DEFINISI
Pembunuhan bayi atau secara umum disebut dengan infanticide adalah sebuah istilah hukum yang menggambarkan tentang pembunuhan anak dengan usia di bawah 1 tahun oleh ibu sang anak. Sedangkan menurut Infanticide Act 1938, article I yang disepakati di London, Infanticide adalah: Where a women by any wiilful act or omission causes the death of her child. Being a child under the age of 12 months, but at the time of the act or omission the balance of her mind was disturbed by reason of her not having fully recovered from the effect for lactation concequent upon the birth of the child, then not withstanding... that but for this act the offence would have amounted to murder, she shall be guilty...of infanticide. (Hadijah, Susi. 2008. PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN PEMBUNUHAN BAYI DI WILAYAH DIY. Hal 41. TESIS UNDIP : Semarang.) Menurut pustaka lain, infanticide merupakan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak beberapa lama setelah dilahirkan, karena takut ketahuan ia melahirkan anak Pengkhususan infanticide sebagai tindak pidana yang hukumannya lebih ringan tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi mental saat hamil, melahirkan, menyusui sangat labil dan mudah tergoncang akibat keseimbangan hormon. (Dahlan, Sofwan. 2000. ILMU KESEHATAN FORENSIK Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Umum. Hal 141. Badan Penerbit UNDIP : Semarang.)
Dapat disimpulkan bahwa Pembunuhan Anak Sendiri (PAS) adalah merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap nyawa yang unik sifatnya. Unik dalam arti si pelaku pembunuhan haruslah ibu kandungnya sendiri, dan alasan atau motivasi untuk melakukan kejahatan tersebut adalah karena si ibu takut ketahuan bahwa ia telah melahirkan anak; oleh karena anak tersebut umumnya adalah hasil hubungan gelap. (Afandi D., Hertian S., Surya Atmadja D, & Riyanto Widjaja I. 2008. Pembunuhan Anak Aendiri dengan Kekerasan Multipel. Hal 3. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 8 No. 9 Ed. September. FKUI : Jakarta) Kelahiran bayi hidup dan mati merupakan hal penting yang diperhitungkan untuk mengetahui berat dan ringannya hukuman ibu. Lahir hidup adalah setiap hasil konsepsi tanpa melihat masa hamil setelah dilahirkan spontan atau tidak atau tidak lagi berhubungan dengan plasenta dapat bernafas atau menunjukkan gejala hidup. Sedengkan lahir mati merupakan hasil konsepsi dengan masa hamil 28 minggu atau lebih yang sebelumnya lahir spontan atau tidak telah meninggal dunia. (Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 113. 2009. Bagian Kedokteran Forensik FK UKI: Jakarta) Di Indonesia ada pengkhususan bagi pmebunuhan bayi oleh ibu kandungnya yaitu, Kinderdooslag dan kindermood, tetapi pengkhususan tersebut didasarkan atas motif takut ketahuan melahirkan anak. Agaknya motif tersebut dikaitkan dengan kultur didalam masyarakat Indonesia yang masih menganggap tabu seorang wanita melahirkan anak tanpa suami. Oleh sebab itu seorang wanirta yang membunuh bayi sendiri dari hasil perkawinan yang syah dengan seseorang tidak dapat dikategorikan sebagai kinderdooslag atau kindermood sebab ia tidak mempunyai alasan yang kuat untuk ktakut ketahuan melahirkan anak. (Dahlan, Sofwan. 2000. ILMU KESEHATAN FORENSIK Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Umum. Hal 141. Badan Penerbit UNDIP :
Semarang.)
