Anda di halaman 1dari 10

Banjir bandang terjang Pidie

Minggu, 26 Februari 2012 09:55 WIB | 1304 Views

Banda Aceh (ANTARA News) - Sedikitnya 30 unit rumah warga di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh hanyut akibat diterjang banjir bandang pada Sabtu (25/2) sekitar pukul 18.30 WIB, namun belum diketahui korban jiwa akibat bencana alam itu. "Sejumlah desa di Kecamatan Tangse itu terkurung, bantuan logistik tidak dapat menerobos ruas jalan Beureunuen-Tangse, dikarenakan tumpukan material kayu dan jembatan rusak di kecamatan Tangse," kata pejabat urusan bencana alam Aceh, Asmadi Syam di Banda Aceh, Minggu. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) itu menambahkan delapan desa di Kecamatan Tangse terkena dampak parah diterjang banjir bandang, yakni desa Kebun Nilam, Blang Seunong, Pulau Masjid I dan II, Blang Malo, Ulee Gunong, Tanjong Bungong dan Pulau Kawa. Data sementara dilaporkan banjir bandang itu mengakibatkan seorang warga Desa Pulau Masjid mengalami luka-luka dan telah di evakuasi ke rumah sakit terdekat. Ia menjelaskan, tim pembawa bantuan BPBA yang bergerak dari Kota Banda Aceh tidak bisa menumbus lokasi banjir karena akses jalan dari Beureunuen (Pidie) ke Tangse tertutup material kayu dan jembatan putus. "Sejak tadi malam (Sabtu, 25/2) tim kami yang membawa bantuan masa panik dan dapur umum tidak bisa menembus Tangse, selanjutnya bergerak kembali dari Banda Aceh melintasi Aceh Jaya dan Aceh Barat, dan diperkirakan akan tiba ke Tangse pada Minggu, pukul 10.00 WIB," katanya. Bantuan lima alat berat Pemerintah Aceh telah tiba dilokasi banjir atau kawasan Blang Malo, sekitar 170 kilometer dari Kota Banda Aceh. Ruas jalan yang dipenuhi material kayu, batu dan lumpur diperkirakan baru berhasil disingkirkan pada Senin (27/2). Kecamatan Tangse pernah diterjang banjir bandang yang mengakibatkan sekitar 11 korban meninggal dunia dan ratusan rumah rusak parah dan ringan pada 10 Maret 2011. Desa Blang Malo, kata Asmadi dekat dengan daerah aliran sungai (DAS) di kecamatan Tangse, yang wilayahnya sebagian besar dikelilingi pegunungan dan sungai-sungai. (A042/A035)

Minggu, 26 Februari 2012 , 11:44:00

Banjir Lahar 4 Meter, Magelang-Jogja Putus

MAGELANGBanjir lahar dingin kembali terjadi di seluruh bantaran sungai yang berhulu di Gunung Merapi, kemarin (25/2) petang. Banjir paling besar terjadi di bantaran Kali Pabelan dan memutus jalur alternatif Magelang-Jogjakarta via Jembatan Bojong Kojor, Desa Bojong, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jateng. Jembatan yang kerap menjadi alternatif saat jembatan utama di Jalan Magelang-Jogjakarta itu ditutup karena material setinggi hampir 4 meter melewati badan jembatan. Banjir kali ini datang sangat besar. Dari puncak terpantau hampir 5 meter dan sampai di sini (Jembatan Bojong Kojor, Red.) mencapai 4 meter dari dasar sungai dan lebar 50 meter, jelas salah seorang relawan pemantau banjir, Hendrik. Besarnya material yang larut terbawa banjir juga membuat jalan utama Magelang-Jogjakarta sempat ditutup. Relawan khawatir banjir akan meruntuhkan jembatan Pabelan seperti pada 31 Maret 2011 lalu. Alhasil, jalur utama tersebut mengalami kepadatan. Apalagi, saat banjir datang, tidak ada satupun petugas kepolisian yang mengamankan jalan. Kita sengaja tutup, karena kita tidak berani berspekulasi, sambung Anton, relawan lainnya. Menurut catatan Radar Semarang (Jawa Pos Group), banjir yang datang kemarin merupakan yang terbesar selama 2012 ini. Hingga berita ini ditulis, jalur alternatif Magelang-Jogja tersebut masih lumpuh. Sementara sejumlah bronjong pengaman banjir terlihat jebol diterjang banjir. Namun, belum ada laporan resmi terkait korban jiwa maupun kerugian yang ditimbulkan. Banjir datang dengan kecepatan tinggi. Menurut perhitungan para relawan, banjir datang dengan kecepatan melebihi 60 km per jam. Tadi terpantau di Sawangan pukul 17.05 dan sampai di sini (Pabelan) hanya sekitar seperempat jam, katanya.

