Perlunya wirausaha
Jika melihat jumlah kebutuhan wirausaha baru untuk memposisikan Indonesia sebagai negara maju dan estimasi waktu yang cukup lama untuk mencapainya, maka saat ini perlu segera diupayakan langkah-langkah agar jumlah wirausaha baru dapat bertambah dengan waktu pencapaian yang relatif singkat. Salah satu langkah yang dapat dilakukan dengan penciptaan wirausaha baru yang berasal dari lulusan perguruan tinggi. Hanya saja, data dan fakta telah membuktikan bahwa terdapat kecenderungan bahwa umumnya mahasiswa yang saat ini menempuh pendidikan di perguruan tinggi menginginkan pekerjaan yang mapan setelah mereka lulus menjadi sarjana. Fenomena membludaknya pendaftar ketika pemerintah membuka pendaftaran pegawai negeri sipil (PNS) dalam setiap tahun sebagai salah satu indikator. Meskipun setiap tahun pemerintah membuka pendaftaran, namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar dari mereka yang mendaftar mengalami kekecewaan karena tidak berhasil lulus. Peluang untuk menjadi PNS semakin kecil lagi setelah pemerintah memutuskan penundaan sementara (moratorium) tambahan formasi untuk penerimaan PNS sejak 1 September 2011 hingga 31 Desember 2012. Keterbatasan terserapnya lulusan perguruan tinggi di sektor pemerintah menyebabkan perhatian beralih pada peluang bekerja pada sektor swasta, namun beratnya persyaratan yang ditetapkan kadang membuat peluang untuk bekerja di sektor swasta juga semakin terbatas.
3. Kecilnya Margin keuntungan dan kemungkinan gagal Karena wirausaha menggunakan keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka profit margin yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
1.6. Profil wirausaha Roopke, 1995, mengelompokkan kewirausahaan berdasarkan perannya, yaitu: Kewirausahaan rutin Wirausaha yang dalam melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung menekankan pada pemecahan masalah dan perbaikan standar prestasi tradisional. Menghasilkan barang, pasar dan teknologi. Dibayar dalam bentuk gaji.
Kewirausahaan arbitrase Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan (pengetahuan) dan pemanfaatan (pembukaan). Kegiatan ini tidak perlu melibatkan pembuatan barang dan tidak perlu menyerap dana pribadi. Wirausaha inovatif Wirausaha yang menghasilkan ide-ide dan kreasi baru yang berbeda. Pengelompokkan kewirausahaan berdasarkan intensitas pekerjaan dan status (Zimerer, 1996): Part time Entrepreneur Wirausaha yang melakukan usahanya hanya sebagian waktu saja sebagai hobi. Kegiatan bisnis biasanya hanya bersifat sampingan. Home-base New Ventures Usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggalnya. Family Own Business Usaha yang dilakukan/dimiliki oleh beberapa anggota keluarga secara turun temurun. Copreneurs Usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang bekerjasama sebagai pemilik dan menjalankan usaha bersama-sama. 2.1 Sifat-sifat yang perlu dimiliki wirausaha
1. Percaya Diri : Kepercayaan (keteguhan) Ketidaktergantungan Optimisme 2. Berorientasikan Tugas dan Hasil : Kebutuhan/ haus akan prestasi Berorientasi laba Tekun dan tabah Energik,penuh inisiatif 3. Pengambil Resiko : Mampu dan berani mengambil resiko Menyukai tantangan 4. Kepemimpinan (Leadership): Mampu memimpin Dapat bergaul dengan orang lain Menanggapi saran dan kritik 5. Keorisinilan : Inovatif (pembaharu) Kreatif Fleksibel 6. Berorientasi ke masa depan : Berpandangan kedepan Perseptif
Dedication : mempunyai dedikasi tinggi dalam berusaha Devotion : mencintai pekerjaan yang dimiliki Details : memperhatiakn faktor-faktor kritis secara rinci Destiny : bertanggung jawab terhadap nasib dan tujuan yanghendak dicapai Dollars : motivasi bukan hanya uang Distribute : mendistribusikan kepemilikannya terhadap orang yang dipercayai
2.2 Kreativitas Adalah kemapuan seseorang untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang beru dan Sali, yang sebelumnya belum dikenal ataupun memecahkan masalah baru yang dihadapi.
