Anda di halaman 1dari 51

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Pendahuluan
[
[

1.1

LATAR BELAKANG

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Dalam konstelasi pembentukan kawasan metropolitan, Kota Bandar Lampung akan berperan sebagai kota inti dalam wilayah Metropolitan Bandar Lampung dan sekitarnya yang meliputi seluruh wilayah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, dan Kota Metro. Layaknya kota-kota besar, Kota Bandar Lampung juga mengalami perkembangan kehidupan kota yang dinamis. Pertambahan jumlah dan dinamika kehidupan penduduk kota mendorong bertambahnya prasarana sarana perkotaan seperti perumahan, jaringan jalan, dan sarana-sarana perkotaan lainnya. Kondisi tersebut juga berdampak pada perubahan dan terjadinya alih fungsi lahan kota. Kawasankawasan yang dulunya diperuntukan sebagai kawasan konservasi sudah banyak berubah menjadi lahan terbangun khususnya bagi pengembangan permukiman. Kondisi tersebut juga berimplikasi pada berubahnya kualitas lingkungan kota. Terjadinya penurunan kualitas air tanah maupun air permukaan serta rusaknya ekosistem kawasan lindung dan pesisir juga merupakan bagian dari dampak kegiatan pembangunan kota. Selain hal tersebut, dinamika kehidupan kota juga menyebabkan ekses positif dan negatif lainnya bagi Kota Bandar Lampung mulai dari permasalahan lingkungan hidup, transportasi kota, dan kesejahteraan masyarakat.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1-1

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Undang Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan amanah baru bagi Kota Bandar Lampung, diantaranya perubahan jangka waktu berlakunya dokumen rencana menjadi 20 tahun, ketentuan tentang keharusan tersedianya 30% Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan komposisi 20% RTH Publik dan 10% RTH Private (swasta/masyarakat), penyediaan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), ruang evakuasi bencana, ruang sektor informal, pedestrian, kebijakan penyediaan dan pemanfaatan kawasan strategis kota serta ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang melalui peraturan umum zonasi dan pola insentif dan disinsentif maupun sanksi. Selain itu fokus materi penyusunan lebih memperhatikan aspek pemanfaatan dan pengendalian ruang. Hal lain yang membuat perlunya segera dilakukan proses revisi terhadap Perda RTRW Kota Bandar Lampung karena pada salah satu pasal undang undang tersebut ( Pasal 78, UU No. 26 tahun 2007 ) menyatakan bahwa pemerintah Kabupaten/Kota diberikan waktu untuk dapat menyesuaikan dokumen tata ruang yang ada dengan ketentuan yang baru selambat-lambatnya 3 tahun sejak undang-undang tersebut diundangkan.

1.2 1.2.1

TUJUAN DAN SASARAN Tujuan

Tujuan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung Tahun 2011 2030 adalah untuk: 1. Menyusun kebijakan dan strategi pembangunan wilayah Kota Bandar Lampung selama 20 tahun. 2. Menyusun rencana penataan, pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah Kota Bandar Lampung 3. Menyusun indikasi program pemanfataan ruang wilayah 4. Menyusun peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung 2011 2030.

1.2.2

Sasaran

Sasaran penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung 2011-2030 adalah: 1. Terumuskannya arahan garis besar pembangunan daerah Kota Bandar Lampung berdasarkan visi pembangunan Kota Bandar Lampung. 2. Tersusunnya jabaran kebijakan pembangunan wilayah Kota Bandar Lampung 3. Tersusunnya rencana struktur ruang wilayah Kota Bandar Lampung 4. Tersusunnya rencana pola ruang wilayah Kota Bandar Lampung 5. Terumuskannya kawasan strategis wilayah Kota Bandar Lampung 6. Tersusunnya indikasi program sektor utama
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1-2

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

7. Terumuskannya ketentuan umum pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Bandar Lampung (peraturan umum zonasi, pola insentif & disinsentif, serta arahan sanksi) 8. Tersusunnya peraturan daerah tentang penataan ruang wilayah Kota Bandar Lampung

1.3

DASAR HUKUM

Adapun yang menjadi dasar hukum Penyusunan RTRW Kota Bandar Lampung ini antara lain: A. Undang Undang: Undang Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 4 Tahun 1956 (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 55) Undang Undang Darurat Nomor 5 Tahun 1956 (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 56) Undang Undang Darurat Nomor 6 Tahun 1956 (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 57) Tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Termasuk Kota Praja dalam Lingkungan Daerah Tingkat II Sumatera Selatan Sebagai Undang Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1821; Undang Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok - Pokok Agraria; Undang Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan ekosistemnya Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan; Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya air; Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN); Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penangulangan bencana; Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; Undang Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil Undang Undang Nomor 30 tahun 2007 tentang Energi Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah;
1-3

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

B. C.

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan; Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara; Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; Undang Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang Undang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; Peraturan Pemerintah: Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan kewajiban serta bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang; Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah Peratuaran Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang kepelabuhan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang jalan tol; Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gudang; Peratuaran Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupataen/Kota Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya air Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2009 tentang Kawasan Industri Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai. Keputusan Presiden: Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya; Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1-4

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

D. E. F.

Peraturan Presiden Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Keputusan Menteri: Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327 Tahun 2002 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 0225 K/11/MEM/2011tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional Tahun 2010-2025 Peraturan Menteri Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 32/PERMEN/M/2006 tentang Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007 tentang Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Kriteria Teknis Kawasan Budidaya; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi Dalam Penetapan Raperda tentang RTRW Provinsi,RTRW Kab/Kota beserta Rinciannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2 Tahun 2010 tentang Daftar Proyekproyek Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan Energi Terbarukan, Batubara, dan Gas Serta Transmisi terkait

G.

Peraturan Lainnya Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 01 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1-5

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

1.4 1.4.1

PROFIL KOTA BANDAR LAMPUNG Gambaran Umum Wilayah

Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Lampung. Kota Bandar Lampung memiliki letak yang strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatra dan Pulau Jawa sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5020 sampai dengan 5030 Lintang Selatan dan 105028 sampai dengan 105037 Bujur Timur. Ibukota Bandar Lampung berada di Teluk Betung yang terletak di ujung selatan Pulau Sumatra. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha (197,22 KM2) dan luas perairan kurang lebih 39,82 KM2 yang terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Jumlah kecamatan dan kelurahan yang ada sebanyak 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung bebatasan langsung dengan beberapa wilayah Kabupaten di Provinsi Lampung, yaitu: Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung Selatan) di sebelah Utara. Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) dan Katibung (Kabupaten Lampung Selatan) serta Teluk Lampung di sebelah Selatan. Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) di sebelah Barat. Kecamatan Tanjung Bintang (Kabupaten Lampung Selatan) di sebelah Timur.

Pembagian wilayah Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1-6

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 KECAMATAN Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang Timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Senang Sukarame Sukabumi LUAS (HA) 2.099 1.007 2.116 2.111 1.038 668 1.514 2.765 1.088 1.302 1.163 1.687 1.164 19.722

Sumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka, 2009; Bagian Pemerintahan Kota Bandar Lampung, 2009

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1-7

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.1 Peta Administrasi

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

a.

Kondisi Topografi dan Kelerengan

Topografi Kota Bandar Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m Daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut : Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau dibagian Selatan Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame dibagian Utara Wilayah perbukitan terdapat disekitar Telukbetung bagian Utara Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok dibagian Timur. Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian maksimum 700 mdpl, ketinggian 2 Kecamatan tersebut lebih tinggi dibanding Kecamatan lainnya, sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing 2 5 mdpl. Kondisi kelerengan Kota Bandar Lampung juga sangat beragam, kondisi geografis wilayah yang berbukit serta berada di kaki Gunung Betung merupakan faktor pembentuk kelerengan di Kota Bandar Lampung. Tingkat kemiringan lereng rata-rata wilayah di Kota Bandar Lampung berada pada kisaran 0 20 % dan secara umum kelerengan wilayah Kota Bandar Lampung berada pada 0 40 %, wilayah yang memiliki kemiringan lereng 0 % diantaranya berada di wilayah Kecamatan Sukarame, Tanjung Karang Pusat, Tanjung Seneng, Panjang, Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Kedaton. Adapun wilayah yang memiliki tingkat kemiringan lereng mencapai 40 % diantaranya adalah Kecamatan Panjang, Teluk Betung Barat, Kemiling, dan Tanjung Karang Timur.

b.

