3. ENERGI DAN HUKUM TERMODINAMIKA I 3.1. Hubungan Energi dan Hkm Thermodinamika I
Seorang ilmuwan, rekayasawan dalam mempelajari fenomena fisik, hasil percobaan, analisis, evaluasi serta perancangan suatu proses menggunakan konsep dasar berupa konsep primitif atau postulat atau hukum-hukum yang diterima sebagai fakta ilmiah. Salah satu dasar konsep tersebut diantaranya energi, energi dapat diterima keberadaannya sebagai fakta suatu sifat yang ada di alam. Kenyataan ilmiah juga menyebutkan bahwa energi tidak dapat dihancurkan dan diciptakan. Prinsip ini merupakan Hukum kekekalan energi yang merupakan hukum Termodinamika I. Secara sederhana hukum TD I dapat dinyatakan sebagai : Ein - E out = dE (Perubahan Energi yang disimpan).....(1) Tujuan mempelajari energi dalam hubungannya dengan Hukum TD I yaitu untuk mengidentifikasikan berbagai bentuk energi yang disimpan dalam suatu zat dan bentuk energi yang dapat dipindahkan keluar atau dari sistim tertentu.
Ari SUFYANDI
17
Energi Potensial Energi potensial telah dikenal dalam fisika, secara definitif energi potensial didefinisikan sebagai 2 masa yang ukurannya diabaikan yang melakukan tarik menarik satu sama lainnya. Bila gaya tarik menarik ini dikalikan dengan jarak yang memisahkan kedua masa tersebut, maka energi yang dihasilkannya disebut energi potensial. Energi potensial merupakan salah satu jenis energi yang disebabkan oleh suatu benda yang mempunyai kedudukan relatif dalam medan potensialnya. Dengan pengertian tersebut maka terdapat energi potensial dalam sistim bumi-matahari atau dalam sistim molekul. Dalam Termodinamika, energi potensial dalam suatu sistim molekul merupakan fungsi dari konfigurasi molekul suatu zat dan akan mempunyai nilai untuk keadaan yang berbeda-beda. Pada penyelesaian masalah Thermodinamika secara makro energi potensial merupakan energi potensial gravitasi. Pada suatu masa m dengan ketinggian z di atas suatu bidang datum, sehingga gaya gravitasi bekerja, besar Energi Potensialnya adalah : dEpot = F.dz, maka dimana F = m.g 1 z1 dEpot = m.g.dz, dEpot = mg dz 2 z2 Epot - Epot = mg ( z2 - z1 )
bila dianggap z1 pada datum , maka z1= 0 maka Epot = m.g.z .........(2)
Energi Kinetik Energi kinetik banyak dikenal dan digunakan dalam ilmu mekanika. Energi kinetik merupakan energi yang disebabkan suatu benda mempunyai pergerakan/gerak yang ditentukan terhadap pergerakan relatif dua buah benda. Pada anggapan ini salah satu bendanya dianggap mempunyai kecepatan sama dengan nol dan kecepatan benda diukur relatif terhadap bumi. Bila dianggap suatu benda pada awalnya diam terhadap bumi, maka benda tersebut memberikan gaya luar F, dL dianggap jarak diferensial melalui gaya F searah dengan pergerakan, maka F. dl = m.a dL , a = dv/dt dL = V.dt
Ari SUFYANDI
18
Ek = 1/2 mV .............(3) Energi potensial dan energi kinetik dikenal dengan nama energi mekanik. Energi Dalam Energi dalam merupakan bentuk energi lain di luar energi kinetik dan potensial. Energi dalam (Ed) merupakan modus energi pada tingkat yang sangat kecil (mikroskopik), seperti energi yang berhubungan dengan nuklir, fusi molekulair, momen dipole magnaetik, translasi molekulair, rotasi dan vibrasi molekulair. Dengan keadaan tersebut sangat sulit untuk menentukan nilai mutlak Ed. Dalam suatu sistim keseluruhan (total) energi dalam dapat dinyatakan dengan persamaan :
