Anda di halaman 1dari 1

Ke Sekolah, Anakku!

Tahun ajaran baru anakku, pilihlah sekolah sesukamu. Tak perlu ke sekolah favorit
jika untuk itu engkau harus menempuh dengan cara yang tidak sehat apalagi jika
harus main suap. Tak perlu pula memakai jaminan surat sakti hasil kolega bapakmu.

Murid macam pula kau ini yang dibesarkan dalam iklim suap. Sekolah apa pula itu
yang mendidikmu dengan biaya suap. Tak peduli apapun gengsi sekolahmu, entah
unggulan entah murahan, sebaiknya cepat engkau singkiri. Bagaimana engkau bisa
percaya bahwa mereka akan mengajarkan kebaikan, jika mereka sendiri tak memiliki
kebaikan itu.

Dan surat sakti itu anakku, sesungguhnya adalah penghinaan atas kecerdasanmu. Ia
akan melemahkan naluri kompetisimu, mengajarimu menjadi generasi kolokan. Generasi
yang cuma bisa hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bernaung di bawah pangkat
dan duit bapakmu. Hati-hatilah jika engkau memiliki bapak yang berpangkat dan
berduit seperti itu. Kasih sayangnya bisa berubah menjadi bencana. Dengan modalnya
itu, ia akan menyihirmu sehingga engkau beranggapan bahwa hidup ini seolah-olah
gampang.

Padahal anakku, hidup ini tidak seremeh yang engkau duga, yang akan selesai hanya
oleh duit dan pangkat. Karena jika orang tuamu mati sementara engkau telah
kepalang hidup gampangan, dari sinilah bencana itu bermula. Engkau akan kaget demi
mendapati semua inderamu tiba-tiba telah masti rasa. Indera itu akan bekerja cuma
kalau disodori dua hal saja: yang senang dan yang gampang. Terhadap lain sodoran,
ia tak suka. Padahal hidup ini tak bisa engkau dikte untuk memberi hanya yang
engkau suka.

Dari situlah terbukti bahwa ada jenis kasih sayang yang lebih layak disebut
tipuan, meski datang dari orang tuamu sendiri. Bukan berarti bapak dan ibumu lalu
boleh disebut penipu. Tapi belajarlah mengerti bahwa jebakan alam ini bisa
dipasang pada siapa saja, pada orang-orang dekatmu dan kadang malah orang yang
paling engkau cintai, pada anak-anak dan istrimu kelak. Terhadap anak, engkau akan
menjumpai jenis kasih sayang yang fantastis, ambisius dan spektakuler. Jagat ini
kalau perlu hendak kau gulung untuk kau hadiahkan cuma kepada anakmu.

Jadi siapa bilang bahwa kerusakan itu cuma dititipkan pada hal-hal yang tampak
kotor dan jahat. Ia bisa pula lewat jalan cinta, kasih sayang dan hal-hal yang
tampak mulia. Maka bersekolahlah ke sekolah yang engkau mau, pintarlah sepintar
engkau mampu. Tapi jadilah anak pintar yang jujur. Karena kepintaran dan kejujuran
adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Jujur tanpa kepintaran adalah dungu.
Pintar tanpa kejujuran adalah gila. Ya, gila karena orang pintar semacam itu tega
menjadi penipu, tega membuat kerusakan bagi sesama. Ingatlah kau tentang kerusakan
negaramu sekarang ini? Sebabnya bukan karena kekurangan orang pintar, melainkan
kekurangan orang jujur. Maka lihatlah kekacauan yang mereka timbulkan.

Jika engkau pintar anakku, jangan takut menjadi jujur. Siapa pilang kejujuran itu
berat dan pahit. Kejujuran itu enak dan menyenangkan. Membuat jiwa enteng dan hati
riang. Jadi kenapa engkau takut pada sesuatu yang membuatmu gembira? Sebaliknya,
jika engkau menjadi penipu, meksi hidupmu tampak suskes, sesungguhnya engkau tak
lebih dari penderita lepra. Jadi aneh sebetulnya jika ada orang penyakitan tapi
bangga pada hidupnya.

Maka berangkatlah ke sekolah anakku. Ke sekolah yang tak cuma bisa membuatmu
pintar, tapi juga bisa meninggikan mutu kelakuanmu. (CN01)

(PrieGS/)

Anda mungkin juga menyukai