dalam pelajaran biologi dan lain-lain. Menurut Yadi Rosadi (2007:9) bahwa model koperatif tipe Group Investigation dengan sintaksnya: Pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal

13

mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah, jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah), pengoalahn data penyajian data hasi investigasi, presentasi, kuis individual, buat skor perkembangan siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Sedangkan Depdiknas (2007:14) menyatakan bahwa langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut: 1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen, 2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok, 3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain, 4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan, 5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok, 6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan, 7) Evaluasi, dan 8) Penutup. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bahwa guru memiliki banyak pilihan dalam menentukan metode pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajarannya. Guru juga bisa memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan mata pelajaran. Penerapan metode-metode pembelajaran sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Disamping itu, penerapan metode yang tepat akan mendorong siswa untuk aktif dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.

14

D. Model Pembelajaran Multimedia Interaktif ( MMI ) Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan tenaga pendidik Multimedia Interaktif ( MMI ). Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium (Bahasa Latin) yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991) juga diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi (Rachmat dan Alphone,2005/2006).

Beberapa definisi multimedia menurut beberapa ahli (dalam Rachmat dan Alphone, 2005/2006; Wahono, 2007; dan Zeembry, 2008) diantaranya:

1. Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output Media ini dapat berupa audio

(suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dan kawan-kawan, 2002)

2. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan

teks, grafik, animasi, audio dan video (Robin dan Linda,2001)

3. Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstetter 2001 adalah: pemanfaatan komputer

untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool

yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.

4. Multimedia sebagai perpaduan antara teks teks, grafik, sound, animasi, dan video untuk

menyampaikan pesan kepada publik (Wahono, 2007)

15

5. Multimedia merupakan kombinasi dari data text, audio, gambar, animasi, video, dan interaksi

(Zeembry, 2008)

6. Multimedia (sebagai kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan dan menampilkan

data-data multimedia (Zeembry, 2008)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia meru-pakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik. Pemanfaatan multimedia sangatlah banyak diantaranya untuk: media pembelajaran, game, film, me-dis, militer, bisnis, desain, Arsitektur, olahraga, hobi, iklan/promosi, dll. (Wahono, 2007).

1. Pemanfaatan Multimedia Untuk Pembelajaran

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dalam pembelajaran multimedia yaitu:

1. Pengenalan perangkat teknologi informasi dan komunikasi kepada siswa. 2. Memberikan pengalaman baru dan menyenangkan baik bagi guru itu sendiri maupun siswa. 3. Mengejar ketertinggalan akan pengetahuan tentang Iptek di bidang pendidikan. 4. Pemanfaatan multimedia dapat membangkitkan motivasi belajar para siswa, karena adanya multimedia membuat presentasi pembelajaran menjadi lebih menarik. 5. Multimedia dapat digunakan untuk membantu pembelajar membentuk model mental yang akan memudahkannya memahami suatu konsep. 16

6. Mengikuti perkembangan Iptek, dll.

Secara keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga level (Mayer, 2001) yaitu :

1. Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis ; alat-alat ini dapat diartikan sebagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs). 2. Level semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar, grafik, tabel, dll. 3. Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk menerima tanda (signs).

Dengan memanfaatkan ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan multimedia dan mendapatkan efektifitas pemanfaatan multimedia pada proses pembelajaran. Berikut ini dipaparkan hasil-hasil penelitian berkaitan dengan pemanfaatan multimedia. Pengaruh multimedia dalam pembelajaran menurut YG Harto Pramono antara lain :

a. Multi Bentuk Representasi

Yang dimaksud dengan multi bentuk representasi adalah perpaduan antara teks, gambar nyata, atau grafik. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multi bentuk representasi, informasi/materi pengajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar. Hal ini dijelaskan dengan dual coding theory (Paivio, 2006). Menurut teori ini, sistem kognitif manusia terdiri dua sub sistem : sistem verbal dan sistem gambar (visual). Kata dan kalimat biasanya hanya diproses dalam sistem verbal (kecuali untuk materi yang bersifat kongkrit), sedangkan gambar diproses melalui sistem gambar maupun sistem verbal. Jadi dengan adanya gambar dalam teks dapat meningkatkan memori oleh karena adanya dual coding dalam memori (bandingkan dengan single coding). 17

Seseorang yang membaca/memahami teks yang disertai gambar, aktifitas yang dilakukannya yaitu : memilih informasi yang relevan dari teks, membentuk representasi proporsi berdasarkan teks tersebut, dan kemudian mengorganisasi informasi verbal yang diperoleh ke dalam mental model verbal.