DASAR HUKUM
Berikut ini adalah beberapa pasal dalam KUHP yang dapat digunakan dalam kasus infantisida untuk menjerat pelaku yaitu : Seorang ibu yang dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan atau tidak berapa lama sesudah dilahirkan, karena takut ketahuan bahwa ia sudah melahirkan anak, dihukum, karena makar mati terhadap anak, dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun. (Pasal 341 KUHP) Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang akan diambilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian dari pada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang direncanakan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun. (Pasal 342 KUHP) Bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 diancam kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan. (Pasal 343 KUHP) (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 165. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.) Barang siapa mengubur, menyembunyikan, mengangkat, atau menghilangkan mayat, dengan maksud hendak menyembunyikan kematian dan kelahiran orang itu, dihukum penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya empat ribu lima ratus rupiah. (Pasal 181 KUHP) Dari ketiga undang undang diatas ada tiga faktor penting : Ibu Hanya ibu kandung yang dapat dihukum karena melakukan pembunuhan anak sendiri. Waktu Pada saat dilahirkan atau tidak lama kemudian. Psikis
Terdorong rasa takut akan diketahui orang telah melahirkan anak, alasan membunuh karena rasa takut ketahuan melahirkan anak. (Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 114. 2009. Bagian Kedokteran Forensik FK UKI: Jakarta)
Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Umum. Hal 147 - 157. Badan Penerbit UNDIP : Semarang.)
PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI Seri Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 13. Yayasan AFIAT. Ikatan Ahli Patologi Indonesia: Jakarta.)
Viabilitas Bayi
Viable adalah keadaan bayi atau janin yang dapat hidup di luar kandungan tanpa peralatan khusus atau canggih. Kriteria viabilitas untuk itu terdiri atas : umur kehamilan lebih dari 28 minggu panjang badan (kepala tumit) lebih dari 35 cm (De Hass), panjang badan (kepala-tungging) lebih dari 23 cm, berat badan lebih dari 1000 gram, lingkar kepala 32 cm tidak ada cacat bawaan yang fatal. Cacat bawaan yang dapat dianggap fatal adalah severe Spina bifida, anencephali dan abdominal
ectropion. Dengan demikian jika kondisi bayi menunjukkan gambaran telah dikandung 28 minggu atau lebih tetapi mempunyai cacat bawaan yang berat atau jika bayi tidak mempunyai cacat berat tetapi dikandung kurang dari 28 minggu maka bayi tersebut dianggap tidak viabel. Bayi cukup bulan atau mature adalah bayi dengan umur kehamilan lebih dari 36 minggu dengan kriteria sebagai berikut : panjang badan (kepala-tumit) lebih dari 48 cm panjang badan (kepala-tungging) 30 33 cm berat badan 2500-3000 gram lingkar kepala 35cm. Pada bayi cukup bulan, hampir selalu terdapat pusat penulangan pada distal femur, sedangkan pada proksimal tibia kadang-kadang dijumpai atau dapat juga terbentuk sesudah lahir, juga pada tulang kuboid. Pada bayi wanita didapatkan pusat penulangan timbul lebih cepat. (Bahan Ajar Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 115 - 116. 2009. Bagian Kedokteran Forensik FK UKI: Jakarta) Ciri-ciri lain yang dapat dijumpai pada bayi cukup bulan adalah lanugo sedikit, terdapat pada dahi, punggung dan bahu, pembentukan tulang rawan pada telinga telah sempurna ( bila daun telinga di lipat akan cepat kembali ke keadaan semula); diameter tonjolan susu 7 mm atau lebih; kuku-kuku jari melewati ujung-ujung jari; garis-garis telapak kaki telah terdapat melebihi 2/3 bagian depan kaki, testis sudah turun mencapai skrotum; labia minora tertutup oleh labia mayora yang telah berkembang sempurna; kulit berwarna merah muda (pada kulit putih) atau merah kebiru-biruan ) pada kulit berwarna). Saat bayi beruasia 1-2 minggu maka warna kulit akan berubah menjadi lebih pucat atau coklat kehitamhitaman; lemak bawah kulit cukup merata sehingga memberikan gambaran kulit tidak keriput. Hal ini berbeda dengan kondisi pada bayi yang premature dimana kulitnya keriput.
(ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 172. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.) Untuk menentukan umur janin atau embrio, maka biasanya digunakan rumus De Haas : Untuk 5 bulan pertama : Panjang kepala-tumit (cm) = kwadrat umur gestasi (bulan) Untuk usia > 5 bulan : Panjang kepala tumit (cm) = umur gestasi (bulan) x 5 Umur 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan Panjang badan (kepala tumit) 1 x 1 = 1 cm 2 x 2 = 4 cm 3 x 3 = 9 cm 4 x 4 = 16 cm 5 x 5 = 25 cm 6 x 5 = 30 cm 7 x 5 = 35 cm 8 x 5 = 40 cm 9 x 5 = 45 cm
Tabel 1.1. Tabel Perkiraan Umur Bayi berdasarkan Panjang Badan (De Haas). (Budijanto A., Sudiono S., & Widiatmaka W. 1988. PEMBUNUHAN ANAK SENDIRI Seri Ilmu Kedokteran Forensik. Hal 24. Yayasan AFIAT. Ikatan Ahli Patologi Indonesia: Jakarta.) Sedangkan untuk memperkiraan umur janin dapat dilakukan dengan melihat keadaan pusat penulangan (ossification center) Pusat penulangan pada : Umur (bulan)
Klavikula Tulang panjang (diafisis) Iskium Pubis Kalkaneus Manubrium sterni Talus Sternum bawah Distal femur Proximal tibia Kuboid
1,5 2 3 4 5-6 6 Akhir 7 Akhir 8 Akhir 9 atau setelah lahir Akhir 9 atau setelah lahir Akhir 9 atau setelah lahir Bayi wanita lebih cepat
Tabel 1.2. Tabel perkiraan umur Bayi berdasarkan Pusat penulangan Pemeriksaan pusat penulangan diatas, dapat dilakukan melalui pemeriksaan radiologis atau pada saat dilakukan otopsi dengan cara sebagai berikut : Calcaneus dan Tallus. Lakukan dorsofleksi kaki dan buat insisi mulai dari tumit ke arah depan sampai sela jari kaki ketiga dan keempat. Dengan melebarkan potongan pada kulit, tallus dan calcaneus dapat dipotong longitudinal untuk memeriksa adanya pusat penulangan. Distal femur dan proximal tibia. Lakukan flexi tungkai bawah pada sendi lutut dan buat irisan melintang pada lutut sampai tempurung lutut. Dengan gunting, ligamentum patellae dipotong dan patellae disingkirkan. Dengan pisau, lakukan pengirisan distal femur atau proximal tibia mulai dari ujung, lapis demi lapis ke arah metaphyse. Pusat penulangan akan tampak sebagai bercak berwarna merah homogen berbentuk oval dengan diameter lebih dari 5 mm di daerah epiphyse tulang.
Walaupun dalam undang-undang tidak dipersoalkan umur bayi, tetapi kita harus menentukan apakah bayi tersebut cukup bulan atau belum cukup bulan (premature) ataukah non viable, karena pada keadaan premature dan non viable, kemungkinan bayi tersebut meninggal akibat proses alamiah besar sekali sedangkan kemungkinan meninggal akibat pembunuhan anak sendiri adalah kecil. (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 171 - 172. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.)
Tanda Maserasi
Pada bayi lahir mati terdapat tanda-tanda maserasi (Aseptic decomposition) yaitu proses pembusukan intrauterine yang berlangsung dari luar ke dalam dan adanya infark pada tali pusat. Tanda ini dapat dilihat setelah 8-10 hari kematian intrauterine. Bila kematian baru terjadi 3 atau 4 hari maka tanda yang terlihat hanya berupa perubahan pada kulit saja (vesikel atau bulla yang berisi cairan kemerahan). Tanda lain yang dapat berupa epidermis berwarna putih, keriput, bau tengik (bukan bau busuk ), terdapat gambaran pengelupasan dan kadang menyerupai jeli, tubuh mengalami perlunakan sehingga dada terlihat datar, sendi pada lengan dan tungkai lunak, dan organ-organ tampak basah tetapi tidak berbau busuk dan warnanya Brownies pink. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan dengan proses pembusukan yang terjadi dimana akan terbentuk warna kehijauan. Pada pemeriksaan histologis nampak gambaran proses autolisis pada sel. Pada bayi lahir hidup tidak ditemukan tanda-tanda maserasi tetapi pada bayi lahir hidup yang sudah mengalami pembusukan terdapat bau busuk dan warnanya kehijauan. Tetapi pada bayi lahir mati dimana ibunya mengalami ketuban pecah dini, bayi dapat lahir dalam keadaan membusuk. Proses pembusukan yang didapatkan pada bayi harus kita bedakan dengan proses maserasi.
