Anda di halaman 1dari 47

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Kelahiran ku
Nama lengkapku Syifa Fauziah, semua orang akrab dengan panggilan Syifa. Nama Syifa Fauziah adalah suatu nama yang diberikan orang tuaku, nama yang membanggakan aku sekaligus membuatku terharu karena orang tuaku telah memberikan nama yang paling baik yang nantinya nama itu adalah menjadi sebuah doa untukku. Sebuah nama yang mengantarkan aku ke dunia. Dan tentunya nama yang memperkenalkan aku sebagai anak dari sosok ayah dan ibu sederhana, yaitu bapak Maskur dan ibu Djenah. Aku terlahir pada tanggal 8 September 1992. 19 tahun silam ibuku mempertaruhkan nyawanya untukku, ayahku tak hentinya berdoa untuk keselamatan istri dan anaknya. Dengan seruan adzan yang diperdengarkan ayahku ke telingaku sebagai suara yang pertama kali kudengar ketika aku muncul di dunia. Aku dilahirkan disebuah rumah dukun beranak, sesuatu yang harus aku syukuri karena terlahir sebagai bayi yang sehat, meskipun ketiga kakakku lahir di rumah sakit. Yaaah,, memang rezeki ku, karena saat ibu melahirkan aku, usaha bapakku sudah bangkrut. Aku empat bersaudara, semua anak orang tuaku perempuan.

Orang Tua ku
Ibuku berasal dari Jakarta, seorang ibu rumah tangga yang luar biasa kepribadiannya. Sepanjang aku hidup, banyak hal pahit yang menimpa keluargaku. Tak pernah aku melihat ibu menangis didepan suaminya, tangisannya dituangkan kepada Allah dan juga anaknya, tidak pernah beliau ungkapkan apa alasannya, tapi yang aku tangkap, bahwa beliau tidak ingin membebani pikiran suaminya dengan cara tersenyum. Bapakku asli putra Banten, sebelum aku terlahir ke dunia, bapakku seorang wiraswata sandal. Cerita tentang kesuksesan Bapakku, hanya menjadi suatu cerita yang diperdengarkan di telingaku, karena aku memang belum lahir saat itu. Dulu, bapakku memiliki 3 karyawan untuk membuat sandal, bapakku juga mempunyai sebuah kios untuk dijual sendiri hasil karya-karyanya. Menurut cerita, dulu ibu dan kakak-kakakku berkelebihan dalam materi. Bapakku adalah seorang yang sangat mementingkan agama dan pendidikan. Bapakku adalah seorang yang selalu mendekatkan diri kepada anak-anaknya, beliau selalu memberikan wejangan-wejangan yang mengarahkan anak-anaknya kepada kebaikan. Tentu saja tiap-tiap wejangan itu tidak mebuat kami lantas merasa kolot dan jenuh, karena beliau menyampaikannya dengan penuh rasio jika dipandang menurut agama dan akal pikiran kami, sehingga setiap apa-apa yang beliau sampaikan begitu mengena di hati anak-anaknya. Bapakku selalu mengajarkan kepada anak-anaknya agar menjadi orang yang cerdik dan pandai-pandai, karena orang yang cerdik lebih cerdas dari pada orang yang cerdas, dan orang yang pandaipandai lebih pandai dari orang yang pandai. Bapakku selalu berpesan bahwa

jadilah orang yang cerdik agar dapat menjawab semua pertanyaan dan tantangan di dunia. Beliau juga berpesan bahwa jadilah orang yang pandaipandai agar menjadi orang yang sigap dan benar tatkala aku dihadapi dengan keadaan genting dan segera membaca bukan sekedar baca apa yang harus aku lakukan dan bertindak dengan benar, tidak merugikan diriku dan orang lain. Aku adalah seorang gadis yang berwatak keras, aku kritis akan apapun yang menjadi pendirianku. Tapi Alhamdulillah, bapakku dapat meluruskan setiap pikiranku yang terkadang benar hanya menurut diriku sendiri. Kami sering berdiskusi, membahas tentang agama, dan kehidupan.

Jenjang Pendidikan ku
Awal pendidkan ialah di TK Mulia, aku masih ingat betul kenapa aku disekolahkan TK. Pada saat aku berumur 5,5 tahun, disaat teman-teman sebayaku melewati depan rumahku setiap pagi untuk berangkat sekolah, berpakaian seragam rapi, aku mersa iri pada mereka. Aku hanya duduk di depan teras rumahku, sambil memegang pensil dan buku, bersiap untuk belajar dengan ibuku. Saat itu, bapakku bekerja serabutan demi memenuhi pendidikan ketiga kakakku yang masih bersekolah. Jadi, sedari pagi Bapak sudah tidak tidak ada di rumah, kadang di pasar untuk jadi kuli panggul disana. Bapak mengajariku membaca dan menulis pada malam hari. Aku ingin sekali sekolah TK bersama teman-temanku yang lain. Aku ingat, suatu pagi aku diajak pergi oleh bapak dengan pakaian rapi, awalnya aku mengira akan dibawa ke pasar, tapi tak disangka aku malah dibawa ke sebuah TK, MULIA namanya. Aku bersekolah disana selama setengah tahun, karena memang aku masuk pada saat pertengahan tahun. Senang rasanya, akhirnya aku sekolah dan bermain seperti anak-anak lain. Itulah kali pertama aku mengenal bangku sekolah. Saat umurku 6 tahun, aku masuk SD. Awalnya aku ingin bersekolah di SD negeri, karena di lingkungan ku semuanya masuk SD Negeri. Tapi bapakku, mendaftarkan aku di sekolah Madrasah. Pertama kali menginjakkan kaki di ruang kelas 1, aku diantar ibuku. Madrasah Ibtidaiyah Chaeriyah Mansyuriah tempat aku menuntut ilmu pendidikan dasar selama 6 tahun. Saat itu sekolah SD belum mendapatkan dana bos, jadi tiap bulannya bapak harus membayar spp. Pada saat kelas 2 ada sebuah yayasan yang memberikan beasiswa anak-anak

yang

berprestasi,

mendapat

peringkat

tiga

besar.

Kepala

sekolahku

merekomendasikan aku agar mendapat beasiswa itu. Alhamdulillah aku selalu mendapat peringkat 3 besar. Sampai aku lulus kelas 6, bapak tidak lagi harus membayar spp. Jadi, selama 5 tahun semenjak kelas 2 hingga lulus, orang tuaku hanya mengeluarkan uang seribu setiap hari sebelum aku berangkat sekolah untuk uang sakuku. Perasaan senang sekaligus bangga karena tidak perlu membebani orang tua akan bayaran sekolah. Saat hari kelulusan, aku berharap-harap cemas menunggu hasil NEM ujian nasonal yang akan ditempel di mading sekolah. Aku berharap dan selalu meminta pada Allah agar mendapat NEM yang tinggi sehingga bisa masuk SMP. Alhamdulillah atas izin Allah, aku menjadi salah satu dari 3 orang yang lolos ujian masuk SMP Negeri. Awalnya, orang tuaku tidak setuju jika aku bersekolah di sekolah SMP, karena ketiga kakakku tamatan pesantren. Tapi karena aku bersikeras memaksa untuk masuk SMP, akhirnya orang tuaku mengizinkan untuk bersekolah di SMPN 63 jakarta. Lagi pula, saat itu perekonomian keluargaku sedang menurun. Kakakku yang berhenti kuliah, yang ketiga pun berhenti sekolah. Hanya kakaku Yulianah yang kedua, yang bertahan kuliah sambil mengajar untuk membiayai sendiri biaya kuliahnya. Setiap hari, setiap pulang kuliah dari UIN Ciputat, ia mengajar TPA di sebuah masjid dekat rumah. Dia berhasil lulus dan mendapat gelar Sarjan Pendidikan Agama, mengajar TK dan bimbel. Aku terpacu untuk menjadi seorang yang kuat menjalani tantangan demi tantangan untuk menempuh pendidikan demi teraihnya sebuah cita-cita, harapan, dan mimpi yang aku yakin dan memang harus yakin bahwa semua itu

akan menjadi nyata untukku. Selama duduk di bangku sekolah SMP, Alhamdilillah aku selalu mendapat peringkat 10 besar, aku mendapat beasiswa setiap bulannya meskipun tidak penuh. Sejak kelas 2 SMP aku mulai ngajar bimbel untuk anak-anak SD. Awalnya memang rekomendasi dari kakakku. Setiap hari aku mengajar sekitar 10 anak SD. Setelah lulus dari SMP, aku melanjutkan sekolah ke SMA N 19 Jakarta. Sebelum terdaftar di SMA N 19, aku lebih dulu mendaftar sekolah SMA N 2 yang lebih favorit dan bagus dari segi pendidikan, tapi karena biayanya terlalu mahal, akhirnya aku mengundurkan diri dari sekolah itu. Kecewa rasanya saat itu,