Hidrologi

Air Permukaan Secara hidrologis Kota Bandar Lampung dilalui oleh sungai-sungai yang masuk dalam Wilayah Sungai (WS) Way Seputih dan Way Sekampung yaitu Sungai Way Halim, Way Awi, Way Simpur di wilayah Tanjung Karang dan Way Kuripan, Way Balau, Way Kupang, Way Garuntang, Way Kuala, mengalir di wilayah Teluk Betung. Daerah hulu sungai berada di bagian Barat, daerah hilir sungai berada di wilayah bagian Selatan yaitu pada dataran pantai. Luas wilayah yang datar sampai landai meliputi 60 %. Landai sampai miring 35 %, sangat miring sampai curam berjumlah 4 %.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1-9

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Dilihat secara hidrologi maka Kota Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23 sungai-sungai kecil Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang berada dalam wilayah Kota Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Sungai-sungai yang melintasi Kota Bandar Lampung adalah sungai kecil dengan debit air yang kecil, diantaranya adalah Way Simpur, Way Penengahan, Way Kunyit, dan Way Keteguhan Pada musim kemarau,sungai cenderung mengering,tetapi pada musim hujan debit air akan bertambah semakin cepat, sedangkan daya tampung sungai semakin terbatas akibat terjadinya penyempitan daerah aliran sungai yang merupakan efek dari kegiatan pembangunan yang tidak memperhatikan garis sempadan sungai serta pencemaran lingkungan sungai Menurunnya daya dukung lingkungan menyebabkan kualitas air menurun, polusi udara dan polusi tanah membawa dampak pula bagi pencemaran air. Pencemaran air secara eksisting menurut laporan Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan dan jumlah penduduk di wilayah Kota Bandar Lampung serta meningkatnya kegiatan pembangunan di daerah hulu. Sumber pencemaran air permukaan berasal dari kegiatan domestik rumah tangga, industri, pasar, rumah sakit, dan lainnya. Kualitas air sungai di Bandar Lampung sebagian besar telah mengalami penurunan. Kualitas air sungai Kota Bandar Lampung digolongkan menjadi kelas III dan IV.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 10

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.2 Peta Topografi

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.3 Peta Kemiringan

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.4 Peta Morfologi

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.5 Peta Hidrologi

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Air Tanah Hingga saat ini kebutuhan air bersih penduduk Kota Bandar Lampung dipenuhi oleh PDAM (air ledeng), air sumur permukaan, dan air tanah (sumur bor). Layanan air oleh PDAM baik sambungan langsung maupun hidran umum belum mencapai 50 % dari seluruh wilayah Kota Bandar Lampung. Sumber air untuk PDAM ini berasal dari Way Rilau, Tanjung Aman, Batu Putih, Way Linti, Way Gudang, dan pengolahan air Sumur Putri dengan debit air minimum 432 liter/detik dan maksimum 693 l/detik. Dilihat dari akuifer yang dimilikinya, air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam beberapa bagian berdasarkan pourus dan permaebilitas yaitu: Akuifer dengan produktifitas sedang, berada di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat. Air tanah dengan akuifer produktif, berada di Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kecamatan Kemiling, bagian selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Kecamatan Sukabumi. Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas, berada di bagian utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung Karang Timur. Akuifer dengan produktifitas tinggi dan penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang Timur. Akuifer dengan produktifitas rendah, berada di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan bagian barat Kecamatan Teluk Betung Selatan. Air tanah langka, berada di Kecamatan Panjang. Tabel 1.2 Zonasi Kawasan Resapan Air Kota Bandar Lampung
ZONA I II III IV V VI KATEGORI RESAPAN Recharge Area Area Penyangga Resapan Rendah Resapan Sedang Resapan Tinggi Kawasan Dipengaruhi Air Laut WILAYAH Kemiling dan Teluk Betung Barat Kecamatan Tanjung Karang Barat, Tanjung Karang Timur, Panjang, Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan Teluk Betung Selatan. Kedaton, Sukarame, Tanjung Karang Barat Tanjung Karang Pusat, Sukabumi, Tanjung Karang Timur Sukabumi dan Sukarame Pesisir Teluk Lampung, Teluk Betung Selatan, Panjang

Sumber: Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPPLH) Kota Bandar Lampung, 2008.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 15

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030
Gambar 1.6 Peta Air Tanah

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

c. Kondisi Iklim
Curah dan Hari Hujan
Pada tahun 2008 jumlah curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember, yaitu 433,10 MM, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Juli yaitu hanya 0,30 MM. Berdasarkan data tersebut, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu mencapai 179,30 MM. Tingginya rata-rata curah hujan pada tahun 2008 berimplikasi pada meningkatnya volume air sungai sehingga pada akhir tahun 2008 terjadi banjir besar di Kota Bandar Lampung. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rerata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 terjadi pada bulan November Maret dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 179,30 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan April Agustus dengan rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 179 mm.

Temperatur Rata-Rata
Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang mendapat pengaruh dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Lampung menunjukan bahwa temperatur Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25 280C dengan suhu rata-rata pertahun 26,30C. Temperatur udara di Kota Bandar Lampung sepanjang tahun relatif stabil dan tidak pernah menunjukan perubahan yang ekstrim. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan di Kota Bandar Lampung masih cukup baik.

Kelembaban Udara
Kelembaban udara Kota Bandar Lampung antara tahun 2004 2008 rata-rata berkisar antara 74 85 % dengan kelembapan rata-rata 78,4% pertahunnya. Kondisi tersebut menunjukan Kota Bandar Lampung memiliki kelembaban yang relatif tinggi. Bulan Oktober hingga Januari kelembaban udara berada diatas kelembaban rata-rata. Klasifikasi iklim menurut Koppen dikenal dan digunakan secara internasional didasarkan pada curah hujan dan temperatur. Oleh sebab curah hujan tahunan rata-rata sebesar 135,49 mm dan temperatur lebih dari 18 0C maka dilokasi termasuk iklim A. Dengan rata-rata hujan setiap bulan lebih besar dari 60 mm maka Kota Bandar Lampung masuk pada zona iklim A, yaitu iklim hujan tropik yang kemaraunya pendek dengan vegetasi hutan hujan tropik.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 17

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

d.

Hidrooceanografi

Kondisi hidrooseanografi Teluk Lampung yang termasuk dalam wilayah pesisir Kota Bandar Lampung digambarkan dalam uraian mengenai bathimetri, pasang surut (pasut), arus, gelombang, sedimen dan material dasar laut, dan kualitas air. Bathimetri Teluk Lampung merupakan salah satu dari dua teluk di ujung paling Selatan Pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung dan wilayah pesisir Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan bagian mulut teluk (arah Selatan - Tenggara) berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang merupakan perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Deskripsi bathimetri wilayah pesisir Kota Bandar Lampung didasarkan pada Peta Sumatera-Pantai Selatan, Teluk Kalumbayan hingga Pulau-Pulau Tiga skala 1:75.000 dengan inset Pelabuhan Panjang skala 1:25.000 dan Pelabuhan Batubara Tarahan skala 1:20.000 (Dishidros TNI-AL, 1998). Dasar laut disisi Timur teluk lebih curam daripada sisi Utara dan Barat atau pangkal teluk. Dasar laut terdalam di wilayah Teluk Lampung hanya sekitar -27,49 m, dan hanya berlokasi di batas arah Selatan wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Apabila dilihat dari arah Utara ke Selatan dasar laut Teluk Lampung lebih landai, kedalaman perairan Teluk Lampung sangat bervariasi dari -1 m sampai dengan -27 m. Apabila dilihat dari arah Utara ke Selatan dasar laut Teluk Lampung lebih landai, dari kedalaman -3,00, -14, dan -27 m baru dijumpai berturut-turut pada jarak 113 m, 859 m dan 1,16 km. Sedangkan dari arah Barat ke Timur kedalaman -1 m, -7 m dan -27 m baru dijumpai pada jarak 226 m, 169 m dan 1,16 km. Pasang Surut Laut (Pasut) Tipe pasut di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung adalah campuran dominasi harian ganda (mix semi diurnal) dengan nilai bilangan Formzhal sekitar 0,45 (PT. TELPP, 1999; PT. Pelindo II, 2001a). Pasut tipe ini bercirikan dua kali air naik dan dua kali turun dalam satu hari lunar (24 jam 50 menit) namun ketinggian muka air pada saat dua kali naik atau dua kali turun tersebut tidak sama. Tunggang pasut (tidal range) atau beda tinggi antara muka air tertinggi dan terendah berkisar antara 123143 cm (Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001; Pelindo II, 2001a). Karakteristik pasut Teluk Lampung adalah sebagai berikut: Tipe pasut mixed semi diurnal, dimana pada kawasan tersebut mengalami dua kali pasang dan dua kali surut setiap harinya. Dalam satu hari, pasang pertama akan berbeda dengan pasang kedua. Demikian pula halnya dengan surut pertama akan berbeda dengan surut kedua. Hal ini biasa disebut sebagai ketidaksamaan harian (daily inequality).

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 18

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Dalam satu bulan terjadi dua kali pasang tinggi (spring tide) dan dua kali pasang rendah (neap tide). Pada saat pasang tinggi maka akan terjadi pasang yang sangat tinggi dan surut yang sangat rendah. Sedangkan pada saat pasang rendah akan terjadi pasang dan surut yang sangat kecil. Pasang-surut di Kawasan Pantai Teluk Betung Bandar Lampung mempunyai kisaran tunggang pasut (tidal range) maksimal sebesar 143,8 cm. Satu periode pasang-surut di Kawasan Pantai Teluk Betung Bandar Lampung adalah antara 10 jam hingga 14,5 jam. Tabel 1.3 Tinggi Muka Air dari Low Water Spring (LWS) Muka Air Singkatan Ketinggian (M) Highest astronomical tide HAT +1,80 M LWS Mean high water spring MHWS +1,20 M LWS Mean high water neap MHWN +1,00 M LWS Mean sea level MSL +0,80 M LWS Mean low water neap MLWN +0,60 M LWS Mean low water spring MLWS +0.30 M LWS Low water spring LWS 0,00 M LWS Lowest astronomical tide LAT - 0,10 M LWS

No 1 2 3 4 5 6 7 8

Sumber :Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau kecil Kota Bandar Lampung

Arus Arus di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung terdiri dari arus pasut (tidal current) yang dibangkitkan oleh pasut dan arus non pasut yang utamanya dibangkitkan oleh angin (wind drive current). Dominasi yang ada merupakan arus pasut dengan kecepatan maksimum berkisar 0,120,40 knot sedangkan arus non pasut hanya berkisar 0,040,12 knot. Mengacu pada hasil kajian yang tercantum dalam Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung (1999), iklim di perairan pesisir, terutama Pantai Barat Lampung dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang dicirikan oleh adanya angin muson dan curah hujan yang tinggi, sekitar 2500 3000 mm/tahun (Titik Kalianda, 1991). Angin berhembus dari arah Selatan selama bulan Mei sampai September, dan dari arah yang berlawanan selama bulan November sampai Maret. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Bulan Desember, misalnya belahan bumi Utara mengalami musim dingin. Sedangkan belahan bumi Selatan akan mengalami musim panas. Sehingga angin akan berhembus dari Lautan Pasifik yang basah ke arah Australia. Berlawanan dengan arah angin, arus musim di Pantai Barat Lampung sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 19

