Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Redaksi
Dunia Kedokteran
International Standard Serial Number: 0125 – 913X
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau di- Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
bacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan mengenai to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran,
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ Gedung Enseval, JI. Letjen Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih P.O. Box 3117 Jakarta.
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor dengan amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
The Epidemiology,
Control and Prevention of
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
in Indonesia
Sumarmo*, Thomas Suroso**, A. Abdulkadir**, Imran Lubis*
National Institute of Health, Research and Development*) and
Directorate General CDC and Environmental Health**)
Ministry of Health RI, Jakarta
Note :
*) Up to July 1993 **) IR = Incidence Rate per 100,000 population
Figure 3. Age Proportion of DHF Cases in Indonesia 1968 – 1992
Figure 4. Average Annual No. of UHF by Month in Indonesia, 1988-1992
Note :
DHF cases
Dengue Serotypes
Year Dengue-1 Dengue-2 Dengue-3 Dengue-4 Total
n % n % n % n %
1975 4 44 3 33 2 23 – 0 9
1976 18 7 21 19 54 50 15 14 108
1977 10 11 20 22 56 59 9 8 95
1978 7 15 21 46 18 39 – 0 46
1979 5 13 18 46 14 36 2 5 39
1980 6 14 15 34 22 50 1 2 44
1981 9 17 14 32 29 67 2 4 54
1982 7 15 20 42 21 43 – 0 48
1983 5 12 17 41 16 39 3 8 41
1984 4 11 12 34 18 51 1 4 35
1985 3 12 10 38 13 50 – 0 26
1986 17 18 33 35 39 43 4 4 93
1987 11 12 17 20 53 61 6 7 87
1988 9 16 12 21 32 57 3 6 56
1989 1 10 2 20 7 70 – 0 10
1990 48 40 30 25 33 28 9 7 120
1991 5 45 3 27 2 17 1 1 11
1992* 9 8 9 7 33
Note :
* Up to September 1992
1975-1988 Data from NHIRD
1988-1992 Data from NAMRU-2, Jakarta.
PERMASALAHAN
Sampai saat ini banyak hal tentang penyakit DBD ini yang
belum diketahui dengan jelas; mengapa terjadi wabah, mengapa
ada wabah 5 tahunan, mengapa suatu daerah dapat endemis,
sporadis, mengapa infeksi dengan virus dengue yang sama dapat
menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda, dari yang ringan
atau tidak bergejala sampai perdarahan berat shock dan kema-
tian. Masalah mengapa sejak tahun 84/85 kasus-kasus DBD pada
dewasa meningkat, sampai saat ini juga tidak diketahui dengan
jelas.
Gambar 2. Kasus Penyakit Demam Berdarah Dengue per Golongan Umur nularkan kepada lebih banyak orang. Ke-4 serotipe virus dengue
di Indonesia
berada di Indonesia dan sampai saat ini transmisi ke-4 serotipe
tersebut masih berlangsung.
Satu hal yang jelas diketahui adalah bahwa penyakit ini
disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui nyamuk Ae.
aegyptilAe. albopictus, dan manusia merupakan satu-satunya
reservoir virus. Pada waktu ini pencegahan/pemberantasan pe-
nyakit DBD hanya dapat dilakukan melalui pemutusan rantai
penularan manusia-nyamuk-manusia, yaitu dengan membasmi
nyamuknya. Usaha ini dapat dilakukan dengan bahan kimia,
mekanis maupun biologis. Dengan bahan kimia misalnya
malathion untuk membunuh nyamuk dewasa, abate untuk mem-
bunuh jentiknya. Secara mekanis dengan pembersihan sarang
nyamuk; menguras tempat penampungan air untuk jentik dan
telur sedang secara biologis adalah dengan binatang/ikan, jamur,
bakteri yang dapat memakan jentik nyamuk.
Pemakaian bahan kimia mahal dan berdampak lingkungan
yang jelek, belum termasuk kemungkinan resistensi dari
nyamuknya; karena itu penggunaan bahan kimia sebaiknya
hanya bersifat sementara. Cara-cara lain seperti pembersihan
Sampai saat ini pengobatan terhadap virus dengue juga sarang nyamuk, penggunaan ikan, sebetulnya dapat mengganti-
belum ada sehingga semua pengobatan hanya bersifat simptoma- kan penggunaan bahan kimia dan tidak ada dampak buruk tetapi
tis saja. Vaksin sebagai pencegahan juga belum ada; memang harus dilakukan secara intensif dan terus menerus. Untuk itu
masih diusahakan dibuat oleh kelompok dari Thailand tetapi partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan mengingat tempat-
sampai saat ini belum dapat digunakan. Vaksin dengue yang tempat perinditkan nyamuk berada di dalam rumah mereka.
direncanakan adalah vaksin dengan virus yang dilemahkan dan Pemerintah dalam mengantisipasi kenaikan dan penyebaran
akan diberikan dalam bentuk polivalen (semua serotipe dengue) penyakit DBD ini telah berusaha keras melalui program pen-
untuk mencegah kemungkinan infeksi sekunder. Hal ini ter- cegahan/pemberantasan, tetapi keterbatasan dana memaksa
utama untuk daerah endemis di mana kemungkinan besar program 'untuk melakukan kegiatan berdasarkan prioritas. Di
anak-anak telah pernah mendapat infeksi alam dengan virus samping itu partisipasi aktif masyarakat misalnya melalui Pem-
dengue dari salah satu tipe sehingga pemberian vaksin dengue bersihan Sarang Nyamuk (PSN) masih rendah, padahal partisi-
yang mengandung virus dengue hidup 'akan sama dengan pasi tersebut merupakan kunci keberhasilan pencegahan/pem-
menyebabkan infeksi kedua (sekunder) dengan serotipe yang berantasan DBD.
berbeda dengan infeksi pertama sehingga mungkin justru me- Dimulai tahun 1990/1991 strategi barn pencegahan/pem-
nimbulkan Demam Berdarah'Dengue. berantasan secara intensif mulai dilakukan di Indonesia. Pada
Penyakit DBD penularannya dilakukan oleh nyamuk Ae. strategi baru ini kegiatan juga dilakukan atas dasar prioritas.
aegypti tetapi penyebarannya lt'bih banyak dilakukan melalui Wabah akan mendapat prioritas utama, disusul daerah endemis,
orang yang sedang mengalami viremia karena nyamuk Ae. aegypti sporadis dan terakhir daerah rawan. Pēnanggulangan fokus ma-
mempunyai jangkauan terbang yang terbatas. Orang yang sedang sih tetap dilakukan dengan lebih mengetatkan kriteria fokus dan
sakit dengan gejala ringan atau dalam stadium inkubasi dengan radius fogging malathion di sekitar kasus diperluas menjadi 200
viremia dal am tubuhnya dapat bepergian ke mana saja. Di tempat m dari 100 m sebelumnya. Partisipasi masyarakat dalam Pem-
baru dia akan dapat segera menginfeksi nyamuk Ae. a'egypti/Ae. bersihan Sarang Nyamuk (PSN) juga mendapat prioritas utama.
albopictus yang akan merupakan sumber penularan bagi anak/ Pembinaan peran serta masyarakat dilakukan dengan penyuluh-
orang lain di tempat tersebut. . an dan penggerakan masyarakat. Kerja sama limas program dan
Nyamuk Ae. aegypti/Ae. albopictus tersebar luas di tanah air lintas sektoral melalui Kelompok Kerja Nasional (Pokjanal)
dan berada terus menerus sepanjang tahun, dengan kepadatan tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan/desa akan
yang turun naik sesuai dengan musim; musim hujan akan naik dikoordinasi oleh Kepala Wilayah/Daerah. Diharapkan dengan
dan musim kemarau akan menurun. Sampai saat ini juga belum cara ini pencegahan/pemberantasan DBD akan dapat dilakukan
jelas peranan nyamuk Ae. aegypti/Ae. albopictus dalam me- lebih terpadu sehingga akan lebih berhasil guna.