Berpikir Kreatif dalam Kewirausahaan Menurut Zimmererr (1996) untuk mengembangkan ketramplan berfikir, seseorang menggunakan otak sebelah kanan. Sedangkan untuk belajar mengembangkan ketrampilan berpikir digunakan otak sebelah kiri, cirri-cirinya : 1. Selalu bertanya : Apa ada cara yang lebih baik? 2. Selalu menantang kebiasaan, tradisi dan kebiasaan rutin 3. Mencoba untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda 4. Menyadari kemungkinan banyak jawaban ketimbang satu jawaban yang benar 5. Melihat kegagalan dan kesalahan sebagai jalan untuk mencapai sukses 6. Mengkorelasikan ide-ide yang masih samar terhadap masalah untuk menghasilkan pemecahan inovasi 7. Memiliki ketrampilan helicopter yaitu kemampuan untuk bangkit di atas kebiasaan rutin dan melihat permasalahan dari perspektif yang lebih luas kemudian memfokuskannnya pada kebutuhan untuk berubah
Sifat mentalitet seperti yang diungkapkan di atas sudah banyak kita saksikan dalam praktik pembangunan di negara ini. SD Inpres yang roboh sebelum waktunya, jalan dan jembatan yang kembali rusak hanya dalam beberapa waktu sesudah diperbaiki, barang-barang yang kurang berfungsi dan sebagainya adalah cermin sifat meremehkan mutu. Sikap ikut-ikutan dalam berinvestasi sehingga dalam waktu yang relatif singkat suatu obyek akan sudah jenuh sehingga semuanya akan menderita rugi, hal ini merupakan petunjuk betapa para kaum usahawan kurang mampu menemukan dirinya sendiri dan lebih suka mengekor pendapat orang lain. Disiplin yang murni juga sukar ditegakkan, kita ambil saja contoh pada waktu ada kontrol semuanya berusaha baik, berusaha disiplin, tetapi sesudah tidak dikontrol semuanya berjalan berantakan lagi, tidak ada disiplin lagi, tidak ada ketertiban lagi. Akhirnya, banyak hal-hal yang berjalan secara tersendat-sendat hanya karena tidak ada kesinambungan dalam penggarapannya yang disebabkan para pelaksana memiliki pekerjaan yang berangkap-rangkap, ini adalah cermin sikap tidak bertanggung jawab yang masih banyak menghinggapi bangsa kita. Kelemahan bangsa kita banyak dibicarakan oleh para pakar, yang terletak pada super strukturnya. Di dalam ekonomi pembangunan, ada 3 elemen penting yang menunjang pembangunan yaitu infra struktur, struktur ekonomi, superstructure. Infra struktur adalah prasarana yang tersedia, jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, alat transportasi, telepon dan sebagainya. Struktur ekonomi adalah tersedianya faktor produksi dalam masyarakat, serta tenaga manajemen yang berpandangan luas. Kemampuan mengadaptasi teknologi dan juga tersedia pasar produksi. Superstruktur atau struktur atas adalah faktor mental masyarakat. Semangat kerja ulet, tak kenal putus asa, tekun, jujur, bertanggung jawab, dapat dipercaya. Bangsa Jepang dan Jerman berhasil dalam membangun negaranya setelah Perang Dunia II, adalah karena merek unggul dalam superstructure ini. Bandingkan dengan negara kita dengan segala kelemahannya, kurang bertanggung jawab, ingin cepat kaya, mencuri, memalsukan dokumen-dokumen, cuci tangan, cepat puas, ingin santai. Demikian pula bangsa kita apabila sudah memperoleh uang/gaji lumayan, mereka cenderung memperbanyak waktu santai. Soetrisno Prawirohardjono menggambarkan dalam sebuah kurva, bagaimana perubahan upah berpengaruh pada waktu santai.