karena aku dikalahkan oleh keadaan ekonomi. Uang tabunganku hasil mengajar bimbel selama dua tahun tidak cukup untuk masuk sekolah favorit yang mahal, sedangkan untuk meminta kepada orang tua rasanya tidak mungkin, karena saat itu bapak sudah cukup tua untuk menjadi kuli panggul di pasar, jadi hanya dagang sembako kecil-kecilan di rumah, hanya cukup untuk makan sehari-hari dan untuk sakuku. Meskipun ketiga anak yang lain sudah berkeluarga, dan bukan lagi menjadi tanggungan orang tuaku, tidak lantas membuat orang tuaku malah meminta uang untuk keperluan hidup mereka dan juga aku. Aku menyadari keadaanku saat itu dan Alhamdulillah aku dapat menerima hal itu sebagai takdir. Selama di SMA aku sangat aktif berorganisasi, aku senang menyalurkan aspirasi dan ide-ideku dalam organisasi sekolah. Setiap sore sepulang sekolah aku ngajar bimbel untuk membayar SPP setiap bulannya. Sampai menjelang magrib aku mengajar siswa SD, sehabis magrib hingga jam 8 malam aku ngajar siswa SMP. Ada perasaan jenuh dibalik rasa senangku dalam

mengajar. Mungkin karena usiaku masih remaja, dam masih berpikiran bahwa aku butuh main dan juga belajar secara penuh, bukan bekerja. Tapi lama kelamaan aku malah berpikir bahwa apa yang aku lakukan selama ini bukanlah bekerja yang semata-mata hanya mencari uang, tapi karena kecintaan akan mengajar. Saat itulah mulai tumbuh benih-benih jiwa pengajar dalam dadaku. Saat itu pula aku bercita-cita menjadi seorang GURU yang PROFESIONAL. Aku masih ingat, selain mengajar bimbel di rumah, aku juga berdagang di sekolah. Aku pernah menjual boneka, yang boneka itu aku dapatkan dengan membeli di Cikampek. Membawa karung besar dengan naik kereta bersama satu orang temanku. Aku juga pernah menjual kue- kue ke seolah yang dibuat ibuku dirumah. Apapun kulakukan saat itu demi minimnya uang yang ku keluarkan. Seusai lulus SMA, aku berhasil mengumpulkan uang sebanyak 7 juta untuk bekalku masuk perguruan tunggi. Aku mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi negeri. Aku terus melatih kemampuanku untuk menyiapkan diriku ketika ujian itu tiba. Tapi rupanya Allah berkehendak lain, Allah menggariskan takdir yang lain dari harapanku. Aku tidak lolos ujian PTN, baik itu di UNJ maupun di UIN. Saat yang bersamaan kakakku Yulianah yang seorang guru menderita sakit keras dan berhenti jadi guru. Aku tidak membahas mengenai penyakit yang diderita kakakku, karena akan ada pembongkaran aib perihal suami dan rumah tangganya disini. Uang 7 juta yang awalnya akan aku gunakan untuk masuk perguruan tinggi swasta, harus aku relakan untuk menyembuhkan kakakku. Sesak rasanya dadaku, rela tidak rela untuk merelakannya. Tapi pada akhirnya aku berpikir bawha alangkah indanya

berkorban itu. Aku menunda kuliahku. Iri rasanya melihat teman-temanku yang lain sudah berkuliah. Pernah ada seorang teman yang menjauhiku karena aku bukan seorang mahasiswa saat itu, padahal saat masa sekolah ia sering meminta bantuanku. Dia bilang bahwa apa yang aku punya saat itu bukan apaapa dibanding dengan ilmu yang ia punya. Tapi aku harus menerima dan menjalani apa-apa yang sudah digariskan oleh Allah untuk hidupku dan semunya itu adalah sebuah kebaikan measkipun kelihatannya terasa pahit untukku. Pada akhirnya, bahwa setiap ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya adalah untuk kebaikan hamba-Nya baik itu di dunia, maupun di akhirat. Do'a yang awalnya terucap agar masuk perguruan tinggi berubah menjadi menjadi pengharapan akan kesembuhan kakakku. Semoga allah mengabulkan setiap doaku meski saat ini aku masih menanti agar do;a itu terkabul. Dan aku tetap yakin bahwa semua itu akan terkabul meskipun kelak.

Perjuangan ku
Aku memutuskan untuk menunda kuliah ku dan mengubur angan ku untuk merasakan bangku kuliah saat itu. Aku mulai berfikir bagaimana caranya dan apa saja yang harus aku lakukan agar uang ku terkumpul untuk kuliah pada tahun berkuliah pada tahun berikutnya. Aku melanjutkan profesi ku sebagai guru bimbel. Aku mulai mengajar mulai dari jam 1 siang hingga 8 malam dengan membagi waktu itu menjadi 3 gelombang. Ada sekitar 20 anak didik yang ku ajar, dengan bayaran 80.000 per anak. Ada beberapa anak yang free karena memang sudah tidak memiliki ayah, semoga itu menjadi amal ku, amin ya Allah Saat itu, Bapakku tidak memiliki penghasilan karena sudah tidak kuat untuk bekerja, untuk memperbanyak barang dagangan pun harus mempunyai modal.. Orang tua ku hanya mendapat penghasilan dari buang benang di kompeksi depan rumah kami. Setiap pagi aku membantu mereka. Miris rasanya, harus melihat ibu ku memanggul bahan hingga karungan. Sementara kakak ku yang

berpenghasilan, masih sakit saat itu, bahkan hingga kini. Kedua kakakku yang lain, hanya ibu rumah tangga yang mengharapkan uang dapur dari suamisuaminya. Pada bulan Febuari 2011, tawaran mengajar di sebuah TK datang menghampiriku. Awalnya aku merasa tak mampu untuk mengajar TK, karena ku pikir bertolak belakang sekali dengan kepribadian ku yang keras. Akhirnya dengan pertimbangan untuk mempertajam ilmu dan pengalaman ku serta untuk menambah tabungan persiapan kuliah ku, aku menerima tawaran itu. Aku mulai mengajar dari jam 07.30 hingga 11.30. Lengkaplah seluruh waktu ku untuk

mengajar, dari pagi hingga malam. Hanya ada celah sedikit untuk shalat dan makan. Letih, jenuh, bosan sangat-sangan aku rasakan. Tak ada lagi waktu bermain-main bersama teman-teman ku, berkumpul bersama teman-teman, sampai-sampai aku dibilang sombong karena itu. Dibalik rasa letih dan jenuh, muncullah rasa menyenangkan dan tentram dalam hati ku dikala aku sedang mengajar. Rindu rasanya jika aku harus sakit dan libur mengajar. Gundah rasanya dikala banyak murid-murid ku yang tidak masuk untuk belajar. Kesenangan, ketentraman, dan kerinduan dalam mengajar itu mulai muncul sejak aku mengajar TK. Mungkin karena jiwa anak-anak yang bersih, tutur kata dan tingkah laku yang polos, senyum yang selalu menampilkan ekspresi ceria, tangis yang menunjukkan kesenduan. Itu semua yang sedikit banyak merubah kehidupan dan pola pikir ku. Aku selalu berpikir bahwa dunia ini adalah kepalsuan, begitu banyak diri sendiri yang mementingkan diri sendiri, diri sendiri yang hanya bisa komplen dengan diri orang lain, tapi tak kutemukan sikap seperti itu pada anak-anak didikku. Disela-sela kesibukan ku mencari uang, aku belajar mengulang materi dan menggali ilmu akademik yang dulu aku dapatkan pada masa sekolah. Aku perkuat diriku dengan benteng iman dan keyakinan akan kehendak Allah. Aku mulai merasa bahwa hidup ini adalah sebuah keihlasan. Tanpa keihlasan, apa pun yang menjadi ikhtiar ku akan berakhir sebagai suatu kesia-siaan. KEIKHLASAN itulah yang benar-benar aku usahakan untuk aku tanamkan dalam jiwaku agar bisa menerima tiap-tiap takdir yang Allah gariskan padaku.

Aku Masuk Perguruan Tinggi


Setahun beralalu, disaat wajahku banjir oleh air mata yang menetes dipipiku karena ketundaanku berkuliah. Tapi sejak saat itu pula aku berjanji dalam hati ku tidak akan pernah menangis karena takdir, tapi ternyata sulit untuk menepati janji itu. Bulan Juni adalah waktu terakhir untuk mengikuti ujian tes saringan masuk UIN, aku ingin sekali kuliah disana. Tapi karena dilema akan waktu belajar disana yang daripingga sore, dan ku perkirakan aku akan pulang malam jika aku kuliah disana, aku tidak jadi ikut ujian itu. Aku tidak akan sempat untuk mengajar TK bahkan bimbel sekali pun sehingga aku tidak akan punya penghasilan apa pun untuk membiayai kuliah ku. Ku jatuhkan pilihan ku pada UHAMKA, meskipun kupikir biayanya mahal menurutku dan cukup mencekik leher orang-orang golongan seperti ku, dengan Bismillahirrahmaanirrahiim ku langkahkan kaki untuk daftar kuliah di sana. Alhamdulillah, bekalku cukup untuk membayar uang muka yang diajukan UHAMKA. Tanggal 20 September aku memulai kuliah ku yang pertama kalinya di bangku UHAMKA. Masih teringat dan sepertinya akan selalu kuingat saat Pak Alfian Tanjung sebagai dosen Landasan Ilmu Pendidikan yang saat itu adalah dosen yang pertama kali masuk dalan kelasku. Ada chemistery tersendiri yang beliau pancarkan dari dalam dirinya. Ada banyak hal yang membuat dirinya beda dari dosen lain. Beliau selalu menegakkan Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber, dan yang paling aku sukai beliau tidak pernah tidak masuk sehingga tidak mengecewakan aku yang jauh-jauh berangkat dari rumah dan

mengeluarkan uang untuk ongkos ke kampus. Benar-benar sangat menghargai

perjuangan mahasiswa-mahasiswanya. Beliau juga yang memberikan tugas ini, tulisanku tidak akan pernah ada tanpa adanya Pak Alfian. Kisah hidup ku tidak akan pernah tertulis dalam kertas ini tanpa adanya beliau. Angan-angan, harapan, cita-cita serta prospek-prospek hidup hebat pun tidak akan pernah mulai aku fikirkan saat ini tanpa adanya Pak Alvian. Aku akan menulis apa-apa saja yang akan lakukan nanti, ketika aku mencapai gelar, ketika gelar sudah ku sandang, dan ketika apapun bisa aku lakukan dengan gelar. Gelar yang menurut ku pribadi adalah hal yang paling sepele tapi di Indonesia, diutamakan.