nimbulkan wabah. Ada wabah DBD yang terjadi meskipun
populasi nyamuk Ae. aegypti rendah atau sebaliknya; berapa KECENDERUNGAN PENYAKIT DBD PADA PELITA VI
besar peranan kerentanan nyamuk Ae. aegypti dari pelbagai Kota besar akan selalu dibanjiri oleh orang-orang yang
tempat/daerah terhadap virus dengue. Bagaimana pengaruh ke- mencari pekerjaan, yang kebanyakan kurang atau tidak mampu
lembaban, temperatur, besarnya angin terhadap umur nyamuk, sehingga mereka akan menambah daerah pemukiman kumuh.
sebab jika berumur panjang akan mempunyai kesempatan me- Mengingat daerah kumuh menciptakan tempat yang sangat subur
bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes maka tidak menghe- DBD; selain karena pengalaman juga training yang dilakukan
rankan kalau populasi nyamuk Ae. aegypti/Ae. albopictus akan maupun penyebaran informasi terbaru lewat seminar dan lain-
meningkat di samping datangnya orang-orang baru tersebut akan lain, sehingga dapat makin menurunkan angka kematian. Makin
meningkatkan jumlah orang yang rentan terhadap DBD. lengkapnya peralatan dan unsur penunjang lain seperti kemam-
Kepadatan dan mobilitas penduduk yang meningkat, jumlah puan laboratorium, juga akan membantu menurunkan angka
nyamukAe. aegypti dan Ae. albopictus yang juga meningkat, se- kematian tersebut.
dang obat/vaksin untuk pencegahan dan juga cara pencegahan/ 7) Dari data tahun-tahun sebelumnya tampak adanya ke-
pemberantasan yang belum mantap menyebabkan pada Pelita VI cenderungan kasus-kasus dewasa meningkat; hal ini diperkira-
ini penyakit DBD masih akan merupakan masalah besar kese- kan akan tetap meningkat pada Pelita VI ini, meskipun sebab
hatan : yang jeias belum diketahui.
1) Kasus akan makin banyak, bahkan wabah masih akan ter-
jadi. KESIMPULAN
2) Peningkatan kasus menyolok di kota-kota besar. Penyakit Demam Berdarah Dengue masih akan merupakan
3) Kota/tempat yang lebih kecil akan sering menerima limpah- masalah kesehatan masyarakat pada Pelita VI ini. Kasus masih
an kenaikan kasus dari kota-kota besar, terutama dengan makin akan meningkat, wabah masih akan terjadi. Kasus-kasus dewasa
meningkatnya hubungan/transportasi. meningkat tetapi angka kematian akan menurun.
4) Partisipasi masyarakat masih sulit, lebih-lebih di kota-kota
besar. Partisipasi dalam pencegahan/pemberantasan secara swa-
dana (membayar) akan meningkat di kelompok/tempat-tempat KEPUSTAKAAN
berpenghasilan menengah dan tinggi tetapi karena terlalu sibuk
1. WHO. Dengue Hemorrhagic Fever; Diagnosis, Treatment, and Control.
dengan pekerjaan/kegiatan di kota besar mereka tidak mem- Geneva 1985.
punyai waktu untuk melakukan partisipasi secara aktif. 2. Program Pemberantasan Penyakit DBD Pelita V I. Laporan Pelita V. Sub.
Pencegahan penyakit DBD di kota-kota kecil akan lebih Dit. Arbovirosis, P2M PLP, Departemen Kesehatan, Jakarta.
baik dan bersama-sama dengan program pemerintah akan dapat 3. Kebijakan Pemberantasan DBD. Pelatihan Pengelolaan Program DBD bagi
Kasi P2M KanWil Departemen Kesehatan, Propinsi. Sub. Dit. Arbovirosis,
menghambat penyebaran/peningkatan penyakit ini. Dit. Jen. P2M PLP, Departemen Kesehatan, Jakarta, 12–18 Juli 1993.
5) Program pencegahan/pemberantasan dari pemerintah akan 4. S.K. Menteri Kesehatan R.I. nomor: 581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
lebih berhasil guna mengingat keterlibatan instansi lintas pro- Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue beserta lampirannya.
gram dan lintas sektoral yang lebih terkoordinir. 5. Bahan Pra-Lokakarya Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan 2–7 Agustus 1993. Jakarta.
6) Para dokter akan makin trampil menangani kasus-kasus
Tabel 3. Lama trombositopeni dan jumlah trombosit saat renjatan Tabel 4. Suhu tubuh dan Hematokrit saat trombositopenl
> 100.000/µL 21 33 3,1 ± 1,2 (1 – 5) Suhu tubuh 37,3° ± 0,8°C 37,3° ± 0,9°C Lb.
< 100.000/µL 43 67 4,2 ± 1 (2 – 6) Hematokrit 44,9 ± 6,5 9b 44,9 ± 5,3 % Lb.
PEMBAHASAN
Trombosit berasal dari sitoplasma megakariosit sumsum
tulang di bawah pengaturan mediator humoral trombbpoetin.
Dalam sirkulasi trombosit berbentuk keping pipih, berukuran
volume ± 10 cµ (eritrosit 90 cµ), konsentrasi 180.000 – 300.000
/µl, dan berada selama 9 – 10 barn. Penelitian sumsum tulang
pada pasien dengan DBD menunjukkan adanya depresi sumsum
tulang yaitu tahap hiposeluler pada hari ke 3 – 4 demam dan
perubahan patologis sistem megakariosit(9,10). Dari penelitian
dengan radioisotop dibuktikan adanya destruksi trombosit
dalam sistem retikuloendotel yaitu dalam limpa dan hepar. Juga
masa paruh dari trombosit memendek hingga 6,5 – 53 jam
(normal 72 – 96 jam)(11). Peranan DIC (Disseminated Intravas-
cular Coagulation) pada pasien DBD telah banyak diselidiki.
Akibat koagulasi intravaskular, pemakaian faktor-faktor pem-
bekuan dan trombosit meningkat sehingga terjadi trombosi-
topeni(12,13,14,15,16).
Dari penelitian-penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pada pasien DBD terjadi penurunan produksi, meningkatnya
destruksi dan pemakaian trombosit berlebih sehingga terjadi
trombositopeni.
Gambar 3. Hari demam yang dicapal oleh nilai minimal trombosit dari Selain mengalami defisit secara kuantitatif, juga terdapat
masing-masing kasus kelompok penelitian gangguan fungsi trpmbosit. Hal ini dibuktikan dengan mening-
katnya sekresi ADP dan metabolit prostasiklin plasma (PGI2)
yaitu 6-keto-PGF1a (6KPGF1)(17,18,19), Trombosit dalam sirkulasi
tidak akan melekat pada endotelium vaskular, kecuali bila ada
aktivasi misalnya kerusakan lapisan intima vaskular atau ro-
bekan struktur vaskular. Respon trombosit terhadap aktivasi
tersebut, secara umum ada 4 tipe yaitu : (1) perubahan bentuk
trombosit dari keping pipih menjadi bulat berduri, (2) adhesi,
melekatnya trombosit pada subendotelium dinding pembuluh
darah atau pada jaringan kolagen, (3) agregasi, melekatnya trom-
bosit satu sama lain, (4) sekresi, misalnya ADP, tromboksan A2,
serotonin, kalsium dan lain-lain. ADP disekresi oleh granula
padat yang terdapat dalam trombosit, sedangkan prostasiklin
plasma (PGI2) dibentuk oleh sel endotel dan otot polos pembuluh
darah. ADP menginduksi agregasi trombosit terhadap trombosit
yang sudah melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak,
sedangkan PGI2 merupakan inhibitor agregasi trombosit. Efek
PGI2 selain berlawanan dengan ADP, juga berlawanan dengan
tromboksan A2(TXA) yang juga disekresi oleh granula padat
Gambar 4. Nilai minimal trombosit dari masing-masing kasus kelompok dalam trombosit(7,20,21).
penelitian dan hart demam
Pada DBD, kerusakan endotelium vaskular terlihat dari renjatan dicapai pada hari ke 6 demam dengan nilai lebih rendah
manifestasi adanyapetekiadan tes tumiketpositif. Selain itu juga pada penderita yang mengalami renjatan. Jadi renjatan hanya
telah dibuktikan oleh Bhamarapravati dick pada otopsi 100 berhubungan dengan nilai terendah trombosit dan tidak ada
kasus(22). hubungannya dengan saat muncul atau lamanya trombositopeni.