Demikian juga ia memilih informasi yang relevan dari gambar, lalu membentuk image, dan mengorganisasi informasi visual yang dipilih ke dalam mental mode visual. Tahap terakhir adalah menghubungkan model yang dibentuk dari teks dengan model yang dibentuk dari gambar .Model ini kemudian dapat menjelaskan mengapa gambar dalam teks dapat menunjang memori dan pemahaman peserta didik.

Fitur penting lain dalam multimedia adalah animasi. Berbagai fungsi animasi antara lain : untuk mengarahkan perhatian peserta diklat pada aspek penting dari materi yang sedang dipelajari (tetapi awas, animasi dapat juga mengalihkan perhatian peserta dari topik utama), Menurut Schnotz dan Bannert (2003), pemahaman melalui teks dan gambar dapat mendukung pembentukan mental model melalui berbagai route (yang juga ditunjang oleh latar belakang pengetahuan sebelurnnya atau prior knowledge).

Menurut model ini, gambar dapat menggantikan teks dan demikian pula sebaliknya. Model ini dapat juga menjelaskan perbedaan tiap-tiap individu dalam belajar menggunakan multimedia Beberapa hasil penelitian menunjukkan siswa yang memiliki latar belakang pengetahuan sebelurnnya (prior knowledge) tinggi tidak memperoleh banyak keuntungan dengan adanya gambar pada teks, sedangkan peserta diklat dengan prior knowledge rendang sangat terbantu dengan adanya gambar pada teks. Berarti bagi fasilitator/widyaiswara cukup jelas kapan menggunakan gambar pada teks dan kapan tidak menggunakannya. Tetapi perlu diingat juga 18

bahwa pada dasamya gambar sebagai penunjang penjelasan substansi materi yang tertera pada teks, jadi jangan sekali-sekali porsi gambar melebihi teks yang ada. Juga gambar harus relevan dan berkaitan dengan narasi pada teks.

b. Animasi

Menurut Reiber (1994) bagian penting lain pada multimedia adalah animasi. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian peserta didik jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya anirnasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta didik banya akan dapat melakukan proses kognitif jika dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa animasi proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta didik yang merniliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung memerlukan bantuan, salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi yang disampaikan. Jadi seorang fasilitator/widyaiswara hendaknya segera mengetahui prior knowledge peserta sebelurn memutuskan akan menggunakan animasi atau tidak pada tampilan paparannya.

c. Multi Saluran Sensorik

Dengan penggunaan multimedia, peserta diklat sangat dimungkinkan mendapatkan berbagai variasi pemaparan materi. Atau sebaliknya widyaiswara/fasilitator dapat rnnggunakan berbagai saluran sensorik yang tersedia pada media tersebut. Dengan penggunaan multi saluran sensorik, dimungkinkan penggunaan bentuk-bentuk auditif dan visual. Menurut hasil penelitian, perolehan pengetahuan melalui teks yang menggunakan gambar disertai animasi, motivasi belajar peserta akan lebib baik jika teks disajikan dalam bentuk auditif daripada visual. Hal ini terjadi karena

19

pengaruh perhatian bercabang (split attention). Dalam pembelajaran melalui gambar dan teks auditif, peserta terpaksa membagi perhatiannya antara dua sumber informasi. Tetapi dengan pembelajaran melalui gambar dan teks auditif, kapasitas secara penuh tersedia untuk gambar, sedangkan kapasitas auditif secara penuh tersedia untuk teks.

