Anda di halaman 1dari 51

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada factor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan.

Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar dapat

ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Menggunakan waktu pelajaran secara efektif berarti memberi kesempatan belajar semakin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusannya saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi

kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus

vi

mampu

pula

melakukan

dalam

bentuk

interaksi

belajar

mengajar. Di luar lingkungan sekolah, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran Fisika. Dalam pembelajaran Fisika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pada pencapaian informasi, tetapi lebih dan

mengutamakan

pengembangan

kemampuan

pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Fisika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang

melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).

vi

Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran

kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. (Nur, 1996: 2). Pete Tschumi dari Universitas Arkansas Little Rock

memperkenalkan suatu ilmu pengetahuan pengantar pelajaran komputer selama tiga kali, yang pertama siswa bekerja secara individu, dan dua kali secara kelompok. Dalam kelas pertama hanya 36% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik, dan dalam kelas yang bekerja secara kooperatif ada 58% dan 65% siswa yang mendapat nilai C atau lebih baik (Felder, 1994:14). Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa Kelas X MA Al-Djufri Tahun Pelajaran 2005/2006.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat

dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

vi

1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas X M Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006? 2. Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi belajar siswa Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006?

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006?. 2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together pada siswa kelas Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006?.

D.

Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Fisika. 2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

vi

3. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

E. Penjelasan Istilah Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Metode kooperatif adalah: Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama 2. Motivasi belajar adalah: Merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan

mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran Fisika.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006?. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun palajaran 2005/2006.

vi

3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Vektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.

Definisi Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14). Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran yang adalah dengan proses sengaja

pengelolaan

lingkungan

seseorang

dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan dalam kebiasaan,

kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lainlain. (Soetomo, 1993: 120). Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

B. Pembelajaran Kooperatif

vi

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. (Felder, 1994: 2). Wahyuni (2001: 8) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan cara

menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda. Sependapat (2001: 8) dengan pernyataan bahwa tersebut metode Setyningsih pembelajaran

mengemukakan

kooperatif memusatkan aktivitas di kelas pada siswa dengan cara pengelompokan siswa untuk bekerjasama dalam proses pembelajaran. Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa ke dalam kelompokkelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan

masalah. Kemampuan siswa dalam setiap kelompok adalah hiterogen. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi menjadi subjek belajar karena mereka dapat berkreasi secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena pembelajaran kooperatif merupakan metode alterrnatif dalam mendekati permasalahan, mampu mengerjakan tugas besar, meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial, serta perolehan kepercayaan diri. Dalam pembelajaran ini siswa saling mendorong untuk belajar, saling memperkuat upaya-upaya akademik dan

vi

menerapkan norma yang menunjang pencapaian hasil belajar yang tinggi. (Nur, 1996: 4). Dalam pembelajaran kooperatif lebih mengutamakan sikap sosial untuk mencapai tujuan

pembelajaran yaitu dengan cara kerjasama. Pembelajaran kooperatif mempunyai unsur-unsur yang perlu diperhatikan. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut: 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka

tenggelam atau berenang bersama. 2. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, disamping tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. 4. Para siswa harus sama membagi besarnya tugas diantara dan para berbagai anggota

tanggungjawab kelompok.

5. Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka

memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar. 7. Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Johnson, Johnson, dan Smitt dalam Felder (1994: 2) menambahkan sebagai berikut: 1. Ketergantungan Positif unsur-unsur dalam pembelajaran koopratif

vi

Anggota kelompok harus saling tergantung untuk mencapai tujuan. Jika ada anggota yang gagal mengerjakan tugasnya maka setiap anggota harus menerima konsekuensinya. 2. Kemampuan Individual Seluruh siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab melakukan pekerjaannya dan menguasai selurah bahan untuk dipelajari. 3. Promosi tatap muka interaktif Meskipun dilakukan dilakukan beberapa tiap kelompok kerja dibagi-bagikan diantarannya kelompok dan harus saling

