Anda di halaman 1dari 12

WAWASAN KEBANGSAAN DAN POLITIK (Dalam Bidang Kependidikan Nasional)* I.

LATARBELAKANG DAN LANDASAN PEMIKIRAN Sesunggunya thema dimaksud dapat juga dirumuskan sebagai Pendidikan dan Pembudayaan Moral Filsafat Pancasila. Sebab dalam tujuan visi-misi pendidikan dan pembudayaan (moral) Pancasila amat fundamental dan komprehensif; mulai kewajiban menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi seutuhnya, termasuk melaksanakan amanat: ....memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.... Amanat mendasar ini mengandung makna ganda: 1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama dengan menegakkan asas moral sila V Pancasila dan UUD 45 pasal 33 dan 34 yang terjabar sebagai ekonomi Pancasila (ekonomi kerakyatan, dan demokrasi ekonomi); dan 2. Membina kualitas dan integritas SDM Indonesia yang unggul-kompetitifterpercaya; sebagai wujud nation and character building sebagai manusia dan warga negara NKRI demi tegaknya integritas sistem kenegaraan Pancasila. Integritas nilai ganda ini juga mengandung makna sebagai perwujudan kejayaan bangsa dan negara yang jaya dan bermartabat. Integritas demikian memancarkan ketahanan nasional sekaligus integritas dan martabat nasional sebagai bangsa dan negara yang sederajat dalam pergaulan internasional dalam peradaban postmodernisme. Artinya, bangsa NKRI merdeka, berdaulat dan mandiri dalam dinamika dan tantangan postmodernisme. II. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NEGARA BANGSA Kesadaran nasional adalah perwujudan jatidiri bangsa; juga sebagai pengamalan kesadaran kesatuan dan kekeluargaan. Kesadaran kebangsaan merupakan kesadaran harga diri kolektif manusia yang terbentuk oleh alam (nusantara), sosio-budaya (tatanan nilai) dan sosio-psikologis rakyat. Wawasan kebangsaan Indonesia berkembang dalam dinamika sejarah yang amat panjang, sebagai terlukis dalam skema 1. Asas wawasan kebangsaan (wawasan nasional) sesungguhnya bersumber dan berakar dalam sejarah Indonesia yang panjang; seumur dengan nilai filsafat Pancasila. Mengutip pernyataan Bung Karno dalam pidato beliau di PBB 29 September 1961, antara lain: Berbicara tentang dasar negara Pancasila, kami menyatakan bagaimana nilai-nilai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sudah berkembang 2000 tahun berselang....... Artinya, kesadaran nasional (sila III Pancasila) seutuhnya adalah ajaran filsafat Pancasila yang telah tumbuh dan berkembang sejak 2000 tahun peradaban Indonesia, dan diwarisi oleh the founding fathers untuk kita warisi dan tegakkan (pembudayaan nilai Pancasila seutuhnya). Berdasarkan analisis filosofis-ideologis dimaksud, dapatlah dilukiskan perkembangan wawasan nasional Indonesia dalam skema berikut: INTEGRITAS WAWASAN NASIONAL DALAM NKRI
*

Makalah disajikan dalam Training Kader Trainer HMI Cabang Malang, 16 20 Januari 2008

MNSLab. Pancasila UM-2008

NKRI Sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila dengan Sistem Demokrasi Pancasila UUD Proklamasi 1945

NKRI NEGARA PROKLAMASI AGUSTUS 1945

Era Reformasi: NKRI Sebagai Negara Otoda (= federal) dengan demokrasi liberal UUD 1945 Amandemen I IV Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia

20 MEI '08 DAN 28 OKT '28 KEBANGKITAN NASIONAL XVI XX (1596 1945) KOLONIALISME- IMPERIALISME =

MAJAPAHIT XIII XVI SRIWIJAYA VII XI TARUMANEGARA; MULAWARMAN V - VI

Kejayaan dan Keemasan = Indonesia Raya

RAKYAT INDONESIA SEBAGAI BANGSA DAN SDM INDONESIA NUSANTARA INDONESIA RAYA DALAM DINAMIKA GLOBALISASI LIBERALISASI POSTMODERNISME (MNS, 2007) skema 1 NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, negara Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah puncak kesadaran kebangsaan (nation state) yang optimal dan final. NKRI inilah rumah tangga bangsa keseluruhan yang menjamin kerukunan, kejayaan dalam keadilan. Skema ini melukiskan bagaimana integritas nasional Indonesia dalam sejarah budaya dan peradaban nasional dan internasional. Data sejarah menunjukkan kesadaran kebangsaan (wawasan nasional) telah berkembang sejak Sriwijaya dan Majapahit ---yang wilayah kedaulatannya melampaui kedaulatan geopolitik NKRI--- sebagai nampak sampai dalam dinamika era globalisasi liberalisasi postmodernisme yang menggoda dan melanda......... Runtuhnya Majapahit ---akibat konflik internal nasional--- maka era kolonialisme-imperialisme 1596 1945 telah menindas semua potensi nasional Indonesia. Namun, kita tetap bersyukur dan bangga sebagai bukti bangsa besar yang mewarisi jiwa patriotisme, ksatria dan heroisme terbukti bangkitnya perang kemerdekaan nasional di seluruh nusantara. Artinya, kesadaran nasional senantiasa hidup dan mampu dengan semangat ksatria dan kemandirian merebut kemerdekaan. Tahapan perjuangan kemerdekaan nasional terekam mulai Kebangkitan Nasional 1908, dimantapkan dan dikukuhkan dengan Sumpah Pemuda 1928; kemudian berpuncak dengan Proklamasi 17 Agustus 1945. Berkat tekad 2
MNSLab. Pancasila UM-2008

perjuangan: merdeka atau mati ---yang dijiwai moral Pancasila dan harga diri bangsa--- Indonesia Raya merdeka dan berdaulat dalam NKRI berdasarkan Pancasila UUD 45. Asas-asas negara kebangsaan (nation state) ditegakkan dalam integritas NKRI dengan sistem negara kesatuan, negara bangsa, negara kekeluargaan dan asas wawasan nusantara. Asas normatif demikian dikembangkan dalam asas-asas ketahanan nasional (trigatra + pancagatra = astagatra) dengan wawasan geostrategis masa depan: memasuki trans-Pasific dalam dinamika globalisasiliberalisasi dan postmodernisme. (Perhatikan skema 1 di atas sebagai representasi integritas wawasan nasional dan negara Indonesia/NKRI). III. WAWASAN SOSIAL POLITIK Bangsa Indonesia menegakkan kemerdekaan dan kedaulatannya dalam negara (sistem kenegaraan) sebagai fungsi kesadaran pandangan hidup bangsa (filsafat hidup, Weltanschauung, Volkgeist). Kesadaran nilai filsafat hidup ini menjiwai kesadaran nasional Indonesia. Bagi bangsa Indonesia filsafat hidup ini (terkenal: sebagai dasar negara Pancasila) dijadikan dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional). Berdasarkan ajaran filsafat negara Pancasila ditegakkan sistem kenegaraan Pancasila (dibandingkan: dengan sistem kenegaraan: kapitalismeliberalisme, zionisme, sosialisme; marxisme-komunisme-atheisme; naziisme; theokratisme, fundamentalisme dan sistem Pancasila. Artinya, sistem politik (baca: sistem kekuasaan, sistem kedaulatan) bersumber dan berdasarkan sistem filsafat dan atau sistem ideologi. Di dunia modern HTN, khususnya teori kedaulatan adalah ajaran sistem filsafat. Artinya, bagaimana ajaran filsafat tentang manusia (= HAM) akan menentukan bagaimana sistem kekuasaan (= sistem kedaulatan). A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI Filsafat Pancasila cukup memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas kedudukan dan martabat manusia (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila mengutamakan asas normatif theisme-religious: 1. bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I dan II); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia. 2. bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta. 3. kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah: a. manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila I). b. manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan c. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia. Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia. Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia 3
MNSLab. Pancasila UM-2008

manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akalbudinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2000: 147-160) Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila UUD 45. Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya --karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---. B. Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas normatif-filosofis-ideologiskonstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral politik nasional, terjabar secara konstitusional: 1. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: sila IV). 2. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila III), ditegakkan sebagai NKRI. 3. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila. 4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai budaya dan moral manusia warga negara dan politik kenegaraan RI. 5. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungai seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia. Negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V); ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila (M Noor Syam, 2000: XV, 3). Semua asas filosofis-ideologis demikian terjabar dalam UUD Proklamasi; karenanya kewajiban semua lembaga negara dan kepemimpinan nasional untuk melaksanakan amanat konstitusional dimaksud; terutama NKRI dengan identitas sebagai negara demokratis dan negara hukum menegakkan HAM dengan asas dan praktek budaya dan moral politik yang dijiwai moral filsafat Pancasila ---yang beridentitas theisme-religious---. Amanat konstitusional ini secara kenegaraan terutama menegakkan moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab; dalam NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat) demi supremasi hukum dan keadilan serta keadilan sosial (oleh semua, untuk semua!). Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state).

MNSLab. Pancasila UM-2008

Perwujudan Sistem NKRI Berdasarkan Pancasila - UUD 45

TAP U U

MPR D 45

P A N C A S I L A (MNS, 1985) skema 2 Asas normatif fundamental ini bersumber dari sistem filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. (Bandingkan dengan berbagai sistem filsafat yang melandasi sistem kenegaraan dari: negara komunisme, negara liberalisme-kapitalisme; negara sosialisme, zionisme maupun fascisme). Jadi, bangsa dan NKRI secara normatif memiliki integritas dan kualitas keunggulan sistem kenegaraan; karenanya kita optimis dapat menjadi bangsa dan negara jaya (MNS, 2000: 45) IV. KEUNGGULAN INDONESIA DALAM INTEGRITAS SISTEM KENEGARAAN PANCASILA UUD PROKLAMASI Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bangsa Indonesia diberkati dengan anugerah (sekaligus amanat) dengan berbagai keunggulan sebagai modal dasar bagi kejayaan bangsa dan NKRI. A. Keunggulan Indonesia Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial, terutama: 1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2 daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan. 2. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 235 juta dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria) ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi. 3. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional. 4. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar). 5
MNSLab. Pancasila UM-2008

5. Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45: a. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi); b. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat); c. NKRI sebagai negara bangsa (nation state); d. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan, wawasan nasional dan wawasan nusantara); e. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi yang memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa depan: neo-liberalisme, neo-imperialisme dalam pascamodernisme yang mengoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI. B. Ideologi Nasional dan Sistem Nasional Kesadaran dan kebanggaan nasional suatu bangsa terpancar dalam asas kebangsaan (nasionalisme); sebagai wujud kesadaran jatidiri bangsa (jatidiri nasional, identitas nasional) yang ditegakkan dalam semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem kenegaraan demikian berwujud dikembangkannya dan ditegakkannya berbagai sistem nasional sebagai pengamalan dan pembudayaan dasar negara dan ideologi negara. Pengembangan dan pembudayaan sistem nasional ini sebagai wujud kesadaran nasional dan wawasan nasional; sekaligus sebagai fungsi dari asas imperatif konstitusional sistem ideologi nasional. Sebaliknya, tidak dikembangkan dan dibudayakannya N-sistem nasional adalah fenomena degradasi nasional yang bermuara: disintegrasi nasional; dan keruntuhan sistem kenegaraannya. N-SISTEM NASIONAL SISTEM HUKUM NASIONAL SISTEM POLITIK SISTEM EKONOMI