Seorang wirausaha jelas selalu memberi kontribusi positif bagi lingkungannya, antara lain menampung tenaga kerja, memberi sumbangan sosial, menjaga kebersihan, bergaul dengan sesama, dan sebagainya. Seorang wirausaha memiliki perasaan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap lingkungannya. Seorang wirausaha memiliki tanggung jawab sosial, untuk itu ia harus senang berinteraksi, bergaul, toleransi, terbuka sesama teman. Dia harus memiliki rasa menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya. Sebagai kesimpulan, pribadi yang produktif ialah seseorang yang memberikan kontribusi kepada lingkungannya, dia imajinatif, dan inovatif, bertanggung jawab dan responsif dalam berhubungan dengan orang lain. Seorang yang produktif ini adalah individu yang matang (maturity). Matang disini bukan berarti dewasa secara fisik, tetapi lebih banyak mengandung aspek psikologisnya Ciri-ciri pribadi yang matang ialah : 1. Tidak banyak tergantung pada orang lain 2. Memiliki rasa tanggung jawab 3. Obyektif dan kritis (tidak asal terima issu) 4. Emosinya stabil 5. Sociability, artinya dalam lingkungan yang cocok ia akan tampil ke depan. Dalam lingkungan yang tidak cocok, ia akan menjaga jarak. 6. Keyakinan agama Yang terakhir ini adalah aspek paling tinggi dalam jenjang kematangan yang dicapai seseorang, yaitu pengakuan akan pertolongan dan kekuasaan Allah Swt. Selanjutnya jika ada pribadi yang produktif, tentu ada pula pribadi yang non-produktif. Ciri pribadi yang non produktif ialah : 1. Pribadi yang hanya senang mendengar saja, dia pendengar yang baik, tidak pernah mengemukakan ide. Dia tidak bisa mengatakan Tidak, dia lebih senang mengatakan Ya. 2. Dia lebih senang mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan pribadinya. 3. Dia lebih senang menyimpan segala macam informasi, tidak pernah ia keluarkan kembali informasi yang pernah ia terima. 4. Sifatnya sentimentil, suka merenung masa lalu. 5. Dia banyak mengetahui segala sesuatu, tetapi tidak bisa mengungkapkan buah pikirannya. 6. Dia suka memasarkan pribadinya dengan memperoleh imbalan/balas jasa/honor. 7. Dia lebih senang mengikuti anggapan orang lain terhadapnya. Tipe pribadi non-produktif ini adalah pribadi yang immaturity (belum matang). Pribadi immaturity mempunyai ciri-ciri: 1.Lebih bersikap pasif 2.Ketergantungan kepada orang lain 3.Tidak punya pandangan ke depan 4.posisinya selalu di bawah 5.Kurang menghargai dirinya, kurang mencintai dirinya Seseorang tidak akan bisa mencintai orang lain apabila ia tidak respek dan tidak mencintai dirinya sendiri.
Jelas tipe pribadi yang non-produktif ini bukan tipe seorang wirausaha. Pribadi wirausaha adalah mutlak tipe pribadi produktif, sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
d. Sikap Dengan cara mengasah pikiran, diharapkan daya ingat menjadi tajam dan kreatif, berwujud menjadi cepat berpikir, sistematis, dan terarah pada tujuan di samping terbukanya kemungkinan bertambahnya pengetahuan. Perasaan akan berkembang menjadi lapang dan leluasa, memiliki jiwa besar, sehingga tumbuh daya energi yang agresif, berani, sabar, dan penuh perhitungan dalam menguji perasaan orang lain. Setiap wirausaha harus dapat memberikan keterangan-keterangan kepada relasi dengan jelas dan menarik. Setiap kata dan kalimatnya harus meyakinkan dan setiap keberatan orang lain harus dapat dijawab dengan tepat dan memuaskan. Memang seorang wirausaha itu perlu mempunyai kecakapan untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan ke arah proses lancarnya pembicaraan. Sikap yang serius dibubuhi dengan humor pada tempatnya, maka seorang wirausaha sudah menempatkan dirinya untuk mendapatkan perhatian. Pada saat-saat menentukan ia harus dapat mengambil keputusan yang matang. Sehingga, setiap keputusan yang diambil dapat memuaskan kedua belah pihak dan hubungan dengan relasi akan semakin harmonis. Dengan demikian, wirausaha dapat membuka hati dan pikirannya lebar-lebar dalam menerima tambahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan sehingga membentuk pribadi yang betul-betul teruji dan menyenangkan.