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.4 Kondisi Arus Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung


Arus Pasut Ulangan Kedalaman V maks (knot) 0,2 D 1 0,5 D 0,8 D 0,2 D 2 0,5 D 0,8 D 0,2 D 3 0,5 D 0,8 D 0,34 0,12 0,26 0,26 0,12 0,34 0,22 0,24 0,20 0,24 0,32 0,20 0,40 0,40 0,22 0,36 0,34 0,30 Arah (0) 258 60 206 334 205 334 202 305 190 317 13 217 141 344 90 294 103 342 Arus Non Pasut V Maks (knot) 0,06 0,06 0,06 0,10 0,10 0,12 0,04 0,06 0,06 Arah (0) 118 169 184 163 191 197 236 259 246

Keterangan :D=Kedalaman -16 m,lokasi perairan pantai di Kel.Srengsem Sumber :PT TELPP (1999)

Kondisi ini diperkirakan disebabkan oleh gradien tekanan antara perairan di Barat Laut dengan perairan dibagian Tenggara dari Pantai Barat Sumatera. Kekuatan arus berkisar antara 1 cm/detik hingga 45 cm/detik. Pada musim barat antara bulan November hingga bulan Maret, arus mengalir dengan kecepatan 27 cm/detik hingga 45 cm/detik dan mencapai kecepatan maksimum pada bulan Desember. Arus pada musim barat ini mengalir dengan tetap menuju kearah Tenggara. Sedangkan arus pada musim timur antara bulan April hingga Oktober melemah dengan kisaran kecepatan 1 cm/detik hingga 36 cm/detik. Pada bulan Juli arus mencapai minimum, berkisar antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik. Pada perairan mulut Teluk Lampung, kekuatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 1 cm/detik hingga 45 cm/detik, dimana kecepatan maksimum terjadi pada bulan Januari dan Februari, dan kecepatan minimum pada bulan Maret dan April. Arus rata-rata bulanan di Selat Sunda ini umumnya mengalir kearah Lautan Hindia, kecuali pada bulan Maret, Agustus, dan Oktober. Bulan Maret, arus mengalir ke Timur Laut (dari Lautan Hindia menuju Laut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 1 cm/detik. Agustus dan Oktober, arus mengalir ke Timur dengan kecepatan 23 cm/detik pada Agustus dan 5 cm/detik pada Oktober.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 20

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Gelombang Informasi gelombang di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung didasarkan pada data tinggi gelombang maksimum dari PT. TELPP (1999). Pergerakan gelombang dominan yang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Bandar Lampung 39 terjadi adalah dari arah Tenggara dan Selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48% dan 31,83%. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah >50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59%. Tabel 1.5 Arah dan Tinggi Maksimum Kejadian Gelombang di Pesisir Bandar Lampung

Tinggi Gelombang H maks (cm) 25-30 30-40 40-50 >50 Jumlah (%)

Arah Datang Gelombang Utara 0,00 0,56 0,26 0,00 0,85 Timur Laut 0,00 0,00 1,41 4,51 5,92 Timur 0,00 0,85 1,69 7,32 9,86 Tenggara 0,28 2,82 9,58 13,80 26,48 Selatan Persentase Kejadian 0,56 4,23 7,89 19,15 31,83 0,28 3,66 3,94 9,86 7,75 0,28 0,86 2,25 3,94 7,32 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Barat Daya Barat Barat Laut

Jumlah (%)

1,41 12,96 27,04 58,59 100,00

Keterangan : Lokasi perairan pantai di Kelurahan Serengsem Sumber :PT TELPP 1999

Arah Tenggara merupakan arah dominan berhembusnya angin. Hal ini terkait dengan orientasi Teluk Lampung yang menghadap ke arah Tenggara. Dengan kata lain, jika arah angin terbesar dari Barat Laut misalnya, maka untuk pembangkitan gelombang di kawasan pantai Teluk Betung Bandar Lampung tidak akan berpengaruh banyak. Gelombang di Pesisir Bandar Lampung yang relatif rendah tersebut, disebabkan kedekatan dengan garis pantai, dan kedalaman air (bathimetri) yang relatif dangkal. Dalam perambatan gelombang ke arah pantai, maka gelombang akan mengalami proses refraksi, shoaling (pendangkalan), difraksi, serta refleksi. Proses refraksi merupakan pembelokan arah gelombang untuk mendekati kearah tegak lurus terhadap kontur dasar pantai. Hal ini menyebabkan gelombang yang datang di pantai akan mempunyai orientasi yang mendekati tegak lurus terhadap garis pantai. Proses shoaling adalah berkurangnya secara berangsur-angsur tinggi gelombang sebagai akibat pendangkalan kontur laut kearah pantai. Dengan demikian proses refraksi dan shoaling berkaitan erat dengan profil pantai.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 21

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Kondisi fisik dan profil pantai terbentuk sebagai akumulasi pengaruh kondisi-kondisi batas yang ada seperti gelombang, arus dan transportasi sedimen baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pantai. Pengaruh kondisi-kondisi batas ini akan menentukan bentuk pantai, keberadaan vegetasi penutup pantai, kemiringan pantai, dan sebagainya. Proses difraksi adalah proses yang dialami oleh gelombang jika menemui suatu rintangan. Rintangan tersebut bisa berupa bangunan pemecah gelombang, setelah terkena penghalang maka gelombang akan menjadi lebih kecil dibanding dengan tinggi gelombang datang. Di Teluk Lampung terdapat banyak pulau dengan beraneka ragam ukuran. Dengan demikian pulau pulau tersebut berfungsi sebagai rintangan yang akan menyebabkan terdifraksinya gelombang yang datang di laut lepas. Tinggi gelombang yang sampai di pesisir Bandar Lampung tidak akan terlalu besar karena telah tereduksi oleh proses difraksi. Sedangkan proses refleksi atau pemantulan adalah terpantulnya gelombang oleh karena mengenai suatu lereng tertentu. Jika pengembangan kawasan pesisir Bandar Lampung dengan menggunakan tanggul yang berdinding tegak maka gelombang yang dipantulkan akan relatif besar, sedangkan jika menggunakan dinding dengan sisi miring maka gelombang yang dipantulkan akan relatif sedikit dan sebagian besar gelombang akan berubah menjadi gelombang rayapan. Sedimen dan Material Dasar Laut Pergerakan sedimen sangat berhubungan dengan sungai, serta arus dan gelombang laut. Wilayah pantai Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Selatan, serta Kecamatan Panjang bagian Utara merupakan muara dari sungai-sungai utama di Bandar Lampung. Pada wilayah tersebut dominan terjadi pergerakan sedimen yang berasal dari sungai dan kemudian terendapkan di dasar laut, bahkan pada muara sungai Way Kuripan telah terbentuk tanah timbul yang cukup luas. Pada wilayah Kecamatan Panjang bagian Selatan, pergerakan sedimen lebih dominan berasal dari laut berupa pecahan koral dan pasir, kecuali pada muara sungai Way Galih Panjang lebih didominasi oleh material yang berasal dari sungai. Karakteristik sedimen tersebut, mempengaruhi bentukan material dasar laut di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung. Material dasar laut di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Panjang bagian Utara, dan muara sungai Way Galih Panjang adalah lempung, lanau, pasir, dan pecahan koral. Sedangkan material dasar laut di wilayah Kecamatan Panjang bagian Selatan kecuali muara sungai Way Galih Panjang, adalah pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar, dan pecahan koral (PT. TELPP, 1999; PT. Pelindo II, 2000, 2001a, dan 2001b; Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001, Maryam, 2002).

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 22

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

e. Jenis Tanah
Kondisi tanah di Kota Bandar Lampung terdiri dari endapan bekas pantai dan endapan bekas rawa dan sungai terdiri yang meliputi tanah lempung lembek, tanah lempung bercampur pasir, semakin ke baratdaya semakin tebal, seperti di sekitar Pelabuhan Panjang dan Tarahan. Dari potongan melintang bor dangkal (Sumber Seksi Inventarisasi- Subdit Geologi Teknik Direktorat dan Daerah Pertambangan) terlihat bahwa semakin ke barat laut kedalaman lapisan pasir semakin mendominasi. Di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya kedalaman muka air tanah sangat dangkal sekitar 1,5 meter dan ke arah utara semakin dalam dari 5 meter sampai > 10 meter (Sub-Direktorat Hidro-Geologi, Dit. GTL, 1984). Berdasarkan keterdapatan lapisan pasir, dan muka air tanah yang cukup dangkal, maka di daerahdaerah tersebut sangat berpotensi terjadi peristiwa pelulukan/likuifaksi, seperti di daerahdaerah Teluk Betung Selatan, dan Utara. Kota Bandar Lampung secara eksisting juga dilewati oleh patahan dan sesar aktif. Dalam Sidarto dan S. Andi Mangga (2001), Harsa (1978) dan de Coster (1984) menyatakan bahwa terdapat 4 perioda tektonik di Sumatera bagian Selatan, yaitu: Tektonik Mesozoikum Tengah, Tektonik Kapur Akhir Tersier Awal, Tektonik Miosen Tengah, dan Tektonik Plio-Plistosen. Untuk tujuan kajian tektonik Kuarter yang beraspek pengembangan wilayah, bahwa tektonik pada masa Plio-Plestosin merupakan salah satu faktor utama dalam analisis kajian ini. Hal ini disebabkan bahwa tektonik pada saat ini sangat berpengaruh terhadap bentuk dan struktur geologi Sumatera sekarang. Pada periode Pliosin Plestosin ini ditandai oleh meningkatnya percepatan konvergensi antara lempeng lempeng Hindia Australia dan Eurasia mencapai kecepatan sekitar 7 cm/tahun sehingga menyebabkan Pegunungan Bukit Barisan terangkat lagi, sementara Sesar Sumatera semakin berkembang, sementara itu di lajur Lajur Busur Belakang batuan sedimen yang terbentuk, semakin terlipatkan dan membentuk lipatan en echelon. Pada perioda ini juga, dicirikan dengan perubahan sesarsesar tegak dan sesar mengiri menjadi sesar menganan dextral (Kusnama drr., 1994). Sesar lain yang berkembang sejajar dengan arah sesar Sumatera dan selain itu sesar yang telah terbentuk sebelumnya teraktifkan kembali (Harsa, 1978 dan De Coster, 1984 dalam Sidarto dan S.A.Mangga , 2001). Sesar yang telah terbentuk dan teraktifkan kembali itu menjadi obyek utama dalam kajian ini dan diantaranya: Sesar Panjang, Sesar Padang cermin, dan Sesar Pantai Timur ( Sidarto dan S.Andi Mangga, 2001).
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 23

