Anda di halaman 1dari 5

BATAS DAN PENAMAAN TIMUR TENGAH

A. BATAS Istilah 'Timur Tengah' mengarah kepada wilayah budaya, jadi tidak mempunyai batas tertentu. Definisi yang umum dipakai yaitu wilayah yang terdiri dari: Bahrain, Siprus, Mesir, Turki, Iran (Persia), Irak, Palestina, Yordania, Kuwait, Lebanon, Oman, Qatar, Arab Saudi, Suriah, Uni Emirat Arab, Yaman dan Palestina. Iran merupakan batas yang paling timur, kadang-kadang dengan memasukkan Afganistan dan Pakistan barat karena kedekatannya (secara suku dan agama) dengan kelompok mayoritas dari masyarakat Iran. Juga karena keterkaitan sejarah karena pernah menjadi bagian dari kerajaan yang wilayahnya mencakup daerah-daerah tersebut. Afganistan, Tajikistan dan Pakistan barat memiliki hubungan budaya, bahasa dan sejarah dengan Iran. Sementara hubungan antara Iran dengan negara-negara Arab karena adanya hubungan agama dan kedekatan secara geografi. Umumnya yang disebut Timur Tengah secara harfiah adalah daerah-daerah negara berikut:

Suriah Lebanon Palestina Mesir Arab Saudi Yaman Oman Uni Emirat Arab Bahrain Qatar Irak Kuwait

Lalu negara-negara Afrika Utara juga diikutsertakan:


Maroko Aljazair Libya Tunisia Mauritania Sahara Barat Sudan Sudan Selatan

Ethiopia Eritrea Djibouti

Selain itu kadangkala negara-negara berikut juga diikutsertakan:


Iran Pakistan Turki

B. PENAMAAN ISTILAH TIMUR TENGAH Istilah Timur Tengah merupakan penamaan secara geografis dan secara geopolitik. Secara geografis, definisi Timur Tengah tidak begitu jelas. Tapi dari segi historis, yang dimaksud dengan Timur Tengah adalah wilayah yang terbentang antara Lembah Nil (The Nile Valley) hingga negeri-negeri Muslim di Asia Tengah (lebih kurang Lembah Amur Darya atau Sungai Oxus), dari Eropa yang paling tenggara hingga lautan Hindia. Dalam pemahaman yang diikuti kebiasaan modern, umumnya digunakan pengertian bahwa Timur Tengah ini meliputi semua negara yang terletak di sebelah selatan Uni Soviet dan di sebelah barat Pakistan, dan juga Mesir di benua Afrika. Terminology Timur Tengah tampaknya lebih baru, dan kemudian menjadi diterima secara luas hingga saat ini karena digunakan sebagai istilah resmi oleh orang-orang Inggris. Dalam pemahaman yang diikuti kebiasaan modern, umumnya digunakan pengertian bahwa Timur Tengah ini meliputi semua negara yang terletak di sebelah selatan Uni Soviet dan di sebelah barat Pakistan, dan juga Mesir di benua Afrika. Negara-negara Balkan dalam hal ini dikecualikan. Dalam beberapa hal dimana Yunani dan Aegea perlu dimasukkan, istilah Timur Dekat lebih banyak dipergunakan karena merupakan istilah yang lebih tua.

C. Hubungan Timteng dengan Negara Lain Akhir-akhir ini berita tentang Timur Tengah dalam HI sangat marak, khususnya Berita tentang Iran vs AS. Berita-berita tentang ancaman serangan militer dari AS dan Israel terhadap Iran akhir-akhir ini semakin intens. Dalam doktrin militer AS, Iran memang dikategorikan sebagai ancaman utama bagi kestabilan di Timur Tengah dan Asia Tengah. Menurut Chomsky, kestabilan dalam terminologi AS bermakna berada di dalam kontrol AS. Artinya, bila ada sebuah rezim yang tidak berada dalam cengkeraman kontrol AS, rezim itu menjadi ancaman bagi kestabilan. Dalam menghadapi ancaman ini, AS sudah melakukan berbagai langkah. Antara lain sejak November lalu, AS dan Eropa beramai-ramai memperketat sanksi: bank Inggris memutus hubungan finansial dengan bank sentral Iran,

Kanada menutup pintu ekspor untuk barang-barang yang dianggap berkaitan dengan industri petrokimia, gas, dan minyak Iran, beberapa negara Eropa mem-black-list tokoh-tokoh Iran yang dianggap berperan penting dalam proyek nuklir, dll. Saat ini, Iran diposisikan sebagai ancaman bagi perdamaian di Timur Tengah. Iran terus-menerus dituduh tengah membangun senjata nuklir, dan dihujani berbagai embargo dengan alasan untuk menekan Iran agar menghentikan proyek senjata nuklirnya. Padahal, sebuah laporan dari Defence Intelligence Agency AS yang dikutip oleh Chomsky, menyebutkan bahwa anggaran belanja militer Iran sesungguhnya lebih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara kawasan (apalagi bila dibandingkan dengan AS). Laporan itu juga mengakui bahwa doktrin militer Iran sangat ketat, yaitu defensif, didesain untuk memperlambat invasi, dan mengutamakan solusi diplomatik dibanding kekerasan. Karena itu, menurut analisis Chomsky, sebenarnya ancaman Iran bukanlah dari sisi militer. Justru, yang membuat pusing Washington adalah kemampuan Iran untuk melakukan aksi deterrence. Apa itu deterrence? Bila diterjemahkan bebas, mungkin bisa kita pakai istilah: nyali untuk main gertak. Iran melindungi negaranya tidak dengan cara menyerang atau menginvasi negara lain, tapi dengan meningkatkan kapasitas militernya, lalu secara terang-terangan memamerkannya kepada publik, sehingga muncul rasa takut dari pihak lawan. Masih kata Chomsky, keberadaan sebuah negara yang berani melakukan aksi

deterrence dan bersikap berdaulat (tidak mau digertak lawan), sungguh sebuah gangguan besar bagi rencana AS untuk menguasai dunia. Khususnya, aksi Iran ini mengancam kontrol AS terhadap sumber energi di Timur Tengah. Jika ada negara lain yang dihormati dan ditakuti selain AS, tentulah kontrol tidak lagi di tangan AS. Masalah lainnya yang tak kalah penting membuat panas AS adalah upaya-upaya Iran untuk memperluas pengaruhnya di kawasan. Kemampuan diplomasi Iran akhir-akhir ini semakin meningkat. Bahkan, banyak yang tidak tahu, justru pada masa AS dan Eropa ramai-ramai mengembargo Iran (era pemerintahan Ahmadinejad), nilai investasi asing di Iran semakin meningkat. Tentu saja, yang bermain bukan perusahaan-perusahaan AS dan Eropa, melainkan, China, Rusia, dan negara-negara kecil yang berani, misalnya, Malaysia, bahkan Vietnam. Indonesia? Sayang sekali, meski Iran sangat proaktif melakukan soft diplomacy ke Indonesia, ketundukan pemerintah Indonesia kepada AS membuat Indonesia tak berani berinvestasi di Iran.

Inilah yang menjadi ancaman bagi AS. Iran berusaha menjalin hubungan dan meneguhkan kedudukannya sebagai sahabat bangsa-bangsa di kawasan; sementara AS ingin mencengkeram dan terus-menerus mengeksploitasi mereka. Kejahatan dan kebaikan tentu saja tidak akan pernah bisa bersatu. Dan dari Diego Garcia, panah-panah kejahatan itu kini tengah tertuju kepada Iran.

Anda mungkin juga menyukai