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya defisit kuantitatif Pada saat berlangsungnya trombositopeni suhu tubuh
dan disfungsi trombosit belum diketahui dengan jelas. Diduga subfebris dan masih berlangsung hemokonsentrasi.
karena kompleks imun (kompleks antigen Dengue, immuno- Dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pemantauan
globulin dan komplemen globulin) yang ditemukan path per- perubahan jumlah trombosit pada penderita yang diduga DBD
mukaan trombosit(17,23) (gambar 5). sebaiknya dilakukan mulai hari ke 3 demam sampai sekurang-
kurangnya 5 had.Vitus Dengue
KEPUSTAKAAN
ABSTRAK
Pengamatan kesenangan bertelur nyamuk Aedes spesies di luar dan di dalam rumah
telah dilakukan pada bulan Juli 1990 sampai dengan Februari 1991 di Jakarta Pusat dan
Jakarta Utara. Pengumpulan telur dilakukan 'dengan menggunakan perangkap telur
(Ovitrap). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah telurAedes sp. yang diperoleh
di luar dan di dalam rumah berbeda sangat nyata. Rata-rata per bulan di luar rumah 4831,5
dan di dalam rumah 2980,6 untuk Jakarta Pusat, di luar rumah 1227,1 dan di dalam rumah
827,3 untuk Jakarta Utara. Dengan rata-rata Ovitrap index (OI) per bulan di luar rumah
63,0% dan di dalam rumah 49,4% untuk Jakarta Pusat, di luar rumah 36,4% dan di dalam
rumah 33,5% untuk Jakarta Utara.
Gambar 2. Korelasi persentase kasus Demam Berdarah Dengue Gambar 3. Korelasi Persentase rata-rata kasus Demam Berdarah Dengue
di Kodya Batam dibandingkan dengan kasus di Indonesia dart dengan Persentase rata-rata Curah hujanb di Kodya Batam
tahun 1983 sampai tahun 1990. tahun 1983–1990
nyata peningkatan curah hujan akan diikuti dengan peningkatan Tabel 3 menunjukkan hasil pengamatan tempat perindukan
jumlahkasus, demikian juga sebaliknya penurunan jumlah curah vektor DBD yang dilakukan di 9 kelurahan mencakup 37 lokasi
hujan diikuti dengan penurunan jumlah kasus(1). RT/RW dengan 367 perumahan, 13 sekolah serta 60 tempat-
Tabel 3. Pengamatan jentik Aedes aegypli pada Berbagai Tempat Perindukan yang ditemukan
di beberapa Kecamatan di Kodya Batam
tempat umum/TTU dan tempat-tempat institusi/ITI. Di peru- banyak tempat penampungan sebaliknya di sekolah dan TTU/
mahan diperoleh House Index 50,4% dengan Container Index TTI tempat penampungan terbatas jumlahnya. Tingginya Con-
26,9% sedangkan di lingkungan sekolah menunjukkan Premise tainer Index drum sesuai dengan pengamatan Nelson et al (1976)
Index 46,1% dengan Containerindex 32,5%. Selanjutnya TTU di daerah Tanjung Priok; drum air sebagai persediaan biasanya
dan TTI menunjukkan Premise Index 41,7% dengan Container oleh penduduk pantai diletakkan di luar rumah. Kejadian ini
Index 17,6%. Ternyata perumahan mempunyai House Index dapat dilihat dari Container Index yang terletak di berbagai
tertinggi jika dibandingkan dengan sekolah dan TTU maupun bangunan; yang tertinggi ditemukan di sekolah karena dari 43
TTI (Tabel 4); bahkan bila dilihat dari jenis tempat penampung- wadah yang diperiksa ternyata mengandung jentik sebanyak 14
annya ternyata drum mempunyai Container Index yang berbeda wadah (32,5%). Sebaliknya di perumahan terdapat 1417 wadah
dengan yang lain (X2 = 177,5 P0.05 = 14,9; df = 2; X2 > P0.05). yang positip jentik sebanyak 381 wadah (26,9%) dan di tempat-
tempat Umum/ITI dari 227 wadah, yang positip 40 wadah
Tabel 4. Hasil pengamatan tempat perindukan vektor DBD berdasarkan (17,6%). Ternyata Containerindex yang terletak di ketiga lokasi
sasaran survel, Jumlah rumah/bangunan dan jumlah kontainer
mempunyai perbedaan yang bermakna, yang didominansi drum
di Kodya Batam
paling tinggi kemudian bak mandi, lain-lain, dan paling kecil
Jumlah Rumah/ pada tempayan. Tentunya hal ini dipengaruhi oleh beberapa
Jumlah Kontainer
Bangunan faktor di antaranyam sikap dan perilaku masyarakat, sumber
Sasaran Survei
Dipe- Dengan HI/PI Dipe- Dengan C.I
gitan, tersedianya tempatperkembangbiakan dan lain sebagainya.
riksa Jentik (% ) riksa Jentik (% ) Dilihat dari pengamatan tentang pengetahuan dan sikap
I. Perumahan masyarakat terhadap DBD melalui wawancara, separuh lebih
1. Kec. Blk. Padang
70 45 64,3 334 115 34,4
dari masyarakat Kodya Batam (64,7%) mengetahui tentang
a. P. Blk. Padang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan nyamuk Aedes
2. Kec. Batam Tunur
a. KeL LB. Kota 97 57 58,8 284 120 42,2
aegypti sebagai penular (61,2%).
b. Kel. LB. Timur 35 12 34,3 132 17 12,9 Masyarakat yang menganggap keluarga bertanggung jawab
c. Kai. LB. Selatan 40 13 32,5 158 23 14,5 terhadap pencegahan DBD (78,0%) hampir 3/4 masyarakat Kodya
d. KeL Sei Beduk 15 8 53,3 42 15 35,7 Batam, sehingga tindakan masyarakat untuk pencegahan penu-
30 9 30 126 23 18,2 laran di lingkungan pemukiman masih dapat berjalan dengan
3. Kec. Batam Barat
a. Kel. P. Buluh 20 15 75 32 32 100
membersihkan wadah air; namun sebaliknya di sekolah Con-
b. Kel. Batam 20 13 65 130 21 15,4 tainer Index tinggi karena tidak ada yang bertanggung jawab.
c. Kel. Tiban 40 13 32,5 179 15 8,5 Kejadian ini didukung oleh rendahnya pengetahuan masyarakat
Jumlah 367 185 50,4 1417 381 26,9 yang tahu cara mencegah DBD dengan menguras wadah air
II. Sekolah 13 6 46,1 43 14 32,5
(30,4%), mengubur barang-barang bekas (14,6%), dengan
III. TTU/TTI
menutup wadah (25,4%) dan abatisasi hanya 6,3%; sehingga
1. Tempat lbadah 15 8 53,3 36 15 41,7 sekolah maupun TTU/ITI sulit melakukan tindakan pencegahan
2. Sarana Kesehatan 9 3 33,3 18 4 22,2 DBD dengan cara mengurangi kontak gigitan nyamuk vektor.
3. Hotel dan Rumah Nelson et al (1976) menyatakan bahwa fluktuasi dari gigitan
Makan 8 2 25 29 4 13,8 Aedes aegypti mencapai puncak tertinggi pada pagi hari pukul
4. Perkantoran 28 12 42,8 144 17 11,8 8.00 - 10.00, kemudian pada sore hari pukul 14.00 - 16.00; se-
Jumlah 60 25 41,7 227 40 17,6 hingga wajar di lingkungan sekolah wadah air selalu mengan-
dung jentik; bahkan dinyatakan pula oleh Suroso (1986) bahwa
Container index pada drum berbeda bermakna dengan bak mandi, tempayan penyakit Demam Berdarah Dengue cenderung lebih banyak
dan lain-lain yang tersebar pads berbagai sasaran dan lokasi (Chi square X2
=177,5; P 0,05 = 14,9; df = 2; x2 > P 0,05).
ditemukan pada anak-anak yang berumur 5 - 14 tahun karena
anak-anak tersebut mudah tergigit, dan peluang untuk digigit
Kemungkinan tingginya House Index pads perumahan ka- lebih besar dibandingkan orang dewasa.