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Topografi sesar Panjang merupakan tebing memanjang baratlaut tenggara dengan landai ke baratdaya. Bentuk lereng curam, kemiringan umumnya 500 atau lebih curam kecuali di beberapa tempat bervariasi dari landai sampai menengah seperti disekitar Tarahan dan Panjang. Batas tebing merupakan daerah perdataran pantai pada umumnya merupakan daerah-daerah permukiman dan persawahan serta ladang. Penampang memanjang memperlihatkan bahwa perbedaan kelandaian daerah perdataran pantai dimana melandai ke arah baratlaut dengan perbedaan ketinggian umumnya berbeda 1 meter namun di beberapa tempat terlihat bervariasi dari 7 meter sampai 5 meter. Topografi lainnya yang menunjukkan adanya penyesaran, terdiri dari pergeseran sungai ataupun anakanak sungainya serta pergeseran lembah-lembah, dan terpotongnya teras-teras sungai pada arah barat laut tenggara. Lima sampai tujuh aliran sungai dan lembah serta teras-teras terpotong memperlihatkan pergeseran menganan.

f.

Geologi Lingkungan

Kondisi geologi dan tektonika di Indonesia tergolong rumit, hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan pertemuan 3 lempeng utama yaitu Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak ke Utara dan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat membentur Lempeng Eurasia. Akibatnya di wilayah ini terjadi berbagai peristiwa geologi/tektonika, seperti diantaranya pergeseran kerak bumi yang menyebabkan peristiwa gempa bumi dan kegiatan magmatik atau gunung api, pertumbuhan busur kepulauan dan lain sebagainya. Dampak dari mekanisma peristiwa geologi tersebut diantaranya menimbulkan potensi-potensi berlimpahnya kekayaan alam juga menyebabkan terjadinya potens bahaya geologi, yang akan menjadi ancaman terhadap kekayaan, hasil pembangunan dan masyarakatnyanya sendiri di wilayah NKRI ini, termasuk di dalamnya Kota Bandar Lampung. Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk, 1993), menunjukan kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya terlihat jelas beberapa patahan yang melintas Kota Bandar Lampung. Patahan patahan tersebut cenderung merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi kinetis yang setiap saat terlepas yang akan menimbulkan goncangan gempa dan merupakan suatu ancaman terhadap Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang mendominasi kota ini merupakan tanah-tanah bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar disekitar Teluk Lampung, dan di sekitar Tanjung Karang didominasi oleh tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya batuan tuffa. Sementara di tengahtengah Kota Bandar Lampung muncul bukit bukit mencuat dari tufa dan andesit.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 24

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

g. Tutupan Lahan
Tutupan lahan di Kota Bandar Lampung secara eksisting sampai saat ini secara garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kegiatan reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung secara eksisting juga telah menambah luas daratan Kota Bandar Lampung, jika pada tahun 2003 luas Kota Bandar Lampung hanya 19.218 Ha, maka saat ini akibat adanya kegiatan tersebut luas Kota Bandar Lampung sudah berjumlah 19.722 Ha. Secara umum jumlah lahan terbangun sampai saat ini telah berjumlah 9920 Ha atau sekitar 54,65 % dari seluruh luas Kota Bandar Lampung, sedangkan lahan yang belum terbangun saat ini memiliki luas sekitar 8230,89 Ha atau sekitar 45,35 %. Tutupan lahan di Kota Bandar Lampung secara eksisting meliputi lahan kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung masih banyak terlihat di sekitar Kecamatan Kemiling tepatnya di sekitar kaki Gunung Betung Register 19, kawasan Batu Putu dan di Kawasan Register 17 Batu Serampok di Kecamatan Panjang. Sedangkan kawasan budi daya banyak didominasi oleh lahan permukiman yang tersebar hampir di seluruh bagian wilayah kota. Selain itu terlihat juga lahan yang telah dimanfaatkan sebagai kawasan industri yang banyak tersebar di wilayah Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung Selatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Tutupan Lahan Kota Bandar Lampung berikut ini;

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 25

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Gambar 1.7 Peta Tutupan Lahan

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 26

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

1.4.2

Kependudukan dan Sumber Daya Manusia

Masyarakat Lampung terdiri atas berbagai suku antara lain Lampung, Rawas, Melayu, Pasemah dan Sumendo. Masyarakat Lampung memiliki struktur hukum adat yang tersendiri, bentuk hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Kelompok-kelompok tersebut menyebar di berbagai wilayah Kota Bandar Lampung. Penduduk pendatang yang menetap di Lampung 84%. Kelompok etnis terbesar adalah Jawa sebesar 30%, Banten/Sunda sebesar 20%, Minangkabau sebesar 10% dan Sumendo 12%. Kelompok etnis lainnya yang cukup banyak jumlahnya adalah Bali, Batak, Bengkulu, Bugis, China, Ambon, Aceh, Riau dan lain-lain. Banyaknya penduduk pendatang ini akibat adanya program relokasi yang dilakukan sejak tahun 1905 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan memindahkan petani dari Bagelan Jawa Tengah dan Membangun Kota Wonosobo dan Kota Agung kemudian tahun 1932-1937 ada pembukaan lahan transmigrasi baru di Kota Metro, Pringsewu dan berbagai Kota lainnya. Program transmigrasi ini terus berlangsung hingga akhir dekade 80-an. Jumlah penduduk Provinsi Lampung pada Tahun 2011 mencapai 7.596.115 jiwa dengan jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu sebesar 1.170.048 jiwa. Kepadatan penduduk terpadat di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 4.500 jiwa/km2.Hal ini disebabkan kerena Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi yang memiliki kelengkapan sarana prasarana dan aksesbilitas wilayah. a. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Penduduk Kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai suku ,bangsa (heterogen), berdasarkan data tahun 2010, jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung berjumlah 881.801 jiwa yang terdiri dari 445.959 jiwa penduduk laki-laki dan 435.842 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 13 (tiga belas) Kecamatan di Kota Bandar Lampung. Kecamatan yang paling banyak penduduknya terdapat di Kecamatan Teluk Betung Selatan atau sebesar 10,45% dari total jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung. b. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi), kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Data yang diperoleh dari BPS Kota Bandar Lampung dan hasil sensus penduduk tahun 2010, Kota Bandar Lampung berpenduduk sebesar 881.801 jiwa sedangkan data tahun 2006 sebesar 809.860 jiwa, dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahun sebesar 1,59%.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 27

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.6 Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2010


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah
Sumber : Hasil Sensus Kota Bandar Lampung 2010 BPS Kota Bandar Lampung 2010

Luas Wilayah 2.099 1.007 2.116 2.111 1.038 668 1.514 2.765 1.088 1.302 1.163 1.687 1.164 19.722

Jml Pddk 2010 59.396 92.156 63.504 89.324 62.663 72.385 63.747 71.471 88.314 43.257 41.225 70.761 63.598 881.801

c. Gambaran Aspek Kualiatas Penduduk Pada bagian ini memeparkan kondisi eksisting kependudukan diwilayah perencanaan antara lain jumlah penduduk berdasarkan agama, jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian, jumlah penduduk berdasarkan pendidikan, dan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian Sampai akhir tahun 2008 jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian menggambarkan jumlah penduduk yang bekerja dan memiliki mata pencaharian pada sektor-sektor perekonomian yang ada. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian merupakan salah satu indikator kesejahteraan sosial suatu Kota. Penduduk di Kota Bandar Lampung menurut mata pencaharian di kelompokkan berdasarkan penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan,pegawai (PNS,ABRI dan Swasta), Pedagang, Petani, Pertukangan, Buruh, Pensiunan, Nelayan, Pemulung dan penduduk bermata pencaharian jasa. Jumlah penduduk terbesar berdasarkan mata pencaharian, yaitu penduduk bermata pencaharian disektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel, yaitu sebesar 58.005 jiwa atau sebesar 63,8% dari jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.7

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 28

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

No 1 2 3 4 5

Tabel 1.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian Kota Bandar Lampung Tahun 2008 Lapangan Pekerjaan Pertanian,Kehutanan dan Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Besar,Eceran,Rmh Mkn& Hotel Jasa Kemasyarakatan Lainnya
Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bandar Lampung,Tahun 2008

Jumlah 4.787 8.558 58.005 19.592 90.942

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di suatu kota menggambarkan besarnya jumlah penduduk yang mampu menamatkan pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dan juga sebagai indikator kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh daerah dan salah satu indikator kesejahteraan sosial. Berdasarkan data indikator kesejahteraan rakyat Kota Bandar Lampung tahun 2008, penduduk di Kota Bandar Lampung berdasarkan kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi: Tidak/Belum pernah Sekolah,Tidak/Belum Tamat SD,SD/MI, SLTP Sederajat, SLTA Sederajat dan perguruan tinggi. Jumlah penduduk terbesar menurut tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan SLTA/Sederajat yang berjumlah 270.036 jiwa atau 31,97% dari total jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung. Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah berjumlah 14.108 jiwa atau sebesar 1,67% dari jumlah total penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan tingkat pendidikan.