individu,

beberapa

secara

interaktif,

anggota

memberikan timbal balik. 4. Manfaat dari penggabungan keahliah yang tepat Siswa didorong dan dibantu untuk mengembangkan dan mempraktekkan pembangunan kepercayaan, kepemimpinan, pembuatan keputusan, komunikasi dan konflik manajemen keahlian. 5. Kelompok Proses Anggota kelompok mengatur kelompok, secara periodik menilai apa yang mereka lakukan dengan baik sebagai sebuah kelompok dan mengidentifikasi perubahan yang akan mereka lakukan agar fungsi mereka lebih efektif di waktu selanjutnya. Berdasarkan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif, Johnson, Johnson dalam Wahyuni (2001: 10) menyebutkan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1. Menentukan objek pembelajaran

vi

2. Membuat keputusan menempatkan siswa dalam kelompokkelompok belajar sebelum pembelajaran dimulai. 3. Menerangkan tugas dan tujuan akhir pada siswa. 4. Menguasai kelompok belajar dan menyediakan keperluan tugas. 5. Mengevaluasi prestasi siswa dan membantu siswa dengan cara mendiskusikan cara kerjasama. C. Pembelajaran Kooperatif Model Learning Together Para siswa dikelompokkan ke dalam tim dengan empat sampai lima orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu keompok untuk menyelesaikan sebuah produk kelompok, berbagai gagasan, dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan si guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok. D. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif Pembelajaran kooperatif akan terlaksana dengan baik jika siswa memiliki keterampilan-keterampilan kooperatif.

Keterampilan-keterampilan kooperatif yang perlu dimiliki siswa seperti diungkapkan Nur (1996: 25) adalah keterampilan

kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir. 1. Keterampilan kooperatif tingkat awal Keterampilan kooperatif tingkat awal meliputi hal-hal sebagai berikut: Menggunakan kesepakatan

vi

Menggunakan

kesepakatan

artinya

setiap

anggota

kelompok memiliki kesamaan pendapat. Menggunakan kesepakatan bertujuan untuk mengetahui siapa yang memiliki pendapat yang sama. Menghargai kontribusi Maksud dari menghargai kontribusi yaitu memperhatikan atau mengenal apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota kelompok yang dibuat lain. Tidak selalu harus menyetujui, dapat saja tidak menyetujui yang berupa kritik, tetapi kritik yang diberikan harus terhadap ide dan tidak terhadap pelaku. Menggunakan suara pelan Tujuan menggunakan suara dalam kerja kelompok adalah agar anggota kelompok dapat mendengar percakapan dengan jelas dan tidak frustasi oleh suara keras dalam ruangan. Mengambil giliran dan berbagi tugas Setiap anggota yang kelompok harus bisa menggantikan tertetentu dan

seseorang

mengemban

tugas

mengambil tanggungjawab tertentu dalam kelompok. Berada dalam kelompok Untuk menciptakan pekerjaan kelompok yang efisien setiap anggota kelompok harus tetap duduk atau berada dalam tempat kerja kelompok. Berada dalam tugas

vi

Setiap anggota kelompok harus meneruskan tugas yang menjadi tanggungjawabnya agar kegiatan selesai tepat waktunya. Mendorong partisipasi Anggota kelompok selalu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan sumbangan terhadap

penyelesaian tugas kelompok. Karena jika satu atu dua orang anggota kelompok tidak berpartisipasi atau hanya memberikan sedikit sumbangan, maka hasil dari kelompok tersebut tidak akan terselesaikan pada waktunya atau hasilnya kurang orisinil atau kurang imajinatif. Mengundang orang lain untuk berbicara Maksud dari mengundang orang lain untuk berbicara yaitu meminta orang lain untuk berbicara agar hasil kelompok bisa maksimal. Menyelesaikan tugas tepat waktunya Tugas yang dikerjakan harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan agar memperoleh nilai yang tinggi. Menyebutkan nama dan memandang bicara Memangil satu sama lain menggunakan nama dan

menggunakan kontak mata akan memberikan rasa bahwa mereka telah memberikan kontribusi penting kelompok. Mengatasi gangguan Mengatasi gangguan berarti menghindari masalah yang diakibatkan karena tidak atau kurangnya perhatian

terhadap tugas yang diberikan. Gangguan dapat membuat

vi

suatu kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. Menolong tanpa memberi jawaban Agar siswa tidak merasa telah memahami atau

menemukan konsep, dalam memberikan bantuan tidak dengan menunjukkan cara pemecahannya. Menghormati perbedaan individu. Bersikap menghormati perbedaaan terhadap budaya unik, pengalaman hidup serta suku bangsa/ras dari semua siswa dapat menghindari dapat permusuhan dikurangi, dalam kelompok. dan

