Anda di halaman 1dari 6

Manajemen Kumbang Jepang

Kumbang jepang (Popillia japonica Newman) adalah hama tanaman yang sangat merusak, investasi dari luar daerah. Pertama kali ditemukan di kebun bibit di selatan New Jersey, Amerika, pada tahun 1916. Di daerah asalnya, Jepang, kumbang ini memiliki musuh alami sehingga bukan merupakan hama yang serius. Namun di Amerika, hama ini tidak memiliki musuh alami, dan menemukan iklim yang cocok serta suplai makanan yang sangat banyak. Terdapat 22 laporan mengenai investasi kumbang jepang mulai dari bagian timur sungai Mississipi hingga Iowa dan Missouri. Sejak saat itu, penyebarannya meluas hingga bagian timur dan selatan, namun peraturan ketat dan pengamatan yang hati-hati telah mencegah penyebarannya lebih meluas lagi.

peta sebaran kumbang jepang Kumbang jepang dewasa dan larvanya sama-sama merupakan hama. Kumbang dewasa menyerang ratusan spesies tanaman buah dan daun-daunan, tanaman hias, semak, tanaman merambat, dn sayur-sayuran. Sedangkan larvanya berkembang dalam tanah, memakan akar bermacam-macam tanaman dan rumput-ruputan, dan sering kali merusak lapisan berumput di taman, lapangan golf, dan kebun. Biaya untuk mengendalikan fase dewasa dan larva kumbang ini diperkirakan lebih dari 460 juta dolar per tahun. Kerugian yang diakibatkan fase larva saja diperkirakan mencapai 234 juta dolar per tahun 78 juta dolar untuk biaya pengendalian dan 156 juta dolar untuk mengganti kerusakan yang ditimbulkan.

Kumbang dewasa ukurannya kurang dari 0.5 inchi dan berwarna hijau metalik mengkilat dengan merah tua di bagian terluar sayap. Kumbang jantan biasanya ukurnnya lebih kecil daripada kumbang betina. Kumbang dewasa sering dijumpai pada akhir musim semi atau awal musim panas. Selama masa makan, kumbang betina sering meninggalkan tanaman, menggali lubang di tanah dengan kedalamn sekitar 3 inchi dan menaruh telurnya disana. Proses ini diulangi hingga betina telah menghasilkan 40-60 telur. Pada pertengahan musim panas, telur menetas dan larva muda mulai makan. Pada akhir musim gugur, larva akan mengubur diri dalam tanah dan tidak aktif selama musim dingin. Hama ini menghabiskan kira-kira 10 bulan selama setahun dalam tanah pada fase larva. Pada awal musim semi, larva kembali ke lapisan rumput dan memakan akar hingga akhir musim semi, ketika menjadi pupa. Dalam 2 minggu, pupa akan menjadi serangga dewasa dan muncul ke permukaan. Siklus hidup ini berlangsung selama 1 tahun.

Untuk pengendalian hama ini, ilmuwan bersama USDA (United States Department of Agriculture), ARS (Agriculture Research Services), dan APHIS (Animal and Plant Health Inspection Service) telah mengembangkan program pengendalian hama terpadu (PHT/IPM) untuk

petani berdasarkan pengalaman di lapang. Program ini menggabungkan strategi biologis, budaya, dan kimia. Program ini akan lebih efektif apabila petani rela memonitor populasi larva dan kumbang dewasa secara dekat dan mengaplikasikan program ini bersama-sama dengan tetangga dan organisasi pertanian local. Petani sebaiknya mempertimbangkan beberapa alasan untuk menerapkan program PHT/IPM: 1. Aplikasi pestisida secara rutin dan otomatis dapat menurunkan produktivitas, pemborosan ekonomi, dan melemahkan lingkungan. 2. Kumbang jepang ada untuk menetap, maka kita harus belajar untuk hidup bersama atau memanajemen hama ini sambil mengupayakan meminimalisir dampaknya.
3. Tidak penting memusnahkan kumbang jepang dalam usaha melindungi pohon, tanaman,