Indeks Pembangunan Manusia Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang Pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 29

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.8 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2006 dan 2007 Harapan Hdp (Tahun) 2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Bandar Lampung Metro Pesawaran Total 65.9 67.7 67.5 69.4 68.6 67.1 68.7 67.8 69.4 71.9 68.4 2007 66.3 68.2 67.8 69.7 68.8 67.4 68.9 68.1 69.8 72.1 68.70 Angka Melek Huruf (%) 2006 95.1 94.3 93.4 92.4 91.7 95.2 94.1 93.2 97.9 97.3 94.46 2007 95.75 94.27 93.42 92.40 91.67 95.23 94.10 93.20 97.86 97.26 94.52 Rata-rata lama Sekolah (Tahun) 2006 2007 7 6.8 6.8 6.9 7.2 7.5 6.5 6.6 9.6 9.8 7.47 7.17 6.96 6.80 6.90 7.20 7.50 6.50 6.60 9.89 9.80 7.53 Pengeluaran Rill Per Kapita 2006 590.3 610.6 598.2 597.9 608.7 598.6 594.6 604.4 622.7 623 604.90 2007 596.65 613.6 604.43 603.81 611.24 602.99 597.94 607.72 623.75 623.06 608.52

No

Kabupaten/Kota

Sumber : BPS Provinsi Lampung Tahun 2008

Dari Tabel diatas terlihat bahwa angka harapan hidup penduduk Lampung tahun 2007 adalah 68,70. Bila dilihat menurut wilayah,angka harapan hidup berkisar antara 66,3 tahun untuk Kabupaten Lampung Barat dan 72,1 tahun untuk Kota Metro sedangkan Kota Bandar Lampung adalah 69,8 tahun.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Penduduk di Kota Bandar Lampung terdiri dari beberapa kelompok umur. Gambaran mengenai struktur penduduk menurut usia akan menunjukan besaran jumlah penduduk yang masih produktif dan jumlah penduduk belum/tidak produktif di wilayah perencanaan. Asumsi dasar yang digunakan untuk mengelompokan penduduk yang termasuk dalam usia produktif adalah penduduk dengan usia antara 15 hingga 54 tahun. Dengan mengetahui jumlah penduduk usia produkltif tersebut, dapat diketahui pula nilai besaran angka ketergantungan penduduk (depedensi ratio), selain proporsi jumlah kelompok usia terbesar yang terdapat di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan kelompok usia tahun 2011 Kota Bandar Lampung yang memiliki proporsi terbesar yaitu penduduk dengan kelompok usia 15-19 tahun yaitu sekitar 9,86% atau 86.997 jiwa, kelompok umur 20-24 tahun dengan jumlah mencapai 94.533 jiwa atau sekitar 10,72%, dengan banyaknya jumlah penduduk dengan kelompok umur tersebut tentunya akan berpengaruh pada nilai produktivitas di Kota Bandar Lampung.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 30

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Jika diketahui penduduk yang digolongkan dalam penduduk usia produktif yaitu pada usia 16-55 tahun, dan kelompok penduduk 0-15 tahun dan diatas 55 tahun termasuk dalam kelompok non produktif, maka di Kota Bandar Lampung jumlah penduduk produktif lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk non produktif yaitu sekitar 562.411 jiwa 63,78% hal ini merupakan potensi bagi pembangunan Kota Bandar Lampung, sedangkan jumlah penduduk non produktif sebesar 319.390 jiwa atau sebesar 36,22%. d. Tingkat Kepadatan Penduduk dan Distribusi Penduduk Kepadatan penduduk terendah Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 terdapat di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Panjang, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kecamatan Kemiling, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Tanjung Senang, Kecamtan Sukarame. Hal ini menandakan bahwa pada kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan rendah mampu menampung beban jumlah penduduk jika kemudian hari terjadi pertumbuhan penduduk yang signifikan di bandingkan dengan kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang seperti pada Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Sukabumi. Tabel 1.9 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah Luas (Ha) 2099 1007 2116 2111 1038 668 1514 2765 1088 1302 1163 1687 1164 19722 Jumlah Penduduk (jiwa) LakiPerempuan Laki 30.664 28.732 47.123 45.033 32.465 31.039 44.950 44.374 31.548 31.115 35.935 36.450 32.365 31.382 35.810 35.661 44.385 43.929 22.127 21.130 20.706 20.519 35.639 35.122 32.242 31.356 445.959 435.842 Jml Pddk (Jiwa) 59.396 92.156 63.504 89.324 62.663 72.385 63.747 71.471 88.314 43.257 41.225 70.761 63.598 881.801 Distribusi (%) 6,74 10,45 7,20 10,13 7,11 8,21 7,23 8,11 10,02 4,91 4,68 8,02 7,21 100 Kepadatan (jiwa/ha) 28 92 30 42 60 108 42 26 81 33 35 42 55 45 Katagori Kepadatan Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah

Sumber : Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 BPS Kota Bandar Lampung 2010 Kepadatan <50 jiwa/ha tergolong kedalam kepadatan rendah kepadatan 50-120 jiwa/ha tergolong kedalam kepadatan sedang >120 tergolong kedalam kepadatan tinggi

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 31

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Dari hasil pengolahan dan analisis data, dapat diketahui hasil proyeksi jumlah penduduk untuk dua puluh tahun mendatang. Dengan rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun sekitar 0,024%, maka diperkirakan jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada tahun 2030 akan berjumlah kurang lebih 1.545.976 jiwa. Bertambahnya jumlah penduduk tersebut dapat disebabkan beberapa faktor antara lain faktor topografi wilayah yang relatif datar serta fungsi sebagai Ibu Kota Provinsi Lampung dan memiliki aksesibilitas yang baik dari berbagai moda, dan memiliki sarana prasarana yang cukup menarik untuk aktivitas. Selain itu Kota Bandar Lampung memiliki sektor usaha dan penyediaan lapangan usaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.10 Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung dan gambar 1.8 Peta Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2030. Dilihat dari sebaran penduduk di wilayah perencanaan, maka kondisi kepadatan di wilayah perencanaan masih memiliki daya tampung berkategori rendah hanya ada beberapa kecamatan yang memiliki daya tampung sedang ini terjadi di Kecamatan Teluk Betung Selatan, Tanjung Karang Pusat, Kedaton dan Sukabumi. Kecamatan Teluk Betung Selatan ini merupakan Pusat pemerintahan, perdagangan grosir. Begitupun Kecamatan Tanjung Karang Pusat yang mempunyai fungsi utama perdagangan umum dan jasa, sedangkan Kedaton merupakan pusat pendidikan karena faktor tersebut mengakibatkan Kecamatan ini memiliki kepadatan sedang dari pada Kecamatan lainnya. Pusat-pusat kegiatan seperti perdagangan dan jasa tempat-tempat hiburan, pendidikan dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di Kecamatan ini menjadi daya tarik penduduk untuk tinggal sehingga mengakibatkan kepadatan penduduk. Hasil analisa proyeksi terhadap tingkat kepadatan penduduk menunjukan bahwa secara umum kepadatan penduduk di Kota Bandar Lampung masih dalam kategori sedang sampai akhir tahun perencanaan 2030. Jika di ukur dengan menggunakan perbandingan luas wilayah satuan hektar maka rata-rata kepadatan penduduk di Kota Bandar Lampung hanya sekitar 95 jiwa/ha. Berdasarkan hasil proyeksi kepadatan penduduk sampai akhir tahun rencana 2030 Kota Bandar

Lampung yang berkategori tinggi berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat sebesar 122 jiwa/ha, Kedaton sebesar 88 jiwa/ha, Rajabasa 85 jiwa/ha, Tanjung Seneng 120 jiwa/ha, Sukarame 97 jiwa/ha, Sukabumi 109 jiwa/ha. Dilihat dari daya tampung yang dimiliki Kota Bandar Lampung diketahui bahwa secara keseluruhan memiliki daya tampung efektif mencapai 1.972.200 jiwa. Jumlah tersebut didapatkan dari luas Kota Bandar Lampung 19722 ha dikalikan dengan 100 jiwa, asumsinya pada setiap 1 hektar lahan dapat menampung 100 orang, dengan demikian berdasarkan hasil proyeksi jumlah penduduk hingga akhir tahun perencanaan Kota Bandar Lampung diprediksi masih mampu untuk menampung pertambahan jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan 2030.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 32

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.10 Proyeksi Jumlah Kepadatan Penduduk


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan 2010 Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah 59.396 92.156 63.504 89.324 62.663 72.385 63.747 71.471 88.314 43.257 41.225 70.761 63.598 881.801 2011 59.812 92.852 63.857 92.074 62.825 72.819 65.878 75.745 88.667 45.329 43.826 73.788 65.843 903.314 2012 60.230 93.552 64.212 94.909 62.987 73.256 68.080 80.275 89.022 47.500 46.590 76.944 68.166 925.725 2013 60.652 94.258 64.569 97.831 63.150 73.696 70.356 85.075 89.378 49.776 49.529 80.235 70.572 949.077 2014 61.077 94.970 64.927 100.842 63.313 74.138 72.708 90.163 89.736 52.160 52.653 83.667 73.063 973.418 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2015 61.504 95.687 65.288 103.947 63.477 74.583 75.138 95.555 90.094 54.659 55.975 87.246 75.642 998.795 2016 61.935 96.409 65.651 107.147 63.641 75.030 77.650 101.269 90.455 57.277 59.506 90.978 78.311 1.025.260 2017 62.368 97.137 66.016 110.446 63.805 75.480 80.246 107.326 90.817 60.021 63.259 94.870 81.075 1.052.865 2018 62.805 97.870 66.383 113.846 63.970 75.933 82.928 113.744 91.180 62.896 67.250 98.928 83.937 1.081.669 2019 63.244 98.608 66.751 117.351 64.135 76.389 85.701 120.546 91.545 65.909 71.492 103.159 86.899 1.111.730 2020 63.687 99.353 67.122 120.964 64.301 76.847 88.565 127.755 91.911 69.066 76.002 107.572 89.966 1.143.112

Sumber: Hasil Analisa, 2010.

