Anda di halaman 1dari 25

airliness cerita dewasa singapore airline summer holidays

Cerita dewasa kali ini baru saja di lunching, ini adalah serita dewasa, bagi anda yang belum dewasa harap segera keluar dari website ini, akrena anda belum cukup umur untuk menikmati cerita dewasa ini. mungkin cerita ini bisa kita ambil hikmahnya. Perkenalkan namaku Anthony, dan panggilan akrabku adalah Anton. Aku berasal dari kota Malang (Jawa Timur), dan kedua orang tuaku masih tinggal di sana. Umurku baru 25 tahun, dan saat ini sedang studi Master tahun terakhir di Melbourne (Australia). Sejak lulus SMA aku langsung kuliah S1 di Jakarta, dan sempat bekerja selama setahun di Jakarta setelah lulus S1. Aku mendapat sponsor dari orang tua untuk melanjutkan pendidikan S2 di Australia. Aku memilih kota Melbourne karena banyak teman-temanku yang menetap di sana. Di pertengahan bulan November 2004 adalah awal dari liburan kuliah atau di Australia sering disebut dengan Summer holiday (liburan musim panas). Summer holiday di Australia biasanya maksimum selama 3 bulan lamanya. Saat itu adalah pertama kali aku pulang ke tanah air dari studi luar negeri. Rindu sekali rasanya dengan makanan tanah air, teman-teman, dan orang tua. Saat itu aku pulang dengan pesawat Singapore Airlines dengan tujuan akhir Bandara Juanda, Surabaya. Aku tiba di Surabaya sekitar pukul 11 pagi, dan terlihat supir utusan ayah sudah sejak jam 10 pagi menunggu dengan sabar kedatanganku. Ayah dan ibu tidak menjemputku saat itu karena hari kedatanganku tidak jatuh pada hari Sabtu atau Minggu, ditambah lagi dengan macetnya lalu lintas akibat banjir lumpur di kota Porong yang membuat mereka malas untuk ikut menjemputku di bandara. Wajah supirku sudah tidak asing lagi denganku, karena supir kami ini sudah bekerja dengan ayah sejak aku berumur 5 tahun. Dia sudah aku anggap seperti pamanku sendiri. Aku sangat menghormatinya meskipun pekerjaannya hanya seorang supir. Aku sempat mencari makan di kota Surabaya. Tempat favoritku tetap di restoran kwee tiau Apeng. Suasana restoran nampak tidak ramai, mungkin masih pagi hari. Di malam hari terutama di malam minggu, restoran ini akan penuh dengan antrean panjang. Seabis makan, aku meminta supirku untuk langsung jos pulang ke Malang. Badanku terasa letih sekali karena perjalanan yang panjang. Sepanjang perjalanan kami menghabiskan waktu mengobrol santai. Bahasa jawa supirku masih terkesan medok sekali. Dahulu semasa sma, bahasa jawaku juga lumayan medok. Tetapi sejak kuliah di Jakarta, aku jarang memakai bahasa jawaku, sehingga terkesan sedikit luntur. Tapi setiap kata-kata jawa yang terucap oleh supirku masih bisa aku mengerti 100%, hanya saja aku membalasnya dengan separuh jawa separuh bahasa Indo. Kemacetan lalu lintas akibat banjir lumpur di kota Porong sempat menyita perjalanan pulang kami. Aku tiba di rumahku di kota Malang sekitar jam 4 sore. Sesampai di gerbang rumah, supirku menekan klakson, memberi peringatan orang di dalam rumah untuk membuka pintu gerbang.

Tak kurang dari 2 menit, pintu gerbang terbuka dan aku membuka jendela mobilku memberi sapaan hangat kepada bibiku. Bibiku yang satu ini juga lama ikut dengan ayah dan ibu. Bibiku ini bernama Tutik, dan sudah berumur sekitar 50 tahun lebih. Bibi Tutik jago sekali memasak masakan Indonesia. Makanan bibi yang paling aku rindukan selama aku kuliah di Jakarta dan Melbourne. Aku sudah membuat daftar panjang masakan Bibi Tutik selama 3 bulan liburan musim panas ini. Setelah bersalaman dan bercanda ria dengan Bibi Tutik, tiba-tiba sosok gadis muda keluar dari pintu rumah memberikan salam kepadaku. Aku sempat tercengang oleh wajah cantik gadis yang masih terasa asing bagiku. Ternyata gadis muda ini adalah pembantu rumah yang baru, karena pembantu sebelumnya telah menikah dan pindah bersama suaminya. Aku menafsir bahwa umur gadis ini sekitar 17 atau baru 18 tahun. Setelah diperkenalkan oleh Bibi Tutik, pembantu baruku ini bernama Yanti. Yanti berperawakan sedang, sekitar 158 cm. Kulitnya sawo matang. Matanya hitam dan lebar sehingga tambak bersinar-sinar. Rambutnya hitam sebahu. Besar payudaranya bisa aku tafsirkan sekitar 32C. Pinggulnya mantap dan kakinya mulus tanpa ada borok. Wajahnya cantik berhidung mancung, hanya saja bibirnya sedikit tebal. Tapi mungkin itu yang membuatnya unik. Aku sempat tidak mengerti mengapa ibu bisa menemukan pembantu secantik ini. Yanti membantuku membawa koper bagasiku masuk, dan menanyakan diriku apakah ada cucian atau pakaian kotor yang akan dicuci. Sepertinya Yanti telah diberi info oleh ibuku bahwa aku biasanya selalu membawa pakaian kotor sewaktu pulang dari Jakarta. Jadi tidak heran ibu bisa menduga bahwa aku pasti juga membawa baju kotor pulang. Aku unpack 2 koper dan memisah-misahkan pakaian kotor dengan pakaian bersih, dan juga menata rapi oleh-oleh dari Australia. Aku sudah menyiapkan semua sovenir-sovenir untuk ayah, ibu, bibi Tutik, supir ayah. Dan tentu saja oleh-oleh yang pertamanya buat pembantu lama yang kini sudah tidak bekerja lagi dengan kita, saya berikan kepada Yanti. Ayah aku belikan topi cowboy dari kulit kangguru. Menurutku cocok untuk ayah, terutama disaat ayah sedang berkunjung di kebun apelnya. Ibu aku belikan kulit domba yang halus untuk hiasan lantai kamarnya. Supir ayah aku belikan korek api berlogokan kangguru dan kaos bergambarkan benua Australia. Sedangkan bibi Tutik dan Yanti, aku belikan 2 parfum lokal untuk setiap orang. Yanti tampak hepi banget diberi oleh-oleh parfum dariku. Aku memang sengaja memilih parfum dengan botol yang unik, sehingga terlihat sedikit mahal. Ayah dan ibu pulang dari kantor sekitar jam 6 sore. Malam itu bibi Tutik aku minta untuk memasak petai udang kecap favoritku. Aku melepas rindu dengan ayah dan ibu. Kami berbincang-bincang sampai larut malam. Tak terasa kami telah berbincang-bincang sampai jam 11 malam. Kemudian aku berpamitan dengan ayah dan ibu. Badanku sangat letih. Aku sudah hampir 36 jam belum tidur. Aku tidak terbiasa tidur di dalam pesawat. Sewaktu aku hendak menuju ke kamar tidurku, aku sempat berjalan berpas-pasan dengan Yanti. Melihat aku hendak berpas-pasan dengannya, Yanti langsung membungkukkan sedikit badannya sambil berjalan. Mata kami tidak saling memandang satu sama lain. Menurut tradisi kami, tidak sopan pembantu bertatap pandang dengan majikan saat berjalan berpas-pasan.

Malam itu, meskipun badan letih, aku masih belum langsung tidur. Aku sedang melihat-lihat photo-photoku dan teman-teman di Melbourne di handphoneku. Aku sempat kangen sedikit dengan Melbourne. Aku juga sempat berpikir mengenai Yanti, dan penasaran sekali bagaimana ibu bisa menemukan pembantu secantik Yanti. Keesokan harinya aku bangun jam 10 pagi. Aku sudah tidak ingat sudah berapa jam aku tidur. Suasana rumah sedikit hening. Ayah dan ibu sudah pasti balik ke kantor lagi. Aku memanggilmanggil bibi Tutik, dan tidak ada jawaban darinya. Tak lama kemudian Yanti muncul dari kebun belakang. Nyo Anton wis mangan? (tuan muda Anton sudah makan?) tiba-tiba Yanti bertanya memecahkan suasana hening di rumah. Istilah Nyo adalah kependekan dari Sinyo (bahasa Belanda rancu) yang sering dipake di Jawa yang artinya tuan muda. Aku berusaha membalas pertanyaan Yanti dengan bahasa Jawa. Tapi aku sudah tidak terbiasa berbincang-bincang dengan 100% bahasa Jawa. Durung, aku sek tas tangi kok. Mana bibi? Aku sudah laper nih! (Belon, aku baru aja bangun tidur. Mana bibi? Aku sudah lapar nih) jawabku separuh Jawa separuh Indo. Bibik melok nyonya. Ora ero budal nang endi. Nyonya mau tetep pesen nang aku lek Nyo Anton pengen tuku apo gawe mangan isuk (Bibi ikut nyonya. Tidak tau pigi kemana. Nyonya tadi titip pesan kepada saya kalo tuan Anton ingin beli apa untuk makan pagi) kata Yanti. Pagi itu aku berharap bibi Tutik memasak untukku. Tapi apa boleh buat, aku akhirnya meminta Yanti untuk beli nasi pecel favoritku di dekat rumah. Hanya sekitar 100 meter dari rumahku. Setelah memberi uang kepadanya, Yanti pun langsung segera berangkat. Sambil menunggu Yanti kembali, aku menyalakan TV sambil menonton acara-acara di MetroTV, RCTI, Trans TV, dan lain-lain. Rindu sekali aku dengan siaran-siaran televisi Indonesia. Aku sudah tidak sabar untuk menonton acara favoritku seperti Extravaganza, Empat Mata, dan banyak pula yang lainnya. Hanya sekitar 20 menit, Yanti telah kembali. Sambil makan nasi pecel aku kembali menonton TV, sedangkan Yanti juga kembali ke kebun belakang kira-kira mencuci atau menjemur pakaian. Mataku sempat mencuri-curi pandang ke kebun belakang. Terlihat wajahnya berkeringat karena terik matahari. Seperti yang aku duga, Yanti sedang menjemur pakaian. Aku merasa kasihan terhadapnya, karena rata-rata pakaian yang dijemurnya adalah milikku. Kulihat Yanti sedang berjinjit-jinjit sambil menjemur pakaian. Kaos yang dikenakan Yanti sedikit pendek, sehingga aku bisa melihat perut dan pusarnya. Perut Yanti ramping sekali. Payudaranya sedikit menonjol kedepan. Aku sedikit bergairah melihat kelakuan Yanti saat itu. Aku menjadi tidak berkonsentrasi menonton TV, mataku tetap melirik saja ke arah Yanti. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara bibi Tutik. Anton sek tas tangi?! Cek siange tangine. (Anton baru bangun. Kok siang banget bangunnya) suara bibi Tutik membuyarkan semuanya. Bibi teko endi? Tak carik-carik mau. (Bibi dari mana? Dari tadi aku cari-cari) jawabku. Bibi sek tas melok nyonya nang pasar. Mari ngono barengi nyonya nang omahe koncone nyonya diluk. (Bibi tadi ikut nyonya ke pasar. Setelah itu nemenin nyonya ke rumah temannya sebentar) jawab bibi.

Anton gelem opo siang iki? Gelem sambel lalapan Tutik? (Anton pengen apa siang ini? Pengen sambel lalapan Tutik) tanya bibi. Maklum memang sambel lalapan bikinan bibi Tutik tiada duanya. Makanya aku menamakannya Sambel Lalapan Tutik. Aku pernah berpikir untuk membuka depot khusus masakan bibi Tutik. Mungkin suatu hari nanti rencanaku ini bisa terwujud. Wuahhh gelem bibi. Wis kangen aku mbek sambel lalapan tutik. Goreng ikan pindang mbek goreng tempe sisan yo. (Wuahhh mau bibi. Dah kangen aku ama sambel lalapan tutik. Goreng ikan pindang dan goreng tempe juga yah) jawabku dengan girangnya. Hari demi hari, waktuku hanya terbuang menonton TV, makan masakan-masakan bibi Tutik, dan jalan-jalan ama teman-teman lama. Kadang-kadang aku berkunjung ke rumah sodara ayah, sodara ibu, dan sepupu-sepupuku. Lama kelamaan bahasa Jawaku kembali lagi seperti yang dulu. Sampai pada suatu hari, sekitar pertengahan bulan December 2006 Sudah sebulan lamanya, aku hanya bisa memandang sosok Yanti dari kejauhan. Semakin banyak memandang, semakin tumbuh rasa penasaran yang besar pula. Yanti tampak semakin lama semakin cantik di mataku. Dan maaf, kata-kata yang sebenarnya adalah Yanti semakin membuatku bernafsu. Ingin sekali aku memiliki dirinya, jiwa dan raganya. Aku seperti kerasukan saat ini, tiap kali aku melihat Yanti, otakku selalu terbayang-bayang dirinya saat terlanjang. Pada suatu hari, seingatku itu hari Jumat. Aku bangun kesiangan, lewat jam 11 pagi. Kepalaku pening karena bangun kesiangan. Kulihat sekeliling, bibi Tutik sedang tidak ada di rumah. Aku masa bodoh dengan keadaan sekitar yang sunyi. Aku duduk di sofa empuk di ruang keluarga, tapi kali ini aku tidak menyalakan tv. Kudengar Yanti sedang di halaman belakang seperti biasanya mencuci baju. Kali ini aku memberanikan niatku untuk mendekati, mungkin awalnya harus saling kenal dulu biar akrab. Aku tidak pernah ngobrol santai dengan Yanti selama ini, kebanyakan aku ngobrolnya dengan bibi Tutik. Karena mungkin aku telah dibesarkan juga oleh bibi Tutik, jadi apa saja bisa nyambung bila ngobrol dengan bibi Tutik. Aku beranjak dari sofa dan menuju halaman belakang untuk mengajak Yanti ngobrol. Namun hanya terhitung beberapa langkah dari pintu belakang, aku terpeset dan terpelanting di belakang. Bunyi gubrakan tubuhku lumayan keras, dan pinggangku sakitnya bukan main. Yanti terkejut melihat tubuhku yang terpelanting ke belakang. Aku meringis kesakitan, sambil memegangi pinggangku yang sakitnya bukan main. Nyo Anton kok iso moro-moro tibo? (tuan muda Anton kok bisa tiba-tiba jatuh? ) tanya Yanti panik. Aku hanya bisa meringis sambil menunjuk lantai yang masih basah. Lahh nyo Anton mosok ora ketok lek tehele sek basa ngono endi seng loro? (lah tuan muda Anton masa ngga liat kalo lantainya masih basah mana yang sakit? ) tanya Yanti sekali lagi. Aku hanya bisanya meringis sambil memegang pinggulku yang masih saja sakit. Mlebu sek nyo Anton tak urute cekno mendingan longgoo ndek sofa sek Yanti golek obat urut ndek kamar nyonya? (masuk dulu tuan muda Anton aku urut biar mendingan

duduk saja di sofa Yanti cari obat urut di kamar nyonya? ) pinta Yanti. Aku menurut saja dengan permintaan Yanti. Aku baringkan tubuhku di atas sofa empuk. Tak lama kemudian Yanti kembali sambil membawa minyak tawon. Dia memintaku berbaring dengan posisi telungkup, dan menyuruhku membuka setengah pakaian atasku. Saat ini aku ngga ada pikiran apa-apa, karena aku masih berkonsentrasi membuang rasa sakit di pinggangku. Yanti terus mengurut-urut pinggangku yang sakit lumayan lama, dan sekali-kali memijatnya. Aku akui pijatan dan urutan Yanti terasa nikmat, sehingga perlahan-lahan rasa sakitnya mulai menghilang. Ternyata pertolongan pertama yang ditawarkan Yanti sangat ampuh. Kini rasa sakit di pinggangku perlahan-lahan membaik, meskipun masih ada sedikit rasa sakit. Namun rasa nikmat pijatan dan urutan Yanti membuat akal sehatku mati. Aku kemudian timbul rencana lain di dalam otakku. Yanti ora enak iki ndek sofa nang jero kamarku wae ndek sofa iki kudu arep melorot wae badanku (Yanti kagak enak nih di atas sofa di dalam kamarku aja di atas sofa seperti yang mau melorot saja badanku ) pintaku. Yanti hanya mengangguk pertanda setuju. Kemudian aku menuju ke kamarku. Yanti memintaku untuk menunggu di kamar dulu, dia mau menyelesaikan jemuran baju dulu, karena tanggung. Di dalam kamar, otak kotorku sedang merencanakan taktik bagaimana mendapatkan tubuh Yanti. Segala cara dan taktik telat aku pikirkan, dan banyak sekali yang ada di otak ini. Selang beberapa saat Yanti mengetok pintu kamarku, dan aku menyambutnya dengan gembira. Yanti, bibik Tutik nyang endi? Teko omah jam piro jerene? (Yanti, bibi Tutik pergi mana? Jam berapa nanti pulang katanya?) tanyaku. Bibik ono urusane, ketokane sesok jange teko omah maneh. Koyoke urusan penting. (Bibi ada urusan, keliatannya besok baru pulang rumah lagi. Kayaknya urusan penting) jawab Yanti. Mendengar jawaban Yanti tersebut, aku girangnya bukan main. Berarti hanya aku dan Yanti saja yang ada di rumah saat ini. Papa/Mama pasti sedang di kantor, dan biasanya mereka baru pulang sekitar jam 6 sore, dan ini masih baru jam 12 siang lewat. Aku mencium bau kemenangan. Yanti, pinggangku sek rodo loro tolong uruten maneh yo urutan-mu uenak tenan ora kalah mbek pijetane sing wis mahir (Yanti, pinggangku masih rada sakit nih tolong diurut lagi yah urutan-mu enak banget kagak kalah ama pijetan professional) kataku sambil memujinya. Nyo Anton iki ono-ono wae iki sing pertama Yanti mijetin wong liyo ora ono pengalamane (tuan muda Anton ini ada-ada aja ini baru pertama kali Yanti pijitin orang lain masih belon ada pengalaman) tundas Yanti. Walah walah sing pertama wae wes hebat pasti Yanti pisan hebat ndek bidang liyo (walah walah yang pertama kali aja sudah hebat pasti Yanti ada kehebatan di bidang lain) pujiku sekali lagi. Nyo Anton iso wae seh (tuan muda Anton bisa aja sih) jawab Yanti singkat. Yanti ojok jeluk aku nganggo jeneng nyo koyok cah cilik wae jeluk nganggo jeneng mas Anton wae (Yanti jangan panggil aku dengan nama nyo kayak anak kecil aja panggil mas Anton aja) pintaku. Yanti hanya menganggu tanda setuju. Suasana kamar sempat hening, hanya terdengar bunyi napas Yanti yang sedang asyik mengurut pinggangku. Tiba-tiba Yanti bertanya Wes mendingan saiki mas Anton? (Dah mendingan

sekarang mas Anton). Otakku langsung merespon pertanyaan Yanti dengan cepatnya. Pinggangku wes mendingan, tapi roso-rosone pokangku rodo linu. Cobaen diurut pisan pokangku. (Pinggangku sudah mendingan, tapi rasanya pahaku rada linu. Coba diurut juga pahaku) jawabku ngawur tapi mengena. Tanpa protes atau bertanya Yanti langsung mengurut pahaku. Pertama-tama paha kananku kemudian paha kiriku, saling bergantian. Posisi tubuhku kini terlentang, sehingga setiap urutanurutan yang diberikan Yanti sangat terasa nikmat. Ada sesuatu yang mengganjal di dalam celana dalamku, ingin berdiri saja maunya. Yah singkat kata, batang kontolku dah dari tadi ingin sekali berdiri, tapi masih tertahan oleh celana dalamku. Setelah selang beberapa saat, dengan tanpa malu-malu, tanpa basa-basi, dan dengan pasang muka beton, aku mulai memberanikan diri. Yanti, saiki pokangku wis ora linu maneh, tapi saiki endokku dadi rodo linu. Koyoke nyambung teko pokang. Tolong sisan, tapi dielus-elus endokku lek ora keberatan. (Yanti, sekarang pahaku dah ngga linu lagi, tapi sekarang buah zakarku jadi rada linu. Kayaknya nyambung dari paha deh. Tolong juga, tapi dielus-elus saja buah zakarku kalo ngga keberatan.), pintaku tidak tau diri. Yanti sempat terhenti, dan bengong aja melihat tingkah polahku yang tidak tau diri itu. Di raut wajahnya tidak tampak seperti protes atau marah, melainkan seperti kaget dan bengong seakanakan bertanya-tanya. Kok iso linu endoke mas Anton emange endoke mas Anton melok kepleset? (Kok bisa linu buah zakar mas Anton emangnya buah zakar mas Anton ikut terpeleset?) tanya Yanti lugu. Yah, koyoke ngono. (Yah, kayaknya begitu) jawabku singkat. Tanpa banyak tanya lagi, Yanti perlahan-lahan mulai mengelus-elus buah zakarku dari luar celanaku. Rasanya tidak begitu nikmat, tapi ada getaran napsu yang muncul dari otakku. Uenak mas Anton? (Enak mas Anton?) tanya Yanti. Aku menjawab dengan mengelenggelengkan kepalaku pertanda tidak enak. Yo opo sek uenak? (Trus gimana yang enak?) tanya Yanti lagi. Aku berpikir sejenak, kemudian aku perolotin celanaku berserta celana dalamku. Serentak melihat gelagatku, Yanti kaget bukan main dan secara reflek memejamkan matanya. Mas Antonnn lopo kok mlorotin katok ora ono acarane ngomong dhisik (Mas Antonnn kenapa kok melorotin celana tanpa ada acara ngomong lagi) protes Yanti dengan matanya yang masih terpejam. Loh, Yanti sek tas mau takok yok opo cekno uenak lah ya aku plorotin wae katoke cekno uenak elus-elusane (Lho, Yanti tadi tanya gimana caranya biar enak yah aku lepas saja celananya biar enak elus-elusannya) jawabku menyakinkan Yanti. Yanti masih tetap memejamkan matanya, tapi tangannya mencoba meraba-raba pahaku mencari buah zakarku lagi. Setelah mendapatkan buah zakarku, Yanti kembali mengelus-elusnya lagi. Kali ini alamak enak banget. Terasa lembut sekali tangan Yanti. Serentak saja, batang penisku langsung tegak dan mengeras.

Lah opo iki mas Anton kok atos soro? (Lho apa ini mas Anton kok keras banget?) tanya Yanti heran dengan mata sambil terpejam. Yo deloken wae Yanti bukaen moto-mu cekno weruh ora bahaya kok (Yah liat aja Yanti buka dulu matanya biar tau ngga bahaya kok) jawabku dengan jantungku berdegupdegup kencang. Perlahan-lahan Yanti membuka matanya, dan langsung terbelak kedua matanya sambil terheranheran. Lah manuke mas Anton kok iso ngaceng koyok ngono linu sisan tah? (Lho burung mas Anton kok bisa tegang kayak gitu linu juga tah?) tanya Yanti lugu. Iki jenenge manukku happy alias seneng soale endoke dielus-elus wong wedok sing ayu kayak Yanti (Ini namanya burungku happy alias senang soalnya buah zakarnya dielus-elus wanita cantik kayak Yanti) kataku mulai merayu. Mas Anton iki (Mas Anton ini ) kata-katanya terputus dan terlihat wajah Yanti yang malu-malu atas pujianku itu. Yanti ternyata masih lugu dalam hal beginian, membuatku semakin yakin kalo Yanti ini masih ting-ting alias perawan. Tanpa disuruh olehku, Yanti mulai mengelus-elus batang penisku dengan lembut, kadangkadang mengurut-urutnya. Tak karuan rasa, semakin dielus, semakin tegang dan tegak berdiri. Yanti dari tadi senyum-senyum saja, dan tampak wajahnya yang masih malu-malu. Setelah lama dielus-elus oleh Yanti batang penisku berserta buah zakarnya, aku ingin melaju di langkah berikutnya. Aku semakin berani dan tidak sungkan-sungkan lagi. Sambil berbaring kutatap wajah cantik dan manis Yanti. Yanti kataku. Emmm jawab Yanti singkat. Saiki gantian yo (Sekarang gantian yah) kataku. Gantian yo opo? (Gantian gimana?) tanya Yanti. Hmmm ngene saiki gantian aku teko mau Yanti wis delok manukku mbek endokku sek dielus-elus maneh saiki gantian aku seng delok tempike Yanti (Hmmm gini sekarang gantian aku dari tadi Yanti dah liat burungku ama buah zakarku dan dielus-elus lagi sekarang gantian aku yang liat memek Yanti kataku tanpa basa-basi. Emoh mas Anton isin aku ojok mas Anton (Ngga mau mas Anton malu aku jangan mas Anton) tolak Yanti. Penolakan Yanti yang setengah hati itu membuatku makin penasaran dan makin bernapsu. Aku beranjak dari ranjang, dan memaksa lembut Yanti untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjangku. Setelah berhasil merebahkan tubuhnya Yanti langsung bertanya. Mas Antonnn kate diapakno aku? (Mas Antonnn mau diapain aku?) tanya Yanti pasrah. Menengo wae Yanti ora aku apak-apakno kok mek arep delok tempike Yanti ora adil lek teko mau manukku tok seng didelok (Diam aja Yanti ngga bakalan aku apa-apain kok .. cuman pengen liat memek Yanti aja ngga adil kalo dari tadi burungku saja yang diliat) kataku bohong. Padahal dibalik benakku banyak hal yang aku ingin lakukan terhadap Yanti, terutama terhadap tubuhnya. Aku sekap roknya, dan aku tarik celana dalam dibalik roknya. Yanti berusaha menahannya, tapi usahanya sia-sia, karena dia menahannya dengan setengah hati alias tidak dengan sekuat tenaga. Kelakuan Yanti ini seperti lampu hijau untukku. Seakan-akan pasrah saja mau diapain olehku. Setelah berhasil melepas celana dalamnya, aku tarik roknya ke atas perutnya, agar supaya aku bisa melihat jelas memeknya. Secara reflek Yanti menutup memeknya dengan tangannya. Wes mas Antonnn isin tenan aku (Udahan mas Antonnn malu banget aku ) kata

Yanti. Durung Yanti ojok mbok ditutupi tok tempike ora ketokan (Belon Yanti jangan ditutup terus dong memeknya ngga keliatan) kataku protes. Aku kemudian tarik tangannya yang sedang menutupi memeknya. Yanti langsung menutup mukanya dengan kedua tangannya, dan kedua pahanya menyilang. Yanti masih terus berusaha menyembunyikan memeknya dariku. Bisa aku maklumi perasaan malu yang sedang Yanti alami. Aku mencoba merayu dan menyakinkan Yanti apa adanya. Ojok isin-isin Yanti ora ono sing ndelok kok men aku tok wae (Jangan malu-malu Yanti ngga ada siapa-siapa yang bisa liat kok cuman ada aku saja ) rayuku lagi. Kini Yanti mulai pasrah, dan kedua pahanya yang tadinya menyilang, sekarang sudah mulai kendor. Segera saja aku ambil kesempatan ini untuk mengendorkan pertahanan Yanti. Setelah aku berhasil membuka selangkangan Yanti alamak aku langsung menelan ludah. Memek Yanti begitu indah dan subur ditumbuhi oleh jembut-jembut yang masih lembut. Aku yakin jembut-jembut ini tidak pernah sekalipun Yanti cukur sejak pertama kali tumbuh, sehingga masih tampak halus lembut. Kucoba lagi membuka selangkangan Yanti lebih lebar lagi, aku ingin sekali menemukan biji etil Yanti. Aku merasa kesulitan menemukan biji etil Yanti dengan mata terlanjang. Ketika aku mencoba membuka bibir memek Yanti untuk menemukan biji etilnya, Yanti langsung protes. Mas Anton ojok mas (Mas jangan mas ) pinta Yanti. Aku semakin gemas dengan nada penolakan pasrah Yanti. Aku tidak mengubris permintaan Yanti, dan semakin gencar bergerilya mencari biji etilnya. Ternyata tidak susah menemukan biji etilnya dengan mencari pakai tangan. Aku mainin biji etilnya dengan gemas. Mas Anton wes mas uisin tenan aku (Mas Anton udahan mas malu banget aku) mohon Yanti. Otakku sudah gelap, dan tetap memainkan biji etilnya. Ternyata tidak perlu memakan waktu lama untuk membuat memek Yanti basah. Mungkin ini pertama kalinya Yanti merasakan nafsu birahi alias horny. Dia seperti tidak tau harus bagaimana menghadapi situasi saat itu. Kedua tangan tidak lagi menutup wajahnya. Tangan kanannya bersembunyi di balik bantal, dan tangan kirinya meremas guling. Yanti menggigit bibir bawahnya, seolah-olah menahan geli. Tidak kudengar suara desahan dari mulut Yanti, tapi nafasnya kini sudah berubah menjadi memburu. Aku berasumsi bahwa Yanti masih belum bisa atau belum terbiasa mendesah. Yanti tempik mu wis buasah tenan saiki (Yanti memekmu dah basah banget sekarang) pujiku. Masss masss wes masss Yanti mbok opokno jarene mbek delok tok saiki kok di dolen tempik ku (Masss masss udahan masss diapain Yanti katanya cuman mau liat aja sekarang kok dimainin memekku) protes Yanti pasrah. Aku wes kesengsem karo tempikmu iki gemesi wae tak elus-elus malah dadi buasah (Aku dah jatuh cinta ama memekmu bikin gemes aja dielus-elus malah jadi basah) kataku sambil bercanda. Belum selesai aku melanjutkan kalimatku, Yanti secara reflek tiba-tiba menjerit Mas Antonnn massssss . Yanti orgasme di atas ranjangku. Aku biarkan Yanti mengambil nafas dulu biar sedikit tenang. Yanti sek tas mau kok bengok loro tah? (Yanti barusan aja kok teriak sakit? tanyaku

pura-pura bego. Ora loro mas sek tas-an Yanti koyok kesetrum rasae koyok nang surgo uenak tenan atiku saiki sek dek-dekan (Ngga sakit mas barusan Yanti kayak kena setrum rasanya seperti di surga enak banget jantungku sekarang masih deg-degan) jawab Yanti. Kini saatnya giliranku untuk orgasme. Kontolku sudah sejak tadi tegang melihat kelakuan Yanti. Pekerjaanku masih belum tuntas. Aku bingung apa yang harus aku katakan ke Yanti bahwa aku ingin menyodok kontolku ini ke dalam memeknya yang masih perawan itu. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak bertanya atau berkata apapun. Aku mencoba untuk langsung main terobos saja. Aku kembali membuka selangkangan Yanti, dan mencoba mengarahkan kontolku ke mulut memeknya. Yanti protes lagi. Mas Anton arep opo? (Mas Anton mau apa?) tanya Yanti heran. Oh aku gelem kesetrum sisan koyok Yanti seng mau (Oh aku juga mau kesetrum kayak Yanti tadi) jawabku spontan. Lah terus laopo manuke mas kate mlebu nang tempikku? (Lho trus kenapa burung mas mau masuk ke memekku?) tanya Yanti heran. Yanti benar-benar masih bau kencur di dalam urusan seperti ini. Mungkin tidak ada orang yang pernah mengajarinya teori tentang hubungan seks atau biasanya disebut dengan hubungan pasutri (pasangan suami istri). Aku baru iso kesetrum lek manukku mlebu nang tempikmu (Aku baru bisa kesetrum kalo burungku masuk ke memekmu) jawabku gombal. Ojok mas engkuk loro jarene wong-wong (Jangan mas nanti sakit katanya orangorang) katanya. Ojok wedhi Yanti tak mlebu pelan-pelan wae tak jamin ora loro (Jangan takut Yanti dimasukin pelan-pelan aja dijamin ngga sakit) rayuku. Yanti diam saja dan pasrah. Aku kemudian mengarahkan ujung penisku ke bibir vagina/memek Yanti. Yanti memejamkan matanya, dan kini giginya kembali menggigit bibir bawahnya. Tangan kananku memegang pangkal penisku agar batang kontolku tegak dengan mantap, dan tangan kiriku berusaha membuka bibir vagina Yanti, supaya aku bisa melihat lubang memeknya. Karena Yanti masih perawan, ngga mudah untuk menembuh pintu masuk gadis perawan. Hal ini sudah aku alami sekali dengan pacar lamaku. Aku ngga ingin melihat Yanti nantinya menangis seperti yang dialami oleh mantan pacarku yang dulu, setelah aku paksa masuk batang kontolku ke lubang memeknya yang masih perawan. Pertama-tama aku basahi terlebih dahulu ujung penisku dengan air ludahku biar menjadi pelumas sementara, kemudian aku dorong masuk ujung penisku kira-kira sedalam 2 centi. Setelah berhasil masuk kira-kira kedalaman 2 centi, aku diam sejenak, kulihat Yanti sedikit meringis menahan perih. Perih Yanti? tanyaku iba. Rodok perih mas (Rada perih dikit mas) jawab Yanti yang kini matanya kembali terbuka memandangku. Tak mlebu alon-alon yah lek perih ngomongo ojok meneng ae (Aku masukin pelanpelan yah kalo perih bilang aja jangan diam aja) suruhku. Suasana kamarku makin panas saja rasanya. Aku lepas bajuku, sehingga kini aku sudah terlanjang bebas. Kondisi Yanti masih lengkap, hanya roknya saja yang terbuka.

Batang penisku yang dari tadi sudah masuk 2 centi itu masih tampak keras saja. Aku kini tidak lagi memegangi batang kontolku, karena dengan menancap 2 centi saja di dalam memek Yanti dalam kondisi amat tegang, mudah untukku menembus semua batang kontolku. Tapi kini aku harus memasang taktik biar Yanti nantinya juga menikmati. Perih adalah maklum untuk gadis perawan yang sedang diperawani. Kedua tanganku kini menahan tubuhku. Aku membungkuk dan menatapi wajah Yanti yang cantik. Yanti masih terlihat sedikit merintih karena rasa pedih yang dialaminya. Aku menekan lagi batang penisku, masuk sedikit, kira-kira setangah sampai 1 centi. Yanti meringis lagi. Aku mainkan pinggulku maju dan mundur agar batang penisku maju mundur di dalam liang memek Yanti. Batang kontolku cuman mentok sampai kedalaman kira-kira 3 centi. Tapi aku terus bersabar sampai nanti tiba nanti saatnya yang tepat. Aku teruskan irama maju mundur batang kontolku di dalam memek Yanti. Perlahan-lahan suara rintihan Yanti semakin memudar, dan wajah Yanti tidak lagi merintih. Ujung penisku terasa basah oleh cairan yang kental. Aku yakin cairan ini bukan air liurku yang tadi, melainkan cairan murni dari memek Yanti. Sekarang batang kontolku bisa masuk perlahan-lahan lebih dalam lagi, dari 3 centi maju menjadi 4 centi, kemudian dari 4 centi masuk lebih dalam lagi menjadi 6 centi. Sek perih Yanti? (Masih pedih Yanti?) tanyaku. Yanti menggeleng-gelengkan kepala pertanda tidak lagi sakit. Napas Yanti kini kembali memburu dan terengah-engah, dan tidak lagi menggigit bibir bawahnya. Tangan kanannya meremas sarung ranjangku dan tangan kirinya meremas selimutku. Goyangan pinggulku aku percepat sedikit demi sedikit, memberikan sensasi erotis terhadap memek Yanti. Dalam sekejap kini aku bisa membuat batang kontolku kini terbenam semuanya di dalam lubang kenikmatan milik Yanti. Sek perih Yanti? (Masih pedih Yanti?) tanyaku sekali lagi. Yanti kali ini tersenyum malu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya lagi. Tempik mu wis uenak maneh? (Memekmu dah enakan lagi?) tanyaku bercanda. Yanti mengangguk. Yanti buka en klambimu mosok ga kroso panas tah? buka en ae cekno adem (Yanti buka dong bajumu masa ngga merasa panas? buka aja biar sejuk) kataku. Aku sebenarnya ingin memperawani Yanti dalam keadaan benar-benar terlanjang. Nanti menurut saja, dan kemudian dia melepas kaos bersama BH-nya, dan masih membiarkan roknya, karena batang kontolku masih sibuk menari-nari di dalam lubang memeknya. Tampak payudara Yanti yang merekah dengan ukuran 32C menurut tafsiranku. Tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil. Pas untuk ukuranku. Puting susunya berwarna coklat gelap. Typical atau khas payudara wanita asli Indonesia. Melihat puting susunya yang menantang seperti itu, membuatku gemas rasanya. Aku mencubit sambil memelintir puting susunya, dan Yanti protes atas tindakanku tersebut. Masss loro masss (Masss sakit masss ) protes Yanti lembut. Aku pun kemudian senyum padanya, dan langsung menghentikan tindakanku tersebut. Aku merasa sudah lama aku menggenjot tubuh Yanti siang itu. Tapi aku masih belum menampakkan tanda-tanda akan datangnya klimaksku. Aku sejak tadi berpikir antara iya atau tidak nantinya aku memuncratkan air maniku ke dalam memeknya. Sejujurnya aku berkeinginan hati untuk menyirami memek Yanti dengan air maniku, tapi aku juga rada kuatir akan konsekwensinya bila terjadi apa-apa dengannya, alias hamil nantinya.

Nafas Yanti semakin memburu saja, tapi wajahnya tampak makin gelap saja. Darah Yanti seakan-akan memanas dan terkumpul di atas kepalanya. Kali ini Yanti tak kuat untuk menahan genjotan-genjotan dan gesekan-gesekan nikmat yang diberikan oleh batang kontolku. Mulut Yanti kini tak terkontrol. Untuk pertama kalinya mulut Yanti mendesah atau merintih basah. Uhh ohhh masss masss kerih (geli) masss rintih Yanti. Aku kerih sisan Yanti Yanti wis arep ngoyo? (Aku geli juga Yanti Yanti sudah mau pipis?) tanyaku penasaran melihatnya sudah seperti cacing kepanasan. Leher Yanti sudah mulai berkeringat. Sekujur badanku juga tidak kalah keringatnya. Semakin berkeringat, semakin seru saja aku menggagahi tubuh Yanti. Seperti tau apa yang aku maksud dengan kata pipis, Yanti pun menganggukkan kepalanya. Yanti sudah akan memasuki tahap orgasme yang kedua kalinya. Tidak sampai hitungan 2 menit, Yanti tiba-tiba memekik sambil tangan kanannya meremas biceps-ku. Masss ampunnn masss kerih mbanget arep ngoyo ketoke aahhh (Masss ampunnn masss geli banget ingin pipis rasanya ahhh ) pekik Yanti dengan tangan kanannya yang masih meremas biceps-ku. Tidak salah lagi, Yanti telah mencapai orgasme keduanya. Memeknya semakin basah saja. Aku berhenti menggenjotnya dan mendiamkan batang kontolku tertanam dalam-dalam di dalam memeknya yang basah nan hangat. Kurasakan setiap denyutan daging-daging di dalam memek Yanti. Setelah buruan nafasnya mereda, aku cabut batang kontolku keluar dengan maksud untuk melepas roknya yang masih menempel di tubuhnya. Aku ingin melihatnya bugil tanpa busana apapun. Saat kutarik batang kontolku, aku melihat sedikit bercak darah di tengah-tengah batang kontolku, dipangkal kontolku, dan di daerah bulu jembutku. Kuperawani sudah Yanti, dan ini adalah bukti keperawanan Yanti yang telah aku renggut darinya. Yanti kini bugil tanpa selembar kain apapun. Aku kembali memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya. Masih terasa basah liang memek Yanti. Yanti saiki aku sing kate ngoyo siap-siap yo (Yanti sekarang aku yang harus pipis siap-siap yah) kataku. Yanti seperti tidak mengerti apa yang aku katakan, tapi kepala mengangguk saja (hanya menurut saja). Aku kembali menggenjoti liang memeknya lebih cepat dari biasanya. Kupercepat setiap hentakan-hentakan, dan bisa kurasakan kenikmatan gesekan-gesekan terhadap daging-daging di dalam memek Yanti. Memberikan sensasi yang luar biasa dasyatnya. Wajah Yanti kembali memerah, dan kini nafasnya kembali memburu lagi. Kali ini Yanti sudah tidak malu-malu lagi untuk mendesah dan merintih nikmatnya bercinta. Yanti kepenak temenan nyenuk karo Yanti tempik-mu gurih tenan (Yanti enak/senang banget ngentot ama kamu memekmu gurih banget) pujiku sambil terus menggenjot memeknya. Masss Anton masss aku arep ngoyo maneh ahhh masss (Masss Anton masss aku pengen pipis lagi ahhh masss ) desah Yanti. Iku jenenge arep teko Yanti ora arep ngoyo (Itu namanya mau datang Yanti bukan mau pipis) jawabku sambil tertawa renyah dan Yanti pun tersenyum bingung. Mungkin baginya istilah datang masih terasa aneh. Sekujur tubuhku berkeringat dan tergolong basah kuyup. Sudah berapa tetes keringatku yang jatuh di perut dan dada Yanti. Posisiku menyetubuhinya masih tetap berada di atas. Sejak tadi

aku belum menyuruhnya merubah posisi. Mungkin bagiku lebih nyaman untuk Yanti digagahi dengan posisiku di atas. Yanti masih termasuk bau kencur dalam masalah beginian. Batang kontolku makin lama terasa makin mengeras. Lahar mani di dalamnya ingin segera meletup keluar. Aku sudah tidak mampu untuk berpikir dengan akal sehat kembali. Otot-otot disekujur batang kontolku sudah tidak mampu lagi membentung lahar panas yang ingin segera menyembur keluar. Aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa kuatirku tadi. Aku hanya ingin menyemburkan lahar panas ini secepat mungkin. Isi otakku sudah gelap rasanya. Yanti aku arep teko iki ora iso di tahan maneh saiki Yanti saikiii Yantiii (Yanti aku mau datang nih ngga bisa ditahan lagi sekarang Yanti sekaranggg Yantiii) aku mengerang keras diiringi oleh semburan lahar panas dari batang kontolku yang mengisi semua liang memek Yanti. Semburan panas dari batang kontolku mendapat sambutan hangat dari Yanti. Aku memeluk erat tubuh Yanti, dan Yanti membalas memelukku sambil memekik memanggil namaku. Aku hanya dapat menduga bila Yanti mendapatkan orgasme-nya yang ketiga kali. Batang kontolku berkali-kali memuntahkan lahar panasnya di dalam lubang kenikmatan milik Yanti. Mungkin sekarang liang memek Yanti penuh sesak oleh lahar maniku. Aku diam sejenak, mengatur nafasku kembali. Tubuhku masih menindih tubuh Yanti. Kini semua keringatku bersatu dengan keringat Yanti. Aku memeluk Yanti, sambil menciumi lehernya. Batang kontolku masih menancap di dalam memek Yanti. Aku masih belum ingin mencabutnya sampai nanti batang kontolku sudah mulai meloyo. Yanti terima kasih bisikku dalam bahasa Indo. Yanti hanya diam saja. Tak lama kemudian, aku mendengar Yanti menyedot ingusnya. Ternyata mata Yanti tampak berkaca-kaca. Aku menduga kuat Yanti ingin sekali menangis, dan tampak penyesalan di wajahnya. Melihat tingkah laku Yanti, aku berusaha memberinya comfort (kenyamanan), dan rayuan agar membuatnya lega atau tidak sedih kembali. Aku mengatakan kepada Yanti bahwa ini adalah rahasia kita berdua, dan mengatakan bahwa aku sayang kepadanya. Aku berjanji padanya bahwa ini adalah untuk pertama dan terakhir kalinya aku menyetubuhinya. Yanti begitu menurut dengan kata-kataku dengan polos dan lugu. Aku sedikit ada rasa penyesalan telah memperawani gadis cantik dan imut seperti Yanti. Aku meminta maaf kepadanya karena aku khilaf dan tidak dapat menahan keinginanku itu karena sejak lama aku memantau dan melihat sosok dirinya dari kejauhan. Begitu dekat dengannya, aku tidak mampu lagi menahan nafsu birahiku. Selama liburan musim panas tersebut, aku sering sekali mencuri-curi waktu dan tempat untuk bersetubuh dengan Yanti. Sejak pertama kali memperawaninya, agak susah untukku untuk menggagahi tubuh nikmatnya lagi. Yanti selalu menolak dengan alasan takut sakit atau apa gitu. Tapi dasar lelaki yang penuh dengan akal muslihat, aku tetap berhasil menikmati tubuhnya dan memeknya berkali-kali. Untung saja, makin lama Yanti semakin menyukai berhubungan badan denganku. Banyak teknik yang aku ajarkan kepadanya, dari BJ, HJ, dan posisi bercinta yang lain (doggy style, woman on top, gaya menyamping, dll). Aku kadang meminta Yanti memberikan BJ atau HJ di ruang keluarga sambil aku menonton TV disaat tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu pula, aku selalu memakai condom untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan. Aku tidak ingin aib ini sampai tercium oleh anggota keluargaku yang lain. Sudah sering kali aku bermain cinta dengan Yanti di liburan musim panas ini. Aku sempat

mengganti tanggal pesawatku kembali ke Melbourne agar aku bisa lebih lama di Indonesia. Aku kembali ke Melbourne untuk melanjutkan studiku lagi sekitar akhir Februari. Semenjak kembali ke Melbourne lagi, aku kangen dengan Yanti, dan rindu bercinta dengannya. Kadang-kadang aku menelpon rumah di waktu siang hari (waktu Indonesia) untuk mengobrol dengan Yanti. Dan seputar obrolan kami adalah tentang gituan aja. Studiku tinggal 1 semester lagi. Aku sudah tidak sabar untuk menyelesaikan studiku ini, agar aku bisa kembali ke Indonesia bertemu kembali dengan Yanti. Sebenarnya aku sendiri tidak tau bagaimana masa depanku dengan Yanti. Tapi aku berkeinginan untuk tetap tinggal di Malang, paling tidak melanjutkan atau bekerja di kantor perusahaan papa. Dengan ini aku bisa senantiasa dekat dengan Yanti. Biarlah nanti waktu yang akan menentukan nasibku dengan Yanti. Anda menyukai cerita dewasa diatas? nantikan cerita-cerita seks kami lain nya, kami akan berikan gratis untuk anda. hanya untuk anda yang sudah dewasa.

Wah, sore-sore gini enaknya nulis pengalaman tentang cerita seks perawan kuserahkan keperawananku pada guru bahasa inggrisku. Sambil ditemani segelas susu dan sepiring biskuit, jari jari mulusku menari-nari diatas keyboard leptop mungil ini. Pembaca cerita seks perawan yang budiman (budiman nggak ya :p). Perkenalkan namaku Sonia. Saat ini aku sedang duduk di kelas 3 di SMU swasta di Jakarta. Tubuhku kuning langsat. Aku lumayan seksi dengan tubuh langsing dan tinggi yang cukupan. Kata temen-temen sih, aku lumayan cantik. Di sekolahku, setiap jam olah raga, selalu memakai pakaian celana pendek sehingga paha mulusku bisa dinikmati oleh para cowok penggila cerita seks perawan dengan gratis. Di sekolahku ada seorang guru bahasa inggris yang sangat tampan. Namanya pak Doni. umurnya 27 tahun dan masih perjaka. Yang aku suka dari pak Doni adalah selain wajah cakep, tubuh nya yang atletis membuat aku dan temen-temenku terpesona dengan bentuk tubuhnya itu. Ditambah lagi bekas brewok di sekitar wajahnya menambah macho pak Doni guru gahasa inggrisku itu. Sampai suatu hari aku rela menyerahkan keperawananku pada guru bahasa inggrisku itu. Begini cerita seks perawan nya. Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Freddy dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersamasama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Freddy, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku. Eeeh, kamu Et. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?. Aku menjawab, Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak. Lalu dia mengajak masuk ke dalam, Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pak baju dulu. Memang tampak Pak Freddy hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya. Dia tersenyum, Saya kost di sini. Sendirian. Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Freddy tanya, Udah laper, Et?. Aku jawab, Lumayan, Pak. Lalu dia berdiri dari duduknya, Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?. Langsung kujawab, Ok-ok aja, Pak.. Sewaktu Pak Freddy pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan-jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Freddy pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam. Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung kubuka-buka. Aduh! Gambar-gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar. Tidak disangka-sangka suara Pak Freddy tiba-tiba terdengar di belakangku, Lho!! Ngapain di situ, Et. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya. Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasa-biasa

saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagap-gagap, Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapa-ngapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak. Pak Freddy hanya tersenyum saja, Ya. Udah tidak apa-apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihat-lihat. Kita makan aja, yuk. Syukurlah Pak Freddy tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera. Pada saat makan aku bertanya, Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?. Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat iseng-iseng. Lalu aku memancing, Kok, tadi ada yang begituan. Dia bertanya lagi, Yang begituan yang mana. Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok. Kemudian dia tertawa, Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh-oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa. Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Freddy menawarkan aku untuk melihat-lihat koleksi bacaannya. Lalu dia menawarkan diri, Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk. Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Begitu tiba di dalam kamar, Pak Freddy bertanya lagi, Betul kamu tidak malu?, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Freddy dengan santai membuka celana jeans-nya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan. Pak Freddy bertanya lagi, Sakit, Et. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Freddy semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betul-betul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh. Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Freddy pun naik dan bertanya. Enak, Et? Lumayan, Pak. Tanpa bertanya lagi langsung Pak Freddy mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengelus-elus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna. Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Freddy berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya. Boleh saya seperti ini, Et?. Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Freddy menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar dan duduk

di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku. Kelihatan Pak Freddy agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otot-otot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Freddy memperingatkan, Tahan sakitnya, ya, Et. Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Freddy sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Freddy tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku. Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Freddy mengocok vaginaku. Aku terengah-engah, Hah, hah, hah,... Pelukan kedua tangan Pak Freddy semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengelus-elus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Freddy semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliat-geliat dan berputar-putar. Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Freddy kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww.., Pak Freddy semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Freddy agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengah-engah. Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, Gimana, Et? Kamu tidak apa-apa? Maaf, ya. Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, tidak apa-apa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini. Dia berkata lagi, Sama, saya juga. Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Freddy juga tertidur. Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Freddy dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Freddy hanya menggunakan handuk dan berkata, Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?. Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Freddy masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Freddy menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercak-bercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegang-megang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu. Setelah semua selesai, Pak Freddy membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Freddy memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku. Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja. Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Freddy untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai

sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Freddy walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolah-olah kami berdua sudah pacaran. Pernah Pak Freddy menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu. TamaT

Cerita seks selalu saja ada yang baru, setelah sebelumnya cerita seks sesama jenis atau cerita seorang gay kami publish, kali ini kami berikan cerita seks seorang tante yang bercinta dengan keponakannya sendiri, bagaimana cerita dewasa ini di mulai? apakah cerita seks sedarah ini menjadi kontroversi keluarga mereka? berikut lengkapnya : Tante ku menyetubuhiku. Hari itu aku pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah jadwal appointmentnya, aku turun didepan pagar danmeminta Pak Supir untuk langsung menuju kantor suamiku, toh aku tidak ada rencana pergi lagi hari ini. Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku, pantasbaru pukul dua lewat sekarang ini, masih siang dan kedua anak anakku belum pulang dari sekolah, yang bungsu sekarang sudah SMP kelas 1 dan kakaknya SMP kelas 3, kuingat mereka mengatakan siang ini ada Eskul sehingga pulang agak sore. Saat melewati kamar di lantai bawah, aku tercekatkudengar suara nafas yang agak memburu dan desah tertahandan semakin jelas ketika aku mendekat, kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat dan ada sedikit celah yang memungkinkan aku bias melihat isi kamar dari pantulan cermin yang terletak berserangan dengan letak pintu, dan kini aku yang terhenyak. Suatu perasaan menggelitik mulai menerpakuturun ke kebawah ke antara kedua kaki kuaku tahu kalau kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu. Dari pantulan cermin kulihat Dino, keponakan suamiku telentang diatas ranjang, telanjang dan tangannya sedang menggenggam kemaluannya, bergerak teratur naik turun, tentu saja aku tahu kalau pemuda itu sedang bermasturbasi, namun yang membuatku terpana adalah kemaluannya itu, besar dan panjangsekilas terlihat kalau genggaman tangan pemuda itu sama sekali tak menutupi kepala kemaluannya yang Nampak merah dan berkilauan. Dino masih mendesah perlahan dan tiba tiba ia mempercepat gerakan tangannya lalau tubuhnya mengejang dan dari kepala kemaluannya keluar dengan semprotan yang cukup keras melambung keudara dan cairan itu mendarat didadanya, beberapa kali kepala kemaluan itu Nampak menyemprotkan cairan dan akhirnya dengan lesu tangan pemuda berusia 20 tahun itu mengendur dan menggapai tissue di meja sisi ranjang Aku yang sempat terpana segera sadar dan cepat cepat menuju kamarku, kalau saja sampai terlihat, akutantenya menontonnya bermartubasi wah

Ketika aku mengganti pakaian dengan baju santai.. aku baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah Tanganku sudah menyelinap kedalam celana dalam yang kukenakan.. dan jari-jariku memainkan clitorisku.., aku semakin basahdan pikiranku semakin menerawang membayangkan kemaluan muda yang besar dan kekar itu, dan akhirnya.dengan lenguhan dan desah tertahan aku mencapai orgasme kuahtapi tak senikmat yang kuinginkan. Perkawinanku sudah menginjak tahun kelima belas, aku tidak bisa mengatakan kalau aku tidak bahagia, suamiku baik, perhatian, dengan 2 anak yang sehat dan memenuhi harapan setiap orang tua, namun aku juga tidak bias mengatakn kalau aku puas dengan kehidupan sexku. Suamiku selain sibuk juga hanya menjadikan sex sebagai pemenuhan kewajiban, memang setiap kali kami berhubungan sex aku bias terpuaskan, namun frekuensi yang jarang, kadang belum tentu seminggu sekali sesungguhnya jauh dari yang sesungguhnya kuharapkan. Untunglah aku juga memiliki kesibukan, sebagai beauty consultan sebuah perusahaan kosmetik terkemuka aku memiliki jadwal yang cukup padat, namun berselingkuh sungguh sebelumnya tidak pernah terlintas dalam pikiranku. Sambil rebah aku terus menerawang pada awalnya aku agak keberatan ketika suamiku menyampaikan bahwa Dino keponakannya yang hendak melanjutkan kuliah di kota kami untuk sementara akan tinggal di rumah kami sampai mendapatkan tempat kost yang sesuai. Aku merasa bahwa kehadiran orang lain akan mengganggu privacy kami yang selama ini tenang, di rumah kami hanya berempat, aku, suamiku dan kedua anakku yang masih SD dan SMP, serta seorang pembantu yang sudah lama ikut kami. Pikirkanlah ma kata suamiku ketika untuk kesekian kalinya menanyakan jawabanku, Dulu papa sempat dibantu oleh Tante Ina, ibunya Dino ketika kuliah dan almarhum Oom Broto masih hidup, Papa pikir paling tidak bisalah membalas budi baik mereka dulu, dan Papa dengar dino itu anak yang baik, sopan dan malah bias membantu Andre dan Tony dengan pelajaran mereka kan ? suamiku mencoba meyakinkanku. Aku mengalah dan berpikir tidak ada salahnya mencoba lagi pula kami masih ada kamar kosong dilantai bawah. Ketika Dino datang aku cukup senang karena pemuda yang kecilnya kurus itu kini telah menjelma menjadi pemuda yang tinggi, kekar, lumayan ganteng dan memiliki sikap yang sopan, pun setelah dia tinggal dirumah kami pemuda itu tetap sangat sopan dan ringan tangan, membantu semua yang bisa dikerjakannya, anak anak pun senang karena dengan senang hati Dino membantu pelajaran mereka. Selama beberapa bulan ini tanpa terasa Dino sudah menjadi bagian dari keluarga kami, dan aku tidak pernah sebelumnya memandang Dino sebagai seorang lelaki. Namun kejadian tadi secara total mengubah pandanganku

Rasa penasaran yang sedemikian besar mebuatku ingin mengetahui lebih jauh tentang pemuda itu, aku keluar dari kamar dan menuruni tangga sambil memanggilnya. DinDinosibuk ? tanyaku ketika aku melihatnya Nggak tanteada yang bisa dibantu? tanyanya dengan sopan, pemuda itu sudah keluar dari kamarnya, dan tentu saja sudah mengenakan jeans dan kaos yang mencetak tubuh kekarnya. Tante lapar boleh nggak tolongin tante beliin nasi bungkus di restoran padang?, kalau nyuruh si bibik nanti lama, kamu kan naik motor pasti lebih cepat, beli 2 bungkus ya.. kamu temenin tante makan kataku lagi. Baik tante jawabnya dan setelah menerima uang yang aku berikan ia melesat pergi Setelah suara deru motornya terdengar menjauh aku bergegas ke kamarnya, masih kutemukan tissue yang telah teremas dan tergeletak dimeja disamping tempat tidurnya, dan kulihat kalau laptopnya masih dalam keadaan menyala. Dengan cepat aku mencoba melihat isi computer pemuda itu dan sungguh terperanjat aku melihat di my picture foto foto ku terpampang disana. Foto foto itu adalah foto-foto yang dibuat saat kami rekreasi, makan di restoran dan segudang kegiatan lain, namun sudah di cropping dan tertinggal hanya diriku seorang, semua diberi nama dengan awalan tanteku yang cantik Aku tidak berani terlalu lama membongkar data data yang ada karena selain tidak terlalu mahir, juga agak schok dengan kenyataan yang adaDino..? Menilaiku cantik ..? Tumben kamu dirumah, nggak ada kegiatan hari ini ? tanyaku sambil menikmati nasi bungkus yang tadi dibeli. Nggak Tante.. hari ini kebetulan jadwal kuliah kosong jawab Dino Kok nggak ke pacar kamu? tanyaku lagi sambil menjangkau gelas minum Wah..nggak punya Tante, selain nggak ada yang mau juga Dino mau cepet cepet selesai kuliah katanya dengan wajah memerah. Nggak ada yang mau ?..mana mungkin ..kamu tuh ganteng lho.., kamu kali yang nolak terus kataku lagi. Iya ..Tante, nggak ada yang mau.. wajah anak muda itu semakin memerah. Ok.. deh.. kataku setelah meneguk minumanku, Tante mau istirahat dulu ya, mumpung pas bias pulang siang kataku sambil meninggalkan ruang makan menuju kamar dan sambil berjalan aku merasa betapa mata anak muda mengawasi ayunan pinggulku saat berjalan. Hampir aku terlelap ketika suara ramai menggetarkan gendang telingakudan anak anakku menerobos masuk kamar, mengucapkan salam dan bergantian mengecup pipiku, pikiran dan perhatiankupun kini kembali ke dunia nyata dan kesibukan sebagai Ibu rumah tangga berlangsung seperti biasa. Aduh Pa..Mama nggak bisa, besok ada presentasi dan seminar penting, dan Mama harus menyajikan materi yang telah disiapkan team dihadapan para audience jawabku ketika suamiku memintaku untuk menemaninya menengok kebun kami di daerah pegunungan. Tapi kan besok hari Sabtu..izin sajalah, kasihan anak anak, Papa sudah janji sama mereka

kata suamiku lagi. Habis Papa sih.. bikin rencana nggak ngomong dulu.., nggak mungkin Mama membatalkan begitu saja, siapa yang bisa menggantikan ?, ajak Dino juga biar ada yang bantu papa jaga anak anak jawabku lagi. Hmm.. sudah kuajak, tapi besok dia ada ujian katanya suamiku menjawab. Ok..lah, tapi si Bibik dibawa ya Ma, biar dia bantu mengawasi anak anak, soalnya Mang Abdul penjaga kebun kita sudah wanti-wanti kalau masalah pagar disana sudah mendesak..nanti kalau ada yang nyerobot jadi repot suamiku akhirnya mengalah. Boleh, ajak aja si Bibik, Mama juga akan lebih tenang..jawabku, Bibik pembantu kami itu sudah ikut kami sejak aku masih kecil dan setelah aku berumah tangga aku memamng minta kepada orang tuaku agar Bibik bisa ikut aku, pada usianya yang menjelang 60 tahun dia masih sangat sehat dan mampu mengerjakan semua sebaik dulu. Pukul dua siang seminar dan presentasi produk baru sudah selesai dan aku segera meluncur pulang, di mobil aku sempat menelpon anak anak dan antusiasme dalam suara mereka sedikit banyak membuatku merasa tidak enakuntunglah mereka bergembira pikirku. Bu masih ada rencana pergi..? Tanya pak Udin sopir yang juga sudah lama ikut kami. Tidak Pak., kenapa..? tanyaku Kalau boleh saya mau ijin Bu, anak saya hari ini dating dari desa..kangen juga sudah lama nggak ketemujawab sopir tua dengan sopan. Oh..boleh Pak.. kataku member ijin. Setelah memarkir mobil di garasi pak Udin pamit dan aku masuk rumah yang kali ini benar benar sepi. Lho..sudah pulang tante..? suara Dino mengejutkanku Sudah selesai seminarnya, dan kamu katanya ujian..? jawabku sambil bertanya. Sudah tadi tante.. dari Jam 8.00 sampai jam 12.00, habis itu langsung pulang jawab pemuda itu. Kamu sudah makan..? tanyaku lagi. Juga sudah..tante sudah makan ?, kalau belum biar Dino siapkan katanya menawarkan diri. Sudah tadi diseminar tapi kalau nggak keberatan bikini tante minuman dingin dongdikulkas kayaknya masih ada juice .. kataku Baik Tante jawab pemuda itu patuh. Trims.., Tante salin baju dulu ya..? kataku sambil melangkahkan kakiu naik tangga menuju kamarku. Setelah membersihkan diri, aku mengikat rambutku ekor kuda, dan aku agak lama menentukan pakaianku..tiba tiba saja terbersit pikiran nakalku ingin menggoda pemuda itu. Akhirnya aku memilih baju longgar dan rok mini yang biasa kugunakan saat main tennis, aku sengaja tidak mengenakan BH sehingga payudaraku menggantung bebas, dengan tinggi 160 Cm, berkulit putih, aku tidak memiliki payudara seperti Pamela Anderson, tapi dengan usia yang menjelang 40, payudara dengan BH No. 36 B masih tegak dan belum terlalu turun.

Wajahku tidaklah terlalu cantik, mataku agak sipit, maklum keturunan Chinese, tapi aku tahu kalau aku cukup menarik dengan hidung mancung dan bibir yang penuh walau tidak tebal. Ketika aku melangkah turun sekilas kulihat Dino menatapku dengan terpesona, namun aku berpura-pura tidak menyadarinya dan sambil menerima gelas juice yang diangsurkannya aku mengajaknya duduk disofa depan TV. Dan dengan patuh Dino menurut, kulihat tangannya membawa sebuah buku. Siang hari begini mana ada acara TV yang menarik?, maka akupun mengajaknya ngobrol. Buku apa itu Din..? tanyaku. Oh.. ini .. tentang akupunktur dan anatomi serta susunan syaraf manusia Tan jawabnya Lho..kamu ini kuliah di ekonomi atau mau jadi akupnktur? Ahini sekedar iseng buat nambah pengetahuan..habis jenuh belajar ekonomi terus..buta refreshing..gitu.. jawabnya lagi. Biasanya anak muda tuh kalau refreshing baca nya buku porno jawabku sembarangan. Ah..Tante..nggak semua dong begitu jawabnya dengan wajah anak muda itu memerah dan dari sudut mataku aku menilainya, dengan tinggi diatas 170 Cm, rutin kefitness menjadikannya kekar dan berisi dengan perut yang rata, rambut ikal bergelombang dan sudut mulut yang membuat wajahnya nampak ramah sesungguhnya pemuda berusia 20 tahun ini sangat menarik. Terus apalagi yang diajarin buku itu? tanyaku Ya macam macam Tan.. termasuk refleksiologi jawabnya cepat. Refleksi, kayak pijat refleksi gitu? tanyaku Iya betul jawabnya lagi. Pikiran untuk menggodanya semakin kuat menerpa hatiku dan sikap sopan serta malu malu pemuda ini menjadikanku semakin ingin menggodanya. Berarti kamu sudah bisa dong..? tanyaku Wah nggak tahu Tante..belum pernah dipraktekan, kan nggak gampang mencari sukarelawan untuk jadi kelinci percobaan jawabnya tersenyum. Ya udahkebetulan Tante lagi santai..ayo kamu praktek ilmumu Tanpa menunggu aku pindah kesofa panjang dan telungkup disana. Lho..kok diam?, ayo kamu coba refleksi yang kamu pelajari kataku dan saat aku mendongak aku melihat wajahnya seperti tidak percaya menatapku. Nggak..ahDino nggak beranijawabnya Iya dehTante sudah tua.pasti kamu segan ya merefleksi orang tua kataku menggoda Ih.. Tante sama sekali nggak tua, Tante cantik sekali jawabnya dan terkejut sendiri dengan pujiannya Cantik?, memang kamu pikir tante cantik ? tanyaku Tapi.Jawabnya ragu Tapi apa..? pelan pelan saja.., jangan pakai tenaga dulu aku meyakinkannya walau aku tahu maksudnya tidak berani itu bukan masalah pijatnya.

Dengan wajah seakan akan apa boleh buat Dino beringsut dan duduk diujung sofa dekat kakiku. Tangannya agak basah, dingin dan sedikit gemetar ketika ia menyentuh telapak kakiku. Kok tanganmu dingin sih? tanyaku Nggak apa apa kok Tan..suaranya agak serak kertika ia menjawab. Tangan kekar itu lalu mulai memegang kaki kiriku dan menekan tapak kakiku, hatiku juga bergemuruh tidak karuan..gilamasa cuma dipegang tapak kaki saja aku mulai hangat diantara kedua pahaku. Setelah beberapa lama ia memijat kedua tapak kakiku akhirnya aku yang tidak tahan Aku berbalik mengubah posisi dan setengan duduk dengan berselonjor Ah.. kamu jadi bikin Tante pegel deh.., kamu pijitin kaki Tante ya, pijat biasa saja Ok..? kataku Ba..baik..Tante.. Jawabnya agak terbata kamu duduknya agak kesini dikit.nahgitu kataku menggurui. Demikianlah Dino kini duduk dekat pinggangku, membelakangiku dan tangannya memijit mijit lembut. Mmmh..enak juga pijitan kamu Din..terus aja keatas sampai paha..nggak apa kok dan kakiku yang satunya kutekuk, lupa kalau aku mengenakan mini skirt sehingga pasti Dino bisa melihat celana dalamku terpampang. pantantnya sudah diatas lututku dan hatiku juga semakin terbawa oleh rasa terangsang yang mulai mempengaruhiku. Aku menggapai gelas minumku dan mencoba minum tanpa merubah posisi, suatu pikiran nakal lain menyergapku dan toh dia sedang membelakangiku, dengan sengaja aku menumpahkan juice yang tersisa kebadanku setelah sebelumnya menyenggol punggungnya. Aduh..maaf Tante Kata Dino terkejut ketika melihat cairan juice itu membasahi perutku hingga kepaha. nggak apaDin..Tante yang salah jawabku Din..tolong ambil handuk kecil di kamar mandi ya katku lagi dan dengan setengah berlari pemuda itu melesat, sempat kulihat kalau bagian depan celana yang dikenakannya menggembung. Aku tersenyum. Iya disitu yang basah..agak keataskataku ketika Dino sudah kembali dan mengelap pahaku yang basah Tapi ..basahnya kedalam Din..kamu tolong T ante ya.. kataku lalu kuangkat baju gombrong yang kukenakan hingga atas dan sedikit bagian payudaraku terlihat. Dengan teliti dan hati hati anak muda itu mengelap tubuhku dengan handuk yang diambilnya, sambil berlutut disamping sofa. Nggak apa apa ya Din..tolongin tante.. kataku lagi..sambil menatap wajah yang berada dekat dengan perutku itu. I..I..Iya tantejawabnya dengan suara yang hamper tk terdengar. Kebawah Dinah rok nya mengganggu..lalu dengan cepat aku meloloskan rok tennis yang

kukenakan dan kini aku setengah terbaring dengan hanya bercelan dalam dibagian bawah. Semakin gemetar tangan Dino mengelap pahaku dan perutku. Tapi bagian dalam juga basah Dinkataku lagi Lepaskan celana dalam tante ya..biar kamu leluasa aku meyuruhnya Kini jelas terpampang didepan wajahnya kemaluanku, dengan bulu yang tercukur rapih , dan aku agak merenggangkan kakiku sehingga rekahannya terlihat olehnya. Nafas pemuda itu sudah sangat memburu dan akupun merasa semakin basahdengan tangan kiriku aku mengambil handuk yang digunakannya dan melemparkannya entah kemana.., lalu kutuntun jari jari tangan yang kekar itu menyentuh dan sedikit memasuki lubang kemaluan yang telah membasah itu. Tangan kananku tahu tahu sudah meremas gelembung depan celana pemuda itu, dan dengan lirih aku berkata Din..kmau sudah melihat tante punya.., boleh tante melihat punyamu..? Wajah yang semakin memerah itu hanya mengangguk dan dia berdiri didepanku membuka ikat pinggangnya dan aku membantunya dengan sekali tarik aku menurunkan celana yang dikenakannya termasuk celana dalamnya. Prang Kemaluan yang sudah mengeras itu berdiri dan menunjuk depan wahaku, dan aku sungguh harus mengagumi keindahanmya, dengan otot yang tampak melingkar, kepala yang besar kemerahan dan tanpa menunggu aku mencoba menggenggamnya. Aku yakin kalau panjangnya pasti lebih dari delapan belas centimeter dengan lingkar yang besar dan buah zakar yang menggantung, ditutupi bulu bulu yang agak keriting. Kedua tanganku tak henti mengusap dan menggenggamnya dengan sesekali tangan kiriku mengusap buah zakarnya dan tanpa dapt menahan kepala kemaluan itu sudah masuk dalam mulutku. Hanya sepertiga mungkin yang bisa masuk mulutku.. dan lidahku mulai menari, menjilat dan mengecup, menghisap dan sesekali batang kemaluan itu kugigit perlahan. Kuminta ia duduk dan kami bertukar tempat, aku yang kini berlutut didepannya dan ia duduk di sofa, dengan isyarat kusuruh ia melepaskan kaos yang dikenakannya dan sesekali tanganku membelai dada yang kekar itu. Aku sudah melepaskan baju gombrong yang kukenakandan kini kami sama sama sudah tak berpakaian, aku terus menjilat dan menghisap kemaluan Dino dengan penuh nafsu dan desahan serta erangan tak tertahankan keluar dari mulut pemuda itu. Ahhh..tanteenak.aduh.hhh Ssshhh.aaaahhhaduh Tante. Denyutan dibatang kemaluan itu semakin keras dan aku tahu kalau pemuda itu mulai tak tahan, dengan kepala kemaluanitu dalam mulutku tanganku melakukan gerakan mengocok dan tangan satunya meremas zakarnya. Tanteeee..ahhh..oohhh.ssssshhhhh agak berteriak pemuda itu dan sebuah semburan kuat dari lubang dikepala kemaluan itu mengenai belakang lidahku membuatku hamper tersedak lalu memenuhi mulutku dengan cairan kental dan panas yang tanpa berpikir kutelan habis., namun semburan itu tidak cuma sekali, beberapa kali dalam jumlah yang cukup banyak, dan

kecepatanku menelan tidak sebanding dengan kecepatan semburan itu.., sebagian keluar dari sisi bibirkunamun aku taatp tidak melepaskan jepitan bibirku dikepala kemaluan keponakan suamiku itu hingga berhenti, lalu dengan lidahkua aku membersihkannya, lalu mendongak menatapnya dengan tersenyum. Enak? tanyaku? Ia hanya mengangguk dan tangannya mengusap kepalaku. gantian bisikku dan kini aku telentang disofa. Kuminta Dino mengulum pentil payudaraku dan lidahnya bergerak sesuai perintahku. Aku tahu kalau anak muda itu masih hijau maka aku menuntunya untuk menelusuri tubuhku dengan lidahnya dan mengajarkannya bagaimana seharusnya dia menggunakan lidahnya ketika mulutnya mencapai kemaluanku ya..disituahhh..di emut Dinemut clitoris tanteahhhh, yah masukan lidahmu ohhh. namun irama yang tidak konstan serta pecahnya perhatian antara menikmati dan menyuruhnya membuatku sulit mencapai puncak yang kudambakan. Belum lima menit Dino menjilatiku aku melihat kalau kemaluannya sudah mengeras lagidasar anak muda. Kusuruh Dino telentang dan dengan posisi diatas aku mengarahkan kemaluannya memasuki kemaluanku yang sudah teramat basah .dengan perlahan aku menurunkan pinggulku dan kepala kemaluan yang besar itu, jauh lebih besar dari milik suamiku mulai menembus masuk.cukup lama aku berjuang agar kemaluan itu bisa menembus masuk kemaluanku yang ternyata cukup sempit untuk miliknya dan akhirnya setelah hamper semua terbenam aku mulai bergerak, kedepan kebelakang kadang pinggulku berputar dan naik turun. Dino cukup kreatif. Tangannya juga bekerja meremas dan sesekali kepalanya terangkat mencium dan mengulum pentil payudaraku. Ssshhah.. Dino.batangmua besar..aduh..enak. aku mulai meracau dan seirama denga gerakanku, aku merasa gelombang kenikmatan mulai menerjang dan naiknaik.dan AAAhhhhhhhhhhh..dengan setengah berteriak aku mencapai orgasmeku, orgasme yang sangat dahsyat yang sudah betahun tahun tidak pernah bisa diberikan suamiku. Aku ambruk didada pemuda itu dan bibirku mencari bibirnya, kami berciuman cukup lama. Aku tahu kalau Dino masih belum keluar lagi, namun aku sudah terlalu lelah untuk berada diatas.., maka aku melepaskan diri..menyuruhnya diatas dan kini dengan aku dibawah kakiu terbuka lebar dengan salah satu kakiku menyangkut kesenderan sofa dan Dino dengan mudah kali ini memasukiku. Gerakan anak muda itu teratur dan terasa bagaimana kemaluan besar itu menusuk dan mengexplorasi bagian dalam kemaluanku hingga bagian yang belum tersenah tersentuh oleh

suamiku dan gelinjang serta perasaan nikmta yang tak tertahankan membuat gelombang menuju orgasme kembali menerjangku. Dino semakin mempercepat gerakannya dan aku mencoba mengimbangi gerakannya dengan goyangan pinggulku dan akhirnya denga tertahan Tante..Dino mau keluar Keluarin Din dan aku menjepit pinggang pemuda itu dengan kedua kaki yang kutautkan sehingga kemaluannya terbenam semakin dalam dan akhirnya dengan erangan keras bersamaan dengan orgasmeku, aku merasakan cairan hangat menyemprot jauh didalam.. Suara desahan, erangan dan nafas memburu kami terdengar jelas dikeheningan ruangan dan akhirnya kami berdua melemas berpelukan erat. Din., maafin Tante ya., Tante membuatmu melakukan ini, lupa kalau Tante sudah tua kataku Tante., Dino selalu mengagumi Tantetante adalah wanita paling cantik yang dino kenaldan Tante sama sekali tidak tua jawabnya sambil mengecup bibirku. Tapi ini tidak bisa jadi kebiasaan Din., kalau Oom tahu.. kataku tidak melanjutkan. Dino tahu, . Tantejangan kuatir Sore itu kami banyak bercakap cakap dan tidak merasa perlu mengenakan pakaian kami, dan sebelum maghrib tiba kami menyelesaikan permainan yang ketiga kalinya, kali ini dia memasukan kemaluannya dalam posisi dari belakang dan diselesaikan dengan posisi misionarikembali rahimku menerima siraman sperma hangat yang menyemprot dan memberikanku kenikmatan yang sudah hamper terlupakan. Pukul 8 malam anak anak dan suamiku pulang dan malam itu aku tidur dengan sangat nyenyaknya. Cerita seks kali ini bersambung, ini adalah cerita bagian pertama perselingkuhan antara tante dengan keponakan, tante nya yang cantik menggoda keponakannya sendiri yang bertubuh kekar, nantikan lanjutan cerita kami dalam ngentot keponakan bagian kedua. sampai jupa.

Anda mungkin juga menyukai