FARID MAULANA
Pendahuluan
Imunitas: kemampuan untuk bertahan dari infeksi dan penyakit Sistem imun: seluruh sel dan jaringan tubuh yang terlibat dalam menghasilkan imunitas Pertahanan tubuh:
Non Spesifik
3/2/2012
Spesifik
3/2/2012
3/2/2012
3/2/2012
Perkembangan
Edward Jenner (1796) menggunakan lesi cacar untuk mencegah cacar Robert Koch (1876) mengembangkan beberapa postulat yang dapat digunakan untuk mengetahui penyebab dari suatu penyakit Louis Pasteur (1885) mengembangkan vaksin rabies dan antraks Jonas Salk (1955) mengembangkan vaksin injeksi polio Albert Sabin (1961) mengembangkan vaksin oral polio
3/2/2012
Mekanisme Kerja
Vaksin mengandung antigen menghasilkan respon imun primer peningkatan jumlah sel T dan sel B memori untuk patogen spesifik respon imun sekunder terpicu menyebabkan terjadinya kontak dengan antogen yang sama, respon imun segera terjadi (biasanya tidak disadari) imunitas mungkin tidak menentap dan membutuhkan vaksin penguat
3/2/2012
Pembuatan
Isolasi dan identifikasi agen penyebab sakit postulat Koch Melemahkan antigen agar tidak menyebabkan sakit mengobatai patogen dengan radiasi gamma atau secara kimia dapat memicu respon imun tapi tidak menyebabkan sakit Diuji coba pada binatang kerja vaksin dan efek sampingnya uji coba kepada manusia Dimurnikan dan dikemas
3/2/2012 10
Jenis
Dilemahkan hidup jenis yang lemah (MMR) Mati patogennya mati tapi tetap utuh rabies Toksoid toksin yang tidak aktif (tetanus) Fragmen subselular protein spesifik dari patogen yang digunakan (Hepatitis B) DNA menggunakan potongan DNA patogen untuk menghasilkan imunitas (influenza)
3/2/2012
11
Vaksin penguat direkomendasikan setiap 10 tahun hanya untuk tetanus dan difteri, lainnya imunitas seumur hidup
3/2/2012 12
Pemberian
oral
3/2/2012
13
Keamanan
Efek samping: Normal: demam, bengkak dan/atau meradang di tempat suntikan, peradangan otot Sedikit jarang: reaksi alergi (komponen vaksin albumin), reaksi imun yang berat terhadap komponenaktif vaksin
Kegagalan:
Imunitasnya tidak berkembang setelah pengulangan vaksinasi idak diketahui penyebabnya Pasien lansia tidak merespon vaksin dengan baik
3/2/2012 14
Risiko perkembangan penyakit dari suatu vaksin lebih rendah dari risiko perkembangan penyakit setelah infeksi*
Risk associated with vaccine MMR: 1 in 1,000,000 for encephalitis Risk associated with infection Measles: 1 in 2,000 for encephalitis Mumps: 1 in 300 for encephalitis Rubella: 1 in 4 for congenital rubella syndrome if infection occurs in early pregnancy Diptheria, Pertussis, Tetanus, deaths: 1 in 20, 1 in 200, and 3 in 100, respectively
3/2/2012
15
Manfaat
Risikonya lebih rendah, rata-rata, bila seseorang terkena penyakit Lebih mudah memberi vaksin dari mengobati penyakitnya Mengurangi jumlah yang terinfeksi, melindungi populasi sisanya Menghemat jutaan dolar dan meningkatkan produktivitas mengurangi waktu sakit, mengurangi pengeluaran untuk berobat
3/2/2012 16
Masa Depan
Vaksin
akan diberikan secara genetik di dalam makanan pisang, kentang Masalah penyimpanan dan pemberian: tidak perlu pendingin, tidak perlu jarum, tidak perlu teknisi pemberian vaksin (perawat, bidan, dokter)
3/2/2012
17
3/2/2012
18
Mekanisme Kerja
1. 2. 3.
4.
5.
Menghambat proses fagositosis dan pengolahan Ag menjadi Ag imunologik oleh makrofag Menghambat pengenalan Ag oleh sel limfoid imunokompeten Merusak sel limfoid imunokompeten Menekan diferensiasi dan proliferasi sel imunokompeten tidak terbentuk sel plasma penghasil Ab atau sel T yang tersensitisasi untuk respon imun selular Menghentikan produksi Ab oleh sel plasma serta melenyapkan sel T yang tersensitisasi yang telah terbentuk
19
3/2/2012
Fase induksi:
Fase pengolahan Ag oleh makrofag dan pengenalan Ag oleh limfosit imunokompeten Fase proliferasi dan diferensiasi sel B dan sel T, untuk respon imun humoral dan selular
2.
Fase produksi:
Fase sintesis aktif Ab oleh limfokin
3/2/2012
20
Pilahan Obat
Kelas I harus diberikan sebelum fase induksi Kelas II diberikan dalam fase induksi Kelas III memiliki sifat kelas I dan kelas II
3/2/2012
21
Kelas I
Busulfan L-melfalan D-melfalan Glukokortikoid: prednison, prednisolon Mitomisin C Kolkisin Fitohemaglutinin Sinar X
3/2/2012 22
Kelas II
Klorambusil Metotreksat Azatriopin 6-merkaptopurin (6-MP) Sitarabin (ARA-C) 5-bromo-deoksiuridin (5-BUdr) 5-fluoro-deoksiuridin (5-FUdr) 5-fluorourasil (5-FU) Vinblastin (VBL) Vinkristin (VCR) Siklosporin
3/2/2012 23
Kelas III
Siklofosfamid Prokarbazin
3/2/2012
24
Azatriopin
Untuk mencegah penolakan pencangkokkan organ, pengobatan RA yang berat dan refrakter Keracunan: leukopenia, trombositopenia monitor dengan baik Efek samping: mual, muntah Sediaan: tablet 50 mg, iv 100 mg
3/2/2012
25
Metotreksat
Antineoplasia, digunakan untuk mencegah penolakan cangkok sumsum tulang, penghambat kuat enzim dihidrofolat reduktase efek biosentesis timidilat dan purin Juga dapat digunakan untuk pengobatan RA yang aktif dan berat Efek toksik: fibrosis dan sirosis hati penggunaan jangka lama dosis rendah
3/2/2012 26
Siklofosfamid
Mengurangi respon imun humoral dan meningkatkan respon imun selular Diaktifkan oleh enzim mikrosom hati Untuk pencegahan cangkok organ, pengobatan RA, sindrom nefrotik, granulomatosis Wagener
3/2/2012
27
Kortikosteroid
Glukokortikoid prednison, prednisolon Bekerja di respon imun humoral, juga sebagai antiinflamasi
3/2/2012
28
Siklosporin
Berasal dari jamur Tolypocladium inflatum gams Menyebabkan turunnya produksi dan penglepasan limfokin Digunakan untuk cangkok organ: hati, ginjal, sumsum tulang Absorbsi melalui oral berkisar 20% - 50%, berada di eritrosit, metabolisme di hati, ekskresi melalui empedu Efek toksis: ginjal Sediaan: larutan 100 mg/mL, iv 50 mg/mL
29
3/2/2012
Antibodi
3/2/2012
30