Kesmen - Psychology at Work
Kesmen - Psychology at Work
yang sukses, percaya diri, stabil, dan mapan, dan seorang profesor wanita yang menarik dan banyak bicara (Burns-Glover & Veith, 1995). Wanita juga memiliki ketidakberuntungan dibandingkan pria dalam hal gaji dan promosi (Callaci, 1993). Satu alasannya adalah wanita sering kali yakin bahwa ia pantas menerima gaji yang lebih kecil (Janoff-ulman & Wade, 1996). Dalam hubungannya dengan sebuah tugas eksperimental, wanita (dibandingkan dengan pria) menyatakan gaji yang lebih rendah untuk dirinya sendiri (Desmarais & Curtis, 1997). Wanita cenderung mendasarkan perkiraan mereka akan gajinya pada seberapa baik mereka melakukan sebuah pekerjaan, dan pria mendasarkan perkiraan gajinya pada self-esteem mereka, bukan pada performa (Pelham & Hetts, 2001), menunjukkan bahwa wanita tidak meminta dibayar kurang tapi pria menuntut dibayar lebih. 1. Perbedaan Pria dan Wanita di Dunia Kerja Secara umum, perbedaan antara pria dan wanita di dunia kerja adalah sebagai berikut: 1. Cara Berpikir Pola pikir pria cenderung didasari pada fakta, sementara wanita cenderung pada konsep dan jalinan hubungan. Semangat wanita sama halnya dengan sistem kereta api bawah tanah, yaitu saling berhubungan, sedangkan semangat pria seperti kapal di atas lautan yang berlayar dari titik A menuju titik B. 2. Cara Memerintah Pria cenderung lebih tegas, sementara wanita lebih halus tetapi dengan penekanan di akhir kalimat. Di satu sisi mereka berusaha mempertahankan keharmonisan, tetapi di sisi lain mereka memberi penekanan seperti kata-kata yang diucapkan di akhir kalimat seperti, "Kamu bisa, kan?" 3. Pemilahan Pria dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Wanita pada umumnya sulit untuk dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Hal ini dikarenakan pria dapat memilah-milah, "Pekerjaan, ya, pekerjaan." Sebaliknya, wanita dalam melakukan sesuatu selalu menghubungkan hal satu dan lainnya. Contohnya, bisa saja terjadi mereka tidak dapat bekerja dengan si X yang sering bercanda dengan cara tidak sopan. 4. Mengekpresikan Perasaan Bila seorang pria ingin mengutarakan perasaannya, mereka akan membicarakannya kepada istri atau kekasihnya. Paling tidak, pada orang terdekatnya. Sementara wanita dapat mengutarakan perasaannya kepada siapa saja, tidak selalu kepada orang yang dekat dengannya, baik kepada teman sekerja ataupun kepada sesama wanita yang sama-sama sedang mengantre di kasir. Bahkan kepada dokter dan tukang potong rambut pun mereka bisa 2
bercerita dengan bebas. 5. Pendekatan Saat Ada Masalah Saat menghadapi masalah, pria akan berpikir untuk mencari jalan keluarnya. Bagi wanita, tidak cukup hanya dengan memikirkan permasalahan yang dihadapi. Wanita memerlukan seseorang untuk mendengarkan keluhannya walaupun orang tersebut tidak selalu harus memberi solusi. Pria memerlukan solusi. Pria senang memecahkan permasalahan, tidak hanya membicarakannya. 6. Tujuan Baik pria maupun wanita ingin mencapai tujuannya, tetapi masing-masing punya cara yang berbeda. Pria cenderung memfokuskan hasil akhir dan tertarik pada cara pencapaian usaha. Wanita lebih memfokuskan pada pencapaian sasaran dan cenderung untuk mempertimbangkan penilaian orang lain. Bila di dalam suatu rapat terdapat dua orang pria yang saling berdebat dengan serunya, maka hal itu tidak berarti mereka saling membenci. 7. Komentar Pria dapat memberikan komentar secara terus terang dan memotong pembicaraan orang lain bila ingin berkomentar, sementara wanita cenderung lebih peka dan berhati-hati. Oleh karena itu, bila Anda meminta pendapat kepada rekan pria, mereka akan langsung memberikan pendapatnya. Bila Anda tidak suka dan marah pada kejujuran mereka, sulit bagi mereka untuk dapat mengerti reaksi Anda. Jangan lupa, pendapat yang mereka berikan memang merupakan pendapat yang bukan ditujukan kepada pribadi karena pada dasarnya mereka tidak bermaksud untuk menyerang secara pribadi. 