E = U +Ekin +Epot .........(4) Perubahan energi yang disimpan dalam suatu sistim adalah : (E= (U + (Ekin + (Epot .......(5) Kekekalan Masa Pada tahun 1905, Einstein mepostulatkan dan kemudian membuktikannya bahwa energi suatu sistim berhubungan dengan masanya, yang dinyatakan dengan persamaan yang cukup menggegerkan dunia fisika, yaitu E ! mC 2 .........(6) dimana : C = kecepatan cahaya = 2. 998 x 10 8 m / detik
Ari SUFYANDI
19
Dengan persamaan tersebut masa suatu sistim dapat menghitung besarnya energi, perubahan masa akan merubah besarnya energi pula yaitu : (E ( m ! 2 ........(7) C Besarnya perubahan masa tersebut tidak dapat diukur dengan timbangan walaupun timbangannya sangat sensitif. Selain itu perubahan masa sangat kecil bila dibandingkan dengan masa sistim. Berdasarkan alasan tersebut, pada pembahasan termodinamika hukum kekekalan masa tidak berhubungan dengan hukum kekekalan energi. Dengan demikian untuk suatu sistim, persamaan kekekalan masa adalah : Masa masuk-Masa Keluar = Perubahan masa pada penyimpanan
Ari SUFYANDI
20
Nilai (E dapat dinyatakan dalam beberapa macam energi, yaitu (E = (Ek + (Ep + (U.......(11) dengan demikian persamaan (10) dapat dinyatakan sebagai : (Ek + (Ep +(U = Q - W............(12) Pada beberapa kondisi Ek dan Ep tidak berubah , maka persamaan 12 menjadi : (U = Q - W........(13) atau dU = dQ -dW, dQ = dU + dW .......................(14) Pada proses siklik tidak akan terjadi perubahan energi dalam atau dU = 0, dengan demikian persamaan 14 menjadi : dQ = dW........(15) ----------> Hukum Joule Pada keadaan adiabatik dQ = 0, maka persamaan (13) menjadi dU = -W...............(15) Persamaan (15) dapat diartikan bahwa bila suatu sistim dalam keadaan adiabatik, kerja yang dihasilkan tidak tergantung proses, besarnya energi dalam (dU) hanya tergantung pada keadaan akhir.
Ari SUFYANDI
21
Dalam menggunakan persamaan tersebut harus diperhatikan perjanjian : 1. Q masuk sistim, tandanya poistif (+) dapat diartikan sebagai W yang dihasilkan sistim atau W meninggalkan sistim. 2. Q keluar sistim, tandanya negatif (-) dapat diartikan sebagai W diberikan kepada sistim arau W mengenai sistim. Persamaan umum Hukum Termodinamika I : dQ ! dE dW ............(17) tanda (-) di atas dQ dan dW untuk menyatakan dan mengindikasikan bahwa dQ dan dW bukan merupakan diferensial matematik yang sebenarnya. Dalam kenyataannya pada fenomena-fenomena di alam ini besarnya Ek dan Ep sama dengan nol, karena kecepatan dan perbedaan ketinggian masa yang dianalisis sangat kecil, sehingga : Etot = U + Ekin + Epot menjadi E=U, atau (E = U 2 U 1 ! (U dengan demikian persamaan umum Hkm TD I pada suatu sistim tertutup adalah dQ ! dU dW ..............(18) Persamaan (18) disebut juga sebagai persamaan energi untuk proses yang tidak mengalir.
Ari SUFYANDI
22
Berdasarkan Gambar tersebut, aplikasi hukum TD I pada setiap prosesnya adalah : Perbandingan besarnya kerja yang dihasilkan dengan total panas yang diberikan disebut efisiensi termal yang merupakan ukuran prestasi suatu proses siklik.