rena tumah yang diperiksa pada umumnya mempunyai lebih Ditinjau berdasarkan letak tempat perindukan ternyata
jentik Ae. aegypti lebih menyikai wadah air yang terletak di luar Wadah air sebagai tempat perindukan jentik temyata di
rumah (CI = 31,4%); hal ini juga terlihat pada lingkungan seko- perumahan yang dominan adalah drum, dan di sekolah serta
lah (CI = 71,4%) sedangkan di luar TTU/ITI rendah (CI = TTU/TTI yang paling dominan adalah bak mandi. Berdasarkan
31,2%). Tertlyata letak wadah airpun berpengaruh; wadah yang jenis wadah air yang digunakan penduduk Pulau Batam pada
diletakkan di luar rumah akan lebih banyak mengandung umumnya ternyata 49,9% berupa tempayan (208 buah) dan
jentik (Chi square X2=15,76; df = 2; P 0,05 = 10,6; X2> P0,05). 11,8% berupa lain-lain (199 buah); wadah air akan selalu terisi
(Tabel 5). Kejadian ini mungkin akibat jarangnya wadah diber- oleh air sebagai persediaan baik pada musim kemarau maupun
sihkan terutama yang diletakkan pada luar rumah/bangunan; hal penghujan. Adanya peningkatan kasus DBD di Kodya Batam
ini terlihat juga dari kesadaran hanya sebagian kecil masyarakat yang terjadi pada saat peralihan musim, tentunya didukung
untuk menguras wadah. Di perumahan ternyata wadah air di faktor lain walaupun temyata faktor musim tidak berpengaruh
dalam dan luar rumah sama jumlahnya sedangkan di sekolah dan terhadap kenaikan populasi jentik Ae. aegypti selama satu tahun
TTU/TTI lebih banyak terletak di dalam bangunan (Tabel 5). di Tanjung Priuk (Nelson et al, 1976).
Tabel 5. Jumlah Tempat Perindukan Vektor DBD berdasarkan Jenis
Dari hasil pengamatan ternyata ditemukan pada tempat
Tempat Penampungan Air dan Letak, di Kodya Batam penampungan air 88,6% jentik Ae. aegypti, 9,8% jentik Ae.
albopictus dan 1,5% terdiri dari jentik nyamuk lainnya.
Letak
Jenis Tempat Dalam Rumah Luar Rumah
Penampungan Air
Dengan Dengan C.I Dengan Dengan C.I
Air Jentik (%) Air Jentik (%) KESIMPULAN
1. Perumahan
1) Selama kurun waktu 7 tahun yaitu tahun 1983–1990 jumlah
– Drum 209 86 41,1 597 202 33,3 kasus yang terbanyak adalah pada tahun 1989.
– Bak mandi 221 37 16,7 49 14 28,6 2) Peningkatan kasus terjadi lebih mendahului peningkatan
– Tempayan 127 12 9,4 61 18 29,5 curah hujan bahkan adanya penurunan curah hujan kasus DBD
– Lain-lain 68 12 17,6 85 15 17,6 tetap tinggi. Peningkatan kasus tidak terpengaruh oleh musim.
Sub Total 625 147 22,1 792 249 31,4 3) Peningkatan kasus DBD secara umum di Indonesia (5 tahun
2. Sekolah
sekali) ternyata tidak berlaku untuk Wilayah Kodya Batam.
– Drum 1 0 0 6 3 50 4) Tempat wadah air yang selalu terisi air memberi peluang
– Bak mandi 27 3 11,1 6 5 83 pada perkembangbiakan Ae. aegypti, sehingga pads musim
– Tempayan 0 0 0 1 1 100 kemaraupun akan terjadi transmisi DBD.
– Lain-lain 1 0 0 1 1 100 5) Tempat perkembangbiakan Ae. aegypti lebih menyukai
Sub Total 29 3 10,3 14 10 71,4 wadah yang terletak di luar bangunan.
3. RRU/TTI
6) Pengetahuan dan sikap perilaku masyarakat memegang pe-
– Drum 4 4 100 24 8 33,3 ran penting dalam pencegahan DBD, melalui cara pengendalian
– Bak mandi 90 12 13,3 46 8 17,4 vektor.
– Tempayan 15 0 0 4 0 0
– Lain-lain 32 2 6,2 12 3 25
Sub Total 141 18 12,8 86 19 22,1
Total 795 168 20,1 892 278 31,2 KEPUSTAKAAN
Keterangan :
1. Sumadji. Penyebaran Kasus Demam Berdarah Dengue di Kotamadya Madiun
Letak dari penampungan air yang positif mempunyai perbedaan yang bermakna
(1974-1988). Medika 1992; 18(3).
(Chi square : X2 = 15,76; df = 2; P 0,05 = 10,6; X2 > P 0,05)
2. Suroso T. Pencegahan dan Pemberantasan DBD. Simposium DBD, Jakarta
26 Juli 1986.
Dari pengamatan ini dapat diketahui pula bahwa berdasar- 3. Nelson MJ, Salim Usman, Pant CP, Self LS. Seasonal abundance of adult and
kan pencahayaan ternyata 89,8% wadah air dengan cahaya yang immature Aedes aegypti (L) in Jakarta. Bull Penelit. Kes. 1976;4(1&2): 1–8.
4. Nelson MJ, Salim Usman, Pant CP, Self LS. Observations on the breeding
cukup dan 10,6% dengan pencahayaan kurang. Dari segi sanitasi
habitats of Aedes aegypti (L) in Jakarta, Indonesia. Asian J. Trop. Med.
ternyata wadah air dengan penutup sebanyak 61,8% kemudian Publ. Hlth. 1976; 7(3): 424–9.
wadah tanpa tutup 38,2%. Kejadian ini mempunyai hubungan 5. Nelson MJ, Self LS, Pant CP, Salim Usman. Diurnal peridiocity of attraction
dengan tingkah laku nyamuk pada saat akan meletakkan telur. to human bait of Aedes aegypti (Cuticidae) in Jakarta, Indonesia. J. Med.
Entomol. 1976; 14(5): 504–10.
Efektifitas Fogging Malathion Masai
pada Pencegahan/ Pemberantasan
Demam Berdarah Dengue
Suharyono Wuryadi
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Never let yourself be worried by what people say, just ask yourself
why they say it
Filariasis
Siklus Hidup dan
Diagnosis Laboratorium
Nurtjahjo, Ida Aju Brahma Dewi
Jurusan Analis Medis Fakultas Non Gelar Kesehatan
Universitas Airlangga, Surabaya
ABSTRAK
Manrania
uniformis 83 53 60 11 91 25 46 18 35 22 11 2 191 97 38 17 99 23 14 4 175 110 200 40 215 119 65 64 109 125 49 26 171 160 197 15
Indiana 8 9 6 2 6 12 5 4 7 19 10 1 36 24 9 1 34 34 16 2 17 17 1 13 31 31 56 5 27 30 17 14 22 31 23 19
bonneae 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 3 0 1 0 4 4 1 0 3 0 2 0 I 4 2 0
dives 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 2 0 0 0 0 I 0 0
annulifera 0 0 0 0 I I 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 0 1 5 0 0 0 0 0 1 0
annulata 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Nyamuk lain** 9 3 2 0 4 0 0 0 6 9 8 3 7 3 6 I 7 7 7 2 8 4 3 1 22 4 4 0 6 6 3 0 2 6 2 0
Total 101 65 69 13 103 39 51 25 51 50 29 6 235 124 54 19 141 64 37 8 203 131 205 54 277 164 126 70 152 161 71 40 196 202 225 34
Keterangan :
* Control
* Spesies nyamuk lain (Anopheles, Culex dan Aedes spesies).
Tabel 2. Jumlah seluruh nyamuk yang diperoleh selama 9 kali percobaan rangan nyamuk yang diperoleh pada pemakai pembalut dengan
di Pacific Tin, Selangor, Malaysia (April 1989 sampai dengan
kandungan Deet 5%, 10% dan 30% masing-masing adalah
Juni 1989)
30,55%, 40,91% dan 82,42%. Sedangkan tabel 5 menunjukkan
Percoba- bahwa persentase rata-rata pengurangan nyamuk Mansonia sp.
an I II III IV V VI VII VIII IX Total % yang diperoleh dari pemakai pembalut yang mengandung Deet
Deet
5%, 10% dan 30%, masing-masing adalah sebesar 10,16%,
Kontrol 101 103 51 235 141 203 277 152 196 1459 40.58 39,16% dan 82,45%.