Sejumlah warga yang tinggal di hilir Kali Pabelan sempat panik dengan datangnya banjir dengan skala besar, kemarin. Bahkan ada beberapa yang sudah mengemasi barangnya dan hendak mengungsi. Kami takut, mending siap-siap dulu, kata Muryanto, 45, warga Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid. Kepanikan warga merupakan hal wajar, karena pada 2010 lalu banjir Kali Pabelan sempat masuk ke permukiman dan merusak puluhan rumah warga. Untuk saat ini, Alhamdulillah sudah tidak masuk ke permukiman lagi karena sudah ditanggul (sungainya), sambung Sekretaris Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Zainal Arifin. Selain terjadi di Kali Pabelan, banjir juga terpantau memenuhi hampir seluruh sungai yang berhulu di Gunung Merapi yang ada di Kabupaten Magelang. Di antaranya Kali Krasak, Kali Blongkeng, Kali Putih, dan Kali Lamat juga mengalami peningkatan debit air yang cukup signifikan. Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta mencatat material vulkanik yang turun terbawa air hujan dari puncak Merapi, baru mencapai 15 persen dari total sekitar 140 juta meter kubik material yang dihasilkan dari erupsi gunung Merapi beberapa waktu lalu. Hingga dua tahun pascaerupsi 2010, ancaman banjir lahar dingin masih terpusat di lima sungai. Yaitu, Kali Putih, Pabelan, Krasak, Blongkeng, dan Kali Batang yang masih menyimpan sekitar 30 persen endapan material vulkanik. Sehingga ancaman banjir lahar dingin tersebut diperkirakan baru akan berakhir dalam waktu tiga musim penghujan mendatang. Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi terus menunjukkan penurunan. Hal itu terlihat dari jumlah kegempaan yang tercatat di seismograf, setelah selama dua minggu lalu mengalami peningkatan signifikan. Petugas Pemantauan Gunung Merapi (PGM) Heru Suparwoko menjelaskan, pada Jumat (24/2) lalu terjadi gempa vulkanik dangkal sekali, gempa multiphase dua kali, dan guguran sekali. Terpantau jumlah kegempaan terus menurun dibandingkan hari sebelumnya, katanya, kemarin. Sehari sebelumnya, aktivitas Merapi menunjukkan gempa multiphase 14 kali, guguran 2 kali, dan gempa tektonik 3 kali. Dengan data ini menunjukkan bahwa kondisi Merapi aktif normal. Sehingga warga tidak perlu takut untuk beraktivitas di lereng Merapi.(vie/aro/nw/jpnn/ha)