8. Mengajukan Pertanyaan Pria jarang mengajukan pertanyaan. Dan bila mereka bertanya, biasanya untuk mendapatkan informasi. Wanita sering mengajukan pertanyaan tetapi untuk dua alasan, yaitu untuk memperoleh informasi dan untuk menjaga jalinan suatu hubungan. Itulah sebabnya wanita sering mengajukan pertanyaan yang sebetulnya jawabannya telah mereka ketahui. 9. Cara Menelepon Pada umumnya pria berbicara lebih singkat di telepon. Sebaliknya, wanita senang mengobrol. 10. Cara Bekerja Dalam suatu perusahaan, biasanya pria yang banyak menduduki kursi pimpinan. Padahal penelitian membuktikan bahwa pekerjaan wanita lebih terorganisir ketimbang pria. Sebuah organisasi yang menilai kinerja pekerja di tiap perusahaan di Amerika Serikat membuat sebuah penelitian. Penelitian itu melibatkan 4.000 orang. Mereka kemudian membuat klasifikasi pegawai sesuai gendernya. 3
Dari penelitian tersebut, 43 persen wanita terbukti sangat terorganisir, sedangkan hanya 32 persen pria yang dinilai masuk dalam kategori tersebut. Hanya 10 persen wanita yang mengaku sering kehilangan dokumen kerjanya, sedangkan 17 persen pria mengalami hal yang sama. Hanya 41 persen wanita yang terbukti sering malas bekerja, sedangkan pada pria angkanya mencapai 44 persen.
berbeda-beda dalam bekerja. Seseorang yang kebutuhan hanya sekedar makan, maka pekerjaan apapun akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Teori X dan Y McGregor mengemukakan dua model yang menjelaskan motivasi karyawan yang bekerja yaitu teori X dan teori Y. Teori X menganggap bahwa: a) Karyawan tidak suka bekerja dan cenderung untuk menghindari kerja, b) Karyawan harus diawasi dengan ketat dan diancam agar mau bekerja dengan baik, c) Prosedur dan disiplin yang keras lebih diutamakan dalam bekerja. d) Uang bukan satu-satunya faktor yang memotivasi kerja. e) Karyawan tidak perlu diberikan kesempatan untuk mengembangkan diri. Teori Y menganggap bahwa: f) Karyawan senang bekerja, sehingga pengawasan dan hukuman tidak diperlukan oleh karyawan. g) Karyawan akan memiliki komitmen terhadap pekerjaan dan organisasi jika merasa memuaskan. h) Manusia cenderung ingin belajar. i) Kreatifitas dan Imajinasi digunakan untuk memecahkan masalah. Teori Hygine dan Motivator Menurut Herzberg, faktor yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidak-puasan kerja sebagai berikut. Faktor Hygine meliputi : a) Kebijakan perusahaan dan sistem administrasinya. b) Sistem pengawasan. c) Gaya kepemimpinan. d) Kondisi lingkungan kerja. e) Hubungan antar pribadi. f) Gaji / upah. g) Status. h) Kesehatan dan keselamatan kerja. Faktor Motivator meliputi : i) Pengakuan. j) Penghargaan atas prestasi. k) Tanggungjawab yang lebih besar. 5
l) Pengembangan karier. m) Pengembangan diri. n) Minat terhadap pekerjaan. Teori Motivasi Berprestasi David McClelland menjelaskan tentang keinginan seseorang untuk mencapai kinerja yang tinggi. Hasil penelitian tentang motivasi berprestasi menunjukkan pentingnya menetapkan target atau standar keberhasilan. Karyawan dengan ciri-ciri motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki keinginan bekerja yang tinggi. Karyawan lebih mementingkan kepuasan pada saat target telah tercapai dibandingkan imbalan atas kinerja tersebut. Hal ini bukan berarti mereka tidak mengharapkan imbalan, melainkan mereka menyukai tantangan. Ada tiga macam kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu: a) Kebutuhan berprestasi (Achievement motivation) yang meliputi tanggung jawab pribadi, kebutuhan untuk mencapai prestasi, umpan balik dan mengambil risiko sedang. b) Kebutuhan berkuasa (Power motivation) yang meliputi persaingan, mempengaruhi orang lain. c) Kebutuhan berafiliasi (Affiliation motivation) yang meliputi persahabatan, kerjasama dan perasaan diterima. Dalam lingkungan pekerjaan, ketiga macam kebutuhan tersebut saling berhubungan, karena setiap karyawan memiliki semua kebutuhan tersebut dengan kadar yang berbedabeda. Seseorang dapat dilatihkan untuk meningkatkan salah satu dari tiga faktor kebutuhan ini. Misalnya untuk meningkatkan kebutuhan berprestasi kerja, maka karyawan dapat dipertajam tingkat kebutuhan berprestasi dengan menurunkan kebutuhan yang lain.