5% 65 39 50 124 64 131 164 161 202 1000 27.82
10% 69 51 29 54 37 205 126 71 225 867 24.12 Tabel 5. Persentase rata-rata pengurangan nyamuk Manumits sp. yang
30% 13 25 6 19 8 54 70 40 34 269 7.48 diperoleh, menurut kandungan Deet pada pembalut yang di-
pakai selama 9 kall percobaan di Pacific Tin, Selangor,Malaysia
Total 248 218 136 432 250 593 637 424 657 3595 100.00 (April 1989 sampai dengan Juni 1989)
Parasit : 1. Hume CW. The UFAW Handbook on the Care and Management of Labora-
Protozoa : Koksidiosis oleh Eimeria stiedae, E. magna, E. irrisidua, dan E. tory Animals. Fifth edition. Churchill Livingstone. London, 1976.
perforans. 2. Flynn RJ. Parasites of Laboratory Animal. First edition. The Iowa State
Parasit luar : Haemodipsus ventricosus, Sarcoptes scabei, Notoedres cati, University, 1973.
Psoroptes cuniculi, Cheyletiella parasitovorax, Listrophorus gibbus, Trom- 3. Lennete EH. Manual of Clinical Microbiology. Fourth edition. American
bicula cavicola. Society for Microbiology. Washington DC, 1989.
4. Nutting WB. Mammalian Diseases and Arachnidids vol.), II. Boca Raton,
GERBIL
USA. 1984.
Bakteri : 5. Jawetz E et al. Review of Medical Microbiology. 16th. Lange Medical
Wet tail oleh Eschericia coll. Tyzzer oleh Bacillus piliformis. Publication. Japan, 1984.
6. Smith JB. Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di
KERA (Macaca fascicularis) Daerah Tropis. UI Press. Jakarta, 1988.
Bakteri : 7. Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan. Peraturan
Tuberkulosis oleh Mycobacterium tuberculosis. Enteritis oleh Salmonella Perundangan Kesehatan Hewan. Edisi I. Departemen Pertanian. Jakarta.
sp dan Shigella sp.
Keadaan Nilai Normal Baku
Mencit strain CBR Swiss Derived
di Pusat Penelitian Penyakit Menular
Siti Sundari Yuwono, Edhie Sulaksono, dan Rabea Pangerti Yekti
Pusat Penelitian Penyakit Menular Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Sifat-sifat Hari
Standard
Mean Minimum Maximum
Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah di- Deviation
tangani, takut cahaya dan aktif pada malam hari; mencit yang
dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih 0 1.34 .08 1.22 1.42
3 2.26 .15 2.05 2.55
ringan dibanding yang dipelihara bersama-sama dalam satu 6 3.55 .19 3.28 3.86
kandang, kadang-kadang mempunyai sifat kanibal(2). 9 4.72 .21 4.39 5.03
12 5.63 .29 5.16 6.08
Lingkungan hidup 15 6.30 .48 5.32 8.98
18 7.23 .62 6.04 8.09
Temperatur ruangan untuk pemeliharaan mencit berkisar 21 9.03 .86 7.46 10.21
antara 20-25° C. Mencit dapat dipelihara dengan baik pada 24 11.28 .96 9.60 12.81
temperatur 70- 80° F. Kelembaban ruang tersebut berkisar 45- 27 13.82 1.20 11.91 15.98
55%.
Pengaruh Umur terhadap Pertambahan Berat Badan Mencit
Makanan
Mencit liar bersifat omnivorus yaitu pemakan segala macam
makanan. Makanan yang diberikan di laboratorium berupa pelet
yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, air vitamin dan
mineral.
Kandang
Dalam menentukan kandang bagi hewan percobaan harus
diperhatikan beberapa hal; yaitu kandang harus kuat, kokoh,
terbuat dari bahan tahan karat, tahan lama serta tahan panas.
Hewan dapat melakukan aktifitasnya dengan normal, harus
dilengkapi dengan jalan masukdan keluarmakanandan minuman.
Kandang harus mudah dibersihkan, ventilasi cukup;
berukuran 310-390 cm2 untuk sepasang mencit.
Penyakit
Setiap laboratorium hewan percobaan mempunyai masalah
yang berbeda dalam hal penyakit karena faktor yang mempe-
ngaruhi berbeda; faktor lingkungan dan pengelolaan sangat besar
pengaruhnya.
Maksud dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui keadaan hari kelima sudah lebih putih. Pada hari kesepuluh daun telinga
nilai normal baku mencit. mulai membuka. Pada umur 12 hari mata mencit mulai mem-
buka, anak- anak mencit mulai aktif berjalan-jalan; mereka mulai
BAHAN DAN CARA KERJA mengenal makanan padat dan air minum. Pertambahan bobot
Mencit yang digunakan 27 ekor, masing-masing dengan 8 badan tidak sepenuhnya tergantung pada air susu induk tetapi
ekor anak yang baru lahir. Kedelapan anak mencit ditimbang, juga dari makanan padat.
penimbangan selanjutnya dilakukan 3 hari sekali. Mencit-mencit Jumlah dan komposisi air susu ibu berubah-ubah dari hari ke
dipelihara terus sampai dewasa. hari biasanya disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan tergantung
Kemudian mencit-mencit tadi dibagi menjadi 3 kelompok yaitu pada makanan dan keadaan gizi ibunya.
kelompok umur 3 minggu, 8 minggu dan 12 minggu untuk Pada umur 13-16 hari pertumbuhan berat badan maju pesat.
diperiksa darahnya (eritrosit, Hb, pcv, leukosit) dan suhu tubuh. Pada hari ke-21 anak mencit disapih, anak mencit sepenuhnya
memperoleh makanan padat dan air minum dari botol. Pertum-
buhan berat badan setelah disapih dipengaruhi oleh beberapa
HASIL DAN PEMBAHASAN faktor yaitu hereditas,, temperatur, kemampuan adaptasi ling-
Pada tabel 1 terlihat bahwa anak mencit tumbuh sesuai kungan, makanan yang cukup. Pada umur satu bulan sudah
dengan umurnya. Berat mencit yang baru lahir 1,34 g (1,22-1,42 mencapai berat rata-rata 15,98 gram.
g), berat sapih (21 hari) besarnya 9,03 g (7,46-10,21 g)dan 27 hari Pada diagram terlihat jumlah eritrosit pada betina umur 3
besarnya 13,82 g (11,91-15,98 g). minggu lebih kecil daripada yang jantan, tetapi pada umur 8
Pada hari ke-4 rata-rata rambut mulai tumbuh tetapi pada minggu dan 12 minggu jumlah eritrosit mencit betina lebih kecil
Tabe12. Pengaruh umur pada gambaran darah
3 minggu 8 minggu 12 minggu Jumlah leukosit pada umur 3 minggu : jantan 68 ± 0,18 ribu/
ml, betina 72±0,17 ribu/ml dan umur 8 minggu : jantan 55 ± 0,12
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
ribu/ml dan betina 59 ± 0,15 ribu/ml.
PCV
Mean 59.37 61.29 70.32 69.78 67.86 72.29 Rata-rata Kadar HB Mencit Strain CBR Swiss-Derived
Standard 3.56 5.06 9.42 8.71 5.06 5.22
Deviation
Hb
Mean 12.75 12.70 13.49 13.19 14.09 13.61
Standard .68 .62 1.00 .78 1.13 1.12
Deviation
Lekosit
Mean 6800 7200 5500 5900 . .
Standard 1800 1700 1200 1500 . .
Deviation
Eritrosit
Mean 6.490 6.690 7.072 6.864 7.388 7.162
Standard .339 .192 .348 .478 .572 .575
Deviation
Temperatur
Mean 35.39 35.18 37.80 37.13 . .
Standard .24 .38 .62 .69 . . Pada tabel 2 terlihat bahwa kadar Hb pada umur 3 minggu:
Deviation mencit jantan 12,75 ± 0,68 gram/100 ml; mencit betina 12,70 ±
0,62 gram/100 ml; pada umur 8 minggu jantan 13,49±1,00 gram/
Rata-rata Nilai PCV Mencit Strain CBR Swiss-Derived 100 ml; pada umur 12 minggu : jantan 14,09 ± 1,13 gram/100 ml
dan betina 13,61 ± 1,12 gram/100 ml. Kadar Hb mencit jantan
lebih tinggi daripada kadar Hb mencit betina.