Bagikan

Berita Terkait

Foto Terkait

Banjir Rendam Bintaro Permai


MINGGU, 26 FEBRUARI 2012 | 10:09 W IB

Hujan, 7 Sungai di Merapi Banjir Lahar Dingin


Besar Kecil Normal TEMPO.CO, Jakarta - Hujan deras, Sabtu, 25 Februari 2012, di wilayah lereng Gunung Merapi, Jawa Tengah, mengakibatkan seluruh sungai yang berhulu di puncak Merapi mengalami banjir lahar dingin. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan ada tujuh sungai yang mengalami banjir lahar dingin kemarin sore. "Tujuh sungai yang terjadi banjir lahar dingin adalah Kali Pabelan, Blongkeng, Putih, Batang, Lamat, Krasak, dan Bebeng," katanya dalam siaran pers, Minggu, 26 Februari 2012. Banjir lahar dingin tersebut mengakibatkan bronjong atau penahan material longsor di timur Dusun Nabin, Desa Gulon, Kecamatan Salam, dan di Dusun Surodadi, Kecamatan Sawangan, sepanjang 70 meter hanyut terbawa material banjir.

Banjir lahar dingin juga merobohkan satu unit rumah milik warga bernama Senen Seco Utomo, 60 tahun, di Dusun Krajan RT 2 RW 3, Desa Ngargosoko. "Sementara itu 10 rumah rusak ringan di dusun Krajan," kata Sutopo. Masyarakat di sekitar sungai dapat melakukan evakuasi sesaat sebelum terjadinya banjir karena sistem peringatan dini lahar dingin yang dipasang BNPB dan BPPTK Badan Geologi berfungsi dengan baik. "Aparat pemerintah hingga tingkat desa memperoleh peringatan dini melalui radio komunikasi dan menyampaikan ke masyarakat," katanya. Sutopo tidak menyebutkan apakah ada korban jiwa dalam banjir lahar dingin itu. Hingga saat ini aparat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SAR, TNI, relawan dan masyarakat masih berada di lokasi. INDRA WIJAYA

MINGGU, 12 FEBRUARI 2012 | 17:47 WIB

Banjir Rendam Tiga Kecamatan di Kota Cilegon


Besar Kecil Normal

TEMPO.CO, Cilegon - Sedikitnya 200 rumah di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Citangkil, Jombang dan Cibeber, Kota Cilegon, Banten, terendam banjir setinggi 1 meter Minggu 12 Februari 2012 . Banjir yang terjadi di Kota Cilegon ini akibat air kiriman dari daerah perbukitan di Kecamtan Mancak, Kabupaten Serang, dan buruknya sistem drainase yang ada di tiga kecamatan tersebut. Koordinator Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kota Cilegon, Juhadi, mengatakan banjir mulai terjadi pada pukul 01.00 WIB saat hujan mengguyur wilayah Kota Cilegon dan sekitarnya. Banjir ini kemudian semakin tinggi hingga merendam sekitar 200 rumah warga yang tinggal di tiga kecamatan tersebut. "Sekitar pukul 01.00 WIB air semakin tinggi dan mulai merendam rumah warga, kata Juhadi, Minggu 12 Februari 2012. Menurutnya, untuk di Kecamatan Citangkil, Cibeber, terdapat ratusan rumah yang terkena banjir. Sedangkan untuk di Kecamatan Jombang banjir masih menggenangi rumah-rumah warga. Anggota Tagana masih terus memantau di Kecamatan Jombang, karena banjir masih terus terjadi, kata Juhadi. Sementara itu Lurah Masigit, Kecamatan Jombang, Hasanudin, mengatakan kaget karena banjir biasanya tidak pernah terjadi. Apalagi banjir tersebut menggenangi rumah warga dengan cepat sehingga warga tidak bisa mengevakuasi harta bendanya. "Ini banjir kiriman yang baru pertama kali terjadi. Biasanya tidak pernah terjadi," katanya. Wali Kota Cilegon Iman Aryadi mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, banjir terjadi karena air kiriman dari Perbukitan Mancak, sebab saat banjir terjadi di sekitar Kota Cilegon hujan

tidak terlalu lebat. Kami akan segera melakukan koordinasi dengan wilayah Kabupaten Serang untuk penanganan jangka panjangnya," ujar Iman saat melakukan pemantauan banjir. Sedangkan untuk penanganan jangka pendek, dirinya sudah menyiagakan Dinas Sosial, Kesbanglinmas dan melakukan koordinasi dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Tagana, Dinas Kesehatan, PDAM CM, dan lainnya. Terutama tim satuan penanggulangan bencana sudah siap di lokasi," katanya.