Kegiatanku di Tahun 2011


Kini di usiaku yang sudah 19 tahun, aku sudah berkuliah semester 1 di UHAMKA, aku duduk di kelas Biologi 1a. Dikelas ini aku mengenal Pak Alvian sebagai dosen landasan ilmu pendidikan, yang mengantarkan aku sehingga terlahirnya tulisan ini. Jarak dari rumahku ke kampus Limau cukup jauh tapi juga cukup dekat jika dibanding dengan teman-temanku yang harus menempuh waktu selama 4 jam untuk bisa sampai kampus. Aku tinggal di daerah Tambora Jakarta Barat. Aku harus menempuh waktu satu setengah jam untuk sampai ke kampus. Setiap pagi setelah shalat subuh aku mengurus keponakanku mandi dan juga keperluannya sekolah. Kenapa aku yang mengurus? Yaah karena kakakku, ibu dari keponakanku itu sedang sakit. Setelah itu aku bergegas untuk mengajar TK yang jaraknya tidak jauh dari rumahku, hanya 10 menit dengan berjalan. Aku mengajar TK 2 sif, pertama TK B mulai jam 07.30 hingga 09.30, lalu lanjut TK A mulai jam 09.30 hingga 11.30. Sepulang dari TK, aku hanya mengganti tas lalu berlomba dengan waktu agar tidak terlambat sampai kampus. Aku harus berjalan menuju halte secepat mungkin. Kurang lebih 10 hingga 15 menit perjalanan menuju halte. Jika terlalu lama berjalan, akan terlalu banyak juga orang-orang yang mengantri untuk naik transjakarta, artinya semakin lama pula aku sampai kampus. 50 hingga 60 menit di dalam bus, aku akan sangat cemas jika siang hari itu Jakarta sedang dilanda macet. Selama dalam bus aku sering tidak mendapat rezeki untuk duduk. Aku harus berdiri sampai terminal blok m. Jika Allah memberiku rezeki untuk duduk, aku memanfaatkannya untuk membaca apapun yang malam harinya sudah kurangkum dalam selembar

kertas, sehingga ketika di bus aku tidak repot-repot lagi mengeluarkan buku dan menjadi lebih praktis. Lumayan menambah ilmu yang ku punya dengan cara mudah dan aku juga tidak perlu mengulang pelajaran terlalu banyak ketika ujian tiba. Tapi terkadang, jika aku terlalu merasa lelah sehabis mengajar TK dan langsung berangkat ke kampus, aku tertidur di dalam bus, karena ku pikir aku harus mengumpulkan energi untuk berpikir dan memaksimalkan kerja otakku ketika aku sampai di kampus dan mulai belajar. Sampai di terminal, aku masih harus menunggu metro mini yang mengantarkanku ke kampus. Terkadang aku harus mengejar metromini yang sudah jalan ke depan terminal, karena pasti akan makan waktu lebih lama lagi jika aku harus menunggu metromini berikutnya. Sesampai di kampus, aku langsung ke masjid untuk shalat dzuhur, lalu masuk kelas dan memenuhi kebutuhanku untuk belajar. Pulang dari kampus, aku langsung disambut oleh anak-anak didik bimbel yang sudah menantiku dengan antusias untuk belajar. Tidak tega dan tidak adil rasanya jika aku harus kalah dengan rasa letih karena aku selalu berusaha meyakinkan diriku bahwa rasa keingintahuan mereka dan semangat belajar mereka, keinginan mereka memperoleh ilmu dariku jauh lebih besar daripada hasrat letihku. Dan kegiatan itu semua kulakukan secara permanen setiap hari. Saat ini semangatku begitu menggebu untuk mencari ha-hal apapun yang tidak kuketahui mengenai pendidikan, meski terkadang rasa malasku dapat mematahkan semangatku untuk belajar, rasa letih yang terlalu, kadang membuatku melalaikan tugas-tugas. Dengan tekad yang kuat kuberusaha untuk mengalahkan segala sifat jelek yang melekat dalam diriku. Aku gantungkan harapanku kepada Allah yang memiliki

hidupku dan sebagai satu-satunya dzat yang berhak menentukan takdir hidupku. Karena setiap apa yang Ia takdirkan untuk hamba-hamba-Nya akan membawa kebaikan.

Cita-Citaku
Sejak SD aku bercita-cita untuk menjadi dokter, aku ingin sekali menyelamatkan jiwa orang banyak dan mendedikasikan jiwa ragaku untuk dunia medis. Cita-cita itu begitu menggema dalam dadaku. Orang tuaku hanya bilang gantungkanlah cita-cita ku apapun itu meskipun sangat mustahil bagi diriku dan juga keadaan keluargaku. Seiring berjalannya waktu dan dan kedewasaan diriku aku makin memahami dan mengerti bahwa cita-cita itu tidak mungkin diwujudkan dalam hidupku. Bukannya aku menyalahi atau mendahului takdir, karena sesungguhnya aku tetap yakin bahwa bukanlah suatu mustahilan bagi Allah untuk menjadikan aku apapun yang Dia inginkan dan mewujudkan segala sesuatu yang aku harapkan. Meskipun cita-cita itu tidak dapat kuraih, setidaknya aku akan berusa sekuat mungkin agar aku dapat mewujudkan apapun yang menjadi cita-cita anak-anakku kelak. Biarlah keinginan untuk menyelamatkan jiwa manusia aku subtitusikan dengan label lain yaitu seorang yang bijak yang maknanya sama dengan menyelamatkan jiwa manusia, aku berjanji untuk menjaga diriku, keluarga, dan orang-orang terdekatku untuk tidak tidak menyakiti mereka, dan tidak membuat mereka terluka baik jiwa maupun fisik mereka, baik melalui ucapan maupun perbuatanku. Meskipun jauh berbeda dengan predikat dokter, dan gelar dokter tidak aku dapatkan, akan ada kepuasan dalam hatiku

jika janji itu terpenuhi. Aku akan bergelar penyelamat tanpa teknis medis. Aku memantapkan hatiku untuk menjadi seorang guru. Setelah menduduki bangku kuliah dan banyak menyadari bahwa guru adalah istimewa dari yang teristimewa, aku mulai memikirkan bahwa profesi guru adalah alat bagiku untuk merubah nasib agamaku, keluargaku, dan bangsaku. Aku pikir, Allah sedang memberikan PR padaku. Perjalanan kuliah ku merupakan PR untukku, bagaimana caranya aku harus menjadi guru profesional untuk agama,keluarga, dan juga bangsaku. PR itu akan terjawab setelah aku mendapat gelar sarjana. PR yang menentukan kredibilitasku sebagai guru. Aku menjabarkan PR-PR yang harus ku kumpulkan kepada orang banyak, ku tuliskan diatas perjalanan menuju Spd, dan harus mulai kukerjakan saat ini juga. 1. menjadi guru yang bertaqwa 2. menjadi guru yang beraklak islami dan berbudi pekerti 3. menjadi guru yang menjunjung tinggi Al-quran 4. menjadi guru yang menegakkan nilai-nilai islam kepada anak didik 5. menjadi guru yang memiliki jiwa jihad 6. menjadi guru yang pantas untuk digugu dan ditiru 7. menjadi guru yang bijak dalam menyikapi tingkah laku murid-muridku 8. menjadi guru yang selalu berlaku adil dan menanamkan jiwa keadilan terhadap anak didik 9. menjadi guru yang penuh kecintaan dan memliki jiwa guru sejati 10. menjadi guru yang tidak materialistis

11. menjadi guru yang menguasai materi pembelajaran dan pandai menyampaikan materi 12. menjadi guru yang siap dikritik jika memang melakukan kesalahan 13. menjadi guru yang selalu belajar dan tidak berhenti untuk belajar 14. menjadi guru dimana pun, tidak hanya di dalam kelas 15. menjadi guru yang memahami setiap perbedaan yang dimiliki anak-anak didik Mungkin masih banyak lagi kriteria guru yang boleh disebut sebagai guru professional, tapi hal-hal yang aku daftarkan diatas, aku akan berusaha keras untuk menanamkan dalam jiwaku bahwa aku aku harus menjadi guru professional, bukan hanya sekedar menjadikan guru sebagai profesi. Bukan menjadi guru yang hanya mencari uang, tapi guru yang menjadikan anak didiknya sebagai orang yang berilmu dan berkarakter.