Rata-rata Nilai PCV Mencit Strain CBR Swiss-Derived
Only those who have the patience to do simple things pi,lectty ever
acquire the skid to do difficult things easily
(Schiffer)
Various Types of Specific
Acquired Deficient Immune Status
(SADIS) following Various Kinds of
Microbial Infection
- 4b. the leprosy type (Lp-type) of SADIS
caused by leprosy bacilli
R.A. Handojo*, Anggraeni Inggrid Handojo**
* The Indonesian Association of Pulmonologists, Malang
** The TB Centre of Surabaya
The leprosy bacillus, discovered by Hansen in 1873, nine other hand, in the great .majority of patients suffering from
years before Robert Koch discovered M. tuberculosis, is a tuberculosis with positive sputum on culture, tubercle bacilli
member of the genus mycobacterium. It is the causative organism appear as M. tuberculosis. In only 2 out of 291 patients (0.7%)
for the development of leprosy, a disease that has plagued tubercle bacilli appear as atypical mycobacteriae(12). Tubercu-
mankind for thousands of years and is continuing to do so. losis is known as a highly contagious disease.
Unlike the tubercle bacillus which is a facultative intracellu- The source of infection with M. leprae is more likely to be
lar parasite, the leprosy bacillus is an obligatory intracellular the nasal mucus. There are approximately 108 acid-fast bacilli in
pathogen which infects predominantly the macrophage and the one ml nasal mucus(13). This number is equivalent to the quantity
Schwann cell(1). It has the unique ability to invade nerves and of tubercle bacilli found in sputum of patients with cavitary
prefers to grow in cool areas of the body(2). Mycobacterium pulmonary tuberculosis(14).
leprae has a long replication time, estimated to be 10–12 days(3) The macrophage as an important element of the cell
and doesn't grow on existing bacteriological media. It multiplies mediated immunity has at least three key roles in leprosy, i.e. as
to a limited extent in the footpads of mice. Armadillos are potential antigen presenting cell, as suppressor cell and as effec-
susceptible to disseminated infection with M. leprae without the tor cell(15). There have been attempts to.show that monocytes in
necessity for prior immunosuppression(2). Mycobacterium leprae peripheral blood obtained from patients with lepromatous
doesn't cross the placental barrier(4). The incubation period of leprosy are defective as presenters of leprosy antigens to the T-
leprosy is between 2 and 7 years, commonly 3–5 years(4). lymphocytes(16). Through their antigen-presenting function,
Leprosy can.be defined as a chronic disease and is unlike macrophages may well be able to modulate the balance of helper
tuberculosis contagious in only some cases. The disease is known and suppressor cells(15). The role of macrophages as effector cells
to be of low pathogenecity although of high infectivity(5). The in patients with leprosy is intriguing(15). There is evidence that a
rationale behind the above feature of leprosy can be based on the subpopulation of cells obtained from peripheral blood of patients
fact that in the great majority of patients suffering from the with lepromatous leprosy, which adheres to plastic and is
lepromatous form of the disease, leprosy bacilli appear as assumed to consist of monocytes, can suppress lymphoprolifera-
atypical mycobacteriae. These atypical mycobacteriae are known tive response to M. leprae in vitro(17). Within macrophages of
to be at the edge of pathogeni city. Transmission of infection patients with lepromatous leprosy there appears to be uncon-
from man to man is extremely unusual(6,7,8,9). trolled proliferation of leprosy bacilli(15), which emerge for the
Warsa and The(10) succeeded in isolating non-acid-fast and greater part as atypical mycobacteriae. These macrophages will
acid-fast organisms in 89 out of 93 lepromatous patients (96%) not die until they burst because of the bulk of replicating orga-
and in 22 out of 23 lepromatous patients (96%) from respectively nisms has become too great(18).
venous blood and biopsied tissue. All of the acid-fast organisms The fact is that leprosy bacilli appear to be capable to escape
were reported to be scotochromogenic(10). In line with the from the phagosome and are seen free in the cytoplasm of macro-
aforementioned, Kato(11) stated that acid-fast bacilli related to M. phages where they are not recognized(19,20). Recent electron
scrophulaceum could be isolated from leprosy tissues. On the microscopic studies suggest that leprosy bacilli may evade
bactericidal activity of the macrophage by escaping from an inherent lack of M. leprae-recognizing T-cells(15). There is also
phagolysosome to lie free in cytoplasm of the phagocytes(2). a failure of macrophage activation in lepromatous leprosy(15).
There is likely to be no appropriate formation of macrophage Macrophages are activated by interleukin-2 produced and
processed fragments to be presented by the antigen presenting released by T-helper cells. Fifty per cent or more of patients
cells for adequate stimulation of the T-lymphocytes resulting in suffering from lepromatous leprosy cannot be sensitized with
a decreased T-lymphocyte responsiveness and in the socalled "T- dinitrochlorobenze (DNCB)(30). T-lymphocytes or subpopula-
lymphocyte depletion". The macrophage is the non-specific tions thereof may be sharply reduced from normal levels in both
component of the cell mediated immune response. percentage and absolute number(31) designated as the so called
Unlike in HIV-1 disease, the non-specific component of "T-lymphocyte depletion". On the other hand, the number of B-
anergy in lepromatous leprosy apparently does not predispose lymphocytes may be elevated(31). The normal ratio of T- to B-
to secondary or opportunistic infection by other pathogens(21). lumphocytes in peripheral blood of patients with lepromatous
Available evidence does not point to an increased incidence of leprosy may obviously be altered. Effective and successful anti-
malignancy in lepromatous leprosy(22). It is important to note that leprosy chemotherapy can correct abnormalities of T:B cell
macrophages, from lepromatous patients seem to be perfectly ratios(32).
normal in their ability to phagocytose and kill other micro- There is an increased number of B-lymphocytes in patients
organisms such as Candida albicans and a variety of gram- with lepromatous leprosy. High titers of antibodies have been
negative and gram-positive bacteria(23). found in patients with lepromatous leprosy(33). In the serum of
Beside, macrophages from lepromatous patients seem to 75–95% of patients suffering from lepromatous leprosy, passive
respond normally to lymphokines in the leukocyte migration hemagglutination test revealed the presence of antibodies to M.
inhibition test in vitro(24). Non-specific component of anergy in leprae that cross-reacted with other mycobacteria(34). Titers of
leprosy appears to be reversed by effective anti-leprosy chemo- antibody assayed by this method decrease slowly during treat-
therapy(23). Following inoculation of BCG into lepromatous ment(35). Low titers of antibodies to mycobacteria have been
lesions, leprosy bacilli appear to be destroyed by neighbouring detected in 30–70% of sera from patients with tuberculoid
macrophages which become activated as a result of the response leprosy by passive hemagglutination test(35). The presence of
to BCG(26). It has been claimed further, that mononuclear cells antibody to M. leprae that can cross-react with other mycobac-
from peripheral blood in tuberculoid patients, but not in leproma- terial antigens, may make the peroxydase-anti-peroxydase test
tous patients, incubated in the presence of leprosy bacilli will ineligible for the detection of tuberculosis disease in leprosy
release lymphokines which cause human macrophages to inhibit patients.
the replication of leprosy bacilli(27). Although there is no cell mediated immunity against the
The exudative cellular response is qualitatively normal causative pathogen, there is a high incidence of precipitating
throughout the clinical spectrum of leprosy as was based upon antibody against mycobacterial antigens as well as a large range
studies using skin window technique(28). The generation of of autoantibodies in lepromatous leprosy(33). In patients with
exudative cellular response indicates the participation of macro- tuberculoid leprosy, the frequency of precipitating antibody is
phages in response to the invasion of pathogens. Immunity to very low (< 10%)(36). Lepromatous leprosy is characterized by the
tuberculosis and leprosy requires the bactericidal activity of the existence of hypergammaglobulinemia(21). Mean levels of IgG
macrophage, the recognition of pathogens by T-lymphocytes and IgM were significantly elevated in sera of patients with
followed by the secretion of lymphokines and the accumulation lepromatous leprosy as compared with controls. The serum
plus activation of macrophages(24). levels of the mentioned immunoglobulins in tuberculoid patients
In patients with lepromatous leprosy, the number of leuko- did not differ from normal(37). Levels of IgM decreased as
cytes migrating into the chambers over 24 hours, if qualitative duration of therapy increased(38), which means that the longer is
collection chambers are applied tō site of skin abrasion, is the duration of therapy, the lower is the level of specific IgM and
approximately one-half the number in patients with tuberculoid the lower is the quantity of complement activation for the
leprosy and in normal controls(28). It is possible that in lepro- accomplishment of phagocytosis by the macrophage resulting in
matous leprosy elevated level of chemotactic factors inactivator a lower rate of incidence of immune complex disease. There is
may suppress the chemotactic attraction of polymorphonuclear however high prevalence rate of anti-mycobacterial antibodies
and mononuclear leukocytes to sites of acute and chronic (95%) in patients with lepromatous leprosy" which is in line
inflammatory stimuli(28). with the higher incidence of immune complex disease such as the
In vitro studies of lymphocytes from lepromatous patients erythema nodosum leprosum.
