Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KEBIJAKAN PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN SERIBU

SULISTRIANTO NIM L4K008013 ____________________________ SEMARANG, DESEMBER 2008

Agenda 21 -Sustainable Development

Agenda 21 Indonesia - stranas


(1) pelayanan masyarakat, (2) pengelolaan limbah, (3) pengelolaan sumberdaya tanah, dan (4) pengelolaan sumberdaya alam. Agenda ke-4 sub-agenda yakni: (1) konservasi keanekaragaman hayati, (2) pengembangan bioteknologi, dan (3) pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.

Salah satu kawasan konservasi sumberdaya lautan/pesisir dan daratan/pulau kecil seluas 107.489 ha Dikelola dg sistem zonasi yi: Taman Nasional yi: Kepulauan Seribu. Terletak pada 523 ''-540 ' LS dan 10625 ' 5 106 106 10637' BT Secara administratif : Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Propinsi DKI Keanekaragaman hayati : ekosistem hutan pantai, ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang.

Keragaman terumbu terumbu karang Rentan terhadap kondisi dan aktivitas manusia di sekelilingnya. Penduduk DKI Jakarta mencapai 6 juta orang Pencemaran perairan dari 13 sungai yang bermuara di laut Jawa Pola pengelolaan terumbu karang.

Perda No. 11 tahun 1992 penataan dan pengelolaan Kepulauan Seribu Pembagian Zona di Kawasan TN Kep. Seribu serta Penetapan Kawasan Pelestarian TNL Kep. Kep. Seribu seluas 107.489,00 Ha Otonomi Daerah - UU No. 32 tahun 2004 0 - 4 mil terdekat dari pantai ke laut merupakan kewenangan Kabupaten 4 mil sampai 12 mil ke laut merupakan wewenang Propinsi. Terjadi wilayah pengelolaan yang berhimpitan antara regulasi

Konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu memberi keleluasaan seluruh pemangku kepentingan tetap melakukan program dan aktivitasnya masing-masing masingdi wilayah pesisir. Seluruh sektor masih tetap memiliki kewenangan masingmasing-masing dalam mengelola program dan aktivitas mereka di wilayah pesisir. Program dan aktivitas yang dilakukan saling memperkuat satu sama lain, Tidak saling bertabrakan Tidak merugikan satu sama yang lain. (Kementerian Bappenas, 2005)

PERMASALAHAN
pengelolaan terumbu karang yang belum terpadu antar pemangku kepentingan menjadi masalah utama Variabel independent berupa kepentingan instansi/sektoral Variabel Variabel dependent berupa mekanisme koordinasi dan komunikasi, ketiadaan unit simpul koordinasi dan komunikasi.

PERUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah pengelolaan terpadu antar pemangku kepentingan ? Kebijakan manakah yang paling efektif, efisien dan layak secara sosial, budaya, serta layak secara administrasi dan didukung SDM yang ada?

TUJUAN ANALISIS
1.

Mengkaji permasalahan pengelolaan terumbu karang yang utuh di Taman Nasional Kepulauan Seribu dan upaya perbaikannya kebijakan pengelolaan. Analisis juga ditujukan untuk mengetahui kebijakan mana yang paling efektif, efisien, layak secara sosial dan budaya serta layak secara administrasi dan mempunyai sumberdaya yang memadai.

1.

ALTERNATIF KEBIJAKAN
I.

Membentuk Forum Pengelolaan Terumbu karang Kepulauan Seribu Meningkatkan koordinasi dan komunikasi secara intensif dalam penyusunan program berbasis kinerja dengan bantuan pendanaan rutin dari masing masing instansi.

II.

III.

Membuat regulasi baru berupa Perda atau SKB yang mewadahi perencanaan program maupun implementasi secara terpadu.

IV. Membuat rekomendasi penyusunan

regulasi nasional yang lebih mengikat. V. Mengaktifkan LSM berkualitas yang ada sebagai fasilitator yang dihormati bersama

KRITERIA
Efisiensi : dengan kriteria tingkat efisiensi Efektivitas : partisipasi publik, kerjasama antar instansi, dan kesesuaian dengan sistem pelayanan publik Kelayakan sosial dan budaya : resiko sosial dan budaya, keadilan antar daerah/instansi Kelayakan administrasi :beban administrasi dan perubahan kelembagaan Ketersediaan sumber daya : ketersediaan SDM, sumber dana, peralatan dan aturan/metode kerja.

PENILAIAN ALTERNATIF KEBIJAKAN


Alternatif Kebijakan I II Meningkatkan koordinasi dan komunikasi secara intensif III Membuat regulasi baru berupa Perda atau SKB IV Membuat rekomendasi penyusunan regulasi nasional V Membentuk Forum Pengelolaan Terumbu arang Mengaktifkan LSM berkualitas sebagai fasilitator

Kriteria Efisiensi y Tingkat efisiensi

cukup efisien 3

Cukup Efisien 3

kurang efisien 2

kurang efisien 2

Cukup efisien 3

Efektivitas y Partisipasi Publik tinggi 4 y Kerjasama antar Instansi Agak Tinggi 3 y Kesesuaian Dengan Sistem Pelayanan Publik Kelayakan Sosial & Budaya y Resiko Sosial Agak besar 2 y Keadilan Antar instansi/daerah Agak tinggi 3 Agak kecil 3 Tinggi 4 kecil 4 Agak rendah 2 Kecil 4 Rendah 1 Besar 4 Agak rednah 2 Tinggi 4 Cukup tinggi 3 tinggi 4 Cukup tinggi 3 Cukup 2 Cukup 2 Cukup 2 rendah 1 rendah 1 cukup 2 Tinggi 4 Rendah 1 Cukup tinggi 3