Citarum kembali meluap, Majalaya dan Baleendah tergenang


Minggu, 26 Februari 2012 18:53 WIB | 1056 Views

Banjir di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Banjir kembali melanda kawasan ini akibat meluapnya SUngai Citarum. Banjir serupa terjadi pada November 2011. (ANTARA/Fahrul Jayadiputra/) Bandung (ANTARA News) - Hujan deras yang turun sejak Sabtu kemarin dan Minggu ini mengakibatkan Sungai Citarum meluap, dan mengakibatkan banjir di kawasan Majalaya dan Baleendah Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Air di Sungai Citarum meluap hingga ke jalan raya Majalaya setinggi satu meter, sehingga mengakibatkan arus lalu lintas menuju kota itu macet. "Banjir di Majalaya biasanya hanya sesaat, banjir lewat saja, Namun, cukup merepotkan juga," kata Bripka Deni petugas Kepolisian Sektor (Polsek) Kota Majalaya. Akibatnya, ia mengemukakan, arus lalu lintas di jalur Majalaya macet dan hanya bisa dilintasi kendaraan besar, sedangkan kendaraan kecil menggunakan jalur alternatif melalui Leuwidulang yang cukup sempit. "Saya siang masih bisa melintas ke Majalaya, namun sore ini terpaksa saya harus menggunakan jalan Mekarsari," kata Hanifa, salah seorang pelajar asal Ciparay. Selain itu, Sungai Citarum juga mengakibatkan banjir di wilayah Baleendah menerjang Kampung Cieunteung Kelurahan Baleendah. Ratusan rumah di kawasan itu, serta sejumlah fasilitas umum, termasuk Sekolah Dasar (SD) Mekarsari juga terendam banjir setinggi 50 hingga 100 centimeter. Banjir yang terjadi di kawasan itu akibat luapan semua anak Sungai Citarum dari kawasan Bandung Selatan, seperti Citarik, Cirasea, Cidurian, Cinambo dan Citarik. "Luapan Citarum terjadi sejak Sabtu malam kemarin, cukup tinggi karena hujan cukup deras. Pagi sempat menurun, namun sore ini air naik lagi," kata Halimah, warga Baleendah. Hujan deras dalam dua hari terakhir juga mengakibatkan banjir cileuncang di sejumlah jalan raya di Kabupaten Bandung. Salah satunya di Cikancung, tepatnya di jalur Majalaya - Cicalengka tepatnya di perempatan jalan Cijapati banjir terjadi setinggi 50 centimeter dengan panjang 150 meter. (*)

Tol Cikarang Barat banjir, satu sedan terjebak


Minggu, 26 Februari 2012 19:25 WIB | 1425 Views

Sebuah mobil terjebak banjir di pintu tol Cikarang Barat, Minggu sore (26/2). Banjir dipicu robohnya tembok pembatas jalan tol. (http://yfrog.com/hstlsmrmj) Jakarta (ANTARA News) - Area pintu tol Cikarang Barat, tergenang banjir menyusul robohnya tembok pembatas jalan tol setelah hujan deras mengguyur kawasan Bekasi dan sekitarnya, Minggu sore sekitar pukul 17.00 WIB. Banjir cukup dalam yang ketinggian airnya membenamkan ban-ban mobil kecil itu, membuat mobil sejenis sedan tidak dapat melintas. Bahkan sebuah mobil sedan Mercy mogok terjebak di tengah banjir, sementara pengendaranya terpaksa naik ke atas bagasi mobil untuk menghindari air, demikian tampak dalam foto yang di-posting situs berbagi foto yfrog.com. "Imbas tembok pembatas jalan tol roboh, tol Jakarta Cikampek Km 31 tdk dilintasi oleh kendaraan jenis sedan," kata pesan yang ditulis di halaman NTMC Lantas Polri di yfrog.com. Laporan lain menyebutkan banjir itu dipicu oleh robohnya tembok pembatas jalan tol dengan kawasan industri di Bekasi. Sementara TMC Polda Metro Jaya melaporkan, hujan deras yang melanda wilayah Ibukota Jakarta menyebabkan beberapa lokasi tergenang air sehingga menyebabkan kepadatan lalu lintas. Beberapa lokasi yang tergenang air di antaranya, Jalan Antasari dengan tinggi genangan 30cm, Lenteng Agung 20cm, Kemang 40cm, di depan BNN Cawang 35cm, di depan WIKA Cawang 40cm, juga KM 29 tol Jorr arah Pondok Indah. TMC menghimbau agar pengguna jalan lebih waspada dan jangan berteduh di bawah jembatan penyebrangan karena akan menghambat arus lalu lintas.