Ari SUFYANDI
23
Pada Termodinamika gaya luar dan jarak yang dihasilkan pada kerja sukar dikenali, karena dalam pandangan TD, kerja merupakan perpindahan energi, tanpa adanya pindah masa yang melalui batas sistim. Bentuk lain kerja adalah kerja yang dihasilkan oleh perubahan volume karena adanya tekanan dW = P.dV dimana P merupakan tekanan luar yang dikenakan pada sistim. Kerja yang dihasilkan oleh listrik dan kerja magnit dan lain-lain pada suatu sistim dalam persamaan umumnya dapat dinyatakan dW= Yi.dXi Yi merupakan gaya luar, dapat berupa gaya listrik atau magnit, sedangkan dXi merupakan perubahan tempat. Pada suatu bilah logam yang dapat ditekan dan diregangkan yang mempunyai panjang L, beban tarikan aksialnya F. Bila gaya F diberikan, akan terjadi perpanjangan bilah logam. Kerja yang diperlukan untuk memperpanjang bilah logam tersebut adalah : dW = - F.dL Bila diketahui besarnya tegangan X = F/A dan besarnya tahanan (strain) adalah I, maka : dI = dL/L, dengan demikian dW = - (XA) dI.L bila diketahui volume bilah logam adalah AL, maka : dW = - X.V.dI, dalam proses yang lengkap W = V.X dI. Dalam suatu sistim listrik analog dengan uraian di atas sehingga besarnya kerja listrik pada suatu sistim adalah : dW = -E.dZ Z- jumlah muatan listrik E- gaya elektromotiv Besarnya kerja pada sistim magnetik dW = - hdM h - medan magnit
Ari SUFYANDI
24
dW - daya magnit Menurut Termodinamika kerja merupakan fungsi lintasan, kedaan tersebut dapat dibuktikan dengan uraian sebagai berikut; Perhatikan gambar di bawah ini, sistim berubah dari keadaan 1 ke keadaan 2 melalui proses/lintasan yang berbeda, yaitu A dan B. Besarnya kerja pada lintasan tersebut sama dengan luas kurva lintasannya, karena luasnya berbeda maka jumlah kerja yang dihasilkan juga berbeda. Besarnya kerja pada proses A adalah V1.A1.A2.V2, pada proses B besarnya kerja merupakan luas bidang V1.B1.B2.V2. Secara matematik proses A dapat dijabarkan sebagai berikut : B P 1
V1
V2
Untuk lintasan B : Berdasarkan uraian tersebut diatas terbukti bahwa kerja merupakan fungsi lintasan dan besarnya tergantung pada proses. Secara umum kerja mempunyai sifat dan fenomena sebagai berikut : 1. Kerja merupakan fenomena sementara, sistim tidak selalu dalam kedudukan kerja 2. Bila sistim berubah, akan terjadi atau timbul pindah kerja 3. Kerja merupakan fenomena batas, karena hanya dapat diamati pada dan bila ada batas sistim 4. Kerja merupakan energi yang dapat melalui batas sistim 5. Kerja merupakan fungsi lintasan
Ari SUFYANDI
25
Sama halnya dengan kerja, panas merupakan energi dalam kondisi transit. Bila melalui batas sistim maka panas ini akan lenyap dan menjadi bagian sistim yang lain atau sekelilingnya. Bila pada sistim PV, tekanan merupakan gaya pengendali yang menghasilkan kerja. Pada panas, temperatur merupakan pengendali yang bekerja sama dengan pindah panas untuk menghasilkan kerja. Keadaan ini akan terjadi bila dua buah benda dengan temperatur berbeda kontak satu sama lain sehingga terjadi interaksi panas dengan keduanya. Panas merupakan fungsi lintasan, bila sistim berubah dari keadaan 1 dan ke keadaan 2, jumlah panas yang dipindahkan tergantung pada keadaan sistim tersebut berproses yang dinyatakan dalam lintasan. Secara prinsip terdapat kesamaan pandangan pada panas dan kerja dalan TD. Akan tetapi terdapat beberapa perbedaan yang mendasar, antara lain : 1. Secara fisik, panas merupakan suatu fluida yang tidak mempunyai berat dan tidak dapat dilihat, akan tetapi dapat disimpan dalam suatu sistim. 2. Energi panas disimpan dalam sistim, energi yang disimpan dapat berupa energi kinetik atau energi potensial, oleh karenanya unit panas dapat dinyatakan dalam kerja atau energi. Bila dua sistim A dan B dalam keadaan kontak termal satu sama lain, sekelilingnya dibatasi oleh dinding adiabatis, maka untuk sistim A : QA = UA1 - UA2 + WA untuk sistim B: QB = UB1 - UB2 + WB maka QA + QB = (UA1-UA2) +WA + (UB1-UB2) +WB = (UA2+UB2)-(UA1+UB1) +(WA+WB) karena dindingnya adiabatik, maka : QA + QB = 0, atau QA = - QB berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bila dua sistim dalam keadaan kontak termal, dindingnya adiabatik, besarnya panas yang dihasilkan oleh sistim yang satu akan sama dengan panas yang hilang dari sistim yang lain. (Pernyataan ini merupakan salah satu pembuktian dari Hukum TD ke 0)
Ari SUFYANDI
26
Ari SUFYANDI
27