Kelayakan Administrasi

Beban Adiministrasi

Sangat besar 1

Agak besar 2 Kecil 4

Agak kecil 3 Agak besar 2

Kecil 4 Besar 1

Agak kecil 3 kecil 4

y Perubahan Kelembagaan/ 0rganisasi

Agak kecil 3

Ketersediaan sumber daya y Sumber daya manusia memadai memadai Cukup memadai 3 Kurang memadai 1 Cukup memadai 3 memadai 4 Cukup memadai 3 kurang memadai 1 Cukup memadai 3 memadai 4 Memadai

4 y Sumber dana memadai

4 cukup memadai 2 cukup memadai 3 Cukup memadai 3

4 cukup memadai

3 y Ketersediaan peralatan memadai

2 Kurang memadai 2 Cukup memadai 3

4 Aturan/metode kerja Cukup memadai 3

Alternatif Kebijakan I Skor X Kriteria Efisiensi y Tingkat efisiensi Efektivitas y Partisipasi Publik y Kerjasama antar instansi y Kesesuaian dengan Sistem Pelayanan Publik 5% Kelayakan Sosial dan Budaya y Resiko Sosial 10% 2 0.2 0.2 3 0.3 4 0.4 0.4 4 0.4 0.4 1 0.1 0.1 4 0.2 3 0.15 0.15 2 0.1 0.1 2 0.1 3 0.15 0.15 10% 10% 4 3 0.4 0.4 0.3 0.3 3 4 0.3 0.4 0.4 2 2 0.2 0.2 0.2 1 1 0.1 0.1 0.1 4 1 0.4 0.1 0.1 20% 3 0.6 0.6 3 0.6 2 0.4 0.4 2 0.4 3 0.6 Bobot Skor Bobot Skor II Skor X Bobot Skor III Skor X Bobot Skor IV Skor X Bobot Skor V Skor X Bobot

y Keadilan Antar instansi/daerah

5%

0.15 0.1

0.20 0.20

0.10 0.10

0.05 0.0

0.10 0.10

Kelayakan Administrasi y Beban Administrasi y Perubahan Kelembagaan 5% Ketersediaan Sumber daya y Sumber daya manusia 10% y Sumber dana y Ketersediaa n peralatan 5% y Aturan/met ode kerja TOTAL 5% 100% 4 3 0.20 0.20 0.15 3.10 3.10 3 3 0.15 0.15 0.15 0.15 3,15 3 4 0.15 0.15 0.25 0.25 2.40 2.40 3 4 0.15 0.20 0.20 2.15 2.1 2 3 0.10 0.10 0.15 2,65 4 3 0.4 0.4 0.3 0.3 4 2 0.4 0.2 3 1 0.3 0.1 0.1 3 1 0.3 0.1 0.1 4 2 0.4 0.4 0.2 0.2 3 0.15 0.15 4 0.2 2 0.10 0.10 1 0.05 0.05 4 0.2

5%

0.05

0.10 0.10

0.15 0.15

0.20 0.20

0.15

10%

REKOMENDASI
Berdasarkan pertimbangan dr sisi kelebihan dan kelemahan jika dilihat dari kelayakan yang mungkin diperoleh, diperoleh, alternatif II adalah alternatif yang paling realistis, paling rasional dan berkesesuaian dengan tujuan kebijakan. Alternatif II direkomendasikan berdasarkan nilai komulatif tertinggi dan paling efisien sebagai model yang memiliki kesesuaian dengan SDM tersedia dan regulasi adalah dengan skor 3,15 yaitu Meningkatkan koordinasi dan komunikasi secara intensif dalam penyusunan program berbasis kinerja dengan bantuan pendanaan rutin dari masing masing instansi.

RENCANA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


Beberapa langkah aksi sebagai rencana implementasi kebijakan, sebagai berikut : Pertama, Pertama, BTN Kepulauan Seribu bersama Dinas Perikanan dan Kelautan Kepulaun Seribu menginisiasi adanya pembuatan agenda tahunan pertemuan dan konsultasi instansi pusat dan daerah yang mempunyai tupoksi berkaitan dengan pengelolaan terumbu karang di Kepulauan Seribu. Dalam pelaksanaannya, LSM yang mempunyai komitmen, sejak dini dilibatkan dalam perencanaan. Kedua, Kedua, BTN dibantu LSM mengidentifikasi instansi yang termasuk dalam pengelolaan terumbu karang Kepulauan Seribu.

Ketiga, Ketiga, BTN bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Seribu menjadi leader dalam pengkoordinasian letak dan agenda pertemuan dan konsultasi dalam jangka satu tahun untuk selanjutnya dibicarakan mekanisme koordinasi secara berkelanjutan.

Keempat, apapun hasil dari agenda yang berhasil disusun wajib disosialisasikan bersama oleh forum yang terbentuk sedang evaluasi pelaksanaannya juga menjadi tanggungjawab BTN Kepulauan Seribu dibantu Dinas Perikanan dan Kelautan Kepulauan Seribu.

Anda mungkin juga menyukai