Hal-hal yang ingin kuraih selama perjalanan hidupku menuju 2030


Sedari lulus SMA aku sudah berjanji dalam diriku, dan aku juga berjanji untuk menepatinya. Aku akan mahasiswi yang super, aku akan menjadi mahasiswi hebat yang cerdas dan rendah hati. Aku akan lulus dalam waktu kurang dari 4 tahun, selambat-lambatnya adalah tepat 4 tahun. Aku besikeras agar tidak mengulang satu pun mata kulaih, karena kupikir begitu merugikan. Dalam hal materi, karena aku merasakan sekali betapa letih dan sulitnya mencari uang, terlebih lagi akan sangat sia-sia membuang waktu yang dapat dipergunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Dan yang paling mengenaskan adalah perasaan kedua orang tuaku jika harus menyaksikan kegagalan anaknya. Sebisa mungkin aku menghindari itu semua. Aku akan mendapatkan beasiswa melalui prestasiku, tentunya dengan perjuangan doa dan belajar. Aku akan berusaha untuk tidak mengulang satu mata kuliah pun. Aku membayangkan memasuki ruang wisuda, memakai toga, dan

memegang IPK lebih 3,5 dengan diiringi senyuman bangga yang dibentuk oleh bibir kedua orang tuaku, dan membuat ibu juga bapakku berkata-kata dalam hatinya seraya mengatakan bangga aku mempunyai anak sepertimu. Mungkin saat-saat seperti itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan rasa banggaku atas segala apa yang telah dilakukan kedua orang tuaku untukku dan juga anak-anak mereka yang lain, tapi setidaknya jika semua itu dapat kuwujudkan akan menjadi pelipur lara untuk orang tuaku dan juga menjadi pengobat atas sakit hati yang mereka rasakan karena perbuatan dan ucapan

dan juga perbuatanku selama ku ada di dunia. Saat hari wisuda itu orang tuaku akan berdiri di depan podium karena aku termasuk mahasiswi berprestasi. 3,5 tahun lagi fotoku akan terpajang diruang keluarga, disamping foto kakak-kakakku yang sudah lebih dulu menyelesaikan pendidikannya. Foto-foto itu sebagai hiburan untuk orang tuaku, dan menunjukkan betapa berhasilnya mereka mendidik anak-anak mereka dengan penuh kasih, dibalik segala kekurangan yang mereka miliki, mereka dapat menghasilkan ribuan kelebihan untuk anak-anak mereka yang telah mereka tanamkan sedari aku dan kakak-kakakku terlahir di dunia. Setelah aku di wisuda, akan banyak sekolah-sekolah yang mencariku, akan ada ribuan anak didik yang membutuhkan ilmu dariku. Aku mengajar disebuah sekolah SMA ternama dan bermutu tinggi.

Harapan Harapanku
Setiap manusia mempunyai harapan dan juga angan-angan dan menjadikannya sebagai suatu kenyataan, tak terkecuali diriku. Mungkin aku tidak memiliki kekuasaan dan materi apapun agar setiap harapan dan semua angan-anganku menjadi kenyataan. Aku merasa masih sangat beruntung dan bersyukur, karena aku memiliki banyak harapan dan angan-angan dan selalu berusaha sekaligus berdoa untuk menjadikan semua itu sebagai suatu kenyataan. Sejak kelas 2 SMP sampai sekarang, Alhamdulillah aku mengajar TK dan juga bimbel dirumah.

Pertama.
Disaat aku lulus kuliah, dan menyandang gelar Spd. yang mengikuti nama belakangku, dan saat aku sudah dikenal sebagai seorang guru di sekolah favorit di Jakarta, dan tentu saja sebagai seorang guru TK yang cukup lama berkecimpung di dunia PAUD, mendedikasikan diri menjadi seorang pendidik yang penuh keikhlasan memberikan ilmu kepada semua peserta didiknya. Disaat usiaku 24 tahun, saat itu pula aku berharap akan ada seorang laki-laki yang sempurna dimata Allah dan telah dituliskan di Lauhul Mahfudz olehNya sebagai jodohku, sebagai imam dalam hidupku, sebagai ayah dari anak-anakku yang terlahir dari rahimku, dan sebagai seorang suami yang mengantarku ke surga karena pengabdianku sebagai seorang istri. Seorang laki-laki yang soleh dalam beribadah, cekatan dan teliti dalam bekerja, lemah lembut dalam bertutur, tegas dalam bersikap, pandai dalam berpikir, tepat dalam mengambil keputusan, laki-laki yang dan aku pun menjadi perempuan yang baik pula untuknya. Aku berharap ia datang kepada orang tuaku dan meminangku untuk menjadi istrinya, dengan tujuan karena Allah ia mencintaiku, dengan ridho Allah dan ridho kedua orang tua kami, ia mempersuntingku. Aku akan menikah dengannya disebuah masjid dan bapakku yang akan menikahkan kami. Disaksikan dengan sanak saudara, dan kerabat yang mendoakan pernikahanku. Dengan restu kedua orang tua kami dan disertai doa yang mengiringi pernikahanku. Tiga hari kemudian setelah ijab qobul, aku dan suamiku akan duduk di pelaminan, menyalami setiap

tamu yang datang mendoakan kami dengan gaun dan jas pengantin yang indah, kami akan jadi mempelai yang paling bahagia dan saling menatap dengan penuh cinta dan tatapan halal. Setelah menikah, aku akan mengikuti suamiku kemana pun ia pergi, aku akan tinggal bersamanya, merajut rumah tangga yang sederhana. Setelah menikah, aku akan memiliki orang tua lagi, yaitu ibu dan bapak mertuaku. Aku akan berusaha keras untuk menghormati mereka sebagaimana aku menghormati ibu dan bapakku. Aku pun berusaha untuk tidak menyakiti mereka dan bersikap baik terhadap mertuaku, karena Allah dan Rasul-Nya dan juga untuk menjaga kehormatan suamiku. Disebuah rumah sederhana, kehidupan kami akan diisi dengan ketenangan hati karena Allah yang tentunya menyertai kesenangan raga kami. Apapun usaha laki-laki yang menjadi suamiku nanti, aku akan berusaha untuk menjalankan apa yang selalu dijalankan oleh istri Rasulullah, yang selalu menjadi pelancar bagi usaha suaminya melalui shalat Dhuha. Disana tempat aku berjumpa dengan Allah, mengharap kebahagiaan lahir dan batin untuk kehidupan keluargaku. Mengharap kelancaran untuk setiap usaha yang dilakukan suamiku untuk keluarganya. Berdoa agar Allah menurunkan rezeki-Nya dari langit, mempermudah jalannya rezeki ketika terhadang kemacetan, dan mengeluarkan rezeki itu saat masih dalam perut bumi. Akan lahir anak-anak kami yang setiap harinya membawa berkah, Saat melahirkan aku didampingi dengan ibu ku dan juga disaksikan bapak juga suamiku di luar ruangan yang berdoa untuk keselamatanku dan juga anakku. Akan

kami beri nama anak-anak kami dengan nama yang indah, nama yang penuh doa dan mengandung kebaikan sebagaimana orang tua orang tua kami memberikan nama untuk kami. Suara adzan yang terucap dari mulut suamiku akan menjadi suara yang paling indah didengar telinga anak-anak kami. Sebagai seorang ibu yang berperan sebagai pendidik yang pertama, aku berjanji akan kudidik anak-anakku menjadi anak-anak yang soleh dan solehah. Kuperkenalkan mereka dengan Allah dan rosulNya, dan juga dengan kitabNya. Aku dan suamiku akan

menyekolahkan anak-anak kami hingga jenjang pendidikan yang tinggi hingga lulus menjadi sarjana. Akan kami kembangkan setiap bakat yang mereka miliki ke tujuan yang positif, kami akan menjadi orang tua yang bertidak sebagai motivator untuk mereka dikala mereka membutuhkan dorongan. Anak-anak kami akan menjadi orang besar dengan kerendahan hati mereka. Itu semua sebagai tabunganku untuk di akhirat kelak. Ketika Allah bertanya kepada anak-anakku apa saja yang telah dilakukan kedua orang tua kalian terhadap kalian selama di dunia?, mereka akan menjawab kedua orang tua kami melakukan yang terbaik untuk hidup kami, kedua orang tua kami mengajarkan ilmu agama untuk bekal kami di akhirat, mengajarkan kami ilmu dunia juga untuk bekal kami di akhirat, menjadi orang tua yang sempurna untuk kami.. Aku akan tetap mengajar dan menjadi guru bimbel setelah menikah, tentunya setiap kaki yang ku langkahkan tidak lepas dari izin suamiku. Dengan pembagian waktu yang lebih banyak untuk keluarga, bagaimana pun aktivitas diluar

keluarga adalah tidak wajib untuk kulakukan karena aku sangat menyadari betul dengan kodrat ku sebagai perempuan, istri, dan juga seorang ibu. Suamiku akan mendukung setiap perihal baik yang aku lakukan, untuk agama kami, untuk keluarga kami, dan juga untuk orang lain. Akan ada musola kecil dalam rumah kami, yang dapat digunakan sebagai tempat yang indah bagi keluargaku untuk bertemu dengan Allah, merendahkan diri dihadapan Allah, menyadari bahwa diri kami begitu kecil dan tidak ada apa-apanya dibanding dengan kekuatan Allah. Mushola yang menjadi tempat yang didatangi diriku dan juga suamiku setiap malam dikala kami melaksanakan sholat tahajjud.