terletak di belakang jantung, berwarna gelap dan homogen, beratnya ratarata 1/70 dari berat badan bayi. Teksturnya terlihat sama atau uniform, tidak ada permukaan yang lebih pucat, tidak ada area yang mengalami krepitasi dan sudutnya terlihat lebih tajam. Paru terlihat lebih kecil dibandingkan rongga toraks. Bila paru dibedah bagian dalamnya terlihat sama baik dalam warna dan teksturnya (moist mirip seperti jelly strawberry). Pada pemeriksaan mikroskopik paru, Dapat ditemukan struktur seperti kelenjar tetapi ini bukan merupakan ciri paru bayi yang belum bernafas, melainkan merupakan ciri bayi yang belum mencapai usia gestasi 26 minggu. Tanda khas untuk bayi belum bernafas adalah adanya tonjolan (projection), yang berbentuk seperti bantal (cushion-like) yang kemudian akan bertambah tinggi dengan dasar menipis sehingga tampak seperti gada (club-like). Pada permukaan ujung bebas projection tampak kapiler yang berisi banyak darah. Pada paru bayi belum bernafas yang sudah membusuk, dengan pewarnaan Gomori atau Ladewig, tampak serabut-serabut retikulin pada permukaan dinding alveoli berkelok-kelok seperti rambut yang keriting, sedangkan pada projection berjalan dibawah kapiler sejajar dengan permukaan projection dan membentuk gelung-gelung terbuka (open loops). Serabutserabut elastin pada dinding alveoli belum terwarnai dengan jelas, masih merupakan fragmen-fragmen yang tersusun dan belum membentuk satu lapisan yang mengelilingi seluruh alveoli. Serabut tersebut tegang, tidak bergelombang dan tidak terdapat di daerah basis projection. Pada paru bayi lahir mati mungkin pula ditemukan tanda inhalasi cairan amnion yang luas karena asfiksia intrauterine, misalnya akibat tertekannya tali pusat atau solutio placentae sehingga terjadi pernafasan janin premature (intrauterine submersion). Mekoneum yang berbentuk bulat berwarna jernih sampai hijau tua mungkin terlihat dalam bronkioli dan alveoli. Kadang-kadang ditemukan deskuamasi sel-sel epitel bronkus
yang merupakan tanda maserasi diri, atau fagositosis mekoneum oleh selsel dinding alveoli. Kolon dapat menggelembung berisi mekoneum, yang merupakan tanda usaha untuk bernafas (strunggle to breath). Tampak selsel verniks akibat deskuamasi sel-sel permukaan kulit, berbentuk persegi panjang dengan inti piknotik berbentuk huruf S, bila dilihat di atas samping terlihat seperti bawang (onion bulb). Juga tampak sedikit sel-sel amnion yang bersifat asidofilik dengan batas tidak tegas dan inti terletak eksentrik dengan batas yang juga tidak jelas.