N E G A R A H U K U M FILSAFAT HUKUM FILSAFAT NEGARA SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA *) = N = sejumlah sistem nasional, terutama: 1. Sistem filsafat Pancasila 2. Sistem ideologi Pancasila 3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila 6
MNSLab. Pancasila UM-2008

4. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila 5. Sistem ekonomi Pancasila 6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila) 7. Sistem budaya Pancasila 8. Sistem Hankamnas, Hankamrata (MNS, 1988) skema 3 Secara fundamental: normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional skema di atas melukiskan asas normatif: praktek budaya dan moral politik bangsa negara sebagaimana tersurat dan tersirat dalam UUD Proklamasi (UUD 45). Pengamalan amanat dimaksud terjabar dalam UUD 45, dan dikembangkan di dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998 serta dilengkapi dengan Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM. V. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Tujuan adanya sistem pendidikan nasional demi pembinaan generasi penerus sebagai SDM unggul-kompetitif-terpercaya dalam makna seutuhnya (= nilai moral, sosial-kultural, termasuk ipteks). Amanat pendidikan nasional secara fundamental dan konstitusional tersurat dalam Pembukaan: .....memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa....; bermakna sebagai nation and character building. Visi-misi amanat nasional ini menjamin kejayaan NKRI dalam pergaulan dunia internasional secara mandiri dan bermartabat. Untuk terlaksananya visi-misi demikian dikembangkan sistem pendidikan nasional, yang beridentitas sebagai sistem pendidikan nasional Pancasila. (Cermati: skema 3 di atas). Jadi, mulai filsafat pendidikan berdasarkan moral filsafat Pancasila, sampai kurikulum dasar sebagai pembinaan kepribadian dan mental SDM Indonesia (dikenal sebagai: kurikulum inti atau MKPK, sekitar 15 20 sks). Asas-asas mendasar normatif filosofis-ideologis ini dilaksanakan untuk semua tingkat dan jenis pendidikan nasional (pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi). Karenanya, UUD mengamanatkan adanya UU pelaksanaan pendidikan nasional, yang terkenal sebagai UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU ini sebagai produk era reformasi, mengamanatkan adanya UU Badan Hukum Pendidikan (yang masih dibahas sebagai RUU BHP sejak tahun 2001) sebagai peningkatan dari PP No. 61 tahun 1999 tentang PTN sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN). RUU BHP mengandung watak neoliberalisme yang melaksanakan asas: kemandirian, yang dalam praktek membebani rakyat dengan asas swadaya dan swadana. Bila RUU BHP dilaksanakan maka biaya pendidikan akan sangat memberatkan rakyat; karena sepenuhnya semua lembaga pendidikan menjadi tanggungjawab masyarakat (baca: swastanisasi, privatisasi). Bila ini dilaksanakan, akan sangat bertentangan dengan dasar negara Pancasila (terutama sila V) dan UUD 45 Pasal 31. Karena itu, RUU ini mendapat tantangan dari para pakar, termasuk mahasiswa berbagai PTN-PTS se-Indonesia! Dalam era reformasi sangat dipengaruhi dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang mengancam identitas dan integritas nasional berdasarkan moral Pancasila. Kita menyaksikan adanya praktek kebebasan (= neo-liberalisme), demokrasi liberal atas nama HAM. Karenanya, egoisme 7
MNSLab. Pancasila UM-2008