Kedua.
Tahun 2022, saat aku berusia 30 tahun, tentunya saat anak pertamaku sudah balita, aku bercita-cita untuk melanjutkan kuliahku menjadi S2 tentu saja atas izin suamiku. Aku ingin melanjutkan sekolah S2 ku setelah anak pertamaku berusia balita, karena aku tidak ingin menyiakan waktu untuk mempunyai anak, aku harus melaksanakan kewajibanku sebagai istri dan segera menjadi ibu dari anak suamiku. Aku tidak ingin hanya karena rencanaku yang melanjutkan kuliah S2 lantas membuatku lupa bahwa saat itu aku adalah seorang istri dan tentu saja suami serta kedua orang tua kami mengharapkan agar aku cepat memiliki anak. Jika suamiku tidak mengizinkan, aku akan berusaha

meyakinkannya bahwa aku bisa, dengan tidak melupakan kodratku sebagai perempuan dan seorang istri. Aku melanjutkan pasca sarjana ku disebuah pergeruan tinggi negeri, rencanaku adalah di UNJ. Selama melanjutkan sekolah, setiap pagi aku akan bangun lebih awal lagi dibanding biasanya. Menyiapkan sarapan untuk anak dan suamiku. Menyiapkan keperluan suamiku sebelum berangkat bekerja, dan

keperluan anakku sebelum berangkat sekolah. Saat itu anakku berkisar sekolah TK. Aku akan mengantar anakku ke sekolah sekaligus aku mengajar di TK. Siangnya aku menitipkan anakku kepada orang tua, jika memungkinkan aku akan membawa anakku untuk mengajar di sekolah SMA. Sore harinya, aku akan pulang sebelum suamiku pulang. Aku sudah merapikan diri dan juga anakku. Aku akan menyambut suamiku dengan senyuman, dan juga tawa riang dari anakku karena ayahnya sudah pulang. Aku cium tangannya lalu menyuguhkan minuman untuk mendinginkan pikirannya setelah seharian bekarja. Ku genggam

tangannya seraya menghangatkannya yang seharian berada diluar. Kusiapkan handuk dan pakaian untuknya mandi agar tubuhnya bersih. Setelah itu aku, suamiku, dan anakku berkumpul di ruang keluarga. Menceritakan apa saja yang kami alami hari itu. Berbagi suka dan duka yang kami rasakan saat berada di luar rumah. Aku memilih kuliah pasca sarjana pada hari sabtu dan minggu. Aku tidak ingin seluruh waktuku hanya untuk kepentinganku saja, sehingga akhirnya membuat urusan keluargaku menjadi tidak terarah. Keluarga menjadi prioritas utamaku.

Aku akan menjalankan sekolah S2 ku dengan catatan tidak lantas menyita waktuku dan juga tidak membuat suamiku kehilangan sosok istri, terlebih lagi anakku yang menjadi kehilangan sosok dan peran ibu sebagai wanita yang menjadi pendidik utama bagi dirinya. S2 yang kuambil adalah pendidikan Bahasa Inggris. Aku ingin dapat lancer berbahasa asing. Aku ingin setidaknya ada satu bahasa asing yang mengiringi perjalanan hidupku. Aku berpikir Bahasa Inggris akan menjadi jembatan bagiku untuk meraih sesuatu yang besar, sedari masa sekolah aku sangat menyadari betul akan ketidakmampuanku berbahasa Inggris yang notabennya menjadi Bahasa Internasional. Dengan pandai berbahasa asing akan memudahkan langkahku untuk melakukan hal-hal hebat yang

berhubungan dengan dunia internasional. S2 ku akan selesai 2 tahun kemudian. Suami, anak, dan orang tuaku akan akan tersenyum haru menyaksikanku menyandang gelar magister. Hal itu juga kan menjadi contoh serta motivasi bagi anakku betapa pentingnya pendidikan itu untuk dijunjung dan betapa berharganya ilmu, serta betapa menyenangkannya menuntut ilmu.

Ketiga.
Setamat S2 ku sekitar tahun 2024, aku kembali memfokuskan diriku dalam urusan keluarga. Saat itu anak pertamaku mulai memasuki usia SD. Saat anakku pertama kali mendudukkan dirinya di bangku

Sekolah Dasar, aku dan suamiku lah sebagai orang pertama yang mengantar dan mendampinginya selama ia dalam masa orientasi. Anakku tidak akan kehilangan peran orang tuanya sekecil apapun urusannya dan selalu membuatnya merasa bahwa ia memilki orang tua yang utuh. Itulah salah satu caraku menjaga keharmonisan keluarga kami dan menjalin ukhuwah antara orang tua dan anak. Aku dan suamiku sebagai orang tuanya yang pertama kali memberinya motivasi dalam bersekolah. Anakku akan ku daftarkan di sekolah Madrasah Ibtidaiyah seperti dulu semasaku sekolah dasar. Aku ingin anakku mendapatkan pendidikan agama yang lebih dibandingkan dengan sekolah reguler. Tentunya lembaga yang paling banyak memberikan pendidikan itu adalah keluarga, dan aku juga suamiku tidak akan mengabaikan hal itu. Kujaga anakku sedari dini dari segala hal yang membuatnya menyimpang dari syariat agama Islam. Di tahun 2024 juga, aku akan melahirkan anak keduaku. Aku tidak menentukan rezeki sendiri yang sebenar-benarnya adalah datangnya dari Allah. Aku hanya berusaha agar semua yang terjadi dalam hidupku berjalan lancar dan juga beralur. Karena aku tidak ingin semuanya kuraih sehingga menyebabkan semuanya berantakan karena diriku yang tidak dapat mengaturnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Aku melahirkan

anakku yang kedua masih didampingi oleh ibuku, dan didoakan suami serta bapakku yang mengharapkan keselamatanku juga anakku. Setelah lahirnya anak keduaku, sejenak aku akan menghentikan aktivitasku diluar rumah. Merawat kedua anakku terlebih lagi anak keduaku yang masih bayi yang harus meminum ASI secara eksklusif. Tidak mungkin, jiika aku harus merepotkan ibu ataun ibu mertuaku dengan terus menerus meminta pertolongan kepada mereka yang harus mengurus kedua anakku sekaligus. Saat itu, kebanyakan waktuku berada di rumah. Tentunya aku ingin ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa kulakukan. Merawat suamiku, melaksanakan tugas-tugas rumah tangga. Mendidik anakku yang sudah bersekolah. Memberikannya lebih banyak motivasi belajar untuknya karena saat itu ia akan bertatap dengan ibunya dalam waktu yang lebih banyak dari biasanya. Membantunya saat kesulitan ketika ia mengerjakan tugas sekolah di rumah. Merawat dan menjaga anakku yang masih bayi, kupastikan kasih sayangku tercurah untuknya sama halnya seperti kasih sayang yang kuberikan kepada anakku yang pertama. Kutanamkan nilai agama kepadanya sedari bayi, kuajak ia mendengarkan orang tuanya mengaji, kuperintahkan kakaknya untuk sering membacakan sholawat agar didengar adiknya. Kukenalkan ia dengan pendidikan duniawi disaat aku sedang mengajar kakaknya di rumah. Aku akan berjuang agar kedua anakku menjadi anak yang membawa kemaslahatan bagi orang banyak disetiap langkahnya. Tuturnya menjadi suatu yang berisi, diamnya menjadi suatu yang penuh makna. Suamiku akan

menjadi orang yang melatarbelakangi kekutanku, Ia menjadi sumber dari setiap hal besar yang kulakukan untuk anak-anakku. Segala apa yang aku lakukan bukan semata karena kekuatanku saja tapi juga suamiku. Lakilaki yang paling hebat bagi diriku, juga anak-anak kami.

Keempat.
Masih di tahun 2024, selama berada dalam rumah, aku ingin ada suatu yang bermanfaat yang dapat kulakukan dan sesuatu itu akan menjadi salah satu hal hebat yang pernah ku lakukan dalam hidupku. Aku akan mencoba membuat buku. Sedari kecil, aku menyuakai matematika. Saat masih usia TK aku sudah dilatih berhitung oleh bapakku, sudah dapat menghafal perkalian dengan metode jari. Sebelum memasuki perguruan tinggi, aku sempat bimbang dengan jurusan yang akan ku ambil. Antara matematika atau biologi. Dengan meneguhkan hatiku juga dengan Bismillah aku melangkahkan kaki menuju biologi. Tapi selama berkuliah aku tetap mendalami matematika karena kesukaanku terhadap pelajaran itu. Aku berusaha menulis sebuah buku dengan judul Metode Mudah dalam Memecahkan Matematika. Didalamnya berisikan sistem yang mempermudah pengerjaan matematika, dalam buku itu juga berisi cara-cara mudah dan singkat dalam memecahkan soal. Tentunya buku itu bukan hasila diriku sendiri. Selain semua ilmuku yang akan kutulis dalam buku itu, aku juga tidak akan menghilangkan jasa guru-guru yang mengajarku matematika dulu. Aku akan menghubungi mereka dan

kembali belajar setiap metode yang belum ku ketahui.