Ketegangan

rasa

memiliki

persahabatan dapat dikembangkan serta masing-masing individu anggota kelompok dapat meningkatkan rasa kebaikan, sensitivitas dan toleransi. 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: Menunjukkan penghargaan dan simpati Menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain. Menggunakan pesan saya Dalam berbicara perlu menggunaan kata saya agar orang lain tidak merasa terancam atau merasa bersalah sehingga permusuhan dapat dihindari. Menggunakan ketidak setujuan dengan cara yang dapat diterima

vi

Menyatakan

pendapat yang berbeda

atau

menjawab

pertanyaan harus dengan cara yang sopan dan sikap yang baik karena jika mengkritik seseorang dan memadamkan ide seseorang dapat menimbulkan atmosfir yang negatif dalam kelompok. Mendengarkan dengan aktif Mendenganrkan dengan aktif maksudnya menggunakan pesan fisik dan lisan dalam meperhatikan pembicara. Pembicara akan mengetahui bahwa pendengar secara giat sedang menyerap informasi. Pengertian terhadap konsep akan meningkat dan hasil kelompok akan menunjukkan tingkat pemikiran dan komunikasi yang tinggi. Bertanya Bertanya artinya meminta atau menanyakan suatu

informasi atau penjelasan lebih jauh. Dengan bertanya dapat menjelaskan konsep, seseorang yang sedang tidak aktif dapat didorong untuk ikut serta, dan anggota kelompok yang malu dapat dimotivasi untuk ikut berperan serta. Membuat ringkasan Membuat ringkasan maksudnya mengulang kembali

informasi. Ini dapat digunakan untuk membantu mengatur apa yang sudah dikerjakan dan apa yang perlu dikerjakan. Menafsirkan Menafsirkan artinya menyatakan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda. Informasi dapat dijelaskan dan halhal yang penting dapat diberi penekanan.

vi

Mengatur dan mengorganisir Merencanakan dan menyusun pekerjaan sehingga dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Dengan mengatur dan mengorganisir, tugas-tugas yang diberikan akan dapt diselesaikan dengan efesien dan efektif.

Memeriksa ketepatan Membandingkan jawaban dan memastikan bahwa jawaban itu benar. Manfaatnya yaitu pekerjaan akan bebas dari kesalahan dan kekurang tepatan. Pemahaman terhadap bidang studi juga akan berkembang.

Menerima tanggungjawab Menerima tanggungjawab bersedia dan mampu memikul tangungjawab dari tugas-tugas dan kewajiban untuk diri sendiri dan kelompok, untuk meyelesaikan tugas yang diberikan.

Menggunakan kesabaran Bersikap toleran pada teman, tetap pada pekerjaan dan bukan pada kesulitan-kesulitan, serta tidak membuat keputusan yang tergesa-gesa.

Tetap tenang/mengurangi ketegangan Maksud dari tatap tenang/mengurangi ketegangan adalah menimbulkan atmosfir yang damai dalam kelompok.

Suasana yang hening dalam kelompok dapat menimbulkan tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. 3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Keterampilan tingkat mahir meliputi hal-hal sebagai berikut: Mengelaborasi

vi

Mengelaborasi berarti memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan topik tertentu. Mengelaborasi dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam dan prestasi yang lebih tinggi. Memeriksa secara cermat Bertanya mendalam Memeriksa dengan unuk pokok pembicaraan jawaban yang yang lebih benar. bahwa

mendapatkan cermat

secara

dapat

menjamin

jawabannya benar. Menanyakan kebenaran Menanyakan kebenaran maksudnya membuktikan bahwa jawaban yang dikemukakan adalah benar atau

memberikan alasan untuk jawaban tersebut. Menanyakan kebenaran akan membantu siswa untuk berfikir tentang jawaban yang diberikan dan untuk lebih meyakinkan terhadap ketepatan jawaban tersebut. Menganjurkan suatu posisi Menganjurkan suatu posisi maksudnya menunjukkan posisi kelompok terhadap suatu masalah tertentu. Menetapkan tujuan Menetapkan tujuan maksudnya menentukan prioritasprioritas. Pekerjaan dapat diselesaikan lebih efeisien jika tujuannya jelas. Berkompromi Berkompromi adalah menentukan pokok permasalahan dengan persetujuan bersama. Kompromi dapat