d. Pembelajaran Non Linear

Pembelajaran non linear dirnaksudkan sebagai proses pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan materi-materi dari fasilitator/widyaiswara, tetapi siswa hendaknya menambah pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai somber ekstenal seperti nara sumber di lapangan, studi literatur dari beberapa perpustakaan, situs internet, dan sumber-sumber lain yang relevan dan menunjang peningkatan diri. Berdasarkan suatu penelitian dikatakan bahwa tingkat pemahaman dengan sistem pembelajaran non linear merniliki hasil yang lebih baik dibanding peserta didik mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan hanya dari pendidik. Jadi tugas pendidik untuk dapat merangsang dan menciptakan suatu kondisi semangat menambah ilmu para peserta didik dari berbagai sumber lain. Hal ini biasanya terjadi pada peserta didik yang lebih advance yaitu siswa yang merniliki prior knowledge lebih tinggi karena kesadaran akan pentingnya peningkatan kualitas dan pengembangan diri, tidak atau sedikit terjadi pada peserta diktat tingkat pemula / dasar.

e. Interaktivitas

Interaktivitas disini diterjernahkan sebagai tingkat interaksi dengan media pembelajaran yang digunakan, yakni multimedia. Karena kelebihan yang dirniliki multimedia, memungkinkan bagi siapapun (pendidik dan peserta didik) untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail di

20

dalam multimedia dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Permasalahannya tinggal bagaimana aktivitas behavioristik terhadap multimedia memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak (WI & peserta). Kata kunci pada interaktivitas adalah widyaiswara/fasilitator harus mempunyai cukup pengetahuan akan prior knowledge peserta diktat dan marnpu memberikan motivasi kepada peserta untuk meningkatkan interaksinya dengan multimedia secara holistik (keseluruhan).

2. Aspek Penilaian Multimedia Pembelajaran

Menurut Wahono (2007) penilaian multimedia pembelajaran berdasarkan beberapa aspek yaitu :

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

y y y y y y

Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun penggunaan media pembelajaran Reliable (handal) Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah) Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya) Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada)

y y

Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program)

21

Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain)

Aspek Desain Pembelajaran

y y y y y y y y y y y y y y y y

Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis) Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran Interaktivitas Pemberian motivasi belajar Kontekstualitas dan aktualitas Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Kedalaman materi Kemudahan untuk dipahami Sistematis, runut, alur logika jelas Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

Aspek Komunikasi Visual

Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran

22

y y y y y y

Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan Sederhana dan memikat Audio (narasi, sound effect, backsound,musik) Visual (layout design, typography, warna) Media bergerak (animasi, movie) Layout Interactive (ikon navigasi)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.

Pemanfaatan multimedia sangatlah banyak diantaranya untuk: media pembelajaran, game, film, medis, militer, bisnis, desain, arsitektur, olahraga, hobi, iklan/promosi, dll. (Wahono, 2007). Bila pengguna mendapatkan keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut multimedia interaktif.

Thorn (2006) mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif, yaitu :

(1) Kriteria pertama adalah kemudahan navigasi, (2) Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. (3) Kriteria ketiga adalah presentasi informasi, (4) Kriteria keempat adalah integrasi media, (5) Kriteria kelima adalah artistik dan estetika dan (6) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan.

23

E. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses kegiatan pembelajaran yang terencan dan terarah yang ditujukan kepada peserta didik. Keberhasil belajar dapat diamati melalui adanya peningkatan, penambahan dan pendalaman pengetahuan, serta perubahan sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik Devid Haryalesmana (2008:2) menyatakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai penambahan, perluasan dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Secara konseptual, Fontana(1981) mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relative tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar juga adalah adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.