atau halaman. 4. Sangat sulit memperkirakan kapan dan dimana populasi kumbang jepang akan meningkat, dan tidak ada jaminan formula pengendali untuk dipakai. Konsekuensinya, monitoring berkala dan perencanaan yang tepat penting untuk manajemen yang memadai. Untuk merencanakan dan mengimplementasikan strategi pengendalian yang sesuai untuk kumbang jepang, pertama-tama harus dilakukan survey untuk larva maupun kumbang dewasa. Jebakan untuk kumbang dewasa biasanya terdiri dari dua macam bahan kimia, kombinasi feromon dan umpan yang dapat menarik baik serangga jantan maupun betina. Kumbang jepang yang terjebak dapat digunakan untuk memperkirakan populasi kumbang di suatu area. Misalnya, jika jebakan terisi penuh kumbang dalam satu hari, dapat diperkirakan area tersebut memiliki masalah hama kumbang jepang. Jika selama seminggu, jebakan baru saja terisi, bisa diperkirakan belum ada gangguan serius dari kumbang jepang. Untuk mensurvei larva kumbang jepang, yang perlu dilakukan adalah menghitung jumlah larva kumbang jepang tiap meter persegi. Larva kumbang jepang bisa disurvei pada akhir musim panas (Agustus sampai Oktober) dan akhir musim semi (April samapai Juni). Waktu akan bervariasi tergantung dari letak geografis lahan.

Untuk pengendalian kumbang jepang, tersedia beberapa metode. Metode yang dipilih akan menggambarkan tujuan dari manejemen dan filosofi penegendalian dari petani. 1. Pengendalian secara kimia Pemilihan pengendalian secara kimia harus didasari oleh berbagai faktor. Yang harus dipertimbangkan dalam keputusan memakai pestisisda antara lain resiko dan keuntungan dari penggunaan pestisida. Waktu penggunaan yang tepat dan aplikasi yang tepat mungkin merupakan elemen yang paling menetukan dalam keberhasilan aplikasi pestisida. Karena pestisida adalah bahan beracun, pengguna harus membaca dan mengikuti petunjuk penggunaan, jika tidak maka akan mengakibatkan bahaya serius kepada manusia dan kehidupan liar juga dapat mencemari lingkungan dan limpasan pestisida dapat mengakibatkan pencemaran air. Berikut adalah daftar pestisida yang efektif untuk mengendalikan kumbang jepang: a) Pestisida untuk kumbang dewasa Acephate Carbaryl Malathion Methoxychlor Rotenone b) Pestisida untuk larva kumbang Imidacloprid Bendiocarb Isofenphos Chlorpyrifos Diazinon

Aplikasi pestisida merupakan cara terakhir apabila cara lain sudah tidak efektif lagi. Mengingat resiko pestisida yang tinggi, maka penggunaannya harus mempertimbangkan berbagai faktor, serta penggunaannya harus wajar. 2. Pengendalian secara biologi Dalam cara biologi ini, dimanfaatkan peran organisme dalam pengendalian kumbang jepang. Organisme yang bisa dimanfaatkan seperti parasit, nematode, jamur, atau organisme biologi lainnya. Berberda dengan pestisida, pengendalian secara biologi ini tidak mempengaruhi organisme non target dan lingkungan, sehingga aman digunakan. 3. Manipulasi habitat Terkadang, populasi hama bisa ditekan dengan menciptakan habitat yang kurang cocok/disukai oleh hama. Yang termasuk dalam cara ini adalah penggunaan varietas yang tahan serangan kumbang jepang, juga jebakan mekanik yang menarik dan menjebak kumbang dewasa. Tanaman yang kurang sehat akan lebih mudah diserang kumbang jepang, jadi sangat penting dalam menjaga selalu kesehatan tanaman. Selain itu, buah yang matang lebih awal atau buah yang sakit menarik kumbang jepang, karena itu segera pisahkan/buang buah yang matang lebih awal atau buah yang sakit. 4. Jebakan mekanis Jutaan kumbang jepang tertangkap tiap tahunnya menggunakan jebakan mekanis. Metode ini mudah dan murah dalam mengurangi populasi kumbang jepang serta telurnya. Pada kondisi yang menguntungkan, jebakan hanya akan menangkap kira-kira 75% kumbang yang mendekatinya, karena pada dasranya jebakan tersebut lebih menarik kumbang daripada menangkapnya. Pastikan peletakan jebakan tidak dekat dengan tanaman utama, karena ada kemungkinan kumbang masih bisa merusak tanaman utama, letakkan jebakan pada border dan tersebar di berbagai lokasi. Kumbang jepang dapat menjadi hama yang sangat merusak pohon, tanaman, dan lapisan rumput. Sangat penting untuk memahami jika program pengendalian hama terpadu tidak akan memusnahkan semua kumbang jepang, namun beberapa pilihan dari manajemen hama dapat membantu mengurangi kerusakan yang ditimbulkan hama ini.

Arif Dimas A 0910480020 Agroekoteknologi B

Anda mungkin juga menyukai