vi

membangun

rasa

hormat

kepada

orang

lain

dan

mengurangi konflik antar pribadi. Mengahadapi masalah khusus Mengahadapi masalah khusus maksudnya menunjukkan masalah dengan memakai pesan saya, tidak menuduh, tidak menggunakan sindiran, atau memanggil nama. Hal tersebut menunjukkan bahwa hanya sikap yang dapat berubah bukan ciri atau ketidak mampuan seseorang semuanya itu bertujuan untuk memecahkan masalah dan bukan untuk memenangkan masalah. Dengan hal ini konflik pribadi akan berkurang. Tingkat kebaikan,

sensitivitas dan toleran akan meningkat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

tindakan

(action

research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik

pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu

vi

(a)

guru

bertindak

sebagai

peneliti,

(b)

penelitian

tindakan

kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas XB MA Al-Djufri Tahun Pelajaran 2005/2006.

2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya

penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian

vi

ini dilaksanakan pada bulan September Semester Ganjil 2005/2006. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas XB MA AlDjufri Tahun pelajaran 2005/2006 pada Pokok bahasan Vektor.

B. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari

tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran

tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk secara untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang

memperbaiki/meningkatkan

praktek

pembelajaran

berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian

vi

tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Putar an 1

Refleksi

Rencana Rencana awal/rancangan awal/rancangan

Putar an 2

Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi

Putar an 3

Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

vi

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran together. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelajaran (RP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang model learning

digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi

kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Lembar Kegiatan Siswa

vi

Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil proses belajar mengajar. 4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar a. Lembar observasi pengolahan metode kooperatif model Learning Together, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. 5. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan

pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan Vektor. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 40 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat

digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah sebagai berikut:

a. Validitas Tes Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan

vi

yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:

rxy =

{N X

N XY ( X )( Y )
2

( X )

}{N Y

( Y )

(Suharsimi

Arikunto, 2001: 72) Dengan: N Y X X2 XY b. Reliabilitas Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini rxy : Koefisien korelasi product moment

: Jumlah peserta tes : Jumlah skor total : Jumlah skor butir soal : Jumlah kuadrat skor butir soal : Jumlah hasil kali skor butir soal

menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:


r11 = 2r1 / 21 / 2 (Suharsimi Arikunto, 2001: 93) (1 + r1 / 21 / 2 )

Dengan:r11 disesuaikan

Koefisien

reliabilatas

yang

sudah

r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel. c. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang

digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:

vi

P=

B Js

(Suharsimi Arikunto, 2001: 208) P B : Indeks kesukaran

Dengan:

: Banyak siswa yang menjawab soal dengan

benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah

d. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:


D= B A BB = PA PB JA JB

(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)

Dimana: D : Indeks diskriminasi BA : Banyak peserta kelompok dengan benar BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah atas yang menjawab

vi

PA =

BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab JA

benar.
PB = BB = JB

Proporsi

peserta

kelompok

bawah

yang

menjawab benar Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut: Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik

D.

Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan proses belajar metode kooperatif model Learning Together, observasi aktivitas siswa dan guru, wawancara, dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam

kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan

pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

vi

Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X =

X N
: X = Nilai rata-rata X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa

Dengan

2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk

pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P=

Siswa . yang .tuntas .belajar Siswa

x100 %

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode kooperatif model Learning Together dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk

mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

vi

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kooperatif model Learning Together yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode

kooperatif model Learning Together dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif model Learning Together.