Dalam kata

pengantar buku itu, akan kuucapkan rasa syukur terhadap Allah, yang berkenan memberikan segala terbaik untuk hidupku dan juga keluargaku. Untuk Allah yang memberikanku kecerdasan dalam berpikir, serta jiwa yang kuat, dan iman yang membuat ilmuku bermanfaat. Ungkapan terima kasihku untuk ibu dan bapakku yang telah ikhlas mendidikku dan menjadikankuanak yang bermanfaat. Lalu untuk suamiku yang menjadi penguat dissat ku lemah, menjadi obat ketika ku sakit, menjadi motivator dikala aku gagal. Untuk anak-anakku yang selalu membawa kehangatan dalam hidupku, menjadi pelipur disetiap laraku, dan menjadi teman dikala aku sedang menulis buku itu. Yang tidak aku lupakan adalah ungkapan terima kasih dengan penuh ketulusan untuk guru-guruku yang selama ini membimbingku dan mencedaskan otakku. Dengan segala kerendahan hati dan kecintaan mereka dalam mengajariku. Ku tulis buku ini untuk orang-orang yang ingin belajar metematika dengan mudah. Buku ini akan menjadi teman yang menyenangkan dan menjadi solusi bagi anak-anak yang selama ini menganggap bahwa matematika itu sulit. Sampai saat ini aku masih ingat ilmu menghitung perkalian dari 6 sampai 9 dengan metode jari yang dulu semasaaku TK, bapakku yang pertama kali mengajari itu. Metode itu akan berada dalam daftar isi pertama. Ilmu sederhana, namun besar maknanya untukku. Selain membuatku dapat menghafal perkalian dari usia TK, metode itu berasal dari seorang yang telah menunaikan kewajibannya sebagai seorang ayah yang memberikan

ilmu pertama kali kepada ananknya. Buku itu akan terselip CD video diriku yang sedang mempraktekkan metode-metode mudah yang aku

sampaikan dalam buku agar bagi mereka yang membacanya tidak lantas membuat mereka malah tambah bingung karena hanya membaca saja. Video itu berisi tentang pengajaranku dalam kelas. Jadi, murid-muridku juga ikut berjasa dalam pembuatan buku hebatku. Beberapa bulan kemudian, buku itu sudah sempurna dan siap untuk diajukan pada penerbit. Buku itu akan menjadi best seller disetiap took buku. Aku menjual dengan harga murah bagi anak-anak yang bersekolah di sekolah miskin. Saat itu pula, aku akan menjadi orang yang suka menulis. Bertekad untuk melahirkan tulisan-tulisan yang hebat lagi. Setelah itu aku akan lebih banyak di rumah. Hanya mengajar di sekolah namun tidak banyak mengambil jam pelajaran. Aku mengurus anakku secara intensif selama satu tahun.

Kelima.
Di tahun 2025 aku kembali ingin mengukir sejarah dalam hidupku. Kali ini masih didunia pendidikan. Dengan gelar S2 ku sebagai master Bahasa Inggris, aku akan menjadi dosen pendidikan biologi, tapi kelas internasional. Dengan pembawaan Bahasa Inggris setiap harinya. Disebuah perguruan tinggi aku mendedikasikan diriku. Aku tidak ingin mahasiswaku meraskan kekecewaan kepada dosen saat menempuh perkuliahan, seperti fenomena saat ini yang banyak dosen melalaikan bahkan terkesan masa bodoh dalam memberikan ilmu

kepada mahasiswa-mahasiswa mereka, terlebih lagi mengenai kehadiran para dosen yang acak-acakan. Memang benar, mahasiswa tidak seperti anak SD yang lebih membutuhkan banyak penyampaian, lebih kepada kemampuan berpikir mahasiswa itu sendiri. Tapi, aku tidak kehilangan setiap perkembangan yang diraih mahasiswa-mahasiswaku. Mungkin saai itu aku akan melepas ngajar TK karena menjadi tidak mungkin bagiku untuk mengerjakan semuanya. Harus ada pengorbanan untuk setiap apapun yang ingin diraih. Dengan begitu, setidaknya dapat mengobati sedikit kerinduan anak-anak dan suamiku kepadaku. Lebih banyak pula waktu untuk mengontrol mereka. Aku tetap menjadi SMA ternama dan dosen biologi kelas internasional, dan tetap mengemban tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku akan menerapkan pembelajaran yang lebih memusatkan pada kemampuan terapan. Aku ingin semua anak didikku memahami tentang apa sebenarnya guna dan realisasi dalam kehidupan sehari-hari dari setiap pembelajaran yang mereka dapatkan. Mereka tidak hanya mahir menghafal, tidak juga hanya mahir berhitung, tapi juga mahir dalam pemikiran logika. Pemikiran-pemikiran yang lahir dari logika mereka tidak hanya menjadi kepintaran semu. Melainkan kepintaran yang bermanfaat bagi mereka dan orang banyak bagi kehidupan nyata. Aku akan memberi tugas kepada mahasiswa-mahsiswaku untuk membuat sebuah tugas tulisan mengenai solusi masa depan. Solusi itu bertemakan Menjawab Peristiwa Alam pada Masa Depan. Tulisan-tulisan mereka tentunya akan menjadi sesuatu yang hebat bagi kehidupan mereka dan juga orang banyak nantinya, seperti halnya yang aku lakukan saat ini. Merancang hidupku, agar menjadi sesuatu yang baik

dan serba manfaat, tidak ada kata sia-sia. Mahasiswa-mahasiswaku akan menjawab pertanyaan alam di dunia, bukan hanya di Indonesia. Mereka akan menulis dalam Bahasa Inggris. Segala gejala alam yang terjadi di dunia ini akan dapat mereka tanggulangi dengan ilmu yang mereka punya. Tentunya semua hal itu berawal dari sebuah tulisan yang hanya terlihat seperti rangkaian kata-kata. Tapi, dikemudian hari sebuah penghargaan yang akan menjemput mereka. Sebuah amal soleh yang mereka dapatkan dari yang mereka perbuat. Alam saat ini saja sudah banyak bertanya melalui tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan segala peristiwa lainnya. Semua pertanyaan itu akan dapat dijawab oleh mereka suatu saat nanti. Hingga nantinya aku mengetahui, bahwa semua jawaban itu adalah berasal dari mahasiswa-mahasiswiku, kebanggaan dan keharuanlah yang aku rasakan saat itu.

Keenam.
Cita-citaku sebagai seorang guru professional sudah cukup terealisasi saat itu. Selama satu tahun aku menjadi dosen di kampus. Di tahun 2026, aku akan mencoba sebuah usaha yang menjadi amalku kelak. Saat usiaku yang sudah mencapai 34 tahun itu, aku dan suamiku akan membuat sebuah mini market, mungkin lebih tepatnya sebuah koperasi, karena kami akan menjual barang-barang dengan harga yang tidak begitu mahal. Tapi, masyarakat akan mengenalnya sebagai sebuah mini market. Aku hanya menjual makanan dan barang-barang halal saja. Aku akan menjual barang-barang dari dalam negeri dan lebih banyak berasal dari home industry. Mini market itu akan bernama SUN

MART. Kios itu akan menjadi seperti matahari bagi orang banyak. Masyarakat akan menjadi mudah untuk membelu makanan dan barang halal. Dengan kios itu juga, berarti aku membuka lapangan pekerjaan untuk orang-orang yang menganggur. Semua karyawanku hanyalah orang islam. Kios itu juga menjadi matahari bagi mata pencaharianku. Penghasilannya akan berguna bagi keluargaku. Menyekolahkan anak-anakku. Rasanya memang sulit untuk bersaing dengan mini market mini market besar yang notabennya dimilki orang-orang Kristen. Tapi setidaknya bagi umat muslin yang ingin berbelanja dengan dasar islam akan menjadi mudah. Akan banyak investor-investor muslim yang ingin menginvestasikan hartanya di sun mart, sehingga aka nada banyak sun mart yang dimiliki kami. Mereka memiliki kios yang berlabelkan sun mart, yaitu milikku dan suamiku. Hingga akhirnya sun mart akan berkembang dengan pesat di berbagai daerah. Sebuah mini market berbasis islam dan juga mencintai produk dalam negeri. Dengan berkembangnya sun mart, maka akan lahirlah sebuah sun besar yaitu SUN MARKET. Dengan karier ku yang seperti itu. Aku sudah memiliki uang yang cukup untuk mewujudkan sebuah harapan besar yang membara dalam dadaku sedari aku masih kecil. Aku menghadiahi kedua orang tuaku untuk berhaji. Begitu pula dengan suamiku yang membiayai orang tuanya berhaji pula. Kami memberangkatkan mereka dengan uang halal yang mengalir dari keringat kami. Harta itu menjadi maslahat bagi keluarga kami. Begitu indah kubayangkan wajah meraka yang tersenyum pada kami dikala kami memberikan sebuah tiket menuju rumah Allah, yang merupakan suatu tempat yang indah bagi hari tua mereka. Sebuah harapan yang selama ini mereka panjatkan, selama ini

mereka gantungkan, dan selama ini tidak henti-hentinya mereka ucap dalam setiap doa mereka. Sebuah senyum haru yang mengiringi langkah

keberangkatan mereka karena terjawabnya doa mereka oleh Allah yang disampaikan Allah melalui tangan kami. Diantarkan anak-anak dan cucu mereka menju ke tempat dimana mereka berjumpa dengan saudara-saudara umat muslim sedunia. Alangkah indahnya pertemuan itu. Rasa rindu yang menggebu karena ingin shalat secara dekat sekali dengan kiblat seluruh umat muslim yaitu kakbah. Rindu ingin mengunjungi makam Rasulullah. Berdoa untuk

kemaslahatan diri mereka, keluarga mereka, dan seluruh umat muslim di dunia. Semua itu akan terealisasi dan menjadi suatu yang nyata bagi kehidupan orang tua kami.