kelompok (suku, parpol) bahkan egoisme individu ---yang ambisius untuk jabatan tinggi, meskipun tidak cukup berkemampuan---. Karenanya, kita juga menyaksikan degradasi wawasan nasional dan moral nasional.....yang dapat bermuara disintegrasi nasional (praktek otoda menjadi budaya negara federal) dapat mengancam integritas NKRI. Pendidikan nasional berkewajiban membina kesadaran nasional dan kebanggaan ideologi naisonal demi integritas mental moral SDM warga negara yang unggul-kompetitif-terpercaya sebagai bhayangkari sistem kenegaraan Pancasila. Visi-misi ini amat fundamental dan mendesak sebagai benteng ketahanan nasional menghadapai tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme (termasuk budaya ekonomi liberal yang melanda ekonomi Indonesia). Neoimperialisme (USA, Unie Eropa) terus meningkatkan strategi supremasi ideologinya melalui politik ekonomi liberal (melalui investor menguasai berbagai bidang vital, fungsional dan potensial dalam NKRI) sehingga bangsa Indonesia diruntuhkan kemandiriannya. (Cermati: Peraturan Presiden No. 76 dan 77 tahun 2007 tentang PMDN dan PMA yang tertutup dan terbuka). Kebijaksanaan Presiden (yang tidak bijaksana) dalam Perpres ini sesungguhnya adalah pelaksanaan amanat IMF (= perintah, fatwa: privatisasi) sebagai pelaksanaan ekonomi liberal. Perintah ini bermakna juga terhambatnya pendidikan bagi rakyat (kecil dan menengah) karena biaya tinggi. Kondisi demikian bertentangan dengan strategi nasional meningkatkan kualitas SDM Indonesia, yang selalu dilecehkan sebagai amat rendah ---sebagai dibuktikan dalam ranking HDI 111 dalam skala internasional---. Politik pendidikan demikian ialah politik neoimperialisme (baca: pembodohan dan pemiskinan) supaya bangsa Indonesia tetap menjadi budak dari neoimperialisme ---dan mereka bebas mengekploitasi SDA dalam NKRI---. Inilah neoimperialisme yang terbuka berkat kebebasan yang menjadi budaya dan moral reformasi! (Bandingkan dengan reformasi Unie Soviet). Perhatikan pula skema 6 terlampir, sebagai tantangan neoimperialisme dan neokomunisme yang mengancam integritas NKRI. Demikian pokok-pokok pikiran mendasar yang dapat dikembangkan jabarannya oleh kader organisasi kemahasiswaan dan partai politik yang mengemban kewajiban nasional menyelamatkan integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila. Semoga bermanfaat. Malang, 18 Januari 2008 Lab. Pancasila UM Ketua, Mohammad Noor Syam

MNSLab. Pancasila UM-2008

BACAAN Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan pustaka firdaus). Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga Wijaya Persada. _________________ 2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II), Jakarta, Penerbit ArgaWijaya Persada. Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc. Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education. Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung, Penerbit Alumni. Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain Ltd. Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratorium Pancasila. ------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila. Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to Jurisprudence, San Francisco, Westview Press. Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe, Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC. Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6. Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London, George Allen and Unwind Ltd. UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003) Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard College, University Press. 9
MNSLab. Pancasila UM-2008

LAMPIRAN Cermati, hayati dan bandingkan dengan berbagai teori dan ajaran filsafat (ideologi) yang cukup dominan di dunia modern. HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA (DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW & TEORI HEGEL) Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia, Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom (Maha Rahman dan Rahim) HAM = Hak hidup, Kemerdekaan, Hak Milik ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmati sekaligus sebagai AMANAT (= Kewajiban Asasi Manusia/KAM)

Asas HAM seimbang dengan KAM NKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat) NATURAL LAW Sumber HAM = Alam Semesta Life Liberty Property For Men as Individuality Ditegakkan dalam sistem demokrasi liberal kapitalisme: Secularisme, Pragmatisme HEGEL THEORY Sumber HAM = Tuhan (God) Life, Liberty & Property For humankind, collectivity, State (Theocratism, Etatism) for State as Represents of God Idea. ------------------------------------Dijiplak dan diterapkan Karl Marx dalam Sistem Kedaulatan Negara (Etatisme, Atheisme, Totalitarianisme) (MNS, 1983 1993; 2003) skema 4 Catatan: Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah hanyalah untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan ketakwaan) inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas martabat manusia di hadapan Maha Pencipta. Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56). Asas fundamental dan spiritual sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara (NKRI) dimaksud terkandung di dalam dasar negara Pancasila (khususnya sila I dan II).
MNSLab. Pancasila UM-2008