Tabel 1.10. lanjutan...


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan 2021 Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah 64.133 100.102 67.495 124.688 64.467 77.308 91.526 135.395 92.278 72.374 80.796 112.173 93.141 1.175.879 2022 64.582 100.858 67.870 128.527 64.634 77.772 94.586 143.492 92.648 75.841 85.893 116.972 96.429 1.210.102 2023 65.034 101.619 68.248 132.484 64.801 78.239 97.747 152.073 93.018 79.474 91.311 121.975 99.832 1.245.855 2024 65.489 102.386 68.627 136.563 64.968 78.708 101.015 161.167 93.390 83.281 97.071 127.193 103.355 1.283.214 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2025 65.948 103.159 69.008 140.767 65.136 79.181 104.392 170.805 93.764 87.270 103.194 132.633 107.003 1.322.260 2026 66.409 103.938 69.392 145.101 65.304 79.656 107.881 181.020 94.139 91.451 109.704 138.307 110.780 1.363.080 2027 66.874 104.722 69.777 149.568 65.473 80.134 111.488 191.845 94.515 95.831 116.624 144.223 114.689 1.405.764 2028 67.342 105.513 70.165 154.173 65.642 80.614 115.215 203.318 94.893 100.422 123.981 150.392 118.737 1.450.407 2029 67.814 106.309 70.555 158.919 65.812 81.098 119.066 215.477 95.273 105.232 131.802 156.825 122.928 1.497.109 2030 68.288 107.111 70.947 163.812 65.982 81.585 123.046 228.363 95.654 110.273 140.116 163.533 127.266 1.545.976

Sumber: Hasil Analisa, 2010.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 33

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.11 Proyeksi Kepadatan Penduduk dan Daya Tampung Penduduk Tahun 2010, 2020, 2030
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Total Jumlah
Sumber : Analisis 2009 Ket: >200 120-200 50-120 <50

Luas (ha) 2099 1007 2116 2111 1038 668 1514 2765 1088 1302 1163 1687 1164 19722

KM2 20.99 10.07 21.16 21.11 10.38 6.68 15.14 27.65 10.88 13.02 11.63 16.87 11.64 197.22

Daya Tampung KM2 209.900 100.700 211.600 211.100 103.800 66.800 151.400 276.500 108.800 130.200 116.300 168.700 116.400 1.972.200

2010 28 91 30 42 60 109 42 26 80 34 35 42 55 43

Kepadatan (Jiwa /ha) 2011 2020 29 30 91 99 30 32 43 57 60 62 109 115 44 58 28 46 81 84 37 53 38 65 44 64 57 77 46 58

Ket 2030 33 106 34 78 64 122 81 83 88 85 120 97 109 78 Rendah Tinggi Rendah Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang

:Sangat Tinggi :Tinggi :Sedang :Rendah

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 34

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.8 Peta Jumlah Penduduk 2030

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 35

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030 Gambar 1.9 Peta Kepadatan Penduduk 2030

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 36

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

1.4.3

Potensi Sumber Daya Alam

Lahan pengembangan wilayah merupakan sumber daya alam yang memiliki keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam tersebut. Banyak contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu dikenali sedini mungkin karakteristik fisik suatu wilayah maupun kawasan untuk dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan wilayah atau kawasan. Analisis aspek fisik dan lingkungan adalah analisa untuk mengenali karakteristik sumber daya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2007, analisa fisik lingkungan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan lahan perkotaan dalam pengembangan kegiatan lindung dan budidaya. a. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Topografi wilayah Kota Bandar Lampung sangat variatif, mulai dari 0 sampai dengan > 40 %. Kondisi demikian memberikan beberapa dampak baik positif maupun negatif yang dapat mempengaruhi pola pengembangan wilayah, khususnya pada kawasan perkotaan Bandar Lampung. Morfologi lahan juga dibentuk dari struktur dan tekstur tanah. Tekstur dan struktur tanah berpengaruh pada indentifikasi morfologi kemampuan lahan. Sebaran jenis tanah berpengaruh terhadap agregat tanah dibawahnya. Kondisi tanah di Kota Bandar Lampung terdiri dari endapan bekas pantai dan endapan bekas rawa dan sungai terdiri yang meliputi tanah lempung lembek, tanah lempung bercampur pasir, semakin ke baratdaya semakin tebal, seperti di sekitar Pelabuhan Panjang dan Tarahan. Di Kota Bandar Lampung dan sekitarnya kedalaman muka air tanah sangat dangkal sekitar 1,5 meter dan ke arah utara semakin dalam dari 5 meter sampai > 10 meter. Berdasarkan keterdapatan lapisan pasir, dan muka air tanah yang cukup dangkal, maka di daerahdaerah tersebut sangat berpotensi terjadi peristiwa pelulukan/likuifaksi, seperti di daerahdaerah Teluk Betung Selatan, dan Utara. Kota Bandar Lampung secara eksisting juga dilewati oleh patahan dan sesar aktif. b. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan Kemampuan lahan kemudahan dikerjakan merujuk pada kedalaman efektif/solum tanah wilayah perencanaan. Klas solum/kedalaman efektif tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan lereng dari suatu lahan.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 37

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Pada lahan dengan kemiringan lereng yang besar pembentukan tanah yang terjadi kecil, sebaliknya pada daerah dataran atau kemiringan lereng kecil akan terjadi pembentukan tanah yang lebih intensif. Oleh karena itu kemiringan lereng sangat dipertimbangkan dalam penyusunan klas solum tanah. Ketebalan solum berpengaruh terhadap kekokohan tegakan, sebab berhubungan dengan jangkauan/sebaran akar tanaman ke dalam tanah. Semakin tebal solum tanah, semakin besar pula kapasitas menyimpan air. Ketebalan solum di Kota Bandar Lampung sangat bervariasi dari 10 cm sampai 125 cm. Pada umumnya kondisi kedalaman efektif tanah diklasifikasikan menjadi lima bagian, yaitu pada tingkatan kedalaman efektif tanah <30 cm, 30 50 cm, 50 75 cm, 75-100 cm, dan >100 cm. Dalam pengklasifikasian solum tanah selain dengan melakukan pengukuran secara langsung dapat pula dengan melihat jenis tanah yang dominan pada satuan lahan tertentu. Solum/kedalaman efektif tanah untuk kemudahan dikerjakan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat bedasarkan jenis tanah yang terdapat di wilayah perencanaan. Sebaran tingkat kemudahan dikerjakan dapat dilihat pada peta. Pengembangan wilayah perencanaan dengan mempertimbangkan : Area dengan kedalaman efektif kurang dari 50 cm (dangkal hingga agak dangkal) diperuntukkan bagi konservasi dengan harapan dapat menambah kedalaman efektif tanah. Area kedalaman efektif lebih dari 50 cm (sedang hingga dalam) dapat dipergunakan untuk wilayah aktivitas masyarakat setempat (budidaya). Tabel 1.12 Klasifikasi Kedalaman Efektif Tanah
Solum < 25 Cm 25 50 Cm 50 75 Cm 75 100 Cm 100 - 125 Kelas Dangkal Agak Dangkal Sedang Agak Dalam Dalam Jenis Tanah Lempung, Lanau, Pasir kearah darat setempat mengandung air Tufa Padu, Breksi dengan aneka ragam fragmentasi (lempung, lanau, andesit) Tufa pasiran Tufa pasiran butir halus padu Tufa pasir padu

Sumber: Studi Potensi Air Tanah Kota Bandar Lampung, 2002

c. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kesetabilan Lereng Tingkat kestabilan lereng ditinjau dari geologi dan struktur batuan penyusun lapisan tanah dan kemiringan lereng pada wilayah perencanaan. Kondisi kestabilan lereng di Kota Bandar Lampung dipengaruhi oleh kondisi topografi kawasan, kemiringan lereng, kondsi geologi, besarnya curah hujan, penggunaan lahan eksisting, serta potensi bencana alam yang ditimbulkan.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 38

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Dengan mempertimbangkan tingkat kestabilan lereng pada suatu area tertentu maka upaya peruntukan pengembangan wilayah perencanaannya sebagai berikut : Daerah dengan tingkat kestabilan lereng tinggi (cenderung stabil) dapat diupayakan sebagai daerah permukiman dan tempat-tempat aktivitas masyarakat. Daerah dengan tingkat kestabilan sedang (agak stabil) Dapat dipergunakan untuk pengembangan pertanian perkebunan maupun hutan produksi, namun bila akan dipergunakan sebagai daerah permukiman perlu ada perkuatan-perkuatan tertentu pada struktur bangunan yang akan berdiri diatasnya. Lereng dengan tingkat kestabilan rendah (tidak stabil) dipergunakan untuk kawasan lindung dan tidak disarankan sebagai area permukiman maupun tempat aktivitas lainnya. Tabel 1.13 Kondisi Kemiringan Lereng Per Kecamatan Kota Bandar Lampung
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Teluk Betung Barat Teluk Betung Selatan Panjang Tanjung Karang timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Kedaton Rajabasa Tanjung Seneng Sukarame Sukabumi Jumlah
Sumber: Hasil Analisa, 2009.

