Anda di halaman 1dari 3

Reg Weda X, (129 : 3) tentang 10 tingkatan Awatara :

1.

Di saat akan terjadi banjir besar, ada seekor ikan kecil datang kepada Waiwaswata, yaitu keturunan Manu yang ketujuh. Dalam tempo sekejap ikan itu menjadi sangat besar yang bisa memenuhi laut. Ketika itu Manu disuruh membuat perahu untuk menyelamatkan Maharesi dan benih segala yang ada disekitarnya. Ikan itu adalah penjelmaan Dewa Wisnu (Tuhan Pelindung ) untuk menyelamatkan perahu dengan isinya semua sampai banjir itu surut kembali. Penjelmaan Wisnu menjadi ikan itu disebut Matsya Awatara (Matsya artinya ikan).

2.

Setelah banjir surut, disusul lagi dengan bahaya yang disebabkan oleh air dan tanah pula. Binatang yang mampu hidup di dua tempat seperti itu adalah amphibi seperti kura kura. Oleh karena itu untuk menyelamatkan alam dari kehancuran maka Wisnu menjelma menjadi kura kura. Ketika itu para dewa masih bisa mati sama dengan manusia. Supaya dewa bisa hidup kekal maka perlu ada kekuatan amerta ( air suci kekekalan). Air itu hanya terdapat didasar lautan susu, yang didalamnya ada Gunung Mandara. Untuk memperoleh air susu itu gunung Mandara harus diputar. Maka kura kura itulah yang menyangga gunung itu supaya bisa diputar. Penjelmaan Wisnu

menjadi kura kura disebut Kurma Awatara ( Kurma artinya penyu ). 3. Air dan tanah bercampur menjadi lumpur. Ketika itu ada seekor raksasa sakti bernama Hiranyaksa mau menyeret manusia kedalam lumpur supaya binasa. Maka dalam hal itu Wisnu menjelma menjadi babi hutan untuk membunuh raksasa itu dan

menyelamatkan bumi. Penjelmaan itu disebut Waraha Awatara (Waraha artinya babi hutan). 4. Muncul lagi raksasa yang lebih sakti bernama Hiranya Kasipu. Ia tidak bisa dibunuh oleh manusia maupun binatang, tidak juga dengan senjata buatan siapapun. Ia tidak bisa dibunuh diluar maupun didalam rumahnya. Tidak juga bisa dibunuh diwaktu siang maupun malam. Maka Wisnu pun menitis menjadi Nara Singa ( manusia singa ).

Nara singa membunuh raksasa itu dengan kuku dan taringnya di waktu senja kala, pada ambang pintunya. Penjelmaan wisnu yang demikian dinamakan Nara Singa Awatara. 5. Kehidupan seluruh manusia akan dikuasai oleh seorang raja sakti yang baik hati bernama Raja Bali. Karena Tuhan tidak membolehkannya berkuasa sendiri, maka Wisnu menjelma menjadi Orang Cebol. Si Cebol menghadap Raja Bali dan meminta tempat tinggal seukuran tiga langkah kakinya saja. Permintaan tersebut dikabulkan oleh

sang raja. Si Cebolpun mulai melangkah. Langkah pertama meliputi bhur ( alam bawah). Langkah kedua meliputi seluruh bhuwah (alam tengah ). Langkah ketiga

meliputi seluruh swah atau swarga ( alam atas ). Maka dari seluruh alam hingga ke surga ia kuasai. Penjelmaan ini dinamakan orang cebol). 6. Penjelmaan Wisnu yang keenam bernama Parasu Rama. Parasu Rama menjadi putra seorang Brahmana Jamada dari keturunan Bhergu. Parasu Rama kemdian membunuh beberapa orang ksatria, padahal ibunya sendiri adalah seorang ksatria juga yaitu Renaku dari Dinasti Kusika. Darah para ksatria yang telah menjadi korbannya dikumpulkan menjadi 5 buah danau yang dinamakan Samudra Pancaka. Danau-danau itu ia persembahkan kepada para leluhurnya. Para leluhur Parasu Rama tidak mau menerima kelima danau darah itu. Maka dengan kesaktiannya danau itu diubahnya menjadi danau danau yang berisi air suci dan dinamakan Pancaka Tirta (Nama Pancaka Tirta saat ini dipakai menjadi nama sebuah taman Pahlawan di Bali). 7. Meskipun Parasu Rama (penjelmaan Wisnu) telah membunuh para ksatria, tetapi ia belum puas. Ia masih ingin membunuh habis para ksatria. Oleh karenanya meskipun ia adalah titisan Wisnu dan menjadi anak Brahmana, ia harus disanggah karena tidak dapat mengendalikan nafsu dendamnya. Untuk menyelamatkan para ksatria dari keganasan Wisnu ( Parasu Rama ), maka Wisnu pula harus menjelma menjadi Rama Awatara. Sekarang Wisnu lahir lagi dengan nama Rama sebagai putra Raja Dasaratha di Ayodhyapura. Terjadilah pertarungan sengit antara Wisnu sebagai putra brahmana dengan Wisnu itu sendiri sebagai putra ksatria. Rama dapat mengangkat kapak sakti senjata Parasu Rama. Maka Parasu Rama kalah dan disingkirkan oleh Rama, atau dengan kata lain Wisnu mengalahkan dirinya sendiri. Selanjutnya tugas Wisnu adalah menyelamatkan manusia dari gangguan Rawana yaitu raksasa jantan penuh nafsu birahi dan Surphanaku, raksasa betina adik dari Rawana. Setelah Rama ( penjelmaan Wisnu ) kawin dengan Dewi Shinta, ia kemudian Wamana Awatara ( Wamana artinya