10

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA (Asas Keseimbangan HAM dan KAM)

Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) H A M dan K A M

1. Hak Hidup

= Life 2. Hak Kemerdekaan = Liberty 3. Hak Milik = Property

HAM berdasarkan sistem filsafat Pancasila (1 - 7) dilandasi asas KAM: ad.3 - 4: 1. Kewajiban mengakui dan menerima bahwa Allah Yang Maha Esa adalah Maha Sumber (Pencipta) alam semesta, termasuk manusia. 2. Kewajiban mengakui dan menerima Kedaulatan Allah Yang Maha Berdaulat (Kuasa) atas semesta, termasuk nasib manusia. 3. Kewajiban berkhidmat (berterima kasih/bersyukur) kepada Allah Yang Maha Rahman (dan mencintai Allah dan agama yang diamanatkan-Nya).

+
1. Hak Pribadi (Personal rights) = hak hidup, beragama, berkeluarga (cinta). 2. Hak Ekonomi (Economical rights) = hak memiliki, bekerja dan usaha, hidupsejahtera, kontrak kerja. 3. Hak Hukum (Legal rights) = hak mendapat kewarganegaraan, hak mendapat keadilan, hak membela diri, praduga tak bersalah. 4. Hak Politik (Political rights) = hak berserikat-berkumpul, menyatakan pendapat lisan & tertulis, hak memilih & dipilih, hak suaka politik. 5. Hak Sosial-budaya (Social-cultural rights) = hak mendapat & memilih pendidikan, hak menikmati seni, hak cipta (HAKI), hak menikmati mode. Asas HAM dan Substansi HAM di atas, adalah pokok-pokok ajaran HAM berdasarkan teori Hukum Alam (Natural theory) yang dianut negara Barat (liberalisme-kapitalismeindividualisme)

+ +

Kewajiban setia dan bangga kepada bangsa negaranya; kewajiban setia ideologi dan konstitusi. Kewajiban bela negara (termasuk membayar pajak).

HAM berdasarkan filsafat Pancasila (meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai dan dilandasi asas keseimbangan HAM dan KAM sebagai asas moral sistem filsafat Pancasila yang beridentitas theismereligious.

(MNS 2000: 87 98) skema 5

11

MNSLab. Pancasila UM-2008

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

TAP MPR * NEO-IMPERIALISME NEO-LIBERALISME SEKULARISME-PRAGMATISME DEMOKRASI LIBERAL, INDIVIDUALISME AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME) NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME), KOLEKTIVISME INTERNASIONALISME MARXISME KOMUNISME ATHEISME, DIALEKTIKAHISTORIS MATERIALISME

45

*) = +=

UUD 45 SEUTUHNYA . (PEMBUKAAN, PASAL 29 DAN PENJELASAN ) 5. NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA 4. UUD PROKLAMASI UUD 1945 NKRI 3. DASAR NEGARA (IDEOLOGI NEGARA, IDEOLOGI NASIONAL) PANCASILA 2. FILSAFAT HIDUP (WELTANSCHAUUNG) PANCASILA: JATIDIRI INDONESIA 1. SOSIO BUDAYA NUSANTARA INDONESIA UUD 45 Amandemen = Presiden, MPR, DPR, DPD; MK, MA dan BPK (+ KY) (MNS, 2007) UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (yang direvisi): terutama Pasal 107a 107f. Sebagai jabaran UUD 45 dan Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 (karenanya dapat ditegakkan sebagaimana mestinya). skema 6 12
MNSLab. Pancasila UM-2008

7. 6.

ERA REFORMASI POSTMODERNISME GLOBALISASI LIBERALISASI No. I/MPR/2003, Pasal 2 dan 4 TAP MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo. Tap MPR RI

P A N C A S I L A

Anda mungkin juga menyukai