Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, tingkat persaingan antar bisnis menjadi semakin ketat. Bisnis dalam segala bidang mulai bermunculan dan hal ini menyebabkan tingkat resiko terhadap pengembangan suatu bisnis baru menjadi semakin besar. Kemungkinan untuk tidak dapat bertahan dan mengikuti persaingan bisnis yang sudah ada semakin meningkat. Oleh karena itu, sebelum suatu bisnis ataupun investasi, diperlukan adanya suatu studi akan kelayakan bisnis atau investasi agar resiko kegagalan bisnis dapat diminimalisasi. Studi kelayakan merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan, 2005). Dengan kata lain simpulan dan saran yang disajikan pada akhir studi kelayakan tersebut merupakan dasar pertimbangan (teknis, ekonomis dan komersil) untuk menentukan apakah investasi pada proyek tertentu jadi dilakukan. Tujuan utama studi kelayakan adalah menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Dari pengertian tersebut, dilihat bahwa studi kelayakan mencakup berbagai aspek, mulai dari aspek teknis, ekonomis, komersil, dll. Dalam kesempatan ini, akan dibahas salah satu aspek, yaitu aspek ekonomis. Untuk menentukan kelayakan suatu bisnis dari segi ekonomis, dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu melalui perhitungan : NPV (Net Present Value) IRR (Internal Rate of Return) Benefit-Cost Ratio Pay back period

Dari keempat faktor tersebut, faktor yang paling popular digunakan dalam penilaian kelayakan bisnis adalah perhitungan NPV dan IRR. Sebagian besar analis berpendapat bahwa pemakaian IRR dalam menilai kelayakan bisnis lebih baik dibanding NPV. Mengapa hal itu terjadi? Dalam paper ini, penulis akan memcoba menjawab pertanyaan tersebut.

1.2 Tujuan Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk menjawab pertanyaan mengapa pemakaian IRR (Internal Rate of Return) lebih disarankan dibandingkan NPV (Net Present Value) dalam menilai kelayakan bisnis.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskontokan pada saat ini. Secara singkat, NPV dapat dirumuskan sebagai berikut : ( atau ) ( )

dengan : Ci = Net cash flow r = discount factor (biasanya 1,5 * bunga deposito bank) n = umur ekonomi

Dengan menggunakan rumus diatas, akan diperoleh nilai NPV dari suatu bisnis dan untuk memutuskan bisnis layak atau tidak untuk dijalankan dapat digunakan tabel berikut.

Bila.. NPV > 0

Berarti.. investasi yang dilakukan memberikan manfaat bagi perusahaan investasi yang dilakukan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan investasi yang dilakukan tidak mengakibatkan perusahaan untung ataupun merugi

Maka.. proyek bisa dijalankan

NPV < 0

proyek ditolak

NPV = 0

Kalau proyek dilaksanakan atau tidak dilaksanakan tidak berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.

2.2 Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah untuk mencari suatu tingkat bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value of future proeed) dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menjadikan NPV sama dengan nol. Untuk menentukan nilai IRR, dapat digunakan persamaan berikut.

IRR diperoleh saat

NPV = 0

Suatu bisnis dikatakan layak jika dari hasil perhitungan, nilai r atau nilai IRR lebih besar dari 1,5 kali bunga deposito bank. Hal ini menunjukkan bahwa investasi lebih menguntungkan jika digunakan untuk menjalankan bisnis dibanding deposito.

2.3 NPV vs IRR Untuk membandingkan apakah benar IRR lebih baik daripada NPV, akan digunakan sebuah contoh kasus. Tahun (n) Arus kas (Cn) 0 1 2 3 4 -4000 1100 1300 1800 1500

Dengan perhitungan NPV akan diperoleh : (mis. r = 10%) ( ) $ 451.27 Dengan perhitungan IRR akan diperoleh : ( 14.78% ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

dalam grafik,

IRR = 14.78 %

Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa NPV > 0 pada r = 10% dan IRR = 14.78% (IRR>r), berarti bisnis tersebut layak untuk dilanjutkan. Pada dasarnya, nilai dari NPV dan IRR akan memberikan hasil yang sama dalam menentukan kelayakan bisnis. Dimana ketika IRR > r, itu juga menunjukkan NPV > 0, sehingga bisnis layak. Sebaliknya, IRR < r menunjukkan NPV < 0 dan bisnik tidak layak. Namun, untuk kasus perbandingan terhadap dua proyek, terdapat sedikit perbedaan. Years Project A Project B Diperoleh Project Project A Project B NPV ($) 1230.50 3409.00 Project B IRR 36.31% 23.38% 0 -2500 -14000 1 1500 7000 2 1500 7000 3 1500 7000

Project A

Dari grafik dapat disimpulkan : Berdasarkan nilai IRR Project B lebih baik dari Project A, karena IRR B > IRR A. Berdasarkan nilai NPV Pada r < 20%, Project B lebih baik dari project A karena NPV B > NPV A. Namun, pada r > 20%, project A lebih baik dari project B karena NPV A > NPV B.

Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa ketika dua projek dibandingkan, hasil NPV dan IRR belum tentu memberikan hasil yang sama. Nilai NPV berubah-ubah sesuai dengan tingkat bunga (r) yang ditetapkan. Sedangkan nilai IRR tetap dan tidak berubah. Jadi, IRR lebih disarankan dalam menilai kelayakan bisnis. Selain itu, dalam bisnis dikenal adanya prinsip return yaitu tingkat pengembalian modal. Tidak selamanya bisnis yang menghasilkan profit besar lebih menguntungkan daripada bisnis dengan profit rendah. Misalnya. Bisnis A memerlukan modal Rp 10.000.000 dan menghasilkan keuntungan Rp 3.000.000 setiap bulannya. Sedangkan bisnis B memerlukan modal Rp 100.000.000 dan menghasilkan keuntungan Rp 10.000.000 setiap bulannya. Walaupun dari segi profit, bisnis B lebih besar. Namun dari segi return atau pengembalian modal, bisnis A memiliki return lebih tinggi. Jadi bisnis A lebih baik. Prinsip return ini juga terdapat dalam perhitungan IRR. IRR (Internal Rate of Return) secara tidak langsung mencakup tingkat pengembalian modal atau budget yang dikeluarkan. Jadi, perhitungan berdasarkan nilai IRR lebih baik daripada NPV.

BAB III KESIMPULAN

Dari pembahasan dan contoh-contoh yang dibahas dapat disimpulkan bahwa IRR (Internal Rate of Return) lebih disarankan daripada NPV (Net Present Value) dalam memilai kelayakan bisnis karena IRR memberikan hasil atau nilai yang tetap untuk suatu bisnis berdasarkan net cash flow tiap periodenya, sedangkan nilai NPV dapat berubah tergantung discount rate yang digunakan. Selain itu, IRR juga mengandung prinsip return atau tingkat pengembalian modal dari suatu bisnis.

DAFTAR PUSTAKA

DataStudi. 2008. Analisis Kelayakan Investasi [diakses online 28 Februari 2012]. URL : http://datastudi.wordpress.com/2008/12/25/analisis-kelayakaninvestasi/ FAO. 2011. Investment decisions - Capital budgeting [diakses online 28 Februari 2012]. URL : http://www.fao.org/docrep/W4343E/w4343e07.htm Hartono, Budi. 2012. Feasibility Study Fundamentals. Wikipedia. 2011. NPV [diakses online 28 Februari 2012] URL : http://id.wikipedia.org/wiki/NPV Wikipedia. 2011. IRR [diakses online 28 Februari 2012] URL : http://id.wikipedia.org/wiki/IRR

Anda mungkin juga menyukai