Pada hakekatnya implementasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga pendidik di sekolah adalah untuk merubah perilaku peserta didik ke arah positif serta memberikannya pengalaman dan pelatihan agar mereka menjadi individu yang terampil di bidangnya masing-masing sehingga mereka mempunyai kecakapan yang dapat diandalkan untuk masa depannya. Menurut S.Nasution (1982:68) belajar adalah sebagai perubahan kelakuan, pengalaman dan latihan. Jadi, belajar membawa suatu perubahan pada diri individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri. Dalam hal ini meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar. Sedangkan Mahfud Shalahuddin (1990:29) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan. Perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak dikenalnya, untuk kemudian dikuasai atau

24

dimilikinya dan dipergunakannya sampai pada suatu saat dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.Menurut R. Gagne (1995) dalam Syahbana (2008:2) menyatakan bahwa

belajar didefinisikan: a) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; dan b) belajar adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Teori belajar disebut juga teori perkembangan mental yang pada prinsipnya berisi tentang apa yang terjadi dan apa yang akan diharapkan terjadi pada mental anak didik yang dapat dilakukan pada usia tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan pelaksanaan serangkaian proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematis, terencana yang terwujud dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Disamping itu hasil belajar dapat dilihat dari adanya keluasan wawasan dan pengetahuan seseorang serta adanya perubahan sikap positif dan penghargaaan terhadap nilainilai luhur dalam usaha pembentukan pola pikir dan karakter seseorang.

F. Pengertian Motivasi Belajar Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Menurut Dr Hamzah B. Uno,M.Pd(2007:1) motivasi adalah kekuatan, baik dalam dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan mental 25

terhadap perorangan atau orang-orang dalam anggota masyarakat. Motivasi juga dapat di artikan sebagai peruses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang di pimpinnya agar memlakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah di tetapkan terlebih dahulu. Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diinterprentasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan dorongan, atau pembakit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu( Andi R Isbandi, 2004) Sebelum mengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah

mengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu ( W.S Wingkel:2006). Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baikdalam memenuhi kebutuhannya Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relative permanen dan secara potensialterjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau beberapa unsur yang mendukung seseorang dalam belajar. Indikator dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Adanya hasyrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

26

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik. G. Tinjauan Tentang PKn A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa di setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat terdiri dari Pendidikan Bahasa, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kep. Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menetapkan bahwa Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan termasuk dalam Mata Kuliah Umum (MKU) dan wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Dengan penyempurnaan kurikulum tahun 2000, menurut Kep. Dirjen dikti No. 267/Dikti/2000 materi Pendidikan Kewiraan disamping membahas tentang PPBN juga dimembahas tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Pendidikan Kewiraan diganti dengan Pendidikan Kewarganegaraan. Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah tentang hubungan warga negara dengan negara, dan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN).

27

B.Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Sebagaimana

lazimnya

semua

mata

pelajaran,

mata

pelajaran

pendidikan

kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi. VISI mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara. Adapun MISI mata pelajaran ini adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan UUD 1945.

Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut :

1. memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan. 2. memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab. 3. memiliki watak dan kepribadian yang baik, sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Aspek-aspek kompetensi tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions).

28

Hal tersebut sejalan dengan konsep Benjamin S. Bloom tentang pengembangan kemampuan siswa yang mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

Aspek kompetensi pengetahuan kewarganegaraan menyangkut kemampuan akademik yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum, dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Keterampilan kewarganegaraan meliputi keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh keterampilan intelektual adalah keterampilan dalam merespon berbagai persoalan politik, misalnya merancang dialog dengan anggota partai politik. Contoh keterampilan berpartisipasi adalah keterampilan menggunakan hak dan kewajiban di bidang hukum, misalnya segera melapor kepada polisi atas tindakan kejahatan yang diketahui.

Watak atau karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan materi yang paling substantive dan esensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.

Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan kewarganegaraan yang baik, memiliki keterampilan intelektual maupun partisipatif, dan pada akhirnya pengetahuan serta keterampilan itu akan membentuk suatu karakter atau watak yang

29

mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan sehari-hari. Watak yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, taat hukum, menghormati orang lain, memiliki kesetiakawanan sosial dan lain-lain.

C. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )

Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 45 Adapun ruang lingkup mata pelajaran PKn adala sebagai berikut ; 1. Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi ; Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia,sumpah pemuda,keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positip terhadap negara kesatuan republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan social. 2. Norma Hukum dan Peraturan, meliputi; Tata tertib dalam kehidupan rumah tangga,tata tertib di keluarga, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daaerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, sistim hukum dan peradilan internasional

3. Hak Azazi Manusia, meliputi; Hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM

30

4. Kebutuhan Warga Negara, meliputi ; Hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebutuhan berorganisasi dan bersosialisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan dan Warga Negara.

H. Hubungan Pembelajaran Model Multimedia Interaktif dengan Motivasi siswa PKn

YG Harto Pramono (2006:22) memaparkan dalam penelitiannya mengenai Model pembelajaran Multimedia Interaktif dan implikasinya terhadap perolehan belajar,

mengemukakan bahwa dengan pemanfatan multitimedia dapat menambah daya tarik siswa dalam proses pembelajaran dan mendorong peningkatan belajar siswa sehingga terlaksnanya peruses npembelajaran yang menyenangkan.

Dengan dilaksanakannya pembelajaran Multimedia Interaktif ini dapat memberi motivasi dan hiburan kepada siswa sehingga dengan penerapan pembelajaran ini di mana siswa dan guru dapat saling berinteraksi agar pelajaran tidak terasa jenuh karena dalam model ini juga terdapat animasi, video dll sehinnga siswa dapat terfokus dalam pelajaran PKn yang pada awalnya terasa sangat membosankan.

31

I.Kerangka Berpikir

Untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam kegiatan belajar mengajar harus dibuatkan suatu media agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan lagi pula komunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan sarana penyampai pesan atau media. Untuk mengantisipasi hal tersebut salah satunya perlu di dukung media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat membantu efektivitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu, selain itu juga akan memberikan pengertian konsep yang sebenarnya secara realistis.

Menurut teori-teori Gestalt-field (Dahar, 1996), belajar merupakan suatu proses perolehan atau perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam(insights), pandangan-pandangan (outlooks), harapan-harapan, atau pola-pola berpikir. Dalam proses perolehan atau perubahan terhadap pengertian-pengertian yang mendalam (insights) diperlukan suatu alat pendidikan ataupun media pembelajaran.

Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.

Seandainya suatu kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan media, maka besar kemungkinan hasil belajar siswa tidak akan memuaskan, sehingga akibatnya SDM kurang berkualitas. Semakin baik dan interaktif suatu mesdia pembelajaran maka akan membawa dampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Brown (1973) mengungkapkan bahwa media

32

pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.

Hamalik (1986) dalam azhar Arsyad (2002) mengemukakan bahwa pemakai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran serta penyampaian pesan dan isi pelajaran sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman karena menyajikan informasi secara menarik dan terpercaya. Selain itu media pembelajaran juga dapat memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi. Hal ini memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran, yang pada akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

Muhammad, 2002; Setiawan, 2007), mengemukakan bahwa model pembelajaran multimedia interaktif diartikan sebagai suatu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (simbol verbal). Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.

Model pembelajaran multimedia interaktif adalah proses pembelajaran dimana penyampaian materi, diskusi, dan kegiatan pembelajaran lain dilakukan melalui media komputer (Darmadi, 2007; Sumantri, 2004; Ellis, Wagner, Longmire,1999). Muhammad (2002) menekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Sutopo (2003) 33

menjelaskan bahwa model pembelajaran multimedia interaktif dalam banyak aplikasi, pengguna dapat memilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban yang mempengaruhi komputer untuk mengerjakan fungsi selanjutnya.

Pada Sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif, pengajar akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran mampu mengabungkan antara text, gambar, audio ,musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran mampu menimbulkan rasa senang selama proses PBM berlangsung. Hal ini akan menambah motivasi siswa selama proses PBM hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang maksimal

J. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran multimedia interaktif dapat meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas XI SMA N 1 Bagan Sinembah Kecamatan Bagan Sinembah kabupaten Rokan hilir.