pekerjaan dengan baik dan kinerja yang tinggi. Kebutuhan akan berprestasi tinggi merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berupaya mencapai target yang telah ditetapkan, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan dan memiliki keinginan untuk mengerjakan sesuatu secara lebih lebih baik dari sebelumnya. Karyawan dengan motivasi berprestasi tinggi sangat menyukai tantangan, berani mengambil risiko, sanggup mengambil alih tanggungjawab, senang bekerja keras. Dorongan ini akan menimbulkan kebutuhan berprestasi karyawan yang membedakan dengan yang lain, karena selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan lebih baik. Berdasarkan pengalamam dan antisipasi dari hasil yang menyenangkan serta jika prestasi sebelumnya dinilai baik, maka karyawan lebih menyukai untuk terlibat dalam perilaku berprestasi. Sebaliknya jika karyawan telah dihukum karena mengalami kegagalan, maka perasaan takut terhadap kegagalan akan berkembang dan menimbulkan dorongan untuk menghindarkan diri dari kegagalan. Ciri-ciri perilaku karyawan yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland adalah: Menyukai tanggungjawab untuk memecahkan masalah. Cenderung menetapkan target yang sulit dan berani mengambil risiko. Memiliki tujuan yang jelas dan realistik. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh. Lebih mementingkan umpan balik yang nyata tentang hasil prestasinya. Senang dengan tugas yang dilakukan dan selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna. Sebaliknya ciri-ciri karyawan yang memiliki motivasi berprestasi rendah adalah: Bersikap apatis dan tidak percaya diri. Tidak memiliki tanggungjawab pribadi dalam bekerja. Bekerja tanpa rencana dan tujuan yang jelas. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan. Setiap tindakan tidak terahan dan menyimpang dari tujuan. Laporan hasil penelitian tentang gaya manajerial dari 16.000 manajer di Amerika Serikat yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, menengah dan rendah menunjukkan sebagai berikut : Manajer dengan motivasi berprestasi yang rendah memiliki karakter pesimis dan tidak percaya dengan kemampuan bawahannya. Sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi tinggi sangat optimis dan memandang bawahan baik dan menyenangkan. Motivasi manajer dapat diproyeksikan pada bawahannya. Bagi manajer yang bermotivasi 7
prestasi tinggi selalu memperhatikan aspek-aspek pekerjaan yang harus diselesaikan dan mendiskusikan tugas pekerjaan yang harus dicapai bawahannya, sehingga mereka akan menerima. Manajer yang bermotivasi berprestasi tinggi cenderung menggunakan metode partisipasi terhadap bawahannya, sedangkan manajer dengan motivasi berprestasi sedang dan rendah selalu menghindar dalam interaksi dan komunikasi terbuka. Manajer yang prestasinya tinggi lebih memperhatikan pada manusia dan tugas / produksi, manajer yang prestasinya sedang lebih memperhatikan tugas / produksi, sedangkan manajer yang prestasinya rendah hanya memperhatikan kepentingan pribadi dan tidak menghiraukan bawahannya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan tingkat kinerja. Artinya, para karyawan yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan cenderung memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang motivasi berprestasinya rendah kemungkinan akan memperoleh kinerja yang rendah.