Kemiringan 02 394,89 528,96 1.336,77 892,88 122,34 12,62 263,84 9,13 257,59 1.302,00 1.028,22 1.687,00 1.104,04 8.940,29 2 20 619,85 376,24 217,56 1.120,00 863,41 4,40 1.148,28 2.420,34 90,26 134,78 54,24 7.049,35 20 40 976,08 101,80 291,99 40,12 12,78 650,98 85,60 278,65 740,15 5,72 3.183,86 > 40 108,18 269,68 58,01 39,47 16,28 56,88 548,50

d. Pengelolaan Pertambangan Potensi bahan galian golongan C pada Umumnya terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan yang mempunyai cadangan cukup besar tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pertambangan akan turut memacu perkembangan pembangunan dan perekonomian daerah oleh karena itu potensi tersebut dapat dikelola seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 39

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 01 Tahun 1996 dan Keputusan Walikota Kepala Daerah Bandar Lampung Nomor : 33 Tahun 1996 dijelaskan kawasan lereng bukit, gunung yang dapat ditambang dan yang tidak dapat ditambang dengan memperhatikan fungsi ekologis serta potensi ekonominya. Jika suatu bukit dan lereng memiliki nilai ekonomis yang lebih besar dibandingkan nilai ekologis maka bukit/lereng tersebut dapat dieksploitasi dengan tetap memperhatikan aspek teknis, dampak terhadap lingkungan sekitar, estetika kota, dan penegakan hukum yang tegas jika pihak yang berkepentingan dalam kegiatan eksploitasi mengabaikan persyaratan yang telah ditentukan dalam kegiatan tersebut. Namun demikian kondisi di lapangan di dapatkan pelanggaran penambangan bukit/gunung yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, seperti Gunung Kunyit, Gunung Camang Barat, Bukit Sukamananti dan Bukit Hatta. Segi positif penambangan bahan galian yaitu pemanfaatan sumber daya alam untuk keperluan pembangunan gedung-gedung, perumahan, jalan-jalan dan lain-lain serta penyerapan tenaga kerja. Segi negatif penambangan bahan galian adalah cendrung merubah bentang alam yang ada apabila tidak dikendalikan akan menimbulkan masalah seperti tanah longsor, banjir lumpur dan merubah sirkulasi udara dan kecepatan angin di wilayah tersebut yang dapat merubah iklim mikro serta kondisi estetika Kota. Penambangan bahan galian golongan C diwilayah Kota Bandar Lampung bukan saja untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan melainkan juga kebutuhan areal perumahan bagi masyarakat. Eksploitasi bukit dan gunung perlu dilakukan studi yang mendalam guna memprediksi dampak kegiatan tersebut ditinjau dari fungsi ekologis dan ekonomis bukit dan lereng tersebut. Dengan pendekatan ekonomi lingkungan dihitung mana yang lebih besar manfaat ekologis atau ekonomis dari bukit dan lereng tersebut sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat.

1.4.4

Potensi Ekonomi Wilayah

a. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu kabupaten/kota tanpa memperhatikan siapa pemilik produksinya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) juga dapat diartikan sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa kepada faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di daerah tersebut. PDRB Kota Bandar Lampung selalu mengalami kenaikan setiap tahunnya meskipun terdapat penurunan di salah satu sektor. Sektor produksi yang mengalami penurunan adalah pertambangan dan penggalian, sedangkan kenaikan pendapatan yang tertinggi adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa.
Bab 1 | P e n d a h u l u a n 1 - 40

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Penurunan dan Kenaikan ini menjadi salah satu faktor penyebab berubahnya sektor perekonomian di Kota Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya mengenai PDRB Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 1.14 Tabel 1.14 PDRB Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik danAir Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel&Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan&Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2011 Keterangan: ** nilai proyeksi

2006 231,358 75,904 918,547 35,319 396,438 972,055 821,273 842,866 785,284 5,079,046

2007 238,175 74,713 1,014,690 37,919 419,001 999,763 849,185 997,415 795,292 5,426,158

2008 247,576 78,885 1,064,499 39,050 445,025 1,037,250 890,120 1,159,261 840,637 5,802,307

2009 252,685 80,065 1,144,736 39,618 451,126 1,055,692 952,344 1,298,268 876,531 6,151,068

2010** 257,527 82,615 1,204,464 40,636 472,016 1,097,399 1,015,909 1,462,349 907,602 6,540,520

Gambar 1.10 PDRB Kota Bandar Lampung atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung terhadap Provinsi lampung, dapat diketahui sektor/lapangan usaha di Kota Bandar Lampung yang laju pertumbuhannya ekonominya berada diatas laju pertumbuhan Propinsi Lampung berdasarkan PDRB atas harga konstan 2000 pada tahun 2008, adalah:

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 41

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan yaitu sebesar 20,7% Industri Pengolahan Tanpa Migas yaitu sebesar 11,1% Gambar 1.11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Terhadap Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan, Tahun 2005-2009 (Persen)

b. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir (2006-2010) mengalami pertumbuhan yang fluktuatif, yaitu pada tahun 2006 sebesar 6,30 persen sedangkan untuk tahun 2007 pertumbuhan ekonomi mencapai 6,83 persen, tahun 2008 naik menjadi 6,93 persen, tahun 2009 turun menjadi 6,01 persen dan tahun 2010 naik menjadi 6,33 persen. Tabel 1.15 Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kota Bandar Lampung Tahun 2006-2010 (Persen)
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik danAir Bersih Bangunan Perdagangan,Hotel&Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan&Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2010 2006 9.99 -1.79 15.08 -14.30 1.06 0.32 3.91 16.11 1.51 6.30 2007 2.95 -1.57 10.47 7,36 5,69 2,85 3.40 18,34 1.27 6.83 2008 3.95 5.58 4.91 2.98 6.21 3.75 4.82 16.23 5.70 6.93 2009 2.06 1.50 7.54 1.46 1.37 1.78 6.99 11.99 4.27 6.01 2010* 1.92 3.19 5.22 2.57 4.63 3.95 6.67 12.64 3.54 6.33

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 42

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Untuk pertumbuhan sektoral tahun 2010, sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan mengalami laju pertumbuhan tertinggi diantara sektor lainnya yaitu sebesar 12,64 persen. Sektor lain juga mengalami pertumbuhan yang tinggi yaitu sektor industri pengolahan dan sektor pengangkutan & komunikasi dengan nilai sebesar 5,22 persen dan 6,67 persen. Sementara itu sektor yang paling kecil pertumbuhannya adalah sektor pertanian. Sebagai Ibukota Provinsi, Bandar Lampung merupakan pusat seluruh kegiatan ekonomi. Perputaran uang yang semakin cepat di Bandar Lampung, membuat sektor keuangan juga semakin meningkat. Peredaran uang yang banyak di masyarakat secara otomatis akan meningkatkan pola kosumsi masyarakat. Dengan meningkatnya pola kosumsi masyarakat ini membuat beberapa sektor usaha juga meningkat, seperti di sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu dengan munculnya berbagai pusat perdagangan dengan fasilitas modern dan restoran cepat saji akhir-akhir ini. Hal tersebut diatas tentunya akan didikuti dengan ketersediaan sarana penunjang yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi. Perkembangan alat komunikasi dalam hal ini telepon seluler yang semakin mewabah saat ini memberikan andil yang sangat besar terhadap peningkatan sektor ini. Gambar 1.12 Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung Tahun 2006-2010

b. PDRB Per Kapita PDRB per kapita Kota Bandar Lampung berdasarkan harga konstan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006 PDRB per kapita sebesar 5,511,572 rupiah, tahun 2007 sebesar 5,828,710 rupiah, tahun 2008 sebesar 6,019,974 rupiah, tahun 2009 sebesar 7,379,656 dan tahun 2010 sebesar 7,417,230 rupiah.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 43

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Gambar 1.13 PDRB Per Kapita Kota Bandar Lampung Tahun 2006-2010

c. Profil Keuangan Kota Bandar Lampung Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan Kota Bandar Lampung terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD. Pendapatan daerah Kota Bandar Lampung tiap tahunnya semakin meningkat, hal ini juga diikuti dengan belanja Kota Bandar Lampung. Sumber pendapatan terbesar Kota Bandar Lampung tahun 2007 berasal dari Dana Perimbangan. Sedangkan untuk pendapatan yang berasal dari PAD merupakan pendapatan paling kecil. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang diselenggarakan tidak trkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan bantuan tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang diselenggarakan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan seperti; belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan serta modal.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 44

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.16 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Bandar LampungTahun 2006 2010

Sumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka, 2010.

Gambar 1.14 Perkembangan Pendapatan dan Belanja APBD Tahun 2007-2010

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 45

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

d. Ekspor Import Kegiatan ekspor impor dan perdagangan antar pulau didominasi oleh keberadaan Pelabuhan Panjang. Volume ekspor dan impor melalui Pelabuhan Panjang sebagian besar diangkut kapal asing. Volume ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang dari tahun 2001 hingga tahun 2010 menunjukkan selisih nilai ekspor atas nilai impor, walau pada beberapa tahun terdapat selisih impor atas ekspor. Perkembangan ekspor impor melalui Pelabuhan Panjang tahun 2001-2010 disajikan pada Tabel 1.17. e. Kondisi Investasi kondisi usaha investasi dilihat dari perkembangan berdasarkan lokasi, nilai investasi dan sektor penyerapannya serta sebaran realisasi penanaman modal baik asing (PMA) maupun domestik (PMDN). Berikut data perkembangan investasi di Kota Bandar Lampung.D K Gambar 1.15 Perkembangan Investasi Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2010

Jika dilihat pada grafik diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi di Kota Bandar Lampung tidak begitu signifikan, terutama bagi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Penambahan investasi PMDN cukup signifikan terjadi pada tahun 2010 begitu juga dengan PMA. Secara keseluruhan, perkembangan dan sebaran investasi PMDN dan PMA merupakan gambaran realisasi investasi Kota Bandar Lampung. Realisasi investasi adalah kegiatan investasi yang direalisasikan oleh perusahaan dalam bentuk kegiatan nyata yang sudah menghasilkan produksi barang/jasa. Perusahaan tersebut juga telah memperoleh Izin Usaha Tetap (IUT) dari Pemerintah daerah (DPIKP) berdasarkan Undang-undang Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Undang-undang No.1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing (PMA). Perkembangan dan sebaran investasi ini juga dipengaruhi oleh adanya pengembangan infrastruktur yang mempengaruhi iklim investasi di Kota Bandar Lampung.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 46

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Tabel 1.17 Volume Ekspor dan Impor Melalui Pelabuhan Panjang Tahun 2001 2010
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2010.