34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Lokasi kegiatan penelitian ini yaitu di SMA Negeri 1 Bagan Sinembah tahun ajaran 2010/2011. Sedangkan subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XI.b SMA N 1 Kecamatan Bagan Sinembah dengan jumlah siswa 38 orang,17 0rang laki-laki dan 21 orang perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen. yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Bagan Batu, Rokan Hilir 3.1.2 Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dari bulan oktober 2010 sampai dengan selesai

3.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek yang di teliti adalah siswa kelas XI.b SMA Negeri 1 Bagan Sinembah tahun pelajaran 2010/2011, karakteristinya adalah lebih dari 70% dari 38 orang siswa kurang termotivasi belajar PKn. Siswa kurang memperhatikan pelajaran, terkesan acuh dan kurang memperhatikan pelajaran ketika guru menerangkan di kelas.

35

3.2 Variabel Penelitian


Variabel penelitian ini ada dua variabel yaitu dengan menggunakan variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah penggunaan media CD Interaktif Multimedia dalam pemelajaran Lilit ulang Motor Induksi 1 Phase, dan variabel terikatnya respon dan minat terhadap sistem pemelajaran interaktif dengan didukung program animasi.

3.3 Rencana Tindakan 3.3.1 Perencanaan Perencanaan merupakan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Adapun yang dipersiapkan yaitu : a. Menyusun RPP berdasarkan langkah-langkah penggunaan Multimedia Interaktif b. Meminta kesediaan teman sejawat untuk menjadi observasi dalam pelaksanaan pembelajaran. c. Menyiapkan format pengamatan atau lembar observasi terhadap aktivitas yang dilakukan guru dan aktivitas yang dilakukan siswa dan lembar observasi terhadap motivasi belajar siswa.

3.3.2 Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan kelas yangt menggunakan Multimedia interaktif melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

36

3.4 Observasi Pengamatan atau observasi yang dilakukan dalam penelitian ini di lakuka oleh guru PKn kelas XI yang telah bersedia menjadi observer dalam penelitian ini dengan menggunakan format pengamatan yang telah disediakan. Aspek-aspek yang di amati antara lain : a. Aktivitas guru dalam menggunakan model pembelajaran Multimedia Interaktif yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru. b. Aktivitas siswa selama proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Multimedia Interaktif yang dilakukan dengan mengunakan lembar aktivitas siswa. c. Motivasi belajar siswa selama proses perbaikan berjalan dengan menggunakan model pembelajaran Multimedia Interaktif juga dilakukan dengan lembar obsevasi motovasi siswa.

3.5 Refleksi Setelah perbaikan pembelajaran dilaksanakan guru dan observer melakukan diskusi dan menganalsis hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Sehingga diketahui keberhasilan dan kelemahan pembelajaran yang telah di laksanakan Hasil dari analisa data tersebut dijadikan sebagai landasan untuk siklus berikutnya, sihingga antara siklus I dan siklus berikutnya ada kesinambungan dan di harapkan kelemahan pada siklus yang pertama dapat di jadikan sebagai dasar perbaikan ada siklus berikutnya.

37

3.5 Data dan Cara Pengumpulan Data


Menurut Suharsimi Arikunto (1999 : 151) dijelaskan bahwa metodel pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan tujuan peneliti sebagai bagian dari langkah pengumpulan data merupakan langkah yang sukar karena data yang salah akan menyebabkan kesimpulan yang ditarik akan salah juga (Suharsimi Arikunto, 1999 : 21). Agar terhindar dari kesalahan ini, peneliti berupaya untuk mengkaji secara mendalam terhadap berbagai persoalan yang berkaitan erat dengan metode pengumpulan data. Pemilihan metode penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : obyek penelitian, tujuan penelitian, sampel penelitian, lokasi, sumber data, waktu dan dana yang tersedia, jumlah tenaga peneliti dan teknik analisis data yang digunakan.