Ketujuh.
Tahun 2027, saat itu usiaku sudah menginjak 35 tahun. Sebuah umur yang kurasa cukup matang dan dewasa. Aku tengah hamil anak ketiga. Sambil mengajar di kampus, dan sesekali ikut membantu suamiku untuk mengontrol usaha market kami, aku tidak kehilangan kontak dengan kedua anakku yang lain. Selalu ku tanya kabar mereka dikala aku tidak di rumah. Menyiapkan nama baik untuk calon anak kami, memberikan pendidikan baik meskipun ia masih dalam kandungan. Itu semua kami lakukan sedari anak pertama kami lahir. Kembali merawat anakku dirumah setelah ia lahir. Selalu memberikan semangat untuk suamiku. Saat itu, menulis menjadi kegemaranku. Sambil merawat anakanakku di rumah. Aku akan menyusun kembali sebuah buku. Kali ini mengenai

segala apa yang sudah kuraiah. Aku ingin berbagi kisah hidupku dengan perempuan-perempuan lain, diluar sana yang merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apapun untuk meraih kesuksesannya. Aku akan menceritakan

betapa mudahnya untuk perempuan agar tetap melakukan hal hebat untuk orang banyak, dan tentunya melakukan hal-hal yang jauh- jauh lebih hebat untuk keluarganya, suami, dan anak-anaknya. Mendapatkan ridho Allah, suami, serta orang tua dalam melangkah. Buku ini menjadi tuntunan bagi para perempuan yang ingin membantu suaminya dalam hal materi, tapi tentunya tanpa melupakan kewajiban-kewajiban perempuan sebagai seorang istri dan ibu bagi anak-anak mereka. Buku ini menjelaskan bagaimana cara kita sebagai perempuan memulai kesuksesannya dalam melakukan usaha tanpa

menghilangkan peran suami. Menjelaskan langkah awal yang dapat dilakukan untuk setiap hal hebat yang ingin dilakukan. Tentunya semua itu berawal dari niat. Dari niat itu, maka aka nada jalan yang diberikan Allah. Melalui perantara apapun Allah akan menunjukkan jalan itu kepada kita. Membawa ketentraman kepada hati, agar dapat berpikir dengan jernih, dan tentunya semua yang kita lakukan akan menjadi amal tabungan kita. Dengan tetap melakukan tugasku sebagai istri, dan juga sebagai ibu. Aku akan tetap melaksanakan kewajibanku untuk perempuan-perempuan diluar sana, menemukan kesuksesan di rumah, dan juga di masyarakat. Dalam buku itu tidak ada pendoktrinan mendahului lakilaki, yang ada hanyalah pendoktrinan bagaimana caranya agar dalam hidup ini tidak ada kata sia-sia. Segala ucapan dan perilaku kita akan membawa manfaat dan kebaikan untuk semua orang. Dengan keikhlasan dalam dada, akan

melahirkan anak-anak yang berguna dan membawa kebahagiaan dalam jiwa orang tua mereka. Dengan ilmu yang kita miliki akan menghapus segala pembodohan yang dialami negeri ini. Dengan kekuatan hati akan dapat mengalahkan segala kebathilan orang-orang yang berlaku bathil. Dengan semua itu akan menjadi jalan untuk Islam menemukan kejayaannya. Permpuan akan menjadi tulang rusuk bagi suami-suaminya, menjadi ujung tombak dalam setiap keberhasilan yang diraih oleh suami, dan semua itu akan kupaparkan dalam buku, bagaimana caranya agar perempuan berpikir seperti itu, bukannya malah berpikir bahwa perempuanlah yang menjadi tulang punggung keluarga. Keluarga kita akan sukses dan berhasil dengan tidak menjadikan perempuan sebagai tombak mata pencaharian keluarga. Buku yang berjudul Meraih Kesuksesan Sebagai Wanita Berkarir dengan Bergelar Ibu Rumah Tangga. Sampai akhirnya buku ini diluncurkan, dan akan menjadi bacaan yang dicari-cari oleh perempuan yang berasal dari kalangan manapun. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya melalui buku ini yang menjadi manfaat untuk para perempuan Islam yang ingin berjuang membahagiakan hidupnya serta keluarganya di jalan Allah.

Kedelapan.
Tahun 2028 saat usiaku 36 tahun, Aku memiliki harapan untuk menjadi pemilik yayasan TK dan PAUD bertaraf nasional. Aku akan

membangun TK dan PAUD ditengah kalangan ekonomi rendah dan diperuntukan bagi anak-anak miskin yang tidak mampu mengenyam pendidikan pra sekolah. Mengapa aku ingin sekali mendirikan TKdan juga

PAUD ?. Jawabannya ialah karena aku berpikir bahwa potensi anak-anak usia dini harus dieksplor melalui bentuk ekspresi-ekspresi yang mereka tunjukkan dalam taman bermain. TK merupakan taman bermain dimana anak-anak usia dini saling berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Mereka bisa menuangkan perasaan-perasaan mereka yang tergantung dalam hati dan pikiran mereka. Banyak anak usia dini yang terkekang oleh sikap orang tuanya karena broken home atau faktor-faktor lain yang membuat mereka minder bahkan sangat fatal bagi mental dan jiwa mereka. TK juga merupakan suatu wadah bagi anak-anak usia dini berproses dan bermetamorfosis agar mereka siap untuk memasuki jenjang pendidikan awal yaitu SD, yang sekarang tidak lagi ditemukan guru SD kelas 1 yang dengan penuh kasih sayang serta kesabaran mengajari anak didiknya menulis serta membaca. Zaman sekarang ini yang sangat berperan dan berjasa adalah guru TK. Selain membantu menyiapkan anak didik agar berani dan tidak menjadi pemalu, guru guru TK juga memiliki baban moril yang cukup berat. Karena dituntut untuk menjadikan anak-anak didiknya pandai membaca dan menulis. Tuntutan itu merupakan dilema tersendiri untuk guru TK, karena sekarang sudah tidak ditemukan lagi guru kelas 1 SD yang bersedia mengajarkan membaca dan menulis, kebanyakan guru SD hanya terima bersih dari TK. Mereka hanya tinggal memberikan soal-soal yang cukup rumit untuk diterima oleh anak kelas 1 SD yang tidak mendapat pendidikan terlebih dahulu di TK. Tahun 2028 nanti aku akan mendirikan TK yang tidak hanya

membebani anak-anak usia dini dengan pembelajaran-pembelajaran yamg sangat sulit untuk dimengerti sehingga dapat membunuh

karakteristik TK yang sebenarnya adalah tempat bermain anak dan meluapkan segala ekspresi mereka. Dengan mendoktrin anak-anak usia dini dengan pembelajaran yang sulit dan materi belajar yang begitu rumit juga dapat membunuh jiwa anak dan menjadikan anak stress, anak akan kehilangan jati diri dan juga masa bermain mereka. Aku akan mendirikan TK Islam yang disebut dengan RA (Raudathul Anfal). Aku akan mengisi jiwaku, jiwa guru-guru yang mengajar nanti, dan yang terpenting adalah jiwa anak-anak usia dini yang berasal dari kalangan miskin dengan nilainilai agama dan akhlak-akhlak islami. Mengutamakan pelajaran yang kental dengan nilai-nilai islam. Tidak hanya itu, TK Islam yang aku pimpin juga akan unggul dalam nilai akademik, sehingga seluruh anak didikku merasa sangat siap untuk masuk SD. Tentunya proses menuju unggul itu tidak dengan membunuh jiwa anak dan tidak membuat anak bosan dengan belajarnya. Perjalanan menuju unggulnya nilai akademik adalah dengan metode belajar yang benar, dengan tidak memaksa anak untuk terus belajar sehingga kelamaan anak merasa enggan untuk belajar. Aku akan menyeimbangkan nilai-nilai agama dan akademik yang unggul dengan alat permainan yang tentunya selain sebagai sarana bagi anak untuk bermain dan sebagai alat yang dapat menumbuhkan motivasi anak serta untuk tetap menjaga karakteristik jiwa anak juga dengan permainan yang mengandung nilai edukatif sehingga anak-anak dapat belajar sambil

bermain. Semua harapan ku itu tidak akan terwujud tanpa diimbangi guru yang profesional yang beriman dan menjadikan Al-quran sebagai landasan bahan ajarnya. Aku akan merekrut guru-guru yang memiliki jiwa mendidik dan tidak hanya menjadikan dirinya sebagai tukang ajar, tetapi juga sebagai seorang pahlawan pendidikan yang tidak hanya melahirkan anak-anak yang unggul dalam akademik, tapi juga melahirkan anak yang tinggi daya kreativitasnya dan juga daya kompetisinya, dan yang paling utama adalah melahirkan anak-anak yang bertaqwa dan beraklak karimah.Aku akan membangun semua itu dalam sebuah gedung yang sederhana namun layak, tidak terlalu megah. Gedung yang menjadi ladang amalku dan juga guru-guru yang akan mengajar disana kelak. Melalui misi-misi itu semua, aku akan menuliskan dengan jelas dan besarbesar disetiap ruang kelas dan pintu gerbang sekolah bahwa visi RA yang ku dirikan adalah MENGEDEPANKAN KETAKWAAN ANAK,

KAROMAH DALAM BERAKHLAK, UNGGUL DALAM BERPRESTASI, SERTA BERDAYAKREATIVITAS YANG TINGGI.