have revealed poor blastogenic non-specific response to phyto- There is a mirror nature of tuberculosis and leprosy as both
hemagglutin (PHA) and to antigens of purified protein derivative the causative organisms are members of the genus mycobac-
(PPD)(29). Unresponsiveness to lepromin test in lepromatous terium and cell mediated as well as humoral immune responses
leprosy is the result of reduced T-lymphocyte responsiveness and are generated in response to the invasion of the related pathogens.
the "lymphocyte depletion". The unresponsiveness of T-cell The immune spectrum of leprosy is therefore presumed to have
from lepromatous patients is the result of a defect in the produc- much in common with the defined spectrum of tuberculosis but
tion of interleukon-2 or some similar mediators rather than from with different immunologic fingerprints. Like in tuberculosis,
there are three areas in the spectrum of immune status in indivi- grading reaction which means the progression from T-leprosy to
dual cases of leprosy (fig. 1). L-leprosy with deterioration of protective immunity (fig. 2).
Fig. 1. The Immune Spectrum of Individual Cases of Leprosy
Reversely, the achievement of a successful result of anti-leprosy
Immune Status
chemotherapy brings about the development of an upgrading
reaction which means the regression from L-leprosy to T-leprosy
KK
LL L LK KL K (Lp-typE
with enhancement of protective immunity (fig. 2). When based
SADIS) on the analysis of the simple criterion of the size of induration at
Disease TT- T- BT- BL- L- LL- 72 hours of positive responses to new tuberculin, it is found that
Expression leprosy leprosy leprosy leprosy leprosy leprosy tuberculoid patients behave like BCG recipients and that lepro-
Mobility immobile mobile immobile matous patients behave like tuberculosis patients(40).
The TT-leprosy that represents the LL-immune status has
Note :
Immune status : Disease expression: tuberculoid leprosy as disease expression but will not progress to
L = Listeria type T = tuberculoid the T- or the L-leprosy despite repeated and multiple endogenic
K = Koch-type BT = borderline-tuberculoid and/or exogenic reinfections and remain uninfectious (fig. 1).
Lp-type = Leprosy-type L = lepromatons
Lara and Nolesco demonstrated that two thirds of children reared
BL = borderline lepromatons
by parents suffering from lepromatous leprosy and contract
The central area represents the mobile part of the spectrum, clinical leprosy actually healed completely without therapy as
in which upgrading and downgrading reactions may take place. judged by clinical follow-up for as long as 20 years(14). Unlike in
One border area is the immobile part of the spectrum in which tuberculosis, disease expression of the LL-immune status in
leprosy patients are represented that remain uninfectious through- leprosy is not age-related as lepromatous leprosy is also found in
out the persistence of the disease and are sensitive to anti-leprosy young children.
chemotherapy (fig. 2). Another immobile part of the spectrum The LL-leprosy that represents the KK-immune status, also
related to anti-leprosy chemotherapy is a border area in which termed the leprosy-type (Lp-type) of specific acquired deficient
leprosy patients are represented that are highly infectious and are immune status (SADIS), has L-leprosy as disease expression but
resistant to available anti-leprosy chemotherapy (fig. 2). will not regress to either the L- or the T-leprosy under influence
Primary and acute leprosy disease which has tuberculoid of available anti-leprosy chemotherapy and remains highly
leprosy (designated as T-leprosy) as disease expression repre- infectious (fig. 1). Unlike the tuberculosis-type (Tb-type), the
sents the L-type immune status (fig. 1). It is interesting to note, leukemia-type (Lk-type) or the leprosy-type (Lp-type) of SADIS
that positive reactions to sonicate preparation of M. tuberculosis brought about by the human immunodeficiency virus type 1
(new tuberculin) even to soluble M. leprae antigens appear to (HIV-1), the Lp-type of SADIS brought about by M. leprae is not
be the Listeria-like reactions 'n tuberculoid leprosy patients(39). characterized by the development of primary or opportunistic
Chronic leprosy disease which has lepromatous leprosy malignancy (fig 3). The incidence of multiple opportunistic
(designated as L-leprosy) as disease manifestation represents the infections which is true in the acquired immuno deficiency
K-type immune status (fig. 1). Most positive reactions to new syndrome (AIDS), is not a characteristic of the lepromatous
tuberculin seen amongst patients suffering from lepromatous leprosy(41).
leprosy appear to be of Koch-like type(39). The borderline-tuber- The tuberculoid leprosy also termed the reactive form of
culoid leprosy (designated as BT-leprosy) and the borderline- leprosy which is located at one pole of the mobile part of the
lepromatous leprosy (designated as BL-leprosy) are disease immune spectrum in leprosy has the following characteristics:
manifestations of respectively the LK- and the KL-type immune 1) The presence of few bacilli (paucibacillary)(41).
status (fig. 1). 2) An intense cellular immune reactivity against the leprosy
Repeated and multiple endogenic and/or exogenic reinfec- bacillus antigen. Skin-test to lepromin is positive(41).
tions with M. leprae give rise to the development of a down- 3) No acid-fast rods are found in skin biopsy material or on skin
TT T BT BL L LL
Infectivity: uninfectious uninfectious uninfectious infectious highly highly
infectious infectious
Clinical immobile down-grading immobile
course: <–––––– –––––––>
–––––––>
up-grading
Clinical sensitive sensitive <––––––– sensitive resistant
susceptibility to sensitive
chemotherapy:
smears(41). epidermis relative to lepromatous leprosy or to normal tissue(46).
4) There are foci of granuloma invariably infiltrated with a Epitheloid cells are mature activated macrophages which have
dense collection of small lymphocytes(41) and well developed decreased phagocytic and digestive capacity(45). Unlike in tuber-
collections of macrophages or histiocytic cells(33,42). Lympho- culosis, caseation necrosis takes place very rarely in leprosy. This
proliferation takes place in this form of leprosy(41). necrosis may be encountered in the nerves of patients suffering
5) There is effective protective immunity. A high prevalence from the tuberculoid leprosy when there is a particular vigorous
rate of dinitrochlorobenzene (DNCB) reactors is found among immune response(2).
tuberculoid leprosy patients. The DNCB reaction is more a The lepromatous leprosy also termed the anergic form of
reflection of the participation of macrophages than of lympho- leprosy, located at the other pole of the mobile part of the immune
cytes in the generation of immune response. spectrum in leprosy, has the following disease manifestation:
6) There is low prevalence rate of anti-mycobacterial anti- 1) There are many bacilli (multibacillary) found in leproma-
bodies (11%) with only few plasma cells in lymphoid tissue(33). tous leprosy(41).