Adapun data dalam penelitian ini adalah data tentang : 1. Data tentang penggunaan model pembelajaran Multimedia Interaktif, yaitu data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi. 2. Data tentang motivasi belajar siswa dalam pembelajaran yang diperoleh melalui lembar observasi tentang motivasi belajar.

38

3.6 Indikator Kerja Penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi didalam belajar PKn dengan menggunakan Multi media interaktif mencapai 75% dari 17 orang siswa. 1) Aktivitas guru Pengukuran aktivitas guru, karena indicator aktivitas guru adalah 6, dengan pengukuran masing-masing 1 sampai dengan 5 berarti skor maksimal dan minimal adalah 30 (6x5) dan 6(6x1). Menetukan tingkat kesempurnaan guru dalam mengunakan metode Multimedia Interaktif, dapat di hitung dengan cara : A. Menentukan jumlah klasifikasi yang di inginkan, yaitu 5 klasifikasi yaitu sangat sempurna, sempurna, cukup sempurna, kurang sempurna. B. Menentukan interval (I), yaitu I = 30-6 = 4.8 5 C. Menentukan table klasifikasi table klasifikasi standar pelaksanaan metode Multimedia Interaktif, yaitu : Sangat sempurna Sempurna Cukup Sempurna Kurang Sempurna Tidak sempurna apabila 25.2 30 apabila 20.4 25.1 apabila 15.6- 20.3 apabila 10.8 15.4 apabila 6 10.7

39

2) Aktivitas Siswa Pengukuran terhadap intruman aktivitas siswa ini adalah di lakukan = I. tidak di lakukan = 0. Sehingga apabila semua siswa melakukan seperti harapa. Pada semua komponen. Maka skor maksimal sebesar 102 ( 6x17 ). Mnentukan 4 klasifikasi aktivitas dalam menggunakan metode Multimedia Interaktif, dapat di hitung dengan cara : a. Menggukan klasifikasi yang di inginkan, yaitu 4 klasifikasi yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan rendah sekali. b. Interval (I), yaitu I = skor max skor min = 102 0 = 25.5 4 4 c. Menentukan table klasifikasi standar pelaksanaan metode Multimedia Interaktif, Yaitu : Sangat tinggi, Tinggi, Rendah Sangat Rendah apabila 76.5 102 apabila 51 76.4 apabila 25.5 50 apabila 0 24.5

d. Motivasi Belajar di ukur dengan langkah- langkah sebagai berikut : Pengukuran motivasi belajar siswa, kerena indicator motivasi adalah 6, dengan pengukuran masing-masing 0 dan 1 berarti skor maksimal dan minimal adalah adalah 102 ( 17 x 6 ) dan 0. Menentukan 4 klasifikasi tingkat motivasi belajar siswa, dapat dengan cara : a. Menentukan jumlah klasifikasi yang di inginkan, yaitu 4 klasifikasi yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah, dan rendah sekali b. Interval ( I ), yaitu : I skor max Skor min = 102 0 = 25.5 4 c. Menetukan table klasifikasi tingkat motivasi belajar siswa, yaitu : Sangat Tinggi, apabila 76.8 102

40

Tinggi Rendah

apabila 51.2 76.7 apabila 25.6 51.1

Sangat rendah apabila 0 25.5

41

Daftar Pustaka

media.diknas.go.id/media/document/5335.pdf mkn3-kuningan.net/seminar_uny/11_Sunaryo%20S.pdf smkn3-kuningan.net/seminar_uny/04_Nor%20Faizin.pdf http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/12/media-pembelajaran/] http://www.e-dukasi.net/artikel/index.php?id=85 http://www.erlangga.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=365&Itemid=336 http://pendidikansains.blogspot.com/2008/09/penggunaan-model-pembelajaran.html http://smp1wonosari.wordpress.com/2007/10/27/pengembangan-multimedia-center/ http://www.stttelkom.ac.id/library/index.php?option=com_repository&Itemid=34&task=detai&n im=113010055 http://www.google.com/reviews.htm

42

Anda mungkin juga menyukai