diperlakukan sewenang-wenang. e) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan diri dan potensi. Dalam hubungan ini, karyawan perlu kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara pribadi. Teknik Komunikasi Persuasif Teknik komunikasi persuasif adalah satu teknik memotivasi kerja yang dilakukan dengan cara mempengaruhi dari luar diri. Rumus teknik komunikasi persuasif adalah ADIDAS sebagai berikut : a) A ttention, yaitu perhatian yang penuh b) D esire, yaitu hasrat dan keinginan yang membara c) I interest, yaitu minat dan kepentingan d) D esicion, yaitu keputusan yang tepat e) A ction, yaitu tindakan nyata f) S atisfaction, yaitu kepuasan atas hasil yang dicapai
dirinya yang dapat diamati. Tanda-tanda sikap karyawan yang tidak memiliki motivasi kerja adalah : a) Tidak bersedia bekerja sama b) Tidak mau menjadi sukarelawan c) Selalu datang terlambat, pulang awal dan mangkir tanpa alasan d) Memperpanjang waktu istirahat dan bermain game dalam waktu kerja e) Tidak menepati tenggat waktu tugas f) Tidak mengikuti standar yang ditetapkan g) Selalu mengeluh tentang hal sepele h) Saling menyalahkan i) Tidak mematuhi peraturan
10
11
Selain itu motivasi kita bekerja juga dapat sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah SWT. Jika motivasi kita bekerja sebagai ibadah, tentu ada aturannya. Memang berbeda dengan ibadah ritual atau ibadah mahdhah, sebab bekerja sebagai ibadah ghair mahdah. Artinya, dalam kaidah ushul Fiqh, kita memiliki kebebasan yang luas untuk bekerja selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Langkah pertama agar bekerja menjadi sebuah ibadah ialah harus diawali dengan niat, sebab amal akan tergantung niat. Niatkanlah bahwa bekerja sebagai sumber ibadah kepada Allah. Langkah kedua ialah pastikan dalam bekerja tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Untuk itu kita perlu perhatikan: Apa yang dikerjakan? Untuk apa kita bekerja? Apakah kita bekerja untuk sesuatu yang dihalalkan agama? Pastikan kita bekerja untuk sesuatu yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam Cara melakukan pekerjaan kita. Apakah cara-cara Anda bekerja sesuai dengan ajaran Islam? Bagaimana dengan pakaian, batasan antara laki-laki dan perempuan, dan sebagainya.
12
1. Realistis Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu; mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta kurang peka dalam hubungan dengan orang lain. Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah dan seringkali berada diluar gedung. Sifat-sifat yang nampak dengan jelas dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan keberhasilan. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, operator mesin/radio, sopir truk, petani, penerbang, pengawas bangunan, ahli listrik, dan pekerjaan lain yang sejenis.
2. Intelektual Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat intraseptif. Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark, dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual. Kecakapan menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli fiika, ahli biologi, kimia, antropologi, matematika, pekerjaan penelitian, dan pekerjaan lain yang sejenis. 3. Sosial 13
Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih berorientasi pada perasaan. Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia, serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, guru, pekerja sosial, konselor, misionari, psikolog klinik, terapis, dan pekerjaan lain yang sejenis. 4. Konvensional Tipe model ini pada umumnya memiliki kecenderungan untuk terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan. Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya ditandai dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah memerlukan suatu proses informasi verbal dan dan matematis secara kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative singkat. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, kasir, statistika, pemegang buku, pegawai arsip, pegawai bank, dan pekerjaan lain yang sejenis. 5. Usaha Tipe model ini memiliki ciri khas diantaranya menggunakan ketrampilan-ketrampilan berbicara dalam situasi dimana ada kesempatan untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan lisan. Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. 14
Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, pedagang, politikus, manajer pimpinan eksekutif perusahaan, perwakilan dagang, dan pekerjaan lain yang sejenis. 6. Artistik Tipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan dengan orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar menyesuaikan diri. Orang model orientasi artistic ini ditandai dengan berbagai macam tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-bentuk artistic melalui cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain, orientasi artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang bersifat intrapersonal, keteraturan, atau keadaan yang menuntut ketrampilan fisik. Contoh pekerjaan orang dengan model orientasi ini adalah, ahli musik, ahli kartum ahli drama, pencipta lagu, penyair, dan pekerjaan lain yang sejenis.
15
Daftar Pustaka
Baron dan Donn Byrne. (2003). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga. http://nasional.kompas.com/read/2008/10/11/09065775/perbedaan.pria.dan.wanita.di.dunia.kerja, diakses tanggal 16 Desember 2011 http://teknologikinerja.wordpress.com/2008/05/06/pengaruh-motivasi-terhadap-peningkatan-kinerja/, diakses tanggal 16 Desember 2011 http://www.motivasi-islami.com/motivasi-kerja-dalam-islam/, diakses tanggal 16 Desember 2011 http://faizperjuangan.wordpress.com/2008/02/12/teori-pilihan-karir-menurut-john-l-holland-sebuahtugas-kuliah/, diakses tanggal 16 Desember 2011 http://www.wolipop.com/read/2010/08/07/131747/1415520/857/wanita-bekerja-lebih-rapi-ketimbangpria?w992201835, diakses tanggal 17 Desember 2011
16