A. Analisis Item Butir Soal Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui

instrument penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi: 1. Validitas Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 40 soal diperoleh 15 soal tidak valid dan 25 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid 1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39 Soal Tidak Valid 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 31, 32, 33, 34, 35, 40

2. Reliabilitas

vi

Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 732. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%) = 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. 3. Taraf Kesukaran (P) Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 40 soal yang diuji terdapat: 21 soal mudah 10 soal sedang 9 soal sukar

4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 15 soal, berkriteria cukup 16 soal, berkriteria baik 8 soal, dan yang berkriteria tidak baik 1 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah

memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

vi

B. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 September 2005 di Kelas XB MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Table 4.2. Nilai Tes Formatif Pada Siklus I
No. Absen 1 2 3 4 5 6 7 Skor 50 80 60 60 80 70 40 Keterangan T TT No. Absen 12 13 14 15 16 17 18 Skor 80 70 70 70 50 80 60 Keterangan T TT

vi

8 90 9 70 10 70 11 80 Jumla 750 7 4 h Jumlah Skor Tercapai 1480 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 67,27

19 20 21 22 Jumla h

80 70 30 70 730

8 3

Keterangan: TT

: Tuntas : Tidak Tuntas : 15 :7

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I


No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus I 67,27 15 68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode kooperatif model Learning Together diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,27 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang

memperoleh nilai 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu

sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode

kooperatif model Learning Together. c. Refleksi

vi

Dalam

pelaksanaan

kegiatan

belajar

mengajar

diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. d. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang

mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

vi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 September 2005 di Kelas XB MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: bersamaan dengan pelaksanaan belajar

Table 4.4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II


Keterangan No. Skor Absen T TT 1 60 2 80 3 70 4 60 5 90 6 70 7 50 8 100 9 80 10 80 11 80 Jumla 820 8 3 h Jumlah Skor Tercapai 1620 No. Absen 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Jumla h Skor 90 80 80 80 60 80 70 80 70 40 70 800 Keterangan T TT 9 2

vi

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 73,64

Keterangan:

T TT Jumlah siswa yang tuntas

: Tuntas : Tidak Tuntas : 17 :5

Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal

: Belum tuntas

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II


No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus II 73,64 17 77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,64 dan ketuntasan belajar

mencapai 77,27% atau ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi utnuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan

diinginkan guru dengan menerapkan metode kooperatif model Learning Together. c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh

informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Memotivasi siswa

vi

2) Membimbing

siswa

merumuskan

kesimpulan/menemukan konsep 3) Pengelolaan waktu. d. Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu

adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat

membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik

sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk

dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang

mendukung.

vi

b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 17 September 2005 di kelas Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006 dengan jumlah siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan refisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut: Table 4.6. Nilai Tes Formatif Pada Siklus III
Keterangan No. Skor Absen T TT 1 70 2 80 3 70 4 60 5 90 6 80 7 60 8 100 9 80 10 90 11 90 Jumla 870 9 2 h Jumlah Skor Tercapai 1730 No. Absen 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Jumla h Skor 100 80 80 80 70 80 70 90 80 50 80 860 Keterangan T TT 10 1

vi

Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 78,64

Keterangan: TT

: Tuntas : Tidak Tuntas : 19 :3

Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang belum tuntas Klasikal

: Tuntas

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Pada Siklus III


No 1 2 3 Uraian Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Hasil Siklus III 78,64 19 86,36

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,64 dan dari 22 siswa yang telah tuntas sebanyak ketuntasan 19 siswa dan Maka 3 siswa belum mencapai ketuntasan

belajar.

secara

klasikal

belajar yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami

peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajara pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan metode kooperatif model Learning Together menjadikan siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam

vi

proses

belajar

mengajar

dengan

penerapan

metode

kooperatif model Learning Together. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru dengan telah baik.

melaksanakan

semua

pembelajaran

Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-

masing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan mengalami pada siklus-siklus dan sebelumnya sudah

perbaikan

peningkatan

sehingga

menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan metode kooperatif model Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode

kooperatif model Learning Together dapat meningkatkan

vi

proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. C. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui pembelajaran hasil peneilitian ini menunjukkan metode bahwa

dengan

menggunakan

kooperatif

model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses metode kooperatif model Learning Together dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan Vektor dengan metode kooperatif model Learning Together yang paling dominan adalah bekerja dengan anggota

kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru,

vi

dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode kooperatif

model Learning Together dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan materi yang tidak dimengerti oleh siswa, memberi umpan

balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. 4. Tanggapan Siswa terhadap metode kooperatif model Learning Together Berdasarkan analisis wawancara dengan beberapa

siswa dapat diketahui bahwa tanggapan siswa termasuk positif. Ini ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model siswa Learning Together. respon Hal ini

menunjukkan terhapad

bahwa

memberikan model

positif

metode

kooperatif

Learning

Together,

sehingga siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan diterapkannya metode kooperatif model Learning Together dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

