Anda di halaman 1dari 2

Abstrak

Bila kita tengok ke sejarah masa lalu, sebenarnya korupsi sudah ada sejak jaman manusia lahir. Perilaku yang satu ini melekat erat dalam kehidupan manusia dan barangkali telah menjadi satu kebiasaan hidup. Terkadang pemenuhan kebutuhan hidup dan keinginan seseorang menjadi alasan utama untuk melakukan korupsi. Sejauh mana korupsi ini bisa menular kepada orang di sekitarnya tentunya terkait erat dengan norma yang berkembang di komunitas atau organisasi tersebut. Hal itulah yang memungkinkan kasus korupsi semacam skandal BLBI, Bank Century, Gayus Tambunan, Wisma Atlit dan lain-lain bisa terlangsung. Semakin merajalelanya korupsi menjadikan kejahatan korupsi seakan-akan menjadi sebuah budaya dalam suatu organisasi atau lembaga negara tertentu. Jabatan yang tinggi serta mental yang korup menjadikan korupsi sulit diberantas di negara Indonesia.

Tim Liputan 6 SCTV

Artikel Terkait
y y y y y

Peringatan Hari Antikorupsi di Sejumlah Daerah Kejaksaan Tahan Dua Pejabat Ditjen Pajak Kejagung Segera Gelar Perkara Kasus Korupsi e-KTP ICW: Reformasi Birokrasi Perlu Dievaluasi Setahun Mangkrak, Korupsi di Kemendag Akan Dilanjutkan

09/12/2011 18:55

Liputan6.com, Jakarta: Berdasarkan indeks persepsi korupsi Transparency International pada tahun 2011, Indonesia menempati posisi ke-100 dari 183 negara yang diukur. Dengan skor 3,0, dari rentang indeks 0-10, dimana nol berarti negara tersebut dipersepsikan sangat korup sementara skor 10 sangat bersih. Tahun ini lima negara dengan skor tertinggi atau yang dipersepsikan terbersih adalah Selandia Baru, Denmark, Finlandia, Swedia, dan Singapura. Sementara lima negara dengan skor terendah atau yang dipersepsikan terkorup adalah Uzbekistan, Afghanistan, Myanmar, Korea Utara, dan Somalia. Bersama dengan Indonesia, ada 11 negara lain yang mendapat skor 3,0 tahun ini. Negaranegara tersebut adalah Argentina, Benin, Burkina Faso, Jibouti, Gabon, Madagaskar, Malawi, Meksiko, Sao Tome dan Principe, Suriname, dan Tanzania. Di kawasan Asia Tenggara, skor Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Sementara Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar skornya lebih rendah dari Indonesia. Pesan yang ditangkap dari indeks Transparency Internasional ini tidak ada perubahan signifikan dalam pemberantasan korupsi di Tanah Air. Kriteria yang dapat menunjukkan indikasi perubahan persepsi korupsi adalah perubahan skor minimal 0,3. Artinya dengan perubahan 0,2, pemberantasan korupsi di Indonesia jalan di tempat. Jadi untuk sementara, Indonesia masih masuk jajaran negara-negara terbawah di dunia yang terbelenggu masalah korupsi. Pencapaian skor 3,0 masih jauh dari target ambisius pemerintah Indonesia mendapatkan skor 5,0 pada tahun 2014.(JUM)

Anda mungkin juga menyukai