Ekspor 2,939,371 2,909,978 3,088,562 4,048,853 3,917,397 4,581,640 4,528,574 5.660.105 5.282.313 5.022.922

Impor 553,067 569,626 516,059 678,622 725,476 941,162 1,108,418 1.251.830 1.461.333 1.543.178

Jumlah 2,386,304 2,340,352 2,572,503 3,370,231 3,191,921 3,640,478 3,420,156 6.911.935 6.743.646 6.546.100

Tabel 1.18 Jumlah PMDN dan PMDA Kota Bandar Lampung Tahun 2008 2010

Sumber: Kota Bandar Lampung Dalam Angka, 2010.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 47

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

Sruktur Perekonomian Kota Bandar Lampung Struktur perekonomian Kota Bandar Lampung pada tahun 2010 didominasi oleh 4 (empat) sektor Lapangan Usaha yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor industri pengolahan tanpa migas, sektor perdagangan , hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa Tabel 1.19 Presentase Per Sektor terhadap Total PDRB Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 2006-2010
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Tanpa Migas Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2010

Lapangan Usaha

2006 4.56 1.49 18.09 0.70 7.81 19.14 16.17 16.59 15.46

2007 4.39 1.38 18.70 0.70 7.72 18.42 15.65 18.38 14.66

2008 4.27 1.36 18.34 0.67 7.67 17.88 12.14 19.98 14.49

2009 4.11 1.30 18.61 0.64 7.33 17.16 11.78 21.11 14.25

2010 3.94 1.26 18.41 0.62 7.22 16.78 11.58 22.36 13.88

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan struktur perekonomian kota Bandar Lampung. Pada tahun 2006 sektor perdagangan, hotel & restoran mendominasi Kota Bandar perekonomian

Lampung, akan tetapi sejak tahun 2007 sampai tahun 2010 mengalami penurunan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung. Sedangkan untuk sektor industri pengolahan tanpa migas dan keuangan, persewaan dan jasa relatif stabil setiap tahunnya dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung. Sektor yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota Bandar Lampung adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, bahkan pada tahun 2010 sektor ini memerikan distribusi terbesar terhadap PDRB kota Bandar Lampung yaitu sebesar 22,26 persen.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 48

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

3. Sektor Unggulan Identifikasi sektor unggulan secara ekonomi di Kota Bandar Lampung dihasilkan proses sektor basis, laju pertumbuhan ekonomi dan struktur produksi kegiatan kegiatan yang selama kurun waktu 5 tahun (2006 2010 ) yang telah berlangsung. Sektor sektor unggulan dan mempunyai potensi perkembangan di Kota Bandar Lampung sebagai berikut : 1. 2. 3. Industri Pengolahan tanpa Migas keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Perdagangan, Hotel & industri

1.5

ISSUE ISSUE STRATEGIS

Beberapa issue strategis di Kota Bandar Lampung diantaranya adalah: a. Kebijakan Pembangunan PP No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Kota Bandar Lampung ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dalam system perkotaan nasional dan dalam Pusat pemerintahan provinsi, Simpul utama kegiatan ekspor-impor, Pusat perdagangan dan jasa regional, Pusat pendukung jasa pariwisata, Pendidikan tinggi, Simpul utama transportasi skala nasional. Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera RTR Pulau Sumatera Kota Bandar Lampung merupakan jasa pelayanan pemerintahan, perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan serta perikanan. b. Eksternalitas Kawasan Metropolitan Bandar Lampung Dalam konteks pembangunan salah satu kawasan strategis Provinsi Lampung yaitu Kawasan Metropolitan Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung dalam hal ini diharapkan dapat memainkan peran dan fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa regional. Dengan dukungan fasilitas yang ada, tentunya Kota Bandar Lampung juga mampu memainkan peran sebagai simpul koleksi dan distribusi serta outlet produksi regional, sehingga diharapkan mampu berperan sebagai growth centre bagi pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya. Pembangunan Jalan Tol Bakauheni Terbanggi Besar Akan dibangunnya jalan tol yang menghubungkan Bakauheni Babatan Natar Terbanggi Besar, yang beberapa enterchangenya ada di Kota Bandar Lampung

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 49

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

c. Fisik Lingkungan,dan Penggunaan Lahan Iklim Berdasarkan kajian kondisi iklim Kota Bandar Lampung Kebutuhan Air Baku Berdasarkan kajian kondisi hirologi, Kota Bandar Lampung termasuk kedalam zona rawan ketersedian air tanah. Diproyeksikan hingga akhir tahun rencana ketersedian air tanah tersebut kurang dapat diandalkan untuk memenuhi masyarakat Kota Bandar Lampung. Kondisi Air Permukaan Berdasarkan hasil uji kualitas air sungai, Sebagian besar sungai-sungai yang ada di Kota Bandar Lampung memiliki kualitas yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh pencemaran kegiatan domestik rumah tangga, industri, pasar, rumah sakit, dan lainnya. Sehingga secara eksisting air sungai pun belum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bandar Lampung. Rawan Bencana Kota Bandar Lampung merupakan Kota yang rawan akan bencana gempa bumi, Tsunami. Hingga saat ini perkembangan dan pertumbuhan Kota belum cukup memperhatikan zonasizonasi kawasan yang merupakan zona rawan bencana tersebut. Sehingga tingkat kerentanan bencana Kota cukup tinggi. Masih rendahnya pemahaman masyarakat dalam mensikapi kondisi alam yang berada di kawasan bencana. Guna Lahan Terjadinya alih fungsi lahan dikawasan lindung menjadi permukiman, pertanian dan perkebunan akibat dari keterbatasan lahan dan kebutuhan faktor ekonomi masyarakat. Terutama pada Kecamatan Kemiling, Teluk Betung Barat dan Panjang Penggerusan beberapa bukit di Kota Bandar Lampung semakin tidak terkendali. Hal ini berimplikasi pada berkurangnya ruang terbuka hijau kota, daerah tangkapan air, titik evakuasi bencana, serta menurunnya estetika kota Bandar Lampung Penataan Kawasan Pesisir Dalam rangka memperbaiki kawasan pesisir, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung akan melaksanakan penataan kawasan pesisir dengan membagi menjadi beberapa zona, baik zona budi daya maupun zona non budi daya.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 50

Pemerintah Kota Bandar Lampung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) RTRW Kota Bandar Lampung 2011 2030

d. Prasarana Sarana Permukiman Perumahan/Permukiman Munculnya slum area dikawasan bantaran sungai, pesisir pantai, permukiman di bantaran rel kereta api, permukiman di SUTET dan permukiman di lereng bukit. Hal ini disebabkan akibat dari keterbatasan lahan dan kebutuhan faktor ekonomi masyarakat. Listrik Secara eksisting supply energi listrilk bagi untuk Kota Bandar Lampung berasal dari dua pembangkit listrik yang dimiliki PLN, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Teluk Betung dengan kapasitas 18,18 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tarahan dengan kapasitas total 21,35 MW serta Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tarahan dengan total kapasitas 48,54 MW. Bedasarkan hasil proyeksi Kota Bandar Lampung diprediksi kebutuhan listriknya meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang terus meningkat dan aktivitas ekonomi yang tinggi. Kebutuhan akan listrik terlihat dari data jumlah KWH yang terus meningkat. Sehingga supply energi listrik yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Kota Bandar Lampung. Drainase Secara eksisting kondisi drainase di Kota Bandar Lampung masih perlu diperhatikan karena ada beberapa saluran drainase yang mengalami kerusakan akibat dari penimbunan lumpur, sampah dan tidak terawatnya saluran yang ada sehingga mengakibatkan banjir pada musim hujan. Masih tercampurnya fungsi saluran drainase sebagai saluran air hujan dengan pembuangan air limbah dapur dan cuci/grey water. Sementara jika dilihat secara fungsional kateristik sistem drainase bebeda dengan sistem air limbah. Prasarana dan Sarana Transportasi Secara eksisting panjang ruas jalan di Kota Bandar Lampung saat ini belum memenuhi standar yang ada. Jaringan jalan yang ada juga belum terstruktur dengan baik. Terjadinya titik kemacetan di Kota Bandar lampung disebabkan oleh peningkatan volume kendaraan yang cukup tinggi, perlintasan kereta api barang, serta beberapa hal lainnya. Kebutuhan Terminal yang ada secara kuantitas kurang melayani pergerakan kota dan kawasan perkotaan Kota Bandar Lampung, sehingga perlu adanya penambahan terminal. e. Sosial Budaya Bangunan bersejarah dan Cagar Budaya Berdasarkan kondisi eksisting yang ada cagar budaya Lampung masih perlu mendapat perhatian.

Bab 1 | P e n d a h u l u a n

1 - 51

Anda mungkin juga menyukai