Patients with tuberculoid leprosy respond to integral lepromi 2) There is no cellular immune reactivity against the bacilli.
n with transient induration at 48–72 hours followed by nodule Patients with lepromatous leprosy are universally anergic to the
formation formed by granulomatous inflammation composed of antigen of M. leprae by skin testing(14,41)
epitheloid cells, giant cells and many lymphocytes(43). Patients Anergy has been defined as a failure of the delayed type
with tuberculoid leprosy tend to lose skin-reactivity to M. leprae hypersensitivity skin reaction in previously sensitized subjects(47).
when their disease advance toward the lepromatous form of Biopsy of the test site reveals a minimal reaction in which
leprosy(43). Granuloma formation which is known to be the cause lymphocytes are conspiciously absentt411
of clinical symptomatology of tuberculoid leprosy is associated 3) Acid fast rods are found in skin biopsy material and in skin
with T-cell activation(44) and is organized with a central core of smears(41).
mature paucibacillary macrophages and helper/inducer T-cells(45). 4) There are foci of granuloma containing histiocytic cells that
The tuberculoid leprosy exhibits pronounced T-cell immunity are foamy in appearance and contain many leprosy bacilli.
toward M. leprae("). In patients with tuberculoid leprosy, cell Lymphocytes are scanty and epitheloid cells and giant cells are
mediated immune response to the leprosy bacilli seems to be absent(41).
intact(20). 5) Within lymph nodes, paracortical region is infiltrated by
In the granulomas of tuberculoid leprosy approximately half masses of indifferentiated cells belonging to the histiocyte-
of the cells are lymphocytes and most of these lumphocytes are macrophage series that are laden with acid-fast bacilli(48).
CD;-lymphocytes. There are few of the CDg-lymphocytes that 6) There is specific and in some respects also non-specific
tend to be situated around the periphery of the granulomas anergy of the T-cell immune system(42). The specific depression
surrounding the epitheloid cell foci (CD:CDR 1)(2,20). There is is more severe than the non-specific impairment of cell mediated
evidence that in patients suffering from tuberculoid leprosy, immunity to M. leprae in patients with lepromatous leprosy(14).
Langerhans cells as mature macrophages are increased in the The combination of negative Fernandez and Mitsuda
Characteristics
Morecon ®
Nama produk : MORECON® Anak-anak : belum ada pengalaman penggunaan Morecon®
Bahan aktif : Omeprazole - Astra untuk anak.
Komposisi : Tiap kapsul mengandung Omeprazole 20 mg Usia lanjut : tidak diperlukan penyesuaian dosis untuk pen-
derita usia lanjut.
FARMAKOLOGI : Gangguan fungsi ginjal dan hati : tidak diperlukan penye-
Morecon®(Omeprazole) menurunkan sekresi asam lam- suaian dosis untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan
bung melalui mekanisme kerja yang sangat selektif, yaitu secara hati.
spesifik menghambat enzym H+, K+, AT Pase (" Pompa proton)
di dalam sel parietal. PERHATIAN :
Karena kerjanya menghambat tahap akhir pembentukan Apabila diduga ada ulkus lambung maka harus diyakinkan
asam lambung maka Morecon ® efektif menghambat sekresi a- dahulu bahwa tidak ada kemungkinan malignansi, karena peng-
sam basal maupun yang disebabkan oleh rangsangan tanpa obatan menghilangkan gejala-gejalanya sehingga penegakan
tergan tung dari jenis rangsangannya. diagnosis terlambat.
Morecon® tidakmempunyai efek terhadap reseptor asetilkolin Morecon® tidak dianjurkan untuk digunakan selama ke-
dan histamin, dan tidak ada efek farmakodinamik lain yang ber- hamilan dan menyusui kecuali bila penggunaannya memang
makna secara klinis selain efek Morecon ® terhadap sekresi a- dianggap esensial.
sam. Studi pada binatang tidak menunjukkan bukti yang mem-
Mula kerja obat cepat dan kontrol reversible terhadap sekresi bahayakan dari penggunaan Morecon® selama masa kehamilan
asam lambung tercapai dengan dosis sekali sehari. dan menyusui, tidak dijumpai pula toksisitas terhadap janin
ataupun efek teratogenik.
INDIKASI
Morecon ® diindikasikan untuk : EFEK SAMPING
– Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum Mual, sakit kepala, diare, konstipasi dan kembung. Pernah
– Pengobatan jangka pendek ulkus lambung dilaporkan tetapi jarang terjadi pada beberapa pasien mengalami
– Pengobatan jangka pendek refluks oesofagitis ruam kulit.
– Pengobatan sindrom Zollinger - Ellison Efek samping umumnya ringan dan bersifat sementara dan
tidak menunjukkan hubungan yang konsisten terhadap peng-
DOSIS DAN CARA PEMAKAIAN obatan.
Dosis yang dianjurkan :
1 kapsul Morecon® (20 mg) sekali sehari diminum dengan air. KONTRA INDIKASI
Jangan mengunyah isi kapsul. Sejauh ini tidak ada kontra indikasi yang diketahui.
Ulkus Duodenum: 1 kapsul sehari sekali selama 2–4 minggu
Ulkus lambung: 1 kapsul sekali sehari selama 4–8 minggu INTERAKSI OBAT
Refluks oesofagitis: 1 kapsul sekali sehari selama 4–8 minggu Pernah dilaporkan adanya interaksi dengan obat-obat lain
Pasien yang sulit disembuhkan dengan regimen pengobatan yang dimetabolisme melalui sistem sitokrom p-450.
lain, memerlukan dosis 40 mg Morecon® sekali sehari, dan pe- Morecon® dapat memperpaal'ang eliminasi Diazepam,
nyembuhan umumnya tercapai dalam 4 minggu bagi penderita Warfarin dan Fenitoin, serta obat-obat yang mengalami metab-
ulkus duodenum dan dalam 8 minggu untuk penderita ulkus olisme oksidasi di hati.
lambung maupun refluks oesopagitis. Tidak pernah dilaporkan adanya interaksi pada penggunaan
Sindrom Zollinger-Ellison: Dosis awal yang dianjurkan adalah bersama dengan antasida.
60 mg Morecon® sekali sehari.
Dosis harus disesuaikan untuk masing-masing individu dan KEMASAN
pengobatan harus dilanjutkan selama ada indikasi klinis. Dosis di Botol berisi 7 kapsul
atas 80 mg per hari harus diberikan dua kali sehari dalam dosis Botol berisi 14 kapsul
terbagi.
SAMA-SAMA MAU KREDIT SPIRAL = PER
Seorang pasien segera akan dipu- Seorang ibu peserta KB spiral datang memeriksakan diri :
langkan setelah sukses menjalani trans- Akseptor : "Dokter, saya ingin spiralnya dilepas."
plantasi jantung di suatu rumah sakit. Dokter : "Kenapa ? Ada yang tidak beres ?"
Ketika ia menanyakan berapa biaya Akseptor : "Sejak pakai spiral, ulu hati saya sakit dan rasanya sesak nafas."
dokter yang harus dibayar, dokternya Dokter : (Setelah dilakukan pemeriksaan) "Bukan akibat spiral."
menjawab: "Biayanya Rp. 60 juta. Cara Akseptor : (dengan mimik tak puas) "Dulu waktu hamil tua saya rasa sesak dan dokter
pembayarannya boleh pilih mau kredit mengatakan ini akibat janin dalam rahim yang makin membesar sehingga
atau tunai. Kalau kredit, pembayaran menekan rongga dada dan terasa sesak. Sekarang dokter mengatakan bukan
pertamanya Rp.15 juta, sisanya diangsur akibat spiral, bukankah spiral dalam rahim juga dan gerakannya seperti per,
dua belas kali dengan bunga 12% se- sehingga dapat menekan ulu hati dan paru-paru saya ?"
tahun. Untuk itu Saudara perlu ikut Dokter : (tertawa, pandai sekali akseptor ini dan sayang tahunya tanggung) "Itu
asuransi jiwa. Kalau mau bayar tunai, memang benar, tetapi ibu lupa, dulu rahim dan janin membesar sehingga
Saudara mendapat potongan tunai 5%." mendesak rongga dada. Sekarang rahim seperti semula, kecil sebesar telur
Pasien: "Saya pilih yang cara kredit bebek, sedangkan spiral dalam rahim dalam keadaan bentuk dan ukuran
saja. Tapi saya heran cara bayarnya ke- tetap, serta rahim itu tidak dapat bergerak, ditunjang oleh urat-urat sehingga
dengarannya mirip dengan cara kredit stabil. Jadi walaupun spiral gerakannya seperti per, rahim tak dapat melon-
mobil, Dok?" cat ke atas menekan ulu hati dan rongga dada. Yang ibu rasakan adalah
Dokter: "Oh, kebetulan memang itu keluhan dari lambung yang luka dan kejang."
rencana yang segera akan saya kerja- Akseptor : (manggut-manggut, puas ????).
kan".
Dr. Emiliana Tjitra
R. Setyabudy
Jakarta
Jakarta