Longsor di Bogor Tengah, 130 jiwa diungsikan


Minggu, 26 Februari 2012 20:13 WIB | 1530 Views

Sejumlah petugas TNI AD melakukan pencarian korban tewas di lokasi longsor di Kampung Padasuka RT 04 RW 12, Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jabar, Minggu (26/02). Longsor yang terjadi sekitar pukul 8 pagi ini mengakibatkan 5 rumah rusak berat dan seorang nenek tewas tertimbun longsor. (ANTARA/Arif Firmansyah) Bogor (ANTARA News) - Sekira 130 orang dari sekira 20 kepala keluarga di Kampung Padasuka, Rukun Tetangga (RT) 04 dan RT 05/Rukun Warga (RW) 12 Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, diungsikan sementara waktu dari lokasi longsor. "Untuk sementara warga yang rumahnya berada di sekitar lokasi longsor diungsikan karena dikhawatirkan ada longsor susulan," kata Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 0606 Kota Bogor, Letkol Kav Sinyo, di Bogor, Minggu. Ia mengatakan, untuk sementara waktu warga ditempatkan di aula Kelurahan Gudang yang berada tidak jauh dari lokasi longsor. Pihaknya telah menyiapkan dapur umum untuk keperluan warga selama berada di kelurahan. Menurut Sinyo, evakuasi warga dilakukan karena dikhawatirkan retakan tanah makin melebar sehingga cukup membahayakan bagi warga yang rumahnya berada sekitar lokasi kejadian. Sementara itu, menurut dia, proses evakuasi satu orang korban yang masih terjebak di reruntuhan dihentikan sementara karena hujan deras yang terus mengguyur wilayah Kota Bogor. "Pencarian akan dilanjutkan Senin (27/2) pagi. Dilihat dari situasi dan kondisi di lapangan sangat tidak memungkinkan dilakukan evakuasi Minggu malam. Selain karena hujan, ancxaman longsor juga cukup berbahaya bagi petugas," kata Sinyo. Peristiwa longsor terjadi Minggu pagi sekitar pukul 08.30 WIB. Sekira empat bangunan rumah yang dihuni 12 kepala keluarga hancur akibat tertimpa reruntuhan longsor. Salah seorang warga, E. Fatimah (70), dikabarkan masih tertimbun reruntuhan rumah yang tertimpa longsor. Ia tidak dapat menyelamatkan diri karena sudah tua dan dalam kondisi sakit stroke. Sementar itu, anak dan menantu korban telah menyelamatkan diri pada saat peristiwa terjadi. Sekretaris Daerah Kota Bogor, Bambang Gunawan, menyarankan kepada warga yang tinggal di sekitar lokasi longsor untuk bersedia direlokasi ke rusunawa mengingat kondisi tanah yang labil serta padatnya penduduk di kawasan tersebut sangat tidak representatif untuk warga. "Kami minta lurah mendata siapa saja warga yang ingin pindah. Kami akan mengakomodasi mereka yang berkeinginan menempati rusunawa," katanya.

Anda mungkin juga menyukai