Anda di halaman 1dari 3

Mogok kerja adalah sebuah hak yang dimiliki oleh Pekerja sebagaimana tertulis dalam UU No.

13/2003 (ketenagakerjaan) Pasal 1 angka 23 yang bunyinya : Mogok kerja adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama-sama dan/atau oleh serikat pekerja/serikat buruh untuk menghentikan atau memperlambat pekerjaan. Pengaturan mogok kerja diatur mulai Ps. 137 hingga pasal 145 UU No. 13/2003 (Ketenagakerjaan), dengan bunyi Ps. 137 sebagai berikut: Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan. Berdasarkan isi pasal tersebut diatas maka yang perlu kita cermati adalah mogok kerja dilakukan oleh buruh akibat gagalnya perundingan, sehingga mogok kerja dilakukan setelah ada upaya untuk berunding namun salah satu pihak menolak untuk berunding atau para pihak melakukan perundingan namun tidak menemukan kesepakatan atas perundingan tersebut. Permasalahan terhadap mogok kerja berdasarkan ketentuan perundang-undangan tentang persyaratan mogok kerja sebagaimana yang diatur dalam Ps. 140 UU No. 13/2003 (Ketenagakerjaan) yang isinya sebagai berikut: 1. Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. 2. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya memuat : a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan diakhiri

mogok kerja; b. tempat mogok kerja; c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus melakukan mogok kerja; dan d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau masingmasing ketua dan sekretaris serikat pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok kerja. 3. Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat pekerja/ serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja. 4. Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka demi menyelamat kan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara : a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan proses produksi; atau b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan. Pada Ps. 140 angka 2 UU No. 13/2003 (Ketenagakerjaan) tidak diatur sama sekali tentang batas waktu maksimal sehingga sebuah perusahaan akan memberikan hak-hak kepada karyawan yang tidak melakukan aktivitas sesuai dengan prinsip no work no pay. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka diperlukan campur tangan pemerintah sebagai salah satu pilar dalam segitiga hubungan industrial harus melakukan tindakan antisipatif terhadap rencana tindakan pemogokan yang akan dilakukan oleh pekerja itulah mengapa mogok kerja harus didaftarkan ke instansi yang

terkait, sekiranya mogok kerja dapat merugikan kepentingan pengusaha yang pada akhirnya mengakibatkan proses produksi tidak dapat berjalan optimal dan dapat berujung pada kerugian dan kemungkinan besar dapat mengakibatkan lock out/penutupan dari perusahan yang akan mengakibatkan timbulnya Pemutusan Hubungan Kerja/PHK bagi pekerja itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai