Anda di halaman 1dari 2

Puisi Arab Pada Masa Awal Islam dan Umayyah

Munculnya Puisi pada masa ini -secara ringkas- kira-kira kedatangan 100 penyair yang memiliki pengaruh dengan jelas terhadap kebangkitan keagamaan, politik maupun sosial, untuk menguatkan propagandanya menggunakan puisi, dan puisi itu juga berdampak pada kefasihan Arab, serta menguatkan semangat penguasa. Puisi mereka itu apabila diterapkan dalam sebuah jumlah yang menggunakan metode jahili dinamakan lebih tinggi dari imajinasi, dan mudah ditebak, membanjiri maknanya; untuk memberi pengaruh dalam agama dan peradaban seperti apa yang kamu dan mereka ketahui dari kalangan yang mengalami dua masa, yaitu masa Jahili dan Islam. Seperti Kaab bin Zuhair, Khunasa, Hasan bin tsabit dan lain-lain. Adapun dari kalangan islam seperti Umar bin Abi Robiah, Akhthal, Jarir, Farazdaq, Kamiat dan lain-lain. Karakteristik puisi pada masa awal Islam. Tujuan (aghradl al-syir): Para penyair meninggalkan ghazal yang tercela, bujukan madah, haja, fakhr kesukuan, dan washf khamar. Puisi sebagai sarana dakwah dan dorongan untuk jihad fi sabilillah. Puisi sebagai jawaban/bantahan atas tantangan para penyair kafir. Makna (maani al-syir): Alquran dan Hadis sebagai rujukan Menjauhi hal-hal yang bersifat jahiliah dan bertentangan dengan ruh keislaman. Style (uslub) dan ujaran (alfadh) Ditinggalkannya lafaz-lafaz asing. Pemilihan lafaz cukup ketat karena merujuk kepada Alquran. Banyaknya penggunaan istilah-istilah keagamaan.

Mendominasinya style (uslub) perkotaan (hadlar) di atas gaya bahasa pedalaman (badiyah). Karakteristik puisi arab di masa bani umayyah. Puisi pada masa ini adalah: Gambaran kehidupan islami yang meninggalkan budaya jahiliyah. Sastra yang terpengaruh oleh hiruk-pikuk kehidupan sosial politik. Pelestari dan penjaga aturan wazan, qashidah, dan qafiyah puisi Arab jahili. Penampungan kembali kosakata gharib dan menyimpang dari kaidah bahasa baku. Tujuan dan aliran-aliran Masa Bani Umayah menandai kembalinya tujuan-tujuan puisi pada masa Jahiliah: Madh, yang pada masa awal Islam ditinggalkan, kembali semarak dengan kebohongan-kebohongan dan bahasa hiperbolanya. Para penyair kembali kepada kecenderungan jahiliah ini justru karena permintaan para penguasa. Haja, kembali mengemuka pada masa ini setelah pada masa awal Islam dilarang oleh Nabi. Lagi-lagi para penguasa mendorong para penyair untuk mencaci maki lawan-lawan politiknya dengan puisi-puisi mereka. Fakhr, kecenderungan berbangga diri dengan nenek moyang dilarang oleh nabi karena bisa menimbulkan perpecahan umat. Tetapi kembali muncul karena kepentingan politik semata. Al-syir al-siyasi (puisi politik), propaganda-propaganda kelompok-kelompok politik yang berkembang saat itu. Ghazal, kecenderungan-kecenderungan cabul dan porno kembali mengemuka.

Anda mungkin juga menyukai