atau tanpa emfisema obstruktif serta tidak terlihat adanya penonjolan ( projection ). Pada pewarnaan Gomori atau Ledewig serabut retikulin akan tampak tegang. Pada pernafasan parsial yang singkat mungkin hasil uji apung paru negative dan mikroskopis memperlihatkan gambaran alveoli yang kolaps dengan dinding yang berhimpitan atau hampir berhimpitan. Kadang- kadang dapat ditemukan edema yang luas pada jaringan paru, membrane duktus alveolaris yang tersebar dalam jaringan paru yang mungkin berasal dari lemak verniks ( membrane hialin, yang akan terlihat bila bayi telah hidup lebih dari 1 jam ), atau atelektasis paru akibat obstruksi oleh membran duktus alveolaris. Uji Apung Paru,
Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch techniqu ) paru-paru tidak disentuh untuk menghindari kemungkinan timbulnya arefak pada sediaan histopatologik jaringan paru akibat manipulasi berlebihan. Semua organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh lalu dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Kemudian paru- paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kembali ke dalam air, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Setelah itu tiap lobus dipisahkan dan dimasukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam. Lima potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air dan diperhatikan apakah mengapung atau tenggalam. Hingga tahap ini, paru bayi yang lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas pembusukkan. Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan diantara dua karton dan ditekan (dengan arah tekanan yang tegak lurus jangan bergeser ataupun ditekan secara digeser) untuk mengeluarkan gas pembusukkan yang terdapat pada jaringan interstitial paru, lalu dimasukkan kembali ke dalam air dan diamati apakah masih mengapung atau tenggelam. Bila masih mengapung berarti alveoli paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar, berarti bayi tersebut pernah bernafas. Kadang-kadang dengan penekanan, dinding alveoli pada mayat bayi yang telah membusuk lanjut akan pecah juga dan udara residu keluar. Uji apung paru harus dilakukan menyeluruh sampai potongan kecil paru mengingat kemungkinan adanya pernafasan sebagian (partial respiration) yang dapat bersifat buatan (pernafasan buatan) ataupun alamiah. Uji apung ini memberikan hasil yang bermakna bila semua organ thoraks secara bersamaan dimasukkan ke dalam air dan mengapung. Jika hanya paru saja, tidak terlalu bermakna.
Setelah bayi lahir hidup, akan terjadi obliterasi arteri dan vena umbilikalis dalam waktu 3-4 hari. Duktus venosus akan tertutup setelah 3-4 minggu dan foramen ovale akan tertutup 3 minggu sampai 1 bulan tetapi kadang-kadang tidak menutup walaupun sudah tidak berfungsi lagi. Duktus arteriosus akan akan tertutup setelah 3 minggu sampai 1 bulan.Mengingat proses diatas terjadi dalam 2-3 minggu, maka pada pemeriksaan dalam jarang ditemukan, karena pembunuhan pada bayi biasanya dilakukan tidak berapa lama sesudah dilahirkan.
menunjukkan bahwa bayi lahir hidup dan diperkirakan bayi telah hidup selama 6-12 jam. Bila udara sudah sampai di usus besar berarti bayi telah hidup 12-24 jam. Tetapi harus diingat kemungkinan adanya pernafasan buatan atau gas pembusukkan. Bukti yang dianggap paling reliabel bahwa bayi lahir hidup adalah ditemukannya makanan dan bakteri pada saluran pernafasan. (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 171. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.) Dapat pula dilakukan menggunakan uji udara didalam traktus gastrointestinal yaitu dengan cara melepaskan lambung dan usus setelah mengikat degan ikatan ganda pada setiap sisi lambung dan pada akhir duodenum dan bagian rendah dari usus. Kemudian diletakkan dalam air, dilihat mengapung atau tidak. (Forensik & toksikolohi hal. 198)
Eritrosit berinti
Eritrosit berinti akan hilang dalam 24 jam pertama bayi lahir hidup, namun kadang kala masih dapat ditemukan dalam sinusoid hati.
perdarahan otak yang hebat, dengan atau tanpa robekan pada tentorium cerebri, pneumonia intrauterine. Sekalipun bayi tersebut lahir hidup, bayi tersebut akan mati karena kelainan-kelainan tersebut di atas. (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 168 - 173. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.)
Tanda-tanda perawatan
Penentuan tanda-tanda perawatan sangat penting dalam kasus pembunuhan. Anak yang baru dilahirkan dan belum mengalami perawatan dapat diketahui dari tanda tanda sebagai berikut : Tubuh masih berlumuran darah Ari ari (placenta), masih melekat dengan tali pusat dan masih berhubungan dengan pusar (umbilicus) Bila ari ari tidak ada, maka ujung tali pusat tampak tidak beraturan, hal ini dapat diketahui dengan meletakkan ujung tali pusat tersebut ke permukaan air Adanya lemak bayi (vernix caseosa) pada daerah dahi serta di daerah yang mengandung lipatan lipatan kulit, seperti daerah lipatan ketiak lipat paha dan bagian belakang bokong. (Munim Idries, Abdul. 1997. Pedoman Ilmu Kedoteran Forensik Ed. 1 Hal 261 - 262. Binarupa Aksara : Jakarta)
Bayi cukup bulan, premature dan post mature Lama hidup bayi diluar kandungan (Umur Bayi)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menentukan lamanya bayi hidup diluar kandungan, dengan memperhatikan hal-
ikterus,
Munculnya ikteus pada bayi baru lahir biasanya muncul pada hari ke empat sampai hari kesepuluh
b. Pemeriksaan dalam
Ditemukan : darah berwarna lebih gelap dan encer
busa halus di dalam saluran pernapasan pembendungan sirkulasi dalam seluruh organ tubuh sehingga menjadi lebih berat, lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah. Ditemukan petekiae pada organ dalam Sering ditemukan adanya edema paru Disamping menentukan sebab kematian akan lebih baik kalau kita mengetahui cara kematian. Cara kematian dapat dikarenakan Trauma lahir Kematian pada bayi baru lahir akibat trauma persalinan dijumpai tanda-tanda seperti : Kaput suksadaneum. Hal ini memberikan gambaran mengenai lamanya persalinan dimana semakin lama persalinan maka kaput suksadaneum yang timbul akan lebih hebat dengan gambaran edema pada kulit kepala begian dalam di daerah presentasi terendah dan berwarna kemerahan, terdapat perdarahan di bawah periosteum tulang tengkorak Sefal hematom adalah perdarahan setempat di antara periosteum dan permukaan tulang tengkorak dan tidak melampaui sutura dan molase yang hebat. Umumnya pada tulang parietal dan skuama tulang tulang occipital. Sefal hematom memberi gambaran perdarahan di bawah periosteum yang terbatas pada satu tulang dan tidak melewati sutura Fraktur tulang tengkorak biasanya hanya berupa cekungan saja pada tulang ubun-ubun (Celluloiid ball fracture). Perdarahan intracranial. Yang sering terjadi adalah perdarahan subdural akibat laserasi tentorim serebelli dan falks cerebri, robekan vena galena,robekan sinus sagitalis superior dan sinus tranversus, bridging vein dekat sinus sagitalis superior. Perdarahan ini timbul pada molase kepala yang hebat atau kompresi kepala yang cepat dan mendadak oleh jalan lahir
yang belum melemas (pada partus presipitatus) (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 174. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.) Kecelakaan Kecelakaan dapat terjadi karena jatuh dan kadang-kadang dapat terjadi akibat ketidaktahuan dari wanita yang baru pertama kali melahirkan anak, misalnya saat melahirkan wanita tersebut merasa ingin buang air besar. Partus presipitatus, biasanya bayi lahir bersamanya dengan plasentanya, sehingga tali pusatnya dalam keadaan utuh; tali pusatnya terlalu panjang sehingga anak mencapai tanah tanpa menarik plasentanya; dan tali pusatnya terputus maka ujungnya tidak rata. Pembunuhan Pada kasus pembunuhan, harus diingat bahwa ibu dalam keadaan panik sehinnga ia akan melakukan tindakan kekerasan yang berlebihan walaupun sebenarnya bayi tersebut dalam keadaan tidak berdaya dan lemah sekali. Cara yang tersering dilakukan adalah yang menimbulkan asfiksia seperti tersebut diatas. Pembunuhan dengan melakukan kekerasan tumpul pada kepala jarang dijumpai. Bila dilakukan cara biasanya dilakukan dengan berulang - ulang meliputi daerah yang luas hingga menyebabkan patah dan retak pada tulang tengkorak dan memar jaringan otak. Pembunuhan dengan ditemukan. (ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. 175. 1997. Bagian Kedokteran Forensik FKUI : Jakarta.) Kematian yang disebabkan sakit senjata tajam jarang