vi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Metode kooperatif model Learning Together memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%). 2. Penerapan metode kooperatif model Learning Together

mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode kooperatif model Learning Together sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

vi

Dari

hasil

penelitian

yang

diperoleh

dari

uraian

sebelumnya agar proses belajar mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan metode kooperatif model Learning Together memerlukan persiapan yang cukup matang,

sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode kooperatif model Learning Together dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan berbagai metode pengajaran, siswa walau dalam dapat taraf yang

sederhana,

dimana

nantinya

menemukan

pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan

perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

vi

DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.

vi

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: IKIP Malang. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Universitas Negeri Surabaya. Kooperatif. Surabaya.

Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya. Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

vi

Sudjana, Nana. 1989. Bandung: Sinar Baru.

Dasar-dasar

Proses

Belajar

Mengajar.

Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang. Wetherington. H.C. and W.H. WaLearning Together. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.

vi

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI METODE KOOPERATIF MODEL LEARNING TOGETHER PADA SISWA KELAS X MA AL-DJUFRI TAHUN PELAJARAN 2005/2006

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


OLEH SURYADI,S.Pd

YAYASAN PENDIDIKAN AL-DJUFRI MADRASAH ALIYAH AL-DJUFRI AENG PENAI BLUMBUNGAN PAMEKASAN
vi

2005

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan

penelitian

ini

telah

disetujui

dan

disyahkan

untuk

melengkapi perpustakaan MTS dan MA AL-DJUFRI dan dapat diajukan sebagai salah satu Karya Ilmiah/Penelitian Tindakan Kelas untuk Angka kredit Sertifikasi dan atau Kenaikan Pangkat.

Kepala Sekolah Desember 2005 MA Al-Djufri

Pamekasan, Penulis

Eka Riyono, S.Pd Mengetahui Pustakawan Al-Djufri

Suryadi, S.Pd

Agus Bakhtiyar,S.H

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan judul Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa Kelas X MA Al-Djufri Tahun pelajaran 2005/2006, penulisan Penelitian Tindakan Kelas ini kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja dan untuk Angka kredit Sertifikasi dan atau Kenaikan Pangkat. Dalam penyusunan karya imiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada: 1. Yth. Ketua Yayasan Al-Djufri Aeng Penai Blumbungan 2. Yth. Kepala MA Al-Djufri Aeng Penai Blumbungan 3. Yth. Pustakawan Al-Djufri Aeng Penai Blumbungan 4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga

penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan.

Penulis

vi

ABSTRAK

Suryadi, 2005. Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2005/2006 Kata Kunci: metode kooperatif model learning together, prestasi belajar Fisika Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya, melibatkan siswa secara aktif alam belajar, menggunakan waktu pelajaran secara efektif serta serius saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian tindakan ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Learning Together? (b) Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif model Learning Together terhadap motivasi belajar siswa? Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif model Learning Together. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XB MA Al-Djufri. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III (86,36%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode kooperatif model Learning Together dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa Kelas XB MA Al-Djufri Materi Vektor Tahun

vi

Pelajaran 2005/2006 serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Fisika.

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul ...................................................................... i Halaman Pengesahan ............................................................. Kata Pengantar ....................................................................... Abstrak ................................................................................... Daftar Isi ................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................... B. Rumusan Masalah ........................................... C. Tujuan Penelitian ............................................ D. Manfaat Penelitian ......................................... E. Penjelasan Istilah ........................................... F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian . . BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Pembelajaran...................................... B. Pembelajaran Kooperatif ................................. C. Pembelajaran Kooperatif Learning Together.... 5 5 8 1 3 3 3 4 4 ii iii iv v

vi

D. Keterampilan-Keterampilan Kooperatif .......... BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian .......... B. Rancangan Penelitian .................................... C. Instrumen Penelitian ..................................... D. Metode Pengumpulan Data ............................ E. Teknik Analisis Data ........................................ BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Item Butir Soal .................................. B. Analisis Data Penelitian Persiklus .................... C. Pembahasan ...................................................

14 15 17 20 20

22 24 31

BAB

PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................... B. Saran ............................................................... 33 33 35

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................

vi

Anda mungkin juga menyukai