membawa istrinya tersebut dan adiknya Laksamana mengembara di Hutan Dandhaka. Rawana memancing Shinta dengan kijang emas palsu. Shinta terpancing dan mendesak suami dan iparnya untuk mengejar kijang tersebut. Mau tidak mau Rama dan Laksamana akhirnya mengejar kijang emas tersebut dan meninggalkan Shinta sendirian di Hutan Dandaka tersebut. Ketika itulah Shnita diculik oleh Rawana. Rama kemudian bertemu dengan Raja Kera bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka kemudian menjadi sahabat dan bersama

sama menyerbu Rawana di Alengkapura. Rawana dapat dibunuh dan Shinta dapat dibawa pulang ke Ayodhyapura. 8. Untuk yang kedelapan kalinya, Wisnu kini menitis menjadi Kresna, Kresna (Wisnu) adalah guru spiritual putra putra Pandawa, khususnya Arjuna. Wisnu (Kresna) juga langsung menjelmakan diri menjadi sais kereta perang Arjuna. Mula mula Kresna berusaha mendamaikan dua pihak yang bersaudara yaitu Pandawa dan Kurawa tetapi gagal. Perang Brathayuda pun meletus. Kresna Awatara membantu Pandawa sehingga Kurawa kalah. Pada waktu itulah Kresna memberi filsafat hidup yang sangat tinggi kepada Arjuna yang dikenal dengan Bagawad Gita. 9. Kesempurnaan hidup dunia perlu diusahakan. Maka Wisnu menjelma untuk ke sembilan kalinya. Kali ini menjadi Sidharta Awatara (Sidharta Gautama), seorang pangeran yang mengembara mencari ilmu spiritual sampai meninggalkan istananya yang megah. Sidharta kemudian bersamadi di bawah pohon Bodhi dan setelah berhasil ia mengajarkan ilmu tersebut kepada masyarakat luas yang kemudian dikenal dengan ajaran Budha (dari nama pohon Bhodi). Sidharta adalah putra dari raja Sudodana dan ibunya yakni Dewi Maya yang memerintah di kerajaan Kapilawastu. 10. Adapun Awatara yang kesepuluh ( penjelmaan Wisnu ) untuk kali yang kesepuluh dengan nama Kalqi Awatara. Penjelasan mengenai Kalqi Awatara ini menakjubkan sarjana-sarjana di Universitas Alahabad India. Waid Barkash, seorang professor sejarah dan bahasa-bahasa kuno di universitas tersebut mengatakan bahwa Kalqi

Awatara yang disebut dalan Reg Weda tersebut tidak lain adalah Muhammad SAW. Beliau menjelaskan bahwa Kalqi dalam bahasa India kuno bermakna yang memberi petunjuk yang dalam terminologi Arab disebut dengan Al-Hadi, salah satu sebutan untuk Rasulullah Muhammad Saw. Tesis beliau kemudian diperkuat dengan alasan bahwa Kalqi Awatara adalah putra dari sepasang suami istri bernama Shinu Yihkat dan Sumaneb. Dalam terminology India kuno, kata Shinu berarti Tuhan sedangkan Yihkat berari hamba. Maka Shinu Yihkat tidak lain adalah hamba Tuhan atau hamba Allah yang dalam bahasa Arab disebut dengan Abdullah, ayah dari Nabi terakhir yang bernama Muhammad SAW. Di samping itu, Weda juga menyebutkan bahwa penjelmaan Dewa Wisnu yang terakhir ini pada suatu hari akan diperjalankan Tuhan mengitari jagat raya dengan menunggangi kuda berwarna putih. Waid Barkash menafsirkan keterangan Weda ini sebagai Isro Mikrojnya Rasulullah Saw dengan menggunakan kendaraan buroq untuk menerima perintah sholat lima waktu. Wallahu alamu bishshowab..

Anda mungkin juga menyukai