Kesembilan.
Berangkat dari pengalamanku mengajar bimbel yang sudah ku mulai sejak kelas 2 SMP, dan kini menjadi sesuatu yang aku sukai dan mendarah daging dalam jiwaku, aku berkeinginan dan menjadi suatu harapan yang sangat bergejolak dalam dadaku. Aku akan membeli sebidang tanah yang luas untuk ku bangun menjadi tempat bimbel yang

akan aku beri nama Quratul Aini. Aku akan membangun tempat bimbel itu dengan kecintaanku dengan mengajar dan menjadikan anak didik pintar dan berwawasan luas karena tidak hanya belajar di sekolah. Anakanak yang kuajar sekarang, ada beberapa yang sudah belajar denganku semenjak kelas 3 SD. Di tahun 2029 aku akan merekrut mereka untuk menjadi pengajar di tempat bimbel yang kudirikan. Anak-anak muridku yang sekaranglah yang menjadi penerus perjuanganku, sedari sekarang aku sudah mulai mendidik murid-muridku yang sudah kelas 3 SMP bagaimana caranya menyampaikan ilmu yang mereka punya kepada adik-adik kelasnya sehingga ketika mereka besar nanti dan disaat Quratul Aini sudah berdiri mereka sudah siap menjadi tenaga pengajar dan sumber ilmu bagi anak-anak didik mereka. Saat itu tiba aku tidak akan terlalu banyak mengambil peran sebagai pengajar di kelas bimbel. Aku lebih banyak mengambil peran sebagai pengawas untuk para pengajar yang mendidik murid-muridku kelak. Aku akan lebih banyak berperan sebagai pembuat sistem untuk pendidikan Quratul Aini. Di lahan yang aku beli akan kubangun gedung yang nyaman dan penuh dengan suasana edukatif. Akan kujadikan menjadi lebih dari 20 kelas. Mulai dari kelas SD hingga SMA. Akan kuwajibkan semua anak didik perempuan memakai pakaian muslimah dan untuk anak didik laki-laki memakai pakaian muslim yang selayaknya. Anak didik laki-laki akan dipanggil dengan sebutan Qurowan, sedangkan untuk anak didik perempuan yang dipanggil dengan sebutan Qurowati. Dengan biaya tidak mahal dan relative murah akan

membuat hidup anak-anak didikku penuh ilmu. Di setiap lantai dalam gedung itu akan ku sediakan mushola untuk ibadah. Setiap 15 menit sebelum pelajaran dimulai diwajibkan untuk membaca Al-quran, dan 15 menit sebelum pulang akan diadakan pelajaran mendalami A-quran baik tentang tajwid maupun hafalan surat-surat pada juz 30. Dengan adanya tempat bimbel ini anakanak didik tidak hanya mendapat bekal ilmu dari sekolah, terlebih lagi mereka akan mendapat bekal ilmu yang dobel, yaitu ilmu dunia dan juga akhirat melalui pembelajaran Al-quran yang diberikan. Kebanyakan tempat bimbel menyediakan contekan untuk para anak didiknya ketika mereka dihadapkan dengan ujian nasional. Padahal langkah yang tepat untuk lulus ujian nasional adalah dengan terus member motivasi yang kuat untuk anak menghadapi soal-soal ujian yang sebenarnya soal-soal itu adalah pengulangan dari setiap pelajaran yang mereka pelajari. Quratul Aini akan menyediakan motivator Islam untuk memberikan pengarahan dan menanamkan keyakinan serta motivasi yang kuat untuk mereka yang akan dihadapkan ujian. Sehingga hal pertama yang mereka lakukan ketika ujian tiba adalah memohon kepada Allah, bukan menyontek. Anak didik yang memiliki keyakinan kuat dalam dada akan lebih siap untuk menjawab soal-soal ujian dari pada anak-anak yang memiliki serentetan contekan yang lengkap. Anak didikku akan merasakan perjuangan jihad dalam dunia pendidikan. Melawan hawa nafsu untuk tidak menyontek dan mengedepankan keyakinannya akan kekuatan Allah. Ku sangat berharap bahwa diriku akan menjadi sebuah

jembatan untuk siapapun yang ingin menuntut ilmu. Ketka aku meninggal nanti, aku kan selalu membawa ilmu yang bermanfaat dan terus mengalir sepanjang ilmu itu menjadi maslahat untuk kehidupan banyak orang.

Kesepuluh.
Di tahun 2030, aku akan membuat sesuatu yang banyak mendatangkan manfaat. Berangkat dari apa yang ku lihat, banyak kecurangan yang mereka ciptakan, membuatku berpikir untuk menjalankan misi ini. Aku akan mencari lahan yang sangat luas untuk pembuatan tower signal simcard telepon genggam. Berawal dari Jakarta, kota besar yang menjadi pusat kehidupan Indonesia. Kubangun sebuah tower besar di lahan sana. Yang ku tahu saat ini, setiap tower simcard yang ada di Indonesia menggunakan pemancar signal yang didatangkan dari luar negeri. Pemilik semcard hanya mempunyai tower saja, bukan pemancar signalnya. Ku usahakan mencari cendekiawan-cendekiawan Islam Indonesia untuk membuat pemancar signal dan mehakpatenkan hasil karya mereka. Karena sesungguhnya saat ini banyak punya luar negeri yang sebenarnya adalah hasil ide dan hasil karya orang Indonesia, lalu dengan berbagai cara entah bagaimana kejadian sebenarnya apapun yang menjadi hak cipta orang Indonesia malah menjadi hak milik orang-orang luar negeri, dan Indonesia malah membeli apa yang menjadi hasil karya mereka kepada orang-orang luar negeri. Pemancar signal sebenarnya hanya sebuah rangkaian listrik parelel yang dihubungkan melalui kabel-kabel yang bermuara pada gardu-gardu dan

dikumpulkan dalam sebuah parabola besar yang dipasang diatas tower agar dapat memancarkan signal ke seluruh wilayah yang terdapat kabel-kabel disetiap gardu. Akan ku buat seperti itu di Indonesia. Negara yang kebanyakan hanya membeli dari luar negeri, di tahun 2030 nanti, aka nada simcard terbaru yang murnu buatan orang-orang Indonesia, mulai dari tower yang besar, pembuatan kartu itu sendiri, serta pemancar-pemancarnya pun adalah hasil karya orang Indonesia. Kebanyakan simcard sekarang melakukan penipuan dengan menawarkan bonus-bonus dari setiap operator. Simcard yang ku buat ini akan membuat orang Indonesia tidak ada yang merasa tertipu dengan mahalnya biaya pulsa yang harus dikeluarkan, malah banyak juga operator simcard yang sengaja memotong pulsa custemernya terlalu banyak dan tidak sesuai dengan penggunaan. Selain mengurangi kecurangan yang ada, kelebihan simcard ini adalah kualitas signal yang jernih dan original karena dibuat dari tangan-tangan orang Indonesia dan merupakan penerapan ide yang dahsyat.

Kesebelas.
Alhamdulillah, sudah mencapai tahun 2030, saat usia ku sudah benarbenar matang dan kehidupanku pun berubah tidak lagi seperti saat aku berada di tahun 2011. Saat aku berada di ufuk jam 8 pagi dalam perumpamaan usia dan pencapaian hidup. Sedangkan di tahun 2030 aku sudah berada di ufuk jam 12 siang. Waktu menunjukkan terik yang menyengat, matahari yang memancar begitu terang dan memberikan energi cahaya dan panas untuk seluruh lapisan bumi. Seperti itulah hidupku saat itu. Menerangi orang-orang sekelilingku,

terutama suami dan anak-anakku serta orang tua-orang tua ku. Dari segala hal yang telah kucapai, ada satu hal yang luar biasa yang akan ku laksanakan di tahun 2030 nanti. Aku dan suamiku akan menunaikan kewajiban kami sebagai seorang hamba Allah yang mengaku Islam. Berangkat pergi haji ke Baitullah. Bersama suamiku, kami akan mengunjungi saudara-saudara seiman kami dari seluruh penjuru dunia. Bersama-sama dengan suamiku, aku akan shalat di depan kakbah, berdoa untuk kemaslahatan seluruh umat Islam di dunia, serta untuk kemajuan bangsa Indonesia, dan yang terutama adalah demi

kemaslahatan keluargaku sehingga kami dapat tetap melaksanakan kewajiban kami sebagai manusia kecil dihadapan Allah, tetap istiqomah dalam beribadah dan meningkatkan kualitas keimanan kami. Mencium hajar aswad, sebuah batu hitam yang semua orang berharap sekali untuk dapat menciumnya. Melakukan thawaf dan berbagai rukun-rukun ibadah haji lainnya. Menjernihkan hati kami, sehingga tidak ada lagi penyakit-penyakit hati yang bersarang di dada kami. Mengharap rahmat Allah selalu tercurah untuk kami dan mendapat ridho Allah untuk setiap hal yang kami lakukan untuk keluarga kami serta orang banyak.


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Tulisan ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu : Alfian Tanjung


Disusun oleh :

Syifa Fauziah Biologi 1a

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA 2011

Kata Pengantar


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillhirabbil alamin, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan sehat serta kecerdasan dalam berpikir sehingga terselesainya tulisan ini. Ungkapan terima kasih saya haturkan kepada kedua orang tua saya yang sedari kecil hingga kini terus memberikan yang terbaik untuk saya dengan penuh ketulusan serta mendidik saya hingga seperti saat ini. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Bpk. Alfian Tanjung yang sangat berjasa dalam pembuatan tulisan ini. Sebuah tulisan yang tidak hanya menjadi suatu rangkaian kata-kata yang semu, melainkan suatu tulisan yang akan terealisasi di kemudian hari atas izin Allah. Sebuah perencanaan hidup agar terciptanya kehidupan yang bermanfaat dan tiada kata sia-sia. Jakarta, 2 Januari 2012 Penyusun: Syifa Fauziah Biologi 1a

Penutup
Alhamdulillhirabbil alamin, tulisan ini sudah mencapai tahun 2030, banyak hal yang berawal dari sebuah harapan yang saya tulis dalam tulisan ini. Tulisan ini dibuat dengan perasaan

Anda mungkin juga menyukai