Penyakit yang sering menyebabkan kematian antara lain malformasi an eritroblastosis fetalis yang menyebabkan keadaan yang fatal atau mematikan bayi ketika lahir. Apakah Kematian Berhubungan Dengan Infanticida Jika tubuh bayi baru lahir ditemukan di tempat-tempat pembuangan sampah, tanpa ada penjelasan riwayat kematiannya, dalam otopsi akan menunjukkan bahwa bayi dibunuh oleh tindakan criminal. Tindakan yang paling sering dilakukan dalam infanticide adalah berbagai tindakan yang menyebabkan asfiksia untuk menutup tangisan bayi. Banyak kematian bayi disebabkan pembekapan dengan tenaga atau bentuk yang menutupi wajah dan menunjukkan tandatanda distorsi dan tekanan. Infanticide choking disebabkan gumpalan kapas, gulungan kain kasa dan berbagai macam bahan seperti debu atau bubuk bedak yang disumbatkan pada tenggorokan yang menutupi laring. Jika benda asing tidak ditemukan dalam mulut dan jalan napas, cara kematian mungkin akan sulit dibuktikan. Strangulasi Pada penjeratan biasanya akan memberikan gambaran berupa jejas jerat yang tidak sejelas pada jejas gantung dengan arah lebih horisontal dengan kedalamannya reguler, ditemukan luka memar atau lecet pada leher walaupun dalam jumlah minimal. Gambaran lain dapat berupa kongesti pada wajah, sianosis dan bintik-bintik perdarahan. Pembekapan Pada kasus akibat pembekapan sering pada pemeriksaan luar tidak ditemukan apa apa terutama apabila pembekapan dilakukan dengan benda yang lunak. Kematian akibat pembekapan terjadi lebih cepat daripada peristiwa sufokasi, dengan tanda-tanda asfiksia yang sangat jelas. Tanda kekerasan
yang dapat ditemukan sangat dipengaruhi oleh jenis benda yang digunakan dan kekuatan saat menekan. Luka kekerasan yang mungkin terdapat adalh luka lecet jenis tekan atau geser, goresan kuku dan luka memar pada ujung hidung, bibir, pipi dan dagu yang mungkin terjadi akibat korban melawan. Luka tusuk Di daerah kepala melalui fontanel, luka tusuk pada jantung, luka irisan di daerah tenggorokan, kematian ini disebabkan oleh karena shok atau perdarahan. Pernah ditemukan tusukan di daerah palatum molle melalui foramen magnum dan merusak medulla oblongata. Fraktur tulang tengkorak terjadi akibat benturan berulang yang terjadi pada kepala ataupuan karena bayi dilemparkan dari jendela. Dalam beberapa kasus, leher bayi patah karena pemuntiran yang dilakukan oleh ibunya, fraktur iga dan ekstremitas pun kadang- kadang terjadi.
aorta, setelah itu umbilicus dapat diligasi dan dipotong. (Prameng B., Yulianti K., & Hardinisa A. 2009. Petunjuk Teknik OTOPSI. Hal 42 43. Badan Penerbit UNDIP : Semarang) Pembukaan rongga kepala pada jenazah bayi tidak sama dengan pembukkan rongga kepala pada jenazah dewasa. Pada jenazah bayi tulang tengkorak masih lunak sehingga tidak memerlukan gergaji untuk membukannya, cukup menggunakan gunting saja. Tujuan pembukaan rongga kepala pada jenazah bayi adalah untuk melihat apakah trauma di kepala adalah akibat trauma saat di jalan lahir atau yang didapat setelah lahir. Mengingat otak bayi lebih lunak dibandingkan otak dewasa, maka sebaiknya dilakukan fiksasi menggunakan formalin 10 % terlebih dahulu. Caranya dengan melakukan penyunyikan melalui daerah sekitar ubun-ubun bear kurang lebih 10 cc, keuntungannya adalah membuat otak menjadi lebih padat, sehingga pemeriksaan adanya perdarahan otak serta pengembangan gyrus dan sulcus dapat dilakukan dengan baik. Perkembangan gyrus dan sulcus diperlukan untuk menentukan maturitas. Irisan kulitdilakukan seperti pembukaan kulit pada dewasa. (Prameng B., Yulianti K., & Hardinisa A. 2009. Petunjuk Teknik OTOPSI. Hal 24 25. Badan